Mimpi buruk itu wajar. Semua orang pernah mengalami.

Justru tidak mendapatkan mimpi apapun, rasanya bak sayur tanpa bubuhan garam; hambar, layaknya ketenangan sebelum badai besar.

Setidaknya itu untuk kaum demigod.


.
.

Percy Jackson and the Olympians (c) Rick Riordan
.

seluruh karakter dalam cerita adalah milik Rick Riordan seorang.

saya tidak mengambil keuntungan materiil dalam bentuk apapun selain keuntungan berupa asupan pribadi.
.

Warning: mungkin ooc, typo(s), diksi minim, dsb. DLDR.
.

Summary: Percy selalu ada untuk Annabeth; bahkan saat Annabeth terbangun dari mimpi buruk./Untuk Festival Fandom Barat II

.
.


Annabeth bangun dengan napas tersengal.

Mimpi buruk kembali bertamu. Kenangan "wisata" di Tartarus bersama Percy menghantuinya, lagi. Hingga memasuki buaian mimpi.

Annabeth ingat betul kejadian-kejadian di Tartarus; saat mereka bertemu Arae, merasakan pedih sebab ditinggal pergi oleh Percy—yang sebenarnya merupakan ilusi semata akibat kutukan, diselamatkan oleh Bob—si titan bernama asli Iapetus yang mengalami amnesia, bertemu Damasen, dikejar Nyx; sang dewi malam, berhadapan dengan manifestasi Tartarus, pengorbanan Bob dan Damasen agar Percy dan dirinya bisa keluar dari Tartarus.

Kenangan kelam berputar, lagi dan lagi. Bagai kepingan kaset rusak.

Tubuh Annabeth gemetar.

Kalau boleh jujur, Annabeth tidak ingin mengingat itu. Terlalu mengerikan dan ... menyakitkan.

Beranjak dari ranjang; mengendap diam-diam keluar dari pondok.

Peduli amat dengan aturan tak boleh keluar malam.

xXx

Angin malam berhembus menusuk kulit. Annabeth tidak peduli. Setidaknya ia bisa sendiri di sini. Dan mengadu pada sunyi.

Manik kelabu pandangi karpet rumput yang terinjak. Menolak berpandangan dengan bintang-bintang di atas sana.

"Wow. Lihat siapa yang langgar jam malam,"

Annabeth menoleh; mendapati sosok pemuda ganteng yang teridentifikasi sebagai kekasihnya. Percy—Perseus—Jackson.

Senyum terulas di paras Annabeth, "Otak Ganggang," begitulah dirinya memanggil sosok pemuda tersebut.

Si Otak Ganggang nampak mendengus, sebelum akhirnya mendudukan diri di samping yang terkasih. Baru saja duduk, kepala Annabeth sudah jatuh ke pundaknya.

Percy tidak keberatan, tentu saja.

"Jadi, ada apa, nih? Mimpi buruk?" Percy menerka. Memang benar, dirinya terkadang tidak bisa mengerti jalan pikir Annabeth, bebal pula. Setidaknya, dia bisa langsung menyimpulkan penyebab gadisnya nampak murung begini.

Annabeth terdiam untuk beberapa saat.

Percy setia menunggu jawaban Annabeth. Manik sewarna laut bertemu dengan taburan bintang di langit. Ah, Bob kembali muncul dalam benak.

"Aku bermimpi soal Damasen dan Bob," Annabeth mulai membuka mulut. Jemari sang putri Athena memainkan kalung perkemahan, kemudian melanjutkan ucapan, "Tidak hanya itu, sih. Seluruh kejadian yang terjadi di Tartarus; aku memimpikan semuanya. Benar-benar ngeri."

Percy tahu benar bagaimana ketakutan Annabeth—toh, saat itu dia berada di sana. Yang bisa dia lakukan saat ini hanya menemani dan membuat Annabeth merasa aman.

Tangan Percy mengelus kepala Annabeth penuh afeksi. Mencoba menenangkan Annabeth; dan terbukti ampuh, "Aku di sini, Gadis Bijak. Kau engga sendirian. Apapun yang terjadi; aku bakal melindungimu, kok."

Annabeth tak kuasa menahan diri untuk tidak tersenyum. Pacarnya ini, benar-benar, deh. Pantas diincar banyak orang—para gadis maupun, ehm, laki-laki.

"Omong-omong, kau kenapa bisa di sini?"

"Hmm? Insting seorang pacar baik mengatakan bahwa gadisku sedang bermuram-durja di sini."

"Jadi kau ikut-ikutan melanggar aturan?"

"Apa, sih, yang engga buat kamu?"

Dan cubitan maut singgah di pinggang Percy.

Rasanya Annabeth tidak perlu merasa takut berlebih lagi. Karena Otak Ganggangnya selalu ada untuknya.

fin

A/N: Alhamdulillah, Ya Rabb, bisa nyumbang buat event FFB. Hmm, langsung aja, ya.

Mind to RnR?