Under The Sky

AU, Adventure, Family,

Rated T

Cuap-cuap : Di sini Boboiboy ada 5, iya, 5 saudara gitu. Dan setting tempat di antah berantah, saya gak bisa mastiin./dilemparbakiak. Tokoh yang lain juga bakal muncul di ch berikutnya. Dan Ochobot saya jadiin manusia disini. Oh ada juga OC yang nyempil sebagai tokoh sampingan.

Warn : Typos, OOC,

Boboiboy dkk punya animonsta. Yang punya cerita saya, sedikit terinspirasi dari anime Akatsuki no Yona, tapi keseluruhan cerita sangat banyak berbeda, tapi bukan berarti gak ada yang sama, ada sedikit lah.

Thanks buat Boboiboy dan Akatsuki no Yona

Just for Fun!

.

Pemberontakan kerajaan 13 tahun silam membuat gempa terpisah dari saudara-saudaranya, ditemani oleh Ochobot, ia mencoba mencari saudaranya.

.

.

=COFFEY MILK=

Disebuah wilayah berdirilah sebuah kerajaan yang dipimpin oleh seorang Raja yang bijaksana, ia memiliki seorang permaisuri. Dan dari pernikahan mereka, mereka memiliki lima anak kembar.

.

"Tadaaaa~" seorang wanita berseru senang sambil menunjukkan satu set pakaian di depan lima anak-anaknya.

Anak-anaknya menatapnya dengan mata berbinar, tampak senang dengan apa yang ditunjukkan ibunya.

"Tebak ini apa?" tanya wanita itu.

"Baju baluu~" serempak anak-anaknya menjawab dengan lidah cadel mereka.

Sang ibu fangirlingan begitu melihat kelucuan anak-anaknya, ia mencubit pipi salah satu dari mereka dengan gemas.

"Yang ini untuk Hali…" ucap Ibunya kemudian sambil menunjukkan satu set yang sedari tadi ia tunjukkan, berwarna hitam dengan merah.

Halilintar tampak senang, ia segera mengambilnya dengan wajah berseri.

"Yang ini untuk Taufan…" Ibunya mengambil satu set baju yang lain, kali ini berwarna biru laut dengan tambahan warna abu-abu dan strip kuning.

Taufan tertawa gembira dan segera mengambilnya.

Ibunya mengambil lagi, berwarna hitam dan kuning, "Untuk Gempa…" ucap Ibunya dan memberikannnya pada Gempa.

"Telimakacih Ibunda…" ucap Gempa riang.

Si Ibu tersenyum dan mencubit pipi Gempa, "Sama-sama, Sayang…."

Ibunya mengambil satu set lagi, berwarna merah bara dengan tambahan warna kuning di ujungnya.

"Aku! Aku!" teriak Api ketika melihat satu set pakaian yang baru saja di ambil Ibunya.

Sang ibu tersenyum, "Ya, ini untukmu, sayang.." ucapnya sambil mengusak rambut anaknya itu.

Sang Ibu mengambil baju terakhir yang tersisa, berwarna biru langit, dengan warna putih di ujungnya. Lalu menatap satu anak yang tersisa yang menatapnya dengan malu-malu.

Sang Ibu tersenyum, "Ini untukmu, Air…" ucapnya.

Sang anak tersenyum kecil, "Terimakasih Ibu.." ucapnya.

Ibunya tersenyum lagi dan mencium kening si anak. Dan berikutnya ia terkejut saat melihat anak-anaknya yang lain menatapnya dengan pandangan harap, minta dicium juga. Ibunya terkekeh.

"Sini-sini, Ibu cium…"

Setelah satu-persatu mencium anak-anaknya, seorang dayang menghampiri wanita itu.

"Yang Mulia Ratu, Baginda Raja memanggil anda…" ucap dayang itu.

Wanita itu terseyum, lalu mengelus anak-anaknya satu persatu.

"Ibu pergi dulu…"

Anak-anaknya mengangguk, dan segera bermain. Sang ibu pun keluar dari ruangan dan para dayang pun menutup pintunya.

.

.

=CoffeyMilk=

.

.

Halilintar menatap area luar melalui jendela. Matanya menangkap sebuah cahaya terang yang disusul dengan kumpulan asap besar dan sebelumnya di dahului dengan suara yang memekakkan telinga.

DUARR!

Terdengar lagi, kali ini seorang dayang membawa Halilintar menjauhi jendela.

"Anda tidak boleh melihatnya, Tuan Muda…" ucap dayang itu.

Halilintar tidak memberontak walaupun ia penasaran dengan hal yang baru saja ia lihat. Ia lalu dibawa menuju dimana saudara-saudaranya berada.

"Kak Hali.. ayo main!" seru Api padanya.

Halilintar menggeleng, dan duduk di sebelah Air yang sedang melihat sebuah buku cerita bergambar.

Api cemberut, "Kak Hali gak asik." Lalu berlari ke arah Taufan.

Halilintar ikutan melakukan apa yang Air lakukan, sedangkan Gempa tampak bermain bongkar pasang tidak jauh dari keduanya.

Pintu ruangan di buka dan sang Ibu masuk. Kelima Boboiboy otomatis menghentikan aktivitas mereka dan mengerubungi ibu mereka.

"Ibu?"

"Ibu?"

Wanita itu tersenyum lebar, "Mari kita makan malam!" seru sang Ibu lalu mengajak anak-anaknya menuju ruang makan, di ikuti oleh beberapa dayang.

.

.

=Coffey Milk=

.

Wanita yang berstatus seorang Ratu itu tersenyum lega saat melihat anak-anaknya tertidur damai. Malaikat-malaikat kecilnya itu selalu bisa membuatnya merilekskan segala tekanan di hatinya. Di benahinya selimut milik Boboiboy Api yang terbuka saat anak itu bergerak.

"Selamat tidur, Boboiboy~"

Wanita itu keluar dari kamar anak-anaknya dan menutup pintu. Ia terdiam sebentar, raut mukanya berubah sendu.

"Dayang!" panggilnya pada salah seorang dayang yang lewat.

Dayang itu pun datang dan membungkuk hormat pada sang Ratu.

"Tolong, panggilkan Mirajane, Kiyoshi, Li Xiao, Roderick, dan Anna. Perintahkan mereka untuk datang ke ruangan saya!" titahnya, dan dayang itu segera pergi.

.

.

Ratu berdiri sambil menatap langit-langit ruang kerjanya, menghela napas panjang. Pemberontakan yang akhir-akhir ini terjadi membuatnya cemas. Bahkan walaupun sudah di perangi tetap saja, pemberontakan semakin meningkat.

Seorang dayang membuka pintu, dan lima orang memasuki ruangan itu dan segera memberi hormat pada sang Ratu.

"Berdirilah," titah sang Ratu.

Satu persatu dari mereka berdiri, dua orang wanita dan tiga orang pria. Mereka adalah pengawal Ratu yang sangat di percayai. Sang Ratu tersenyum, dan menyuruh mereka duduk di kursi yang sudah di sediakan.

"Ada apa Yang Mulia memanggil kami semua?" tanya seorang wanita bersurai blonde, Mirajane.

Sang Ratu berdeham, "Saya punya permintaan pada kalian semua." Ucap wanita itu kemudian.

Lima orang itu saling berpandangan tidak mengerti.

"Apa maksud anda, Yang Mulia?"

"Anak-anak itu…" sang ratu menghela napas, "aku mohon pada kalian semua untuk membawa mereka ketempat yang aman jika ada sesuatu pada ku dan baginda raja…" lanjutnya dan menundukkan kepalanya dalam-dalam.

Kelimanya terkejut, "Yang Mulia, tolong angkat kepala anda! Kami tidak berhak…"

"Tidak! Aku memohon pada kalian untuk membawa anak-anak itu ke tempat yang lebih aman!"

Kelimanya saling berpandangan.

"Baiklah, Ratu. Tapi, tolong anda mengangkat kepala anda.."

Sang Ratu mengangkat kepalanya, dan menatap kelimanya. Kesunyian melanda mereka.

"Baiklah, kami akan melaksanakannya."

Sang Ratu tersenyum puas.

"Terimakasih."

.

.

=Coffey Milk=

.

DUAARR!

Gempa terbangun saat mendengar bunyi ledakan, ia mengucek matanya, tampak Halilintar juga mendengar suara itu dan terbangun, di susul oleh Air, Taufan, dan Api.

Kelimanya turun dari kasur mereka dan pergi ke luar kamar.

"Tuan muda! Tolong kembali!" dayang-dayang yang melihat mereka keluar dari kamar mereka tampak panik.

Namun kelima Boboiboy tampak tidak peduli dan berlari menuju di mana orang tua mereka. Keadaan istana terlihat sangat kacau. Beberapa orang berlari ketakutan, para dayang yang mengejar kelima Boboiboy, dan beberapa tentara yang berlalu lalang untuk mengamankan orang-orang yang berada di istana.

Kelima Boboiboy berhenti saat melihat pria dengan armor di tubuhnya.

"Ayah…" Pria itu berbalik, dan terkejut saat melihat ke lima anaknya.

"Apa yang kalian lakukan disini? Menjauhlah, disini berbahaya!" seru sang Raja.

"Apa… apa yang teljadi?" tanya Gempa.

Pria itu terdiam, tidak ingin menjawabnya, dan tersenyum, "Tidak ada apa-apa, Nak. Sekarang pergilah temui Ibunda kalian…"

Bunyi kerusuhan terdengar mendekat, sang Raja semakin kalut, hingga sang Ratu datang dan membawa kelima Boboiboy menjauhi tempat itu.

"Helena! Jaga mereka! Jangan biarkan mereka mendekat!" seru sang Raja pada istrinya.

Sang ratu membawa ke lima Boboiboy pergi menuju sebuah ruangan rahasia dimana terdapat lorong panjang yang ujungnya merupakan jalan keluar dari istana. Disana tampak kelima pengawalnya sudah menunggu.

"Kuserahkan mereka pada kalian…" ucap sang ratu lalu mengusap rambut anak-anaknya dan tersenyum lembut, "Ibu akan kembali…" kemudian berlari keluar dari ruangan itu.

"Ibu!" seru Gempa dan berlari menyusul sang ibu.

"Tuan Muda Gempa, tolong kembali!" Mirajane segera mengejar bocah cilik itu.

.

.

.

Setelah sang ratu mengamankan para dayang-dayang istana, ia berlari mencari suaminya. Tak menyadari dengan langkah langkah kecil yang mengikutinya.

DUAARR!

Wanita itu terkejut, hatinya merasa tak tenang. Ia melihat api mulai merambat membakar istana. Yang dipikirannya sekarang adalah melihat keadaan suaminya.

"Yang Mulia Raja!" teriaknya mencari suaminya.

DUAARR!

.

.

Gempa berhenti mengejar ibunya saat melihat ledakan di depan matanya. Ia tak melihat ibunya sesaat kemudian karena dilalap oleh api. Matanya membulat tidak percaya, berniat menerobos api, namun Marijane mencegahnya.

"IBU! AYAH!" teriak Gempa, air matanya merebak keluar.

"LEPASKAN! LEPASKAN! IBUU…! AYAAAHHH!"

.

.

=Coffey Milk=

.

.

13 tahun kemudian….

Gempa melihat langit malam penuh bintang diatasnya, pikirannya terbang mengingat saudara-saudaranya yang tidak pernah ia lihat lagi sejak kejadian itu. Ia bersiul pelan, membaringkan tubuhnya diatas rumput.

"Gempa…" seseorang memanggilnya, membuatnya mendongak, menatap pemuda bersurai emas di depannya.

"Ochobot…" ia berucap lirih.

"Kau harus kembali, kau belum memakan makan malammu, dan bibi Mira mencarimu…" ucap Ochobot padanya.

Gempa kembali menatap langit, lalu memejamkan matanya dan menggeleng, "Aku tidak mau.."

"Lagipula kau bisa masuk angin loh, tidur disini.." ucap Ochobot.

Gempa tidak berniat untuk membalas, Ochobot mendesah, sudah berkali-kali ia menghadapi Gempa yang terkadang mellow seperti ini, tapi tetap saja ia tak bisa mengatasinya. Ia pun berbalik dan masuk kedalam sebuah rumah.

.

.

Gempa hampir saja terlelap jika saja tidak ada yang menginjak perutnya, membuatnya membuka mata dengan kesal, dan ia mendapatkan seorang wanita yang raut wajahnya bahkan lebih kesal dari dirinya. Nyalinya langsung ciut.

"B—bibi Mira.." Gempa segera mendudukkan dirinya.

"Kau bocah, apa tidak seenak itu kah masakanku hingga kau tak mau memakannya?" tanya Mirajane padanya.

Gempa tertawa kecil, "Bu—bukan begitu.." ucapnya.

"Aku tidak mau mendengar alasanmu, sekarang masuk ke rumah!" seru Mirajane.

Gempa dengan berat hati menurut, diikuti oleh Mirajane ia masuk kedalam rumah. Didalam Ochobot sedang menyeduh teh. Gempa pun duduk diatas karpet dan Ochobot segera menyodorkan seporsi makan malam milik Gempa yang belum tersentuh sama sekali sejak tadi. Gempa berdoa sebelum makan dan segera menyuapkan sesendok dari hidangan di depannya ke dalam mulutnya.

"Gimana? Enak?" tanya Mirajane padanya sambil merapikan sandal-sandal penghuni rumah yang berserakan di genkan.

Gempa menoleh, "Lebih enak masakan Ochobot." Ucapnya dan segera mendapatkan lemparan sendal.

"Ermm… terimakasih," sahut Ochobot setelah mendengar pujian tak langsung Gempa.

Gempa nyengir dan melanjutkan makannya. Mirajane menutup pintu dan menguncinya. Ochobot membuka lemari dan mengambil tiga buah futon dari dalamnya, lalu menggelarnya di atas dipan yang terletak di pojok ruangan.

.

.

Gempa menatap langit-langit rumah dimana dia berada, sesekali mengeratkan pelukan pada selimutnya. Badannya bergerak gelisah, kadang menghadap kanan, lalu kiri, berkali-kali.

"Gempa, tidur." Suara parau Mirajane terdengar.

"Hnngg…" Gempa mengubah posisi tidurnya menjadi tengkurap.

Sunyi kemudian.

"Bibi Mira.." panggil Gempa kemudian.

"Hm.."

"Jika aku bilang, aku ingin pergi mencari kakak adikku, apakah bibi Mira mengizinkannya?" tanya Gempa.

Tak ada jawaban, hanya suara dengkuran terdengar, Gempa menghela napas. Ia akan mengatakannya lagi besok.

.

.

TBC

/

/

Genkan : tempat untuk naruh sepatu, yang biasanya ada di rumah2 jepang.

Futon : kasur lipat

O_o_O_o_O

Saya kembali dengan ff yang beda lagi, ntah kenapa pengen banget buat ff bbb kembar… jadi selagi idenya masih ada, ya, ngebut nulis.

Buat yg udah baca makasih ya~ jangan lupa di review juga. Jika ada yang bingung atau ada kesalahan bilang ke saya. Kritik, koment saya terima.

Thank Ya! (Bow) m(_ _)m