BASED ON MASASHI KISHIMOTO'S CHARACTERS

WARNING: AU,TYPOS,OOC,Etc….

Don't Like,DON'T READ!

PROLOG

Dia tidak akan pernah mencintaiku. Hatinya masih dimiliki oleh gadis musim semi itu. Gadis yang setiap malam selalu dia sebut namanya. Bahkan disaat dia menjadikanku wanita seutuhnya, nama gadis berparas cantik itulah yang dia jeritkan. Aku tidak akan pernah bisa menang dari gadis yang telah menawan hatinya. Sekeras apapun aku berusaha. Sebanyak apapun aku mencintainya. Aku tetap menjadi wanita yang hanya mencintai tanpa dicintai . Jika mencintainya membuatku tersiksa seperti ini, lebih baik Tuhan mengambil semua rasa cintaku kepadanya. Jika cinta ini tetap bertahan, menghilangkan sosoknya dari tiap syaraf ingatanku bisa menjadi hal yang terbaik-Hinata

Dia yang selalu mencintaiku. Berusaha membuatku nyaman dan terbiasa dengan kehadirannya. Walau kerap menggangguku dengan celotehannya yang sering kubalas dengan wajah datar. Bukan maksudku untuk menyakiti wanita yang berstatus istriku ini. Hanya saja aku tidak mampu berpura-pura mencintainya, disaat masih terukir indah nama wanita lain dihatiku. Jika aku bisa membuat wanita ini bahagia, izinkan aku membalas mencintainya Tuhan. Dengan cinta yang lebih besar dari wanita yang merajai hatiku dulu. Hingga aku tidak mampu bernafas tanpa adanya dia disisiku. Hingga aku tidak mampu berpikir tanpa mendengar suaranya. Hingga tiap detak jantungku selalu menyuarakan namanya-Naruto.

.

.

.

Dengan kecepatan penuh Hinata mengendarai sedan miliknya. Pikirannya terus merekam kejadian di ruang tamu rumahnya. Wanita musim semi itu datang dan memeluk tubuh atletis suaminya dengan penuh mesra. Sedangkan suaminya, membalas pelukan itu dengan kecupan ringan di bibir ranum wanita yang bernama Sakura. Ekspresi Naruto juga sangat bahagia. Selama setahun mereka tinggal bersama, ekspresi itu adalah ekspresi paling indah dan sangat ingin dilihat oleh Hinata.

Sayangnya, ekspresi itu tidak pernah untuknya. Raut wajah itu hanya untuk wanita musim semi itu. Untuk cinta pertamanya.

Dan kini air mata yang sedari tadi ditahannya terjatuh dengan bebas. Pandangannya mengabur. Hatinya mencengkram keras. Sangat sakit. Keinginannya untuk membina rumah tangga yang bahagia dengan Naruto hilang sudah. Tidak ada lagi kesempatan untuknya menjadi wanita yang akan dicintai Naruto. Saat Sakura hadir di kediaman mereka, disaat itu pula keinginannya tidak akan terkabul.

"Hinata-" Naruto yang terkejut berusaha melepaskan pelukan erat Sakura darinya. "Ini tidak seperti yang-".

"Aku paham. Keinginanmu terkabul. Saat wanita ini kembali, kita akan menjadi orang asing. Bukankah begitu permintaanmu dulu?" potong Hinata dengan menggigit bibir bawahnya berusaha menahan tangis.

Naruto menggeleng lemah. Safirnya berguncang, menatap sosok Hinata dengan pandangan yang sulit diartikan. Dengan langkah pelan dia berjalan ke arah Hinata yang sedari tadi berusaha tidak menjatuhkan liquid bening dari mata bulannya. Sakura memandang penuh tanya ke arah Naruto dan Hinata berkali-kali.

"Berhenti! Aku bilang berhenti!" teriak Hinata histeris. "Aku kalah Naruto, aku kalah. Jadi kumohon jangan mendekatiku jika kau tidak ingin membuatku lebih terluka,".

Mendengar teriakan Hinata untuk pertama kalinya membuat pria berkulit Tan itu bimbang mendekati Hinata. Padahal dia sangat ingin menjelaskan semuanya pada wanita cantik yang tanpa disadari telah menjerat hatinya itu.

Hinata menatap nanar Naruto dengan tangan yang masih mencengkram di dadanya. Jangan lemah Hinata! Jangan menangis! Batinnya terus mengeluarkan kalimat itu selayaknya mantra.

"Seperti ucapanmu di malam pernikahan kita. Jika cinta pertama yang selalu kau rindukan hadir di kehidupanmu lagi, maka detik itu juga kita akan menjadi orang asing -"ucap Hinata lemah."Dan aku akan menghilangkan sosokmu dan rasa cinta ini dari diriku selamanya, hingga kita betul-betul asing,".

Hinata berpaling dan berjalan cepat ke arah pintu keluar. Dia tidak ingin terlihat lemah dihadapan pria yang tidak pernah melihatnya itu. Dia harus tegar dan kuat. Teriakan Naruto yang terus memanggil namanya tidak Hinata hiraukan. Bahkan wanita itu berlari menuju sedan berwarna lavendernya. Begitu mesin mobil menyala, Hinata melajukan mobil yang dikendarainya dengan kecepatan penuh tanpa mempedulikan nasib pagar rumah yang menjadi korban emosinya.

"Selamat Tinggal Naruto—" gumamnya berkali-kali.

.

.

.

Dengan air mata yang terus mengalir dan tanpa berpikir untuk menurunkan laju kendaraannya. Hinata menyalurkan emosinya pada kendaraan beroda empat itu. Dia terus menambah kecepatan mobilnya, dan tak menghiraukan hujan deras yang sedari tadi mengguyur jalan lintas kota.

Suasana yang gelap dan jalanan licin ditambah lagi dengan pandangan yang mengabur karena air mata yang terus mengalir. Hinata tidak menyadari tikungan tajam yang berada belasan meter dihadapannya. Begitu dia tersadar, semuanya sudah terlambat.

CKIIITTTTTTT….

BAM!

Laju kendaraannya tidak dapat lagi Hinata kendalikan. Sedan berwarna lavender itu berjalan lurus menabrak pembatas jalan dan berakhir ke jurang.

Dan saat ini yang Hinata bisa hanya memasrahkan kehendak kepada Kami Sama. Tidak peduli itu baik atau buruk, yang terpenting baginya untuk saat ini hanya beristirahat. Mengistirahatkan jiwa dan raganya dari siksaan cinta yang sangat menyakitkan.

TBC