WHUOOOOOOOONG!
Tiba-tiba, di langit biru yang cerah, terjadi distorsi yang sangat besar dengan suara gemuruh yang keras. Dari suatu ketiadaan, distorsi berubah menjadi lubang hitam raksasa berputar-putar spiral dengan kecepatan yang tinggi. Kemudian dari pusat lubang hitam itu, muncul sosok misterius yang perlahan-lahan turun ke bumi. Sosok misterius yang tidak diketahui. Entah siapa dia sebenarnya.
Dia adalah seorang gadis berambut panjang merah hati. Bermata violet. Berpakaian gaun kembang berwarna merah kehitaman seperti model gaun kerajaan eropa abad pertengahan. Kedua kakinya memakai sepatu boots berhak tinggi berwarna hitam. Tangan kanannya memegang sebuah pedang panjang ramping berwarna perak yang berkilau dengan gagang berukiran tiga permata saffir biru.
Dari penampilannya dapat diketahui, dia adalah sosok spirit yang baru. Spirit setingkat rating SSS. Kekuatannya melebihi kekuatan Origami.
Siapakah sosok spirit baru ini?
Dia berwajah datar sambil menyerukan sebuah kalimat ancaman.
"Akhirnya aku tiba juga di dunia ini. Dunia yang dihuni oleh para manusia. Aku akan menghancurkan mereka lewat perasaan dan tekanan mental. Itulah yang ingin aku lakukan untuk bersenang-senang di dunia ini ...," senyuman sinis terukir di wajahnya yang cantik."Origami ... Tohka ... Tunggulah aku. Aku akan mencari kalian secepatnya. Karena kalian sudah mengkhianatiku. Sebelum itu, aku akan melakukan serangan pertamaku di dunia ini."
Cepat atau lambat, gadis spirit itu akan datang menemui Origami dan Tohka. Sebab Origami dan Tohka ditunjuk sebagai spirit yang ditugaskan untuk menghancurkan dunia ini. Tapi, Origami dan Tohka sudah berubah karena perasaan cinta mereka terhadap dua pahlawan yang telah menyelamatkan dunia ini. Naruto dan Shidou. Dua sahabat yang telah mengukir kemenangan dalam menghentikan tindak-tanduk para spirit lewat perasaan cinta. Kini para spirit sudah tunduk pada mereka. Bahkan para spirit sudah jatuh cinta pada mereka.
JLEB!
Sang spirit misterius pun menghilang saat menancapkan pedangnya ke tanah. Bersamaan gempa bumi dahsyat menimpa daerah yang dipijaknya. Tanah amblas ke bawah dalam hitungan detik.
DRRRRAAAAAAAAAK!
Terdengarlah bunyi alarm tanda bahaya yang menggema di seantero kota Tenguu.
NGUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUUNG!
Ledakan dahsyat seperti nuklir menghantam wilayah yang disinggahi spirit baru tadi. Menghancurkan apa saja yang ada di dekatnya tanpa tersisa sedikitpun. Pedang yang ditancapkan ke tanah itu, juga sudah menghilang saat ledakan mahadahsyat sudah melanda wilayah tersebut. Itulah Pedang Penghancur Dunia.
BUUUUUUUUUUUUUUUM!
Inilah awal dari bencana yang baru. Ancaman besar dari spirit yang baru.
.
.
.
Disc:
Naruto © Masashi Kishimoto
Date A Live © Koshi Tachibana
.
.
.
Multipairing:
Naruto x Tohka
Shidou x Origami
Genre: adventure/hurt/comfort/mystery/romance/humor
Rating: T
Setting: kota Tenguu
Start: Senin, 27 Juni 2016
.
.
.
Summary:
Sekuel dari "Shinobi and Date Mission". Muncullah spirit baru yang akan mengadu domba Naruto dan teman-temannya lewat perasaan dan tekanan mental. Menghancurkan hubungan persahabatan, cinta dan keluarga. Mempermainkan emosi mereka hingga terjadilah peristiwa yang sangat besar dan mengancam dunia ini. Inilah spirit baru!
.
.
.
SHINOBI AND NEW SPIRIT
By Hikasya
.
.
.
Chapter 1. Kisah yang baru
.
.
.
SETAHUN KEMUDIAN ...
"Aku berangkat!"
"Hati-hati, Naruto!"
"Iya, Tousan!"
Pintu pagar besi terbuka saat Naruto ingin keluar dari rumah sederhana. Rumah sederhana yang terletak cukup dekat dengan sekolah Naruto yaitu Tenguu High School atau lebih disingkat menjadi THS. Rumah tersebut berhasil dibeli oleh Minato dengan uang hasil tabungannya yang didapatkannya dari gaji sebagai guru olahraga yang mengajar di sekolah Naruto. Kehidupan mereka menjadi lebih baik dan berkecukupan setelah pindah dari rumah Shidou, beberapa bulan yang lalu.
Kini Naruto sudah duduk di kelas 12 atau kelas 3 SMA. Begitu juga dengan Shidou dan teman-temannya. Seperti Tohka, Kurumi, Origami, dan Mana. Juga gadis-gadis spirit yang masih tinggal di rumah Shidou sekarang, memilih sekolah di tempat yang sama dengan Shidou dan Naruto. Sebut saja Yoshino yang duduk di kelas 10. Kaguya dan Yuzuru yang duduk di kelas 11. Miku yang duduk di kelas 12.
Para gadis spirit sangat senang bisa satu sekolah dengan dua laki-laki itu. Dengan begitu, mereka bisa leluasa untuk berdekatan dengan Naruto dan Shidou. Tapi, mereka selalu dihalangi oleh Tohka dan Origami. Karena Tohka adalah pacarnya Naruto dan Origami adalah pacarnya Shidou. Dua gadis itu tidak akan membiarkan seorangpun menyentuh Naruto maupun Shidou.
Begitulah yang terjadi sekarang ini. Meskipun Naruto bisa bernapas lega karena sudah pindah dari rumah Shidou itu, agar bisa terhindar dari godaan para gadis spirit. Tapi, begitu sampai di sekolah, dia malah kewalahan karena digoda terus oleh gadis-gadis spirit yang begitu agresif seperti Kaguya, Yuzuru dan Kurumi. Sebaliknya Shidou digoda oleh Miku dan Yoshino. Hal ini akan membuat Tohka dan Origami menjadi panas melihatnya. Terbakar api cemburu dan tidak sengaja mengeluarkan kemampuan spirit mereka hingga terjadilah ledakan yang menghancurkan separuh sekolah. Sangat mengagetkan semua orang.
Mengingat hal itu, sungguh membuat Naruto berpikir berulang kali. Pertama, dia sudah pindah dari rumah Shidou dan tinggal berdua dengan ayahnya di rumah yang baru. Semula Tohka ingin ikut tinggal bersama Naruto di sana. Tapi, ayahnya tidak mengizinkannya dan menyuruh Tohka tetap tinggal di rumah Shidou. Tidak baik jika ada seorang gadis dan seorang laki-laki tinggal serumah. Apalagi mereka berpacaran. Ayah Naruto mau mengizinkan Tohka tinggal bersamanya dan Naruto, asal kalau Tohka sudah menikah dengan Naruto nanti. Barulah Tohka bisa tinggal bersama Naruto dalam satu atap.
Yang kedua, dia harus menghadapi ulah para gadis spirit yang selalu berusaha menggodanya. Itu hampir setiap hari jika ke sekolah. Tak dapat dielakkan, Tohka selalu cemburu dan marah besar padanya karena maunya digoda oleh gadis-gadis spirit itu. Tohka sudah banyak berubah sejak setahun ini. Dia berubah menjadi lebih tenang, mudah tersinggung dan mudah emosi. Tidak polos dan kekanak-kanakan lagi. Rasanya dia sedikit dewasa sekarang.
Juga Tohka sering berkunjung ke rumah Naruto setelah sepulang sekolah, bukan hanya ingin menunjukkan rasa cintanya pada Naruto. Tapi, dia juga ingin belajar memasak pada Minato agar bisa menjadi istri yang baik untuk Naruto nantinya. Dari Minato, dia belajar banyak soal tugas-tugas rumah tangga. Tak dapat disangka-sangka juga, dia sering membantu Minato memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga lainnya. Dia mengatakan semua ini dia lakukan hanya demi Naruto dan ingin menjadi orang yang paling dicintai Naruto untuk selamanya.
Ya, dua pemikiran yang menjelma di otak Naruto pada pagi hari yang cerah ini. Kedua kakinya melangkah santai untuk menyusuri jalanan perumahan yang sepi. Tas jingga tampak tergantung di bahu kanannya. Pakaian seragam khas Tenguu High School juga membalut tubuhnya yang tegap dan tinggi. Umurnya sudah menginjak 18 tahun sekarang. Dia mulai kelihatan lebih dewasa.
Walaupun begitu, dia tetaplah shinobi yang berasal dari desa Konoha. Desa ninja yang tidak ada lagi karena sudah hancur akibat ledakan besar yang dilakukan oleh spirit. Semuanya tidak ada yang selamat dari bencana besar itu kecuali ayahnya, Namikaze Minato itu, sang mantan Hokage keempat.
Di dunia ini, dua shinobi yang tersisa, hanyalah dirinya dan ayahnya. Dua shinobi yang telah menempuh kehidupan baru di kota Tenguu. Berusaha melupakan kehidupan di masa lalu. Kehidupan masa kini telah mereka jalani. Saatnya terus tetap hidup untuk kelangsungan masa depan.
TAP! TAP! TAP!
Langkah kaki laki-laki berambut pirang jabrik dan bermata biru itu, terus terayun dengan ringan. Dia berjalan sambil merenungkan masa lalunya itu. Hingga dia tidak menyadari jika ada seseorang yang sedang berlari-lari cepat ke arahnya. Memanggil dirinya dengan suara yang keras.
"NARUTO-KUN!"
Renungan Naruto buyar. Dia tersentak dan menghentikan langkahnya sejenak.
"Siapa yang memanggilku?" tanyanya sambil melihat ke arah asal suara.
DRAP! DRAP! DRAP!
Tampak gadis berambut ungu panjang diikat ponytail. Bermata sewarna dengan matanya. Berpakaian seragam dan rok setengah paha khas THS. Menyandang tas ungu bertali dua di dua bahunya. Mengenakan kaos kaki berwarna hitam setengah betis. Sepatu kets berwarna hitam membungkus kakinya.
"Tohka-chan!"
Begitulah Naruto memanggilnya. Sebenarnya, nama lengkap gadis itu adalah Yatogami Tohka. Seorang gadis spirit yang memiliki pedang besar bernama Sandalphon. Merupakan spirit dalam kelas AAA. Kode namanya adalah princess. Dialah pacarnya Naruto.
Begitu sudah di dekat Naruto, dia langsung merangkul tangan kiri Naruto dengan perasaan cinta yang berbunga-bunga.
"Syukurlah, aku menemukanmu di sini," ucap Tohka yang tertawa lebar dengan rona merah tipis di dua pipinya."Aku tadi ke rumahmu. Tapi, kata ayahmu, kamu sudah berangkat duluan ke sekolah. Jadinya, aku langsung lari untuk mencarimu. Untunglah, kamu sudah kutemukan. Aku ingin kita berangkat ke sekolah sama-sama pagi ini."
"Oh ...," Naruto membulatkan mulutnya seperti huruf o."Kamu itu ya ... Selalu datang pagi-pagi ke rumahku, supaya kita bisa berangkat ke sekolah sama-sama. Padahal jarak rumah Shidou dengan rumahku agak berjauhan. Tapi, kamu tetap nekad juga datang ke sini. Dasar, Tohka!"
Naruto tersenyum dengan kemerahan di dua pipinya. Sedangkan Tohka hanya tertawa geli.
"Hehehe ... Tentu saja. Karena aku ingin selalu bersamamu, Naruto-kun."
"Hm, aku tahu itu."
"Tapi, aku ingin tinggal denganmu. Aku merasa kesepian kalau nggak ada kamu saat di rumah Shidou."
Sejenak raut muka Tohka berubah kusut. Membuat Naruto terpaku melihatnya.
Lalu Naruto menjawabnya dengan segera. Tangannya memegang puncak rambut Tohka.
"Jangan sedih. Ayahku sudah bilang sama kamu, kan? Kalau kamu belum boleh tinggal denganku sekarang. Kita ini belum menikah. Belum boleh tinggal serumah. Kamu paham, kan Tohka-chan?"
Pandangan gadis itu meredup saat menatap wajah Naruto yang terkesan lembut. Dia hanya mampu menganggukkan kepalanya dengan pelan.
"Aku paham."
"Bagus."
"Tapi, Shidou dan Origami. Mereka tinggal serumah. Padahal mereka berpacaran. Tapi, kenapa ayahmu melarang kita tinggal serumah?"
Tangan Naruto menjauh dari puncak kepala Tohka. Dia pun melihat ke arah lain sambil menggaruk-garuk pipinya.
"Hm ... Itu karena ayah nggak mau terjadi sesuatu hal yang buruk pada kita berdua. Makanya dia melarang kita tinggal serumah. Kamu bisa tinggal di rumahku jika kamu sudah menjadi istriku nantinya. Kira-kira begitu."
"Oh ..."
Tohka manggut-manggut. Kemudian Naruto menoleh ke arahnya.
"Kamu sudah ngerti, kan?"
"Iya."
"Kalau gitu, ayo kita pergi ke sekolah sekarang."
"Hm ..."
Sekali lagi rona merah tipis hinggap di dua pipi Tohka. Dia tersenyum manis. Begitu bahagia mendengarnya.
Setelah itu, mereka melangkah bersama. Terlihat Tohka masih merangkul tangan kiri Naruto dengan eratnya. Tidak mau melepaskannya. Bahkan Naruto tersenyum melihat tingkah pacarnya ini yang sudah ditetapkan oleh ayahnya, masuk dalam daftar calon istrinya dan calon menantu buat ayahnya. Dia belum memikirkan sejauh itu sekarang. Tentang pernikahan itu yang selalu diingatkan oleh ayahnya jika Tohka berkunjung ke rumahnya.
Intinya mereka dijodohkan. Tapi, belum ada rencana untuk bertunangan atau semacamnya. Mereka masih senang menjalani hubungan sebagai sepasang kekasih ini. Belum ada niat untuk melanjutkan hubungan yang lebih serius dari itu. Tapi, Minato selalu mengingatkan mereka jika mereka akan menikah agar hubungan ini tetap berjalan untuk selamanya. Lagipula Tohka kelihatannya tidak pernah mau jauh darinya. Gadis itu selalu mengikuti kemanapun dia pergi kecuali sudah pulang ke rumah masing-masing.
TAP! TAP! TAP!
Pasangan sejoli yang sudah menjalin hubungan hampir setahun lebih ini, sudah pergi meninggalkan tempat ini. Perjalanan mereka difokuskan untuk menuju ke sekolah sekarang juga.
.
.
.
Di Tenguu High School saat ini.
Di lantai tiga, persis di kelas 12-C, tempat Naruto belajar sekarang, telah dilangsungkan pelajaran di jam pertama di pagi ini. Pelajaran bahasa inggris yang diterangkan oleh seorang guru yang bernama Akahana Sara.
Akahana Sara adalah seorang wanita berambut merah panjang yang dikuncir satu. Bermata violet. Berkulit putih. Berpakaian jas hitam dan rok hitam selutut. Kedua kakinya mengenakan sepatu hak tinggi berwarna senada dengan pakaiannya. Sangat cantik dan anggun. Umurnya sekitar 29 tahun. Merupakan guru baru yang mengajar di sekolah Naruto.
Kalau diperhatikan dengan seksama, Sara ini sangat mirip dengan Uzumaki Kushina, ibu kandung Naruto. Bahkan Naruto sangat kaget melihatnya saat bertemu dengannya untuk pertama kali. Dia mengira ibunya hidup lagi. Padahal sesungguhnya ibunya sudah meninggal sejak melahirkannya. Sampai saat ini, foto kenangan ibunya masih ada bersamanya, yang sempat diselamatkan oleh ayahnya sebelum ledakan besar menghancurkan seisi desa ninja. Jadi, dia masih mengingat dengan baik wajah dan penampilan diri ibunya. Kira-kira nyaris sama dengan Sara.
Sudah hampir sebulan lamanya, Sara mengajar di Tenguu High School. Dia pun mengenal baik beberapa orang yang menghuni sekolah ini. Termasuk Naruto, Shidou, para gadis spirit dan bahkan Minato juga.
Minato sendiri juga kaget saat bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Dia mengira istrinya Kushina, hidup lagi. Sama yang dipikirkan oleh Naruto. Tapi, dia bisa menguasai keadaan jika Sara itu bukanlah Kushina. Melainkan hanya seseorang yang mirip dengan Kushina.
Bukankah ada orang yang sangat mirip dengan yang satu sama lainnya di dunia ini? Atas pernyataan itu, Minato maupun Naruto sama-sama memahaminya dengan cepat. Mereka tidak ingin berlarut-larut dalam kesedihan yang tertinggal di masa lalu itu.
Kehidupan mereka terus dijalankan, meskipun ada rasa penasaran untuk mengungkapkan tentang siapa sebenarnya Sara itu. Wajah Sara yang mirip dengan Kushina, mengundang keduanya untuk mengenal lebih jauh tentang diri Sara. Mereka tertantang untuk menggali informasi yang berkaitan tentang Sara. Sehingga Sara mengenal mereka seperti sekarang ini.
Ternyata Sara adalah orang yang baik, lembut dan perhatian. Jauh berbeda dengan sifat Kushina. Membuat Minato dan Naruto begitu senang jika mengobrol dengannya. Bahkan Minato yang lebih dekat dengannya karena sesama guru yang mengajar di Tenguu High Scool. Sedangkan Naruto merasakan kehadiran sang ibu jika berada di dekat guru cantik itu. Dia berharap guru cantik itu bisa menjadi ibunya dan memberikannya sebuah kasih sayang seorang ibu yang tidak pernah dirasakannya sejak kecil.
Itulah yang terjadi. Itulah yang sedang dipikirkan Naruto saat memperhatikan Sara yang sedang menerangkan pelajaran di depan kelas.
Dia duduk persis di paling depan. Di sampingnya, ada Tohka yang duduk manis di bangkunya sendiri. Gadis itu sedang asyik mencatat di selembar buku. Mencatat tulisan yang tertera di papan tulis. Begitu serius.
Lalu Tohka pun menyadari Naruto yang melamun dan berhenti menulis. Dia pun menegur Naruto.
"Hei, Naruto-kun!"
Spontan, Naruto tersentak kaget. Dia melirik Tohka dengan cepat.
"Eh? Ada apa, Tohka-chan?"
"Kamu itu ... Kok melamun?"
"Eh?" Naruto bengong."Aku nggak melamun kok."
Kening Tohka mengerut. Mulutnya sedikit merengut.
"Huh, sudah jelas kamu itu melamun. Apa yang kamu pikirkan sih?"
"Nggak ada apa-apa kok. Sungguh."
Naruto menyengir lebar dengan wajah yang berseri-seri. Tohka hanya menghelakan napasnya.
"Haaah, ya sudahlah."
Kembali gadis itu menulis. Perhatiannya ditujukan ke arah papan tulis.
Naruto tersenyum simpul melihat tingkah Tohka, yang menurutnya sedikit berubah sejak setahun lalu. Tohka menjadi lebih dewasa dan tenang. Tapi, terkadang gampang emosi dan gampang tersinggung. Perubahan sikapnya tidak terduga sama sekali.
Kemudian dia menfokuskan diri untuk memperhatikan Sara yang terus mengajar. Teman-teman sekelasnya juga melakukan hal yang sama. Tidak ada yang saling berbicara lagi hingga Sara selesai mengajar di jam pertama ini.
.
.
.
TANG! TONG! TANG! TONG!
Bel berbunyi nyaring di seantero Tenguu High School. Bel yang menandakan waktunya istirahat siang tiba, bertepatan pada pukul 11.30 PM.
Seluruh penghuni sekolah berhamburan keluar dari kelas masing-masing seperti pasukan lebah yang keluar dari sarangnya. Mereka segera menuju ke tempat tujuan masing-masing seperti ke kantin, perpustakaan, toilet, ruang guru, halaman sekolah, taman sekolah dan sebagainya. Mereka pergi secara berkelompok. Ada yang sendirian, ada yang berdua, ada yang bertiga, ada yang berempat dan beberapa kelompok lainnya. Mereka akan merencanakan sesuatu yang akan mereka makan karena perut mereka sudah keroncongan. Minta diisi segera juga dengan makanan yang bisa dimakan.
Sudut pandang terarah pada kelas 12-C, di mana Naruto dan Tohka yang keluar bersama para penghuni kelas lainnya. Maklum, kebetulan sepasang sejoli ini sekelas lagi di tahun ketiga ini. Sementara Shidou, Origami, Mana dan Kurumi yang satu angkatan dengan mereka. Terpisah dari mereka. Seperti Shidou yang menyasar ke kelas 12-F, Origami dan Mana yang berada di kelas 12-A dan Kurumi yang berada di kelas 12-B. Terakhir Miku yang duduk di kelas 12-D.
Mereka terpisah-pisah dan tidak sekelas lagi saat masih duduk di kelas 11. Kini semuanya harus berjuang sendiri agar bisa lulus dari SMA di tahun ini. Apalagi mereka baru masuk dan belajar di kelas 12 yang bertepatan di bulan April, persis di musim semi.
Sekarang sudah tiba waktunya untuk beristirahat, lalu tampak dua gadis kembar sedang berlarian melewati kerumunan orang-orang yang berjalan di lorong lantai tiga. Mereka terburu-buru begitu sehingga orang-orang terheran-heran melihat mereka.
"MINGGIR!"
"PERMISI, KAMI MAU LEWAT!"
"CEPAT, YUZURU! NANTI KITA KEDULUAN DARI TOHKA!"
"TUNGGU AKU, KAGUYA!"
Si gadis kembar yang bernama Yamai Kaguya dan Yamai Yuzuru ini, berlarian sangat kencang menuju kelas 12-C. Mereka ingin menemui Naruto yang sangat mereka sukai itu.
DRAP! DRAP! DRAP!
Kaguya, si gadis berambut coklat dikepang satu dan bermata biru yang duluan berlari di depan saudari kembarnya. Sedangkan Yuzuru, si gadis berambut coklat dikonde satu dan bermata biru, bersusah payah mengejar Kaguya yang benar-benar bersemangat.
Kedua gadis kembar itu ingin mengajak Naruto pergi makan bersama mereka. Juga sekalian berusaha membuat Naruto jatuh cinta pada mereka.
Setelah berlari cukup lama, mereka pun tiba juga di kelas 12-C itu. Namun, ternyata yang mereka temui adalah Kurumi. Sehingga mereka berhenti berlari di dekat pintu kelas 12-C itu.
"Lho ... Kurumi?" sahut si Yamai kembar dengan kompak.
Tokisaki Kurumi, begitulah nama gadis berambut panjang hitam diikat dua dan bermata merah itu, menyadari kedatangan si kembar. Lalu menunjukkan senyum lembutnya.
"Rupanya kalian, Kaguya, Yuzuru ...," tangan kanan Kurumi memegang pergelangan tangan kirinya."Kalian pasti mencari Naruto, kan?"
"Iya."
Yamai kembar mengangguk bersamaan. Kurumi terus tersenyum.
"Sayang sekali, Tohka telah membawa Naruto untuk makan siang bersamanya. Aku baru saja bertemu dengan mereka."
"Yaaa, kita terlambat lagi!"
Kedua gadis kembar itu menunduk lesu secara kompak lagi. Kurumi hanya tersenyum melihat tingkah mereka itu.
Keadaan kelas 12-C itu sudah kosong melompong. Tinggallah tiga gadis spirit yang merana sendiri di tempat itu.
.
.
.
Di atap sekolah yang sepi, sebelum menjelang tengah hari.
Tampak sepasang kekasih yang sedang berduaan di suasana yang sepi. Ditemani teriknya mentari dan angin yang berhembus pelan. Membuat mereka semakin menikmati waktu untuk bersama seperti ini.
Naruto dan Tohka sedang duduk di lantai dan saling berhadapan. Mereka terlibat dalam pembicaraan yang serius mengenai makan siang hari ini.
SET!
Terlihat Tohka menyodorkan kotak bekal makan siang kepada Naruto. Semburan merah tertampil di dua pipinya.
"Kejutan! Ini bento spesial untukmu."
Naruto menerimanya dengan wajah bengong.
"Untukku?"
"Ya, aku yang membuatnya tadi pagi."
"Eh?" Naruto tersentak sendiri."Kamu yang membuatnya sendiri?"
Gadis spirit itu mengangguk cepat.
"Aku sudah membuatnya dengan penuh cinta. Seperti yang diajarkan Minato-Ojisan sama aku. Aku ingin pintar memasak supaya aku bisa memasakkan makanan yang enak buatmu setelah aku menjadi istrimu nantinya. Makanya aku mulai belajar dari sekarang. Ini semua demi cintaku untukmu, Naruto-kun."
Mendengar perkataan Tohka yang begitu lembut, membuat Naruto terpana sebentar. Lalu ia tertawa kecil.
"Oh ... Baguslah. Terima kasih banyak, Tohka-chan."
Laki-laki itu menepuk pelan puncak rambut Tohka. Membuat semburat merah muncul lagi di dua pipi Tohka. Senyuman muncul di wajahnya.
"Iya."
"Aku coba ya."
Tohka mengangguk dengan perasaan yang berbunga-bunga. Kemudian memperhatikan Naruto yang membuka tutup kotak bekal itu. Tutup kotak bekal diletakkan di sampingnya. Lalu mengambil sumpit yang terletak di dalam kotak bekal dan mulai mencomot makanan yang ada di dalamnya.
HAP!
Makanan itu sukses masuk ke dalam mulut Naruto. Dikunyahnya dengan gerakan pelan. Menghayati cita rasa makanan itu dengan seksama. Penuh konsentrasi yang tinggi.
Sementara Tohka sudah berkeringat dingin. Berdebar-debar tidak karuan untuk menunggu jawaban Naruto setelah memakan habis makanan yang dikunyahnya itu.
Sedetik kemudian, raut muka Naruto berubah. Wajahnya berseri-seri dengan tawa lebar yang mengembang.
"Wah, enak sekali. Kamu memang sudah pintar memasak sekarang ya!"
Mendengar itu, Tohka merasa senang sekali. Wajahnya menjadi sangat cerah.
"Benar itu, Naruto-kun? Kamu nggak bohong?"
"Benar. Aku nggak bohong kok. Makananmu benar-benar enak. Aku suka sekali."
Sungguh bahagia tidak terkira. Hati Tohka menjadi berbunga-bunga. Sangat banyak dan bermekaran dengan indahnya.
GREP!
Dia pun langsung memeluk leher Naruto dengan eratnya. Kedua tangan Naruto menjauh karena dia memegang kotak bekal dan sumpit sekaligus. Dia cukup kaget saat Tohka memeluknya seperti itu.
"Terima kasih, Naruto-kun. Aku senang mendengarnya."
"Hm ... Aku tahu itu. Tapi, sekarang lepaskan aku. Kita makan siang sama-sama ya?"
Atas permintaan Naruto, Tohka melepaskan rangkulannya dari leher Naruto. Dia mengangguk dan duduk bersimpuh di depan Naruto.
"Iya. Ayo, kita makan sama-sama."
"Aku yang akan menyuapimu."
HAP!
Tanpa menunggu persetujuan dari Tohka, Naruto berhasil memasukkan makanan itu ke dalam mulut Tohka. Tohka sedikit kaget dan melototkan kedua matanya. Sedangkan Naruto tertawa ngeles melihatnya.
"Hehehe ... Bolanya berhasil masuk ke gawangnya."
"Uhm ... Nyam ...," Tohka tersenyum senang sambil mengunyah makanannya."Dasar, kamu bikin aku kaget saja! Nyam ... Nyam ... Nyam ..."
Gadis berambut ungu tidak marah, malah tersenyum karena merasa senang disuapi oleh orang yang dicintainya. Naruto yang begitu perhatian dan lembut padanya, memberikan tanda kasih sayangnya yang begitu besar. Betapa laki-laki ninja itu mencintainya. Memperlakukannya dengan baik dan membuat dirinya merasa nyaman. Baginya, Naruto adalah orang paling berharga yang patut dipertahankan. Tidak akan dilepaskannya untuk orang lain.
Mereka berdua saling makan siang bersama dengan satu kotak bekal itu. Tanpa menyadari jika ada seseorang yang sedang mengintai mereka dari balik dinding pintu atap. Seseorang yang menyeringai sinis dengan aura yang sangat gelap.
"Begitu ya ... Hubungan kalian semakin akrab saja. Tohka dan Naruto. Tidak lama lagi, aku akan membuat hubungan kalian itu renggang dan putus secepatnya. Melalui permainan emosi yang sebentar lagi akan aku mulai. Lihat saja saat itu tiba. Khukhukhu ..."
Siapakah seseorang yang mengintai Naruto dan Tohka itu? Tiada yang tahu. Namun, yang pasti dia segera menghilang dari sana sebelum Naruto dan Tohka menyadari keberadaannya.
Tak lama lagi, masalah baru akan mulai mendera mereka. Setelah ini, apa yang akan terjadi selanjutnya?
.
.
.
BERSAMBUNG
.
.
.
NOTE:
Moshi-moshi, semuanya!
Sesuai janji saya, fic "Shinobi and New Spirit" ini akhirnya saya update pada bulan Juli ini. Makanya saya buat fic ini sebelum bulan Juli. Jadi, karena kendala internet, makanya update-nya agak terlambat dari jadwal penyelesaian fic ini. Tapi, syukurlah fic ini update juga dan semoga kalian suka dengan cerita di season 2 ini.
Hm, apa yang ingin saya sampaikan lagi ya? Saya rasa nggak ada lagi. Jadi, sekian sampai di sini dan jangan lupa mereview fic ini ya.
Terima kasih sudah membaca fic ini.
Sampai jumpa lagi di chapter 2.
Finish: Selasa, 28 Juni 2016
