Dandelion Promise
.
.
.
The dandelion next to the fence in junior high school
It was a scenery that had flavour in my memory
Taking an afternoon nap, cicada noise comes from the playground
After many years, it still sounds good
.
.
Masih teringat olehku saat aku masih di sekolah menengah. Dandelion tumbuh di samping kebun belakang sekolah. Aku sering melihatnya dengan sahabat –mungkin cinta pertama ku saat itu. saat istirahat kami tidur siang di kebun belakang sekolah ditemani dengan suara jangkrik yang indah. Setelah sekian lamanya suaranya pun tetap terdengar indah.
.
Fold up the dreams into a paper airplane and send it as a letter
Because we can't wait for that meteor
Throwing the coin that decides fate seriously
Yet I don't know where I can go
.
Kita menuliskan mimpi kita ke dalam pesawat kertas dan mengirimkannya seperti surat. Karena kita tidak bisa menunggu untuk meteor jatuh yang bahkan kita tidak tahu kapan benda langit itu jatuh. Melempar koin pada kolam harapan yang dapat serius memutuskan takdir kita. Bahkan aku belum tahu kemana harus pergi.
.
.
"Hyung apa kau punya mimpi?" tanyanya padaku saat itu.
"Hmm…punya. Ada apa?"
"Tuliskanlah impianmu di kertas ini." Ucapnya sambil memberiku sebuah kertas.
Aku menuliskan impianku pada kertas itu. dia pun melakukan yang sama.
"Apa yang kau tulis?" tanyaku sambil mencoba melihat tulisannya.
"E-eh? Ini rahasia hyung jangan mengintip!" ujarnya sambil menutupi kertasnya. Tingkahnya membuatku gemas. "Nah sudah selesai. Hyung lipatlah kertasmu menjadi pesawat!" Ucapnya kemudian melipat kertasnya menjadi pesawat.
"Lalu setelah itu kertas ini kita apakan?" aku menunjukkan kertas ku yang sudah jadi pesawat.
"Kita akan menerbangkannya. Katanya jika kita menuliskan impian kita dan menerbangkannya Tuhan akan mengabulkannya." Jelasnya dengan mata yang berbinar. Aku terkekeh kecil saat mendengar penjelasannya.
"Siap hyung? Ayo kita terbangkan."
"Hana…dul…set." dia menghitung dari satu sampai tiga. Lalu menerbangkan pesawatnya. Aku pun mengikutinya.
"Setahuku impian kita akan terkabul jika kita berdoa pada meteor jatuh." Ucapku sambil mendudukan diriku.
"Tapi kita tidak bisa menunggu meteor jatuh karena kita tidak tahu kapan benda langit itu jatuh ke bumi." Jelasnya. Aku hanya menganggukan kepalaku.
"Hyung…apa kau ingin menemani ku mengunjungi suatu tempat?"
"Tentu saja."
.
"Kenapa kau membawa ku kesini?" tanyaku heran saat dia membawaku ke sebuah kolam di taman kota.
"Katanya jika kita melemparkan koin dan memanjatkan doa. Doa kita akan terkabul." Jelasnya padaku. Aku heran dengannya. dia melemparkan koinnya lalu memejamkan matanya dan mengatupkan kedua tangannya. Aku hanya menatapnya. Dia membuka matanya dan menolehkan kepalanya padaku.
"Hyung kau tidak mau berdoa?" tanyanya saat melihat aku yang hanya diam memandanginya.
"Ah…ya baiklah." Aku pun melemparkan koinku ke dalam kolam itu. dan segera memanjatkan doa ku.
.
.
A promise we made when growing up together
It's so clear
I believe it since we made a pinky swear
We said we would go on holiday together
Nowadays it's your
Only wilful persistence
.
.
Kita membuat janji untuk tumbuh bersama. Aku mempercayai itu karena kita sudah membuat janji. Kau berkata ingin pergi berjalan-jalan bersama.
.
In the corridor we stand as punishment and have our hands slapped
Yet we pay attention to the dragonfly by the window
Wherever I go you follow very closely
There are a lot of dreams waiting to done
.
Di koridor kita berdiri karena dihukum dan mendapatkan pukulan di tangan. Tetapi kita malah memperhatikan capung yang terbang di dekat jendela. Aku pergi kemanapun kau selalu mengikuti ku.
.
"Siapa yang tidak membawa tugas?!" tegas guru ku yang mengajar saat itu.
"S-saya seongsaenim." Aku melihatnya mengangkat tangannya ragu dengan suara yang bergetar. Aku hanya menghela nafasku berat. Lalu mengangkat tanganku.
"Saya juga tidak membawa tugas seongsaenim."
"Kim Taehyung Jeon Jungkook keluar dari kelasku." Tegasnya. Akupun berdiri dan menarik tangannya untuk keluar.
Guru kami keluar kelas. Ia menghela nafasnya kemudian berkata. "Jangan ulangi lagi perbuatan kalian. Tunjukkan tangan kalian." Ucapnya menyuruh kami agar menunjukkan tangan kami. Aku dan Jungkook pun menunjukkan tangan. Ia memukul tangan kami dengan penggaris kayu yang ia bawa. Dan kemudian menyuruh kami untuk mengangkat kedua tangan kami sebgaia hukuman.
"Hyung lihatlah capung itu." ucap Jungkook saat dirinya melihat capung yang terbang di dekat jendela.
Aku melihat capung yang Jungkook maksud. "Ada apa dengan capung itu?" tanyaku heran.
"Aku ingin terbang bebas seperti capung itu hyung."
.
"Hyunggg tunggu aku." teriak Jungkook. Akupun menghentikan langkahku dan menoleh ke arahnya.
"Hosh hosh hosh…kau mau kemana hyung?" tanyanya dengan nafas yang masih tersenggal-senggal.
"Aku ingin pergi ke toilet kookie."
"Aku ikut!"
"Aku ingin pergi ke toilet kook. Bukan ke taman bermain."
"Aku tidak peduli. Aku akan ikut kemanapun kau pergi!" dia tetap keras kepala.
"Bahkan ke toilet pun?"
"Ne!" ucapnya dengan tegas. Aku hanya menatapnya datar dan melanjutkan langkahku.
.
A promise we made when growing up together
It's so sincere
The one time I couldn't stop chatting to you
And I already can't tell the difference
Whether you are the friendship or someone who I love
.
Saat itu aku tidak bisa berhenti mengobrol denganmu. Entah kenapa dadaku berdebar saat aku berbicara denganmu. Saat itu aku tidak bisa membedakan kau itu sahabatku atau orang yang ku cintai? Tapi kini aku mengerti kau adalah orang yang ku cinta.
.
Kami mengobrol di tempat kesukaan kami. Taman belakang sekolah. Aku menceritakan tentang apapun yang bisa aku ceritakan. Terkadang aku menceritakan sebbuah lelucon. Dia tertawa saat mendengar ceritaku. Entah kenapa aku ingin selalu melihat tawanya itu.
"Hyung aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Ucapnya dengan kepala yang ditundukkan. Aku menolehkan kepalaku kepadanya.
"S-saranghae." Ucapnya dengan pelan namun mesih terdengar olehku. Aku hanya terdiam mendengar ucapannya.
"Aku tahu kau hanya menganggapku sebagai sahabat tidak lebih dari itu. tapi aku ingin mengatakan itu sebelum hari kelulusan nanti." ucapnya dengan senyum manisnya. "Aku tidak ingin berharap, tapi aku akan menunggumu hyung." Jungkook berdiri dari duduknya setelah mendengar suara klakson mobil. "Sampai jumpa di hari kelulusan hyung." Ujarnya kemudian meninggalkanku.
.
"Maafkan aku Kook." Ucapku pelan.
"Gweanchana hyung." Jungkook menampilkan senyuman manisnya. Entah kenapa aku merasa sesak saat melihat senyuman itu.
"Kita masih bisa berteman kan?" tanyaku dengan sedikit tidak rela. Dia menganggukkan kepalanya. Aku tersenyum.
"Selamat atas kelulusanmu hyung." Ucapnya memberi selamat kepadaku.
"Kau juga kook."
"Hyung aku akan pindah sekolah. Appa ku dipindahkan tugasnya di Seoul."
"Kau tidak bersekolah di sini lagi kook?" ucapku terkejut.
"Ani, tenang saja hyung aku akan selalu mengirimkanmu email."
"Baiklah. Kau hati-hati disana."
.
Kau berjanji akan mengirimkan email padaku empat tahun lalu. Tapi kau tidak pernah sama sekali mengirimkan email padaku. Bahkan saat aku mengirimkan email padamu tidak pernah satu pun kau balas. Padahal aku sangat ingin mengatakan padamu bahwa aku…mencintaimu.
.
.
.
END
.
Hope u like! ^^. Give me a review please ^^.
