Chapters ยค 1
Rating : T
Pairing : NaruHina
Gengre : Family
Disclaimer : Masashi Kishimoto
##
Aku tak ingin melihat senyuman itu, senyuman yang memuakan, apa yang kurang dari ku ? Aku
lebih baik dari diri nya, kenapa dia selalu di banggakan dia bodoh, dia lemah, tak bermutuh, menjijikan.
Aku..
aku.. sangat membenci mereka
semua dan aku tak ingin melihat senyum mereka.
Siapa aku ?
Kenapa mereka memperlakukan ku seperti ini ?
Apa salah ku ?
Inikah takdir ku ?
Kenapa ?
Siapa aku di mata mereka ?
Siapa ?
.
.
Sinar matahari masuk ke dalam kamar ku melalui jendela dengan perlahan aku membuka mata ku,
ku lihat jendela kamar ku telah di buka.
"pagi kak" ku lihat adik tiri ku menyapa ku pagi ini dan ku lihat senyuman nya, senyuman yang
tak ingin ku lihat.
"hn" gumam ku.
"kak ayo cepat mandi ayah dan ibu menunggu kita di bawah" ujar nya.
"hn" jawab ku singkat lalu turun dari tempat tidur dan berjalan
menuju kamar mandi yang ada di kamar.
Aku berhenti di depan pintu kamar mandi dan berkata pada
nya,
"pergilah ke bawah jangan tunggu aku" kata ku dingin.
"uuum baiklah"
cklek..
Ku lihat dia telah keluar dari kamar, aku pun masuk ke dalam
kamar mandi.
##
"nyam nyam uumm.. eennak.. ibbu aku suka roti selai kacang nya uumm.." ujar hanabi dengan
mulut di penuhi roti.
"benarkah ? Berarti besok sarapan nya roti selai kacang lagi
ni" ujar ibu lalu meminum teh.
"umm" ucap hanabi.
"ayah juga suka roti nya" ujar ayah lalu memakan roti nya.
Hinata turun dari kamar nya menuju dapur.
"ohayou" hinata menyapa keluarga kecil nya tanpa
senyuman di wajah manis nya.
"ohayou mo nee-chan" sapa hanabi lalu meminum segelas
susu di atas meja.
"hn" ucap hinata singkat, ia berjalan dan duduk di samping
ibu nya lalu memakan roti yang telah di siapkan oleh ibu nya.
"hari ini semester pertama kalian duduk di bangku kelas dua SMA" ujar ayah memandang ke dua
putri nya.
"uum pasti menyenangkan" jawab hanabi.
"aku selesai" ujar hinata yang telah menyelesaikan sarapan nya dengan cepat.
"baiklah kita berangkat" ujar ayah
lalu berdiri dari duduk nya.
"hati hati" ujar ibu.
"ya!" seru hanabi bersemangat.
"ya" jawab hinata singkat.
Skip time*
hinata dan hanabi berangkat ke sekolah diantar oleh sang ayah naik mobil bis kota karna ayah
mereka seorang supir bis kota.
"nee-chan kenapa kita tidak sekolah di tempat yang sama ?"
hanabi bertanya sambil memandang jalan dari jendela
mobil.
"tidak" jawab hinata yang duduk di belakang sekali
"hmm" guman hanabi.
"hanabi kita telah sampai di sekolah mu" ujar ayah
memandang putri nya.
"baiklah sampai jumpa ayah" ujar
hanabi lalu turun dari bis.
"ya" ujar ayah lalu menjalankan mobil nya.
Buumm..
"hinata" panggil ayah.
"hn" ucap hinata.
"apa kau tak bisa merubah sifat mu itu"
"tidak"
"cobalah untuk tersenyum kau terlalu cuek kepada setiap orang dan rubahlah cara bicara mu itu"
"terserah aku, ini hidup ku bukan
hidup mu, aku yang menjalani nya
bukan kau"
"hinata aku ayah mu bukan teman mu jaga bicara mu"
"kau bukan ayah ku hashirama"
"hinata!"
"hentikan mobil nya sekolah ku telah sampai" ujar hinata dingin.
Hashirama menghentikan mobil nya di depan sekolah yang megah.
Konoha Internasional High School
nama sekolah itu tertera jelas di depan pintu gerbang sekolah.
Hinata turun dari bis tanpa sepatah kata kepada ayah nya dan berjalan memasuki sekolah.
"ku harap kau bisa merubah sikap mu hinata" ujar hashirama lalu menutup pintu bis dan menjalankan bis nya dan mulai bekerja mencari nafkah untuk keluarga kecil nya.
.
.
.
.
Dengan santai hinata berjalan memasuki kawasan sekolah dan
menyusuri koridor menuju kelas nya banyak orang yang
berpapasan dengan nya namun hinata tidak senyum atau
menyapa teman nya dia hanya diam.
Hinata sampai di depan pintu kelas dan membuka nya.
Cklek..
Plukk..
Dapat ia rasa penghapus papan
tulis jatuh menimpa kepala nya.
"whahahahaaa"
"aaaaaahahaha"
"wkwkwkwk"
semua orang tertawa dengan lantang tak menghirau kan
perasaan hinata.
Hinata terdiam poni nya yang panjang menutupi kedua mata
nya dan dengan cepat ia berjalan kesalah satu siswa laki-laki yang sedang tertawa dan dengan cepat
hinata menarik kerah baju nya dan melayangkan pukulan di wajah siswa itu.
Bugh..
Laki-laki itu terdiam saat tangan kanan hinata melayang ke wajah nya, ia diam tanpa melawan dan
menatap tajam lavender hinata.
"berhenti menganggu ku!" ujar hinata dengan sorot mata yang tajam lalu melepaskan
cengkraman di kerah baju laki-laki itu.
"hinata hinata" jawab nya pelan dan seringai di wajah nya.
Hinata berbalik dan berjalan meninggal kan laki-laki itu tapi
dengan cepat laki-laki itu menendang betis hinata hingga jatuh ke lantai.
Bugh..
"ahahahaha" gelak tawa kembali terdengar.
Hinata bangkit dan berjongkok ia luruskan sedikit kaki nya ke depan dan kedua tangan nya
menyentuh lantai dan ia pun memutar tubuh nya kebelakang.
Bugh..
Hinata menerjang kaki kanan laki-laki itu dan tubuh nya jatuh ke lantai.
Hinata bangkit dan menampakan senyuman yang tampak mengeringkan lalu berjalan meninggal kan laki-laki itu menuju ke pojok kelas di bangku belakang sekali.
Semua orang di kelas terdiam melihat hinata, rambut nya
panjang sampai pinggang poni nya juga panjang menutupi lavender nya.
'Mengerikan' itu lah kata yang dapat mereka ungkapkan.
Hinata duduk di kursi nya dan membuka sebuah buku untuk di baca, suasana kelas pun kembali mencair.
"hei kiba kau tak apa ?" tanya seorang pria gendut di samping kiba.
Kiba hanya diam dan bangkit lalu berjalan menuju tempat dia duduk di ikuti teman-teman nya.
'Jangan pernah mengganggu ku, mengejek ku, mengina aku, karna aku tak pernah mengganggu kalian karna aku benci kalian, senyuman, tawa, canda kalian itu memuakan!' batin hinata.
"HINATAAA!"
terdengar suara perempuan berteriak di luar kelas.
Hinata terkejut mendengar suara itu suara yang sangat ia kenali dengan segerah hinata berdiri lalu berlari keluar kelas.
"SAKURAA!" teriak hinata terkejut melihat teman baik nya, teman yang selalu ada untuk nya, teman yang selalu menemani nya di saat dia sedih maupun senang.
Hinata melihat sakura di kelilingi anak kelas satu yang semua nya
laki-laki, ia pun mendekati nya.
"hei apa yang kalian lakukan ?!" ujar hinata marah.
Sakura berlari ke arah hinata dan bersembunyi di belakang hinata.
"hanya ingin bermain sedikit sama kakak kelas hahaha" ujar
mereka.
"berhenti mengganggu kami
pergilah" ujar hinata dingin.
"jangan marah loh kak nanti gak cantik" ujar siswa bersurai hitam.
"sepertinya kita harus pergi, aku tau dia siapa" ujar salah satu
anak.
"apa maksud mu ?" tanya anak bersurai merah.
"dia hanya anak perempuan" ujar
siswa bersurai hitam.
"kalian hanya anak kelas satu tapi tingkah kalian telah melewati batas, aku bukan anak perempuan yang lemah aku bisa
menghajar kalian satu persatu" ujar hinata.
"benar kata siswa lain nya dia anak yang aneh dan kasar" jawab nya lalu berbalik meninggalkan teman-teman nya.
"ya sudah ayo kita pergi" Mereka
mengerti dan mengikuti teman nya yang pergi tadi.
"arigatou hinata-chan" ujar sakura di belakang hinata.
"iya, ayo kita masuk kelas bel sekolah akan segerah berbunyi"
ujar hinata dan berjalan memasuki kelas.
"Aa.." sakura mengikuti hinata
dari belakang.
o0o
Teng teng..
Bel sekolah telah berbunyi
menandakan jam istirahat, para siswa siswi KIHS keluar dari kelas menuju kantin sekolah begitu
juga hinata dan sakura mereka telah ada di kantin.
"hinata hari ini kau ku traktir karna menyalamat kan ku pagi tadi, silahkan kau mau pesan apa ?" ujar sakura.
"tidak usah sakura" jawab hinata.
"kau ini hinata, ya sudah aku beli
makanan dulu" ujar sakura lalu pergi meninggalkan hinata.
Hinata duduk di salah satu kursi dekat jendela yang menghadap ke
arah kebun belakang sekolah yang luas dan di penuhi pohon
bunga sakura dan pohon bunga plam khas korea yang berwarna putih.
Salah satu siswa laki-laki membawa jus tomat dan bento ia
berjalan mendekati hinata dan duduk di samping hinata, hinata menoleh melihat siswa itu.
"dimana sakura ?" tanya nya lalu meminum jus tomat.
"dia lagi membeli makanan" jawab hinata.
"hn" jawab nya.
"oh ya sasuke-san kata nya kelas tiga akan ada try out ya ?" tanya hinata dan melipat tangan nya di
meja.
"ya" jawab sasuke.
"boleh aku ikut ?" tanya hinata.
"hn kau kelas dua, kau tidak akan mengerti pelajaran kelas tiga" ujar sasuke lalu memakan bento.
"tenang saja aku akan
mempelajari nya di perpustakan" jawab hinata.
"hn kau pintar, hm kau mau" ujar
sasuke menyodorkan makanan.
"tidak terimakasih" jawab hinata.
Sakura datang sambil membawa tokoyaki untuk dua orang dan
minuman kaleng.
"hinata ini untuk mu" ujar sakura
menyodorkan minuman kaleng dan tokoyaki.
"huh~ kau ini sakura sudah ku bilang tidak usah" ujar hinata.
"hehehe kau telah menyelamatkan kan ku maka nya aku traktir" jawab sakura lalu duduk di samping sasuke.
"menyelamatkan ?" ujar sasuke memandang sakura.
"tadi aku diganggu anak kelas satu sasuke-kun untung ada hinata" jawab sakura.
"berani sekali mereka" ujar sasuke geram.
Hinata membuka minum kaleng dan meminum nya.
"lihat saja nanti" ujar sasuke.
"mereka mau menyentuh ku" ujar sakura lalu makan tokoyaki.
"anak kelas mana mereka ?" tanya sasuke.
"sepuluh C" jawab sakura.
"hn" ucap sasuke dan melanjutkan makan nya.
o0o
Keesokan hari nya terdengar kabar sasuke sang ketua osis bersama teman-teman nya menghukum beberapa siswa laki-laki kelas sepuluh C bahkan menghajar nya sepulang sekolah kemarin tentu saja di saksikan oleh hinata dan juga sakura.
#####################################
Di kamar hinata yang sepi, hinata hanya duduk di atas kasur dan menatap langit malam dari
jendela kamar nya.
Ia pun mengambil buku diary yang berada di bawah bantal nya, ia buka buku diary dan sebuah pena terselip di dalam buku, ia
pun mulai menulis dengan di terangi cahaya bulan yang masuk dari jendela, dan ia sengaja
mematikan lampu kamar nya.
Hinata Diary
'tuhan berilah aku kebahagian, walau hanya untuk sebentar saja karna aku juga ingin bahagia
seperti yang lain tapi, ku rasa itu tak akan mungkin, ayah dimana kah kau ? Aku merindukan mu
disini, aku sayang ayah, aku rindu
ayah, ayah aku telah menjadi anak yang pintar seperti yang ayah inginkan, ayah ayah dimana ?'
lelehan liquid bening mengalir dari peraduan sang lavender membasahi pipi hinata.
Hinata tak dapat menahan air mata nya sungguh dia sangat
merindukan ayah nya.
Hinata menutup diary nya dan menaruh nya di bawah bawah
bantal.
"ayah" guman hinata lalu membaringkan tubuh nya dan
menarik selimut untuk menutupi
tubuh nya, ia pun tidur menghadap jendela kamar sambil
memeluk sebuah boneka berbentuk kucing.
Air mata nya terus mengalir, hinata menangis dalam diam
tanpa mengeluarkan suara.
Tok tok tok
"hinata" ujar ibu hinata dari luar
kamar.
"hinata, kau sudah tidur nak ?" lanjut nya lagi.
Hinata hanya diam tak menjawab.
"ya sudah kalau kau sudah tidur" ujar ibu hinata lalu pergi.
'gomenasai kaa-san gomen' batin hinata dan kembali menangis.
'kenapa selalu hanabi yang di banggakan ? Kenapa ? Kenapa
selalu dia ? Kenapa aku yang harus mengalah ? Ibu tak
menyayangi aku lagi, ayah, hinata rindu ayah, ayah kembalilah hanya ayah yang menyayangi hinata,
ayaaaah...' batin hinata.
*di tempat lain*
Dua pria paruh baya kini sedang makan bersama di salah satu
restoran mewah di kota Washington DC.
"ku dengar kau punya seorang putri apa benar ?" tanya pria
paruh baya bermata sapphire setelah menyelesaikan makan nya.
"benar tapi kami telah lama berpisah, aku dan istri ku cerai dan dia membawa putri ku dan tidak mengizikan aku menemui putri ku" ujar nya lalu tersenyum kecil.
"begitu"
"aku sangat ingat terakhir kali aku
menemui putri ku secara diam-diam saat dia pulang sekolah, hari itu hari ulang tahun nya, aku
menemani nya sepanjang hari, saat aku ingin pergi dia peluk aku seerat mungkin dia menangis"
"hiashi, ini pasti sangat menyakitkan untuk mu"
"hm iya"
"lalu kau akan pulang ke tokyo ?"
"iya, aku ingin mencari putri ku,
lagipula aku juga punya perusahaan disana yang harus
aku tangani"
"begitu, naruto juga akan pindah ke tokyo untuk mengurus
beberapa restoran disana dan juga cafe"
"kau pengusaha yang sukses minato"
"kau juga sukses hiashi"
"yah"
"nanti kalau kau menemukan putri mu aku mau naruto
menikah dengan putri mu, aku ingin kita jadi besan"
"hem kau ini baiklah aku juga ingin berbesan dengan mu"
"lalu siapa nama putri mu ?"
"Hyuuga Hinata"
"nama nya cantik"
"tentu, secantik orang nya"
ke dua pria paruh baya itu pun larut dalam pembicaran mereka tentang anak mereka yang akan
mereka jodohkan.
.
.
Bersambung
