Summary :

Apa yang terjadi ketika Indonesia harus pergi meninggalkan Netherlands dan Malaysia, 2 orang "suami"nya karena tugas negara? Jangan-jangan rumahnya hancur lebur tinggal kerangka doang. Spin Off dari fict "Antara Aku, Kamu dan Dia". Chekidot!

Warning:

Sudah pernah baca fict saya yang berjudul "Antara Aku, Kamu dan Dia"?

Belum? Baca dulu sana, ada fict yang bagus itu#dzigh#ala-iklan-gitu

Rate M aja deh buat jaga-jaga. Udah pernah baca fict rate M saya kan? Ya, begitulah.

Hetalia punya om Hide. Saya cuma terinspirasi aja kok.

Credit :

Aku Bukan Bang Toyib-Wali Band


Rival or Lover?

Episode 1 : When You're Gone

Sayang aku bukanlah Bang Toyib yang tak pulang-pulang~

Ringtone ponsel alay berdering di pagi buta.

"Ke Kolombia Selatan!?" Suara jeritan setengah tertahan itu menggemparkan jagat Hetalia.

Dua manusia yang tengah asyik ngorok di kanan dan kiri pemilik jeritan itupun ikut-ikutan kaget dan terbangun dari kasur empuk milik mereka bersama. Yang satu matanya masih belekan dan yang satu lagi mulutnya masih ileran. Kedua "suami"-coret-partner sang pemilik jeritan itupun bangun dengan tergopoh-gopoh sambil pasang jurus seribu tonjokan khawatir ada maling atau pemerkosa yang hendak menculik partner tercintanya itu.

"Eh?" ujar "suami"-coret-partner pertama, seorang bule Belanda, berwajah tampan, berbadan besar, berkulit pucat, berambut jabrik-namun karena sekarang doi baru bangun tidur jadi nggak jabrik lagi- stylish dengan gel rambut, bernama Netherlands.

"Dinas ke luar negeri?" ujar "suami"-coret-partner kedua, seorang pemuda Melayu berwajah oriental dengan poni lempar-namun karena sekarang doi baru bangun tidur jadi nggak poni lempar lagi- belah pinggir, bernama Malaysia.

Indonesia mengangguk lesu. Dirinya masih sibuk membereskan beberapa potong pakaian dan memasukkannya ke dalam koper besar. Ia pun sibuk mencari paspor dinasnya yang kalau tidak salah kemarin tersimpan di laci meja kerjanya, itupun kalau tidak diacak-acak dua orang mahluk yang hobi sekali mengacak-acak rumah itu.

"Boss menyuruhku menemaninya ke Kolombia Selatan, umm, mungkin sekitar 1 minggu," ujarnya sambil terus packing.

"Haaahhh!? Satu minggu!?" Netherlands en Malaysia, dua "suami"-coret-partnernya itu terkaget-kaget demi membayangkan kenyataan bahwa mereka sepertinya terpaksa harus puasa 1 minggu ke depan.

Pikiran mereka pun galau melayang-layang tak tentu arah. Siapa lagi yang akan membuatkan masakan untuk mereka. Siapa lagi yang akan mencuci pakaian kotor mereka. Siapa lagi yang akan memeluk mereka ketika malam tiba. Siapa lagi yang akan memberikan kehangatan selagi mereka membutuhkannya. Siapa lagi. Siapa lagi. Tak ada yang dapat menjawab pertanyaan menyedihkan itu. Tanyakan saja pada rumput yang bergoyang. Dan author pun jadi puitis mendadak.

Kedua "suami"-coret-partner Indonesia itu langsung khawatir level 10 ala keripik pedas jahanam asal Bandung. Bukan hanya khawatir memikirkan nasib mereka ketika si ganteng berambut ikal itu tidak ada di sisi mereka, tapi juga khawatir akan keselamatan uke tercintanya itu. Kolombia Selatan bukanlah tempat yang ramah apalagi bagi pemuda Asia Tenggara dengan wajah imut-imut, ramah tamah dan baik hati seperti yayang mereka itu. Kalau boleh mengutip dari Wikipedia, Kolumbia Selatan adalah negara yang pernah mengalami konflik intensif berskala kecil dengan grup pemberontak gerilya, mantan militer dan perdagangan narkoba.

Mereka juga bingung mau apa sih bossnya Indonesia itu berkunjung kesana? Jangan bilang mereka mau studi banding dalam rangka penggodokan RUU santet, karena jika memang itu tujuannya, maka akan lebih tepat jika mereka studi banding ke Haiti sebagai negara asal Voodoo! Atau jangan-jangan mau tanda tangan MoU dengan kartel narkoba jaringan internasional? Atau mau perjanjian perdagangan impor biji kopi dengan negara penghasil kopi terbesar ke-2 sedunia setelah Brazil itu? Buat apa? Padahal jelas-jelas Indonesia punya kekayaan alam yang luar biasa dahsyatnya. Sebut saja kopi Gayo dari negeri Serambi Mekah Naggroe Aceh Darussalam, kopi Sidikalang dari tanah Batak, kopi Toraja dari Celebes, kopi Kalosi dari negeri Para Daeng, dan masih banyak lagi rekan-rekan kopi lainnya yang menanti untuk didaftarkan hak indikasi geografisnya.

Sementara kedua mahluk fans berat Indonesia itu sibuk mencari jawaban atas segala keresahan yang mereka alami itu, Indonesia sendiri sedang galau. Ia resah dan gelisah. Belum pernah ia meninggalkan rumah plus 2 suaminya itu dalam waktu lama. Paling-paling hanya pergi berbelanja ke pasar atau mampir ke rumah saudara-saudaranya di kawasan Asia Tenggara saja. Namun kalau harus ke belahan bumi yang lain apalagi sampai seminggu, ia benar-benar habis akal. Bukan, bukan karena ia khawatir rumahnya akan rubuh diacak-acak dua mahluk itu-walaupun sebenarnya ia khawatir juga rumahnya akan rubuh. Bukan juga khawatir Si Komo, komodo peliharaanya itu akan mati kelaparan gara-gara kelupaan diberi makan-walaupun ia juga khawatir Si Komo akan mati keracunan gara-gara dikasih jamu Extra Joss yang dioplos Choki Choki. Yang ia khawatirkan adalah kedua suaminya itu. Siapa yang akan mengurusi kebutuhan mereka? Siapa yang akan melerai jika mereka berdua terlibat konflik memperebutkan sesuatu yang nggak jelas dan berakhir dengan pertumpahan darah? Bagi orang awam mungkin kekhawatiran Indonesia itu berlebihan, tapi bagi yang sudah mengikuti fict "Antara Aku, Kamu dan Dia" pasti sudah paham dan mengerti (makanya bagi yang belum baca, silakan dibaca #promosi).

Indonesia masih sibuk tenggelam dalam pikirannya sendiri.

"Apa perlu minta tolong Singapore buat beres-beres dan masak?" Indonesia rada khawatir juga meninggalkan 2 mahluk yang menurut penilaiannya nggak bisa diandalkan itu.

"Eits, gak perlu! Percayalah, kita berdua ini bisa menjaga rumah ini dengan sebaik-baiknya" ujar Neth sombong.

"Iya beib, tenang aja!" tambah Malay pede.

Padahal mereka berdua itu gengsi, takut dibilang nggak becus en cemen. Padahal kenyataannya memang betul betul betul!

"Oh, oke," Indonesia mengangguk ragu-ragu, tapi berhubung ponselnya sudah meraung-raung sedari tadi, ia pun berusaha meninggalkan 2 suaminya itu dengan rela hati.

"Jangan lupa kasih makan si Komo, Ikan mas koki n urusin kebun. Jangan sampe lupa," cecar Indonesia mengingatkan.

Nether en Malay mengangguk-angguk.

Lagi-lagi Indonesia galau untuk meninggalkan 2 suaminya itu. Ia mengurungkan langkahnya dan menengok ke belakang, menatap lekat-lekat wajah 2 orang yang uhuk-berarti-uhuk baginya itu.

"I love you, beib, jaga diri baik-baik.." tiba-tiba Malay menggamit dagunya dan mendaratkan ciuman hangat penuh kekhawatiran, seolah tak ingin melepaskannya.

" voorzichtig zijnbe careful.." Neth tak mau kalah, dibelainya untaian hitam ikal itu sambil menatapnya lekat.

Indonesia tersenyum, berusaha tegar.

Dan ponsel sialan itu pun meraung-raung kembali.

"Ya, boss, saya sedang dalam perjalanan!" dengan tergopoh-gopoh si ganteng berkulit sawo matang itu mengangkat ponselnya lalu langsung meluncur menuju tempat dinasnya. Rupanya sang boss sudah tidak sabar untuk segera berangkat ke tempat tujuan.

Sosok berambut hitam ikal itu melambaikan tangan lalu menghilang di kejauhan.

-000-

KRUYUUUUKKSSS~

Malay memegangi perutnya yang mulai dangdutan. Jam di dinding menunjukkan pukul 11.45 siang. Waktu bagi penghuni perutnya mendapatkan jatah makan siang. Dengan malas ia beranjak dari sofa ruang tamu yang sedang didudukinya. Acara gosip siang yang sedang ditonton dengan serunya itu terpaksa ditinggalkannya. Dilongoknya tudung saji di atas meja makan di dapur.

Kosong melompong.

Tak ada secuil makananpun yang bisa ia makan.

Ia menarik nafas pelan. Baru kali ini ia merasakan penderitaan yang teramat dalam. Setiap hari di meja makan ini pasti tersedia makanan nikmat buatan yayangnya, Indonesia. Biasanya sebelum Indonesia berangkat ke tempat bossnya, ia menyempatkan diri membuatkan masakan untuk 2 suaminya itu. Ada sop buntut, rendang telur, semur daging, ayam kecap, dan kawan-kawan. Belum lagi jika hari Sabtu Minggu, hari paling membahagaiakan sedunia, yaitu ketika yayangnya itu libur dari tugasnya, maka niscaya di meja makan akan tersedia lebih banyak makanan lezat lagi macam es palu butung, kolak pisang, es mutiara, sup buah segar dan banyak lagi. Dan iapun menjadi mahluk paling bahagia sejagad raya.

Namun hari ini, ketika yayangnya itu gak ada, hati dan perutnya terasa hampa. Tak ada wajah ganteng nan imut lagi, tak ada makanan nikmat nan lezat di meja lagi dan satu hal yang pasti, mulai nanti malam sampai seminggu ke depan ia harus gigit jari karena nggak ada tangan lembut yang akan meninabobokannya.

Baru setengah hari ia ditinggal oleh yayang tercintanya itu tapi rasanya sudah seperti di neraka. Ditambah lagi para penghuni perutnya yang lagi dangdutan heboh menuntut segera dipenuhinya hak hidup mereka. Kalau beberapa saat tadi baru dangdut mellow, sekarang sudah berubah jadi dangdut koplo dan mungkin jika tuntutan mereka tidak segera dipenuhi maka lagu mereka akan berubah lagi jadi dangdut house music! Dengan gusar si bocah melayu itu bergegas menuju kulkas. Siapa tahu ada sisa-sisa makanan kemarin yang bisa dihangatkan lalu dimakan.

Ternyata sudah ada mahluk yang mendahuluinya membuka kulkas. Netherlands si bule berambut jabrik itu rupanya juga sedang kelaparan. Doi sedang mengorek-ngorek isi kulkas berusaha mencari sesuap kentang untuk dimakan. Sialnya persediaan kentang dan telur sedang habis. Yang tersisa di kulkas hanya sebungkus kacang kulit, 3 buah jeruk dan 1 sisir pisang Ambon.

"Heh bule jabrik, ngapain lo bongkar-bongkar kulkas!? Kelaparan lo ya!?" ejek Malay sadis.

Neth yang sedang khusyuk dengan kegiatannya itu jadi gelagapan sendiri.

"Eh, eh, nggak kok! Gue cuma beresin kulkas, kasihan Indo kulkas berantakan begini nggak ada yang bantuin beresin, hehe.." kilahnya bokis.

Doi tengsin juga kalau ketahuan sama si Malay lagi ngorek-ngorek sisa makanan di kulkas. Mau ditaruh dimana harga dirinya!?

"Ah, udah lama gue nggak makan pisang Ambon, kangen juga," ujarnya seraya mencomot 2 buah pisang dan langsung ngacir pergi.

Malay yang ditinggal ngacir cuma bengong ngeliat kelakuan aneh si bule saingannya itu. Ia pun mengikuti jejak Neth mencomot 2 buah pisang untuk mengganjal perutnya lalu kembali ke habitatnya semula di depan TV. Doi nggak tahu di tempat tersembunyi nggak jauh dari situ, Neth sedang melahap si buah pisang dengan kalap sangking laparnya!

-000-

TBC