Naruto © Masashi Kisimoto

Pairing : NaruSaku

Warning : OOC, AU, Typoos, e.t.c.

~~~~~~~~~~oOo~~~~~~~~~~

"Apa kau percaya cinta pada pandangan pertama, Sakura?"

Sejenak, aku berpikir apa yang diucapkan oleh Ino di sela-sela makan siang kami. Aku menaruh sendok di samping bekalku lalu aku menopang dagu.

Cinta pada pandangan pertama?

Seumur hidup aku sudah pernah pacaran dan jatuh cinta. Tapi... cinta pada pandangan pertama?

"Tidak percaya." Jawabku.

Oke, aku tidak tahu dimana letak kesalahan atas jawaban yang kuberikan, tapi melihat ekspresi Ino yang saat ini tengah membelalakan matanya rasanya aku menjawab dengan jawaban yang salah.

"Apa kau gila Sakura?!"

Oh.. tidak! Salah satu kebiasaan buruk Ino! berargumen tanpa tahu waktu dan tempat!

Dan aku semakin menyesal telah menjawab pertanyaan Ino tadi. Karena, saat ini semua pasang mata yang berada di kantin tengan memandang kami dengan tatapan sinis.

"Sakura! kau sudah berumur 17 tahun! Dan kau tidak percaya dengan yang namanya cinta pada pandangan pertama? Kau Gila! kau tidak pernah jatuh cinta ya?!"

Kata-kata terakhir Ino kontan membuat seluruh pasang mata melihat kepada kami dengan ekspresi geli. Sial Ino! Kubunuh nanti!

"Dengar! aku tidak gila! Dan demi tuhan, tolong kecilkan suaramu itu Ino! Aku tidak ingin menjadi bahan lelucon seluruh sekolah!"

Kali Ini, Ino akhirnya sadar betapa perbuatanya itu mengundang banyak pasang mata yang melihat antusias. Ino, yang notabenya ketua cheerleader enggan menjadi bahan olok-olokan. Akhirnya, ia berdeham dan memajukan posisi duduknya, agar pembicaraanya tidak terdengar.

"Hei.. kau serius tidak pernah jatuh cinta pada pandangan pertama?"

"Iya." jawabku singkat

"Tunggu-tunggu! bukankah kau pernah bilang bahwa si Sabaku Gaara itu menarik saat pertama kali melihatnya? berari kau sudah jatuh cinta pada pandangan pertama Sakura!"

"Dengar ya Ino, aku bilang menarik bukan berarti aku jatuh cinta padanya. aku bilang menarik karena dia tampan! dan asal kau tahu, jatuh cinta pada pandangan pertama itu tidak bisa disebut cinta. Bagaimana bisa mencintai seseorang hanya saat pertama kali melihatnya? kau kan butuh proses untuk mengenalnya!"

"Aku percaya! buktinya aku sampai bisa pacaran dengan Sasuke-kun."

"Dan kau menyesal kan, karena berpacaran denganya?" Tanyaku dengan senyum sinis.

"Ti'tidak! aku tidak menyesal..!"Bantah Ino. Kedua jemarinya mengepal. Aku memicing menatapnya, dan hal itu membuat Ino banyak mengedipkan mata. Ha-ha. Satu lagi kebiasaan Ino, dia banyak mengedipkan mata jika dia ragu akan sesuatu.

"Kau bohong. kau banyak berkedip"

"A'aku tidak!" Ia semakin banyak mengedipkan mata. Mungkin jika orang awam melihatnya, mereka pasti berpikir bahwa Ino sedang memamerkan bulu matanya yang memang sudah seperti boneka yang sering kulihat di toko mainan.

"Kau ragu ino.."

"Hufft..." Ino menghela napas. Percuma membodohiku yang memang sudah bersahabat denganya sejak kecil.

"Dengar Sakura, aku tidak menyesal berpacaran dengan Sasuke. Aku susah payah mendapatkanya. Mana mungkin aku menyesal? yaah.. walaupun aku sedikit ragu karena dia begitu dingin padaku. Dan kau tahu? aku sering melihatnya dikelilingi banyak gadis dan dia tidak merasa risih, padahal jelas-jelas dia sudah berpacaran denganku!" Mata Ino berkaca-kaca.

Jujur, akupun merasa kasihan pada sahabatku. Ino sering sekali melihat para gadis berkerumun di sekeliling Sasuke. Itu bukan hal aneh, mengingat Sasuke salah satu Top Male di seluruh sekolah. Dan ketika Ino melihatnya dengan wajah cemberut, Sasuke tanpa berdiri dari 'singgasana' hanya mengeluarkan Handphone dan menulis pesan yang berisi 'Jangan memasang tampang menyebalkan seperti itu. Tidak enak dilihat tahu.' poor Ino. Tapi entah mengapa, sedingin dan sekejam apapun perbuatan Sasuke, Ino tidak pernah sedikitpun menyerah. Bodoh.

"Lihat kan? cinta pada pandangan pertama itu hanya ilusi, dan hal itu berarti kau mengarah hanya pada fisik saja, tanpa tahu sifat sesungguhnya bagaimana. Buktinya kau terus tersakiti kan oleh Sasuke'kan? Makanya, Tidak ada yang namanya cinta pada pandangan pertama."

"Ada!" Bantah Ino

"Tidak ada!"

"Ada!"

"Tidak!"

"Oke begini saja, bagaimana kalau kita membuat taruhan?"

"Taruhan? Taruhan apa?"

"Kau bilang kau tidak percaya cinta pada pandangan pertama kan?"

aku mengangguk

"kalau begitu ayo kita taruhan! Dalam 6 bulan-sampai kita lulus- kalau kau tidak sekalipun jatuh cinta pada pandangan pertama, aku berjanji akan mengungkapkan seluruh kekesalanku pada Sasuke!"

Aku memebelalak. Ino, yang sesakit apapun Sasuke sudah mempermaikanya, ia tetap saja tidak marah. Tapi apa tadi dia bilang? mengungkapkan kekesalanya yang ia pendam bertahun-tahun? hah! Puma -kucing peliharaanku- pun takkan percaya.

"Tapi..." Ino melanjutkan "Kalau dalam kurun waktu 6 bulan ternyata kau jatuh cinta pada pandangan pertama, maka kau harus menyatakan di depan seluruh murid KHS dan di depan orang yang kau cintai, bahwa kau ternyata telah jatuh cinta padanya!"

Aku meringis "Kau norak sekali Ino"

"Hei... kenapa? kau tidak berani, hah? "Ino tersenyum jahil.

"Enak saja! Tentu aku berani!"

Ino mengangkat kedua tanganya "Yeeaaa! Baguss!"

aku mendengus. Jatuh cinta pada pandangan pertama dalam waktu 6 bulan? hah! Tidak mungkin bisa! Seumur hidupku aku tidak pernah mengalami hal itu. Jadi, mana mungkin dalam waktu 6 bulan aku jatuh cinta pada pandangan pertama!

Iya kan?

4 bulan telah berlalu sejak dideklarasikanya taruhan antara aku dan Ino. sejauh ini.. belum ada satupun tanda-tanda kalau aku telah kalah dalam taruhan . Dan hal itu semakin membuat Ino frustasi. Pasalnya, ia tak mau hubunganya kandas jika nanti ia kalah dan harus meluapkan kekesalanya yang ia pendam selama bertahun-tahun pada Sasuke. Pikiran Ino berlebihan? ah.. tidak juga.

pernah suatu hari Ino marah pada Sasuke karena melihatnya sedang merangkul seorang gadis. Sasuke, entah dilahirkan di bagian kutub es mana hanya berkata "Kau marah karena aku membopong seorang gadis yang sedang sakit, Ino? kau kekanak-kanakan sekali. kalau kau tidak suka, lebih baik kau cari lelaki lain saja."

Sontak Ino terkejut dengan perkataan pacarnya. Kekanak-kanakan? Cari lelaki lain? Seumur hidup Ino tidak pernah dicampakan seperti itu. selalu dia yang mencampakkan lelaki. Lagipula, Sakit darimana? orang buta pun bisa melihat kalau gadis yang dibopong ralat dirangkul Sasuke itu hanya pura-pura. Buktinya, saat Sasuke melewati Ino yang masih terbengong, gadis itu melirik padanya dan mengedipkan mata. Sejak saat itu, setiap Sasuke dekat dengan wanita lain, Ino hanya memendam amarahnya dengan menjauh dari zona nyaman Sasuke.

"Hei.. Sakura"

"Apa?"

"Bagaimana kalau taruhanya dibatalkan?"

Aku melirik pada Ino yang bertopang dagu sambil melihat lapangan basket.

"Tidak bisa."

"Ehh? kenapa?"

"Karena aku tidak mau melewatan kesempatan saat kau meluapkan amarahmu pada Sasuke."

Ino memanyunkan mulutnya "Kau jahat Sakura!"

"Salah siapa yang membuat taruhan konyol semacam itu?"

"Aku kan tidak mengira kalau kau akan bertahan sampai sejauh ini!"

Aku tersenyum simpul sembari memasukan buku dan alat-alat tulis ke dalam tas.

"Harusnya kau pikir-pikir dulu sebelum membuat taruhan. Aku saja bisa bertahan dengan pandanganku selama ini. masa dalam waktu 6 bulan aku bisa merubah itu semua , huh?"

Ino semakin memanyunkan bibirnya. Aku semakin senang melihat hal itu. Oh.. aku jadi ingin cepat-cepat bulan Juni, bulan saat taruhan kami akan berakhir.

"Aku mau pulang. kau ikut tidak?"

"Tidak bisa. Hari ini ada latihan cheers. Duluan saja."

"Ok.. sampai jumpa"

Seperti biasa, aku harus berjalan kaki untuk menuju stasiun kereta. Jaraknya tidak jauh. Hanya melewati beberapa persimpangan sudah bisa sampai di pintu masuk stasiun.

Aku menunggu lampu persimpangan jalan berubah warna menjadi hijau. 40 detik lagi. sejenak aku alihkan pandanganku ke arah langit. Jingga..

Entah sudah berapa lama aku melihat langit sampai tidak menyadari bahwa lampu untuk pejalan kaki sudah berubah menjadi hijau. Hingga akhirnya aku tersadar saat mendengar suara dari lampu pejalan kaki berbunyi, yang menandakan bahwa sebentar lagi lampu itu akan berubah lagi menjadi warna merah. Aku bersiap untuk melewati trotoar secepat mungkin.

Baru saja aku berjalan satu langkah, namun secara tiba-tiba ada sebuah tangan menariku kencang. Tubuhku linglung sehingga menabrak tubuh seseorang dibelakangku. Lalu untuk menjaga keseimbanganku agar tidak jatuh, satu tangan lagi memegang pinggangku. Aku mendongak untuk melihat orang yang menariku. Dan saat itulah, mata kami bertatapan. aku bertatapan dengan mata biru secerah langit. Mata yang baru pertama kali kulihat. Mata yang entah kenapa, membuat jantungku berdebar-debar.

To Be Continued

Review Please