Two Become One

Disclaimer: Peach Pit sensei, Warning: OOC, gaje masih, ga nyambung ama cerita aslinya.

a/n: he2 jdi ada lgi ni versi lain cerita ShuCha, nih sama sekali ga ada hubungannya dengan cerita nyang udah2, Amu udah dewasa disini udah berkarir he2, truss semua chara disini berwujud manusia #e Whaat? semua chara mendeathglare author #awas lo kalo dimacem2in, ga kok peace. Intinya Amuto4eper dunk!


Amu adalah seorang karyawan dari perusahaan Wedding Organizer. Tepatnya seorang wedding planner, yang merancang pernikahan pasangan seindah mungkin, dengan konsep konsep menarik tentunya. Serta menyediakan katering makanan, pakaian pengantin dan hiasan hiasan keperluan acaranya. Perusahaan ini sudah beberapa kali sukses menyelenggarakan pesta pernikahan, dan sudah menjadi langganan pengusaha atau orang orang terkenal. Hampir semua pernikahan yang sukses itu, tim Amulah yang merancangnya. Amu memang terlihat paling sibuk di setiap acara, dia bisa sambil berlari kesana kemari saat acara guna memastikan semuanya berjalan lancar. Karena hal itu dia dianugerahi karyawan terbaik oleh atasannya Bu Sanjo. Hubungan Amu dengan Bu Sanjo pun lumayan akrab. Suatu ketika ada kabar membahagiakan dari Bu Sanjo, kalau dia akan menikah, dan Bu Sanjo meminta Amu untuk menangani pernikahannya. Tentu Amu bersedia.

Bu Sanjo: "Mengerti Amu? Aku ingin semuanya berjalan selancar dan seindah mungkin, kau sudah menerima emailku kan? Bagaimana menurutmu tentang konsepku?", tanya Bu Sanjo memastikan.

Amu: "ya emm sudah bagus menurutku bu, paling tinggal ditambah beberapa hal lagi", jawab Amu.

Bu Sanjo: "baiklah, aku serahkan semuanya padamu"

Amu: "ngomong2 siapa calonnya ibu?", tanya Amu penasaran.

Bu Sanjo: "ah haruskah aku mengatakannya? (tersipu2) dia hanya karyawan biasa, tapi dia sangat perhatian dan lembut namanya Nikaido san".

Amu: "ibu tampak senang sekali pasti ibu sangat menyukainya ya", goda Amu.

Bu Sanjo: "begitulah hi hi ehem sudahlah kembali bekerja"

Amu pun mulai sibuk mempersiapkan pernikahan atasannya, dia menelpon gedung yang available untuk menyelenggarakan acaranya, menelpon tukang tukang (hmm apa y namanya), menelpon katering terbaik, butik pengantin dan lain lain yang pasti dia jadi sangat sibuk. Dia kemudian membagi-bagi tugas kepada timnya, dan menekankan pada timnya bahwa Bu Sanjo mesti puas akan hasil kerja mereka. Semuanya bersemangat dan berseru yoosh!

Sudah berminggu minggu Amu dan timnya mempersiapkan pernikahan Bu Sanjo, persiapan sudah 90 persen. Bu Sanjo yang mengetahui hal ini sangat senang dan memuji Amu. Amu jadi semakin percaya diri acaranya akan sukses. Akhirnya tibalah hari h nya...

Di salah satu hotel berbintanglah acara itu diselenggarakan. Semua bernuansa ungu cerah persis seperti kemauan Bu Sanjo. Bunga bunga tulip berwarna ungu memenuhi ruangan itu, tak hanya ungu Amu juga memadukan dengan warna putih biar tidak terkesan monoton. Gaun pengantin Bu Sanjo dan Nikaido san warnanya senada tidak terlalu ungu, tapi soft warnanya. Gaunnya juga tidak heboh sesuai dengan kepribadian Bu Sanjo yang dinamis. Sejauh ini Bu Sanjo puas. Amu pun agak lega walau dia masih belum sepenuhnya tenang karena acara masih berlangsung. Bagaimana dengan Amu, dia terlihat manis dengan gaun terusan berwarna soft pink yang di bagian dada ada bulu2 pinknya. Dia menyanggul rambutnya dengan gaya modern dan memberi hiasan berwarna perak pada rambutnya. Amu terlihat sederhana tapi sangat menarik. Ia juga bertugas sebagai pengiring pengantin bersama dengan tiga orang teman kerjanya Ran, Miki dan Su, mereka memegang ekor gaun Bu Sanjo dan berjalan di belakang Bu Sanjo berirama (apa sih). Tibalah pengantin di altar untuk mengucap janji setia. Saatnya penukaran cincin. Amu memegang cincinnya dan menyerahkannya pada Nikaido san, tapi... cincinnya jatuuh 'tidaak' pikir Amu. Sepertinya tadi Nikaido san agak meleng. Amu pun mengejar-ngejar cincin yang menggelinding cukup jauh itu sampai ke pintu. Bu Sanjo bengong melihatnya. Tamu tamu juga kaget dan ada yang tertawa. Cincin itu berhenti karena mengenai sepatu seseorang yang baru datang ke acara itu. 'haah untunglah' Amu mendongak melihat orang yang persis di depannya, orang itu bertubuh tinggi gagah, menggunakan jas abu2, memakai kacamata hitam, sesaat melihat juga tahu orang itu keren. Amu memandangi orang itu.

Bu Sanjo: "Amu! Cepatlah kesini!", perintah Bu Sanjo yang sepertinya juga agak kesal.

Amu: "ah iy (Amu bergegas ke Bu Sanjo dan menyerahkan cincinnya) ini bu", kata Amu ngos2an.

Bu Sanjo: "ha ha Amu bisa saja kamu, sesaat tadi jadi seperti hiburan", semua tamu tertawa, Bu Sanjo sepertinya memaksa untuk tertawa. Amu benar2 panik tadi.

Tibalah saatnya makan makan (nyam), hidangan tersaji lengkap, ada western food, asian food, banyak pilihan yang menggugah selera, semuanya dari katering terbaik. Bu Sanjo sekali lagi senang menikmati makanan2 itu. Semua tamu langsung tak segan2 mencicipi. Amu mengawasi semuanya.

Ran, Miki, Su: "Amu Amu untunglah tadi cincinnya tertangkap y, kalau tidak gawat itu, iya iy"

(mereka kemana2 selalu bertiga)

Amu: "iy... aku panik tadi tp untunglah... tadi sih sebenarnya kena sepatu"

Ran, Miki, Su: "sepatu?", mereka bingung.

Amu: "iy sepatu orang yang... (Amu mencari2 orang yang tadi) mana y... (kemudian Amu melihatnya dia sedang berdiri di bagian anggur melihat2) ah itu dia kena sepatu orang itu" (menunjuk)

Ran, Miki, Su: (terbelalak) "lho itu kan! Iy dia Ikuto Tsukiyomi! Kyaa!", mereaka jadi histeris.

Amu: "siapa dia?", tanya Amu penasaran.

Ran, Miki, Su: "masa kau tidak tahu sih? Dia itu kan pemain biola terkenal! Baru saja tur keliling dunia lho dia! Banyak yang ngefans apalagi cewe2 seperti kita iy kan! Hi hi" (tertawa genit) (note: mereka ngomongnya ganti2an loh)

Amu: "aku sama sekali tidak tahu", kata Amu.

Ran, Miki, Su: "ah payah!"

Amu: (melihat Ikuto) "keren sih dia", pikir Amu dalam hati

Memang Ikuto terlihat paling keren di pesta itu diantara cowo2 lain yang kebanyakan bapak2. Aura kerennya seakan memancar, ada beberapa orang yang menyadari keberadaanya dan langsung mengerubunginya bahkan meminta tanda tangan. Sepertinya Ikuto mengenal Bu Sanjo, Bu Sanjo pun langsung menyapanya dan mengobrol. Sementara itu Amu mengecek makanan, ternyata ada yang habis dan segera menginformasikannya pada chef di dapur. Di dapur terlihat semuanya pada sibuk memasak.

Amu: "maaf chef! (agak teriak karena berisik) di sana makanan ada yang habis!"

Chef: "ha apa?", si Chef sepertinya tidak denger atau malah budek.

Amu: "makanan habis!, spaghetti dan dimsum!" Amu masih teriak.

Chef: "smuanya pada sibuk! Itu makananya baru matang silakan ambil saja!" si Chef menunjuk ke salah satu meja.

Amu: (Amu pun mengambil dua piring besar makanan tersebut)

Amu tampak kesusahan membawanya. Tapi dia juga bergegas ke ruangan acara karena tak mau tamu lama menunggu. Ia buru buru, sangking buru burunya ia tersandung, daan makanan itu terlempar... mengenai seseorang yang ternyata Ikuto! Baju ikuto yang abu abu itu kena lemparan makanan. Alhasil warnanya jadi kontras dengan warna noda makanan. Ikuto tampak terdiam sesaat, begitu pula tamu yang melihat.

Ikuto: ...

Amu: "Aaa... aduh... gawat! (dalam hati) ma maaf...!", Amu panik.

Ikuto: "apa apaan... ha?", kata Ikuto geram.

Amu: "aduh saya benar2 minta maaf saya tak sengaja...", Amu makin panik, bingung, dan lain lain.

Ikuto: "ck! Lihat bajuku yang mahal ini kena, kau ini!"

Amu: "saya benar2 minta maaf, kata Amu sambil membungkuk.

Bu Sanjo: "Amu! Ada apa ini? Ini makanan? Kok berserakan begini? (kaget, lalu melihat Ikuto) Lho Ikuto kun?

Amu: "iy bu td saya tersandung dan.."

Bu Sanjo: "aduuh kamu ini, tolong segera bersihkan ini (memanggil pelayan) Ikuto kun saya juga minta maaf atas Amu, saya yakin dia tidak sengaja", Bu Sanjo membela Amu.

Ikuto: "hmph, jelas sekali dia sangat ceroboh, dari tadi bukannya dia sudah membuat keributan", dia menyondir Amu.

Amu: "keributan? Siapa?"

Ikuto: "sudah pokoknya aku minta ganti", kata Ikuto santai tapi tegas.

Amu: "ganti?"

Ikuto: "iy kau tahu kan harga jas ini sangat mahal, bahkan lebih mahal dari gajimu, aku tidak mau tahu kau harus membayar jas ini", nada bicara Ikuto mulai naik.

Bu Sanjo: "maksudny biaya laundrynya begitu Ikuto kun?", Bu Sanjo ikutan bingung.

Ikuto: "memang apa lagi" Ikuto mulai kesal.

Amu: "kok"

Bu Sanjo: "Amu selesaikan ini, aku harus menenangkan tamu yang lain ok", Bu Sanjo pergi.

Ikuto: "nah cepat mana pertanggung jawabanmu, biayanya 50000 yen"

Amu: "apa? ga salah? Aku tidak mau", Amu merasa keberatan.

Ikuto: "ayo cepat kalau tidak (hpnya berdering) halo oh iy sbentar awas kau ya akan kupanggil manajerku (pergi)"

Amu: "kok jadi begini...?", Amu bingung banget.

"Halo aku manajernya Ikuto, ada kejadian yang tak terduga ya barusan ck ck, kenalkan namaku Yoru". Manajernya muncul tiba tiba di hadapan Amu. Dia setinggi Amu dan rada stylish.

Yoru: "yah aku melihatnya barusan sangat disayangkan hal ini terjadi, kasihan Ikuto dia harus menghadiri acara lainnya setelah ini tapi bajunya begituu, hhh ck ck bagaimana sih kamu ini. (mengetuk kepala Amu dengan bulpen, dia juga tampak memegang2 note) Jas itu baru dibeli Ikuto dengan harga yang mahal tahu, dan Ikuto sudah memintamu untuk membayar ganti ruginya, dimana kau harus melakukan itu nya"

Amu: "ha? nya?", Amu heran dengan ucapan Yoru.

Yoru: karena kalau tidak dia bisa menuntutmu atas perbuatan tidak menyenangkan! Kau mau itu? berurusan dengan pihak berwajib lho", Yoru menakut nakuti Amu.

Amu: "tunggu tunggu apa? kok sampai segitunya?"

Yoru: "ya memang begitu kan, Ikuto adalah bintang besar yang sedang populer sekarang, dia sering wara wiri di berbagai acara televisi, dia artis menawan yang sibuk (apa sih bahasanya) dan kau sudah menodai pakaiannya yang dipakainya untuk bekerja, image artis dia bisa cemar nantinya...! pokoknya kau harus ganti, kau bisa mulai dengan cicilan pertama kalau mau..", Yoru siap siap mencatat jika Amu membayar.

Amu: "hah? Tidak aku.. masa maaf saja tidak cukup sih?"

Yoru: "masih menolak juga rupanya, nakal nya! Kalo begitu ikut aku!" (menarik lengan Amu, membawanya keluar)

Ternyata Yoru membawanya ke tempat parkir, ke sebuah mobil dimana ada Ikuto.

Ikuto: "Bagaimana Yoru? Apa dia sudah mau membayar?", tanya Ikuto dingin.

Amu: "aduh sakit lepaskan (melepas pegangan Yoru) ini apa maksudnya sih? Aku tidak mau membayar segitu, masa segitu mahalnya, kalau kurang dari itu sih..", Amu berpikir lagi kalo lebih murah mungkin dia mau.

Yoru: "kan tadi aku sudah bilang bisa mencicil. (mengetuk kepala Amu dengan bulpen lagi) Ikuto aku sudah melihat jadwalmu (mengecek di note) kau harus menghadiri wawancara di tv setengah jam lagi kan bagaimana inii bajumu begitu"

Ikuto: "ya tadi aku sudah mendapat telepon untuk segera ke sana, hhh semua gara2 kau", kata Ikuto sebal

Amu: "maaf... perasaan aku sudah minta maaf berkali2 deh kan aku juga tidak sengaja", Amu mulai kesel juga.

Ikuto: "ya lalu ini bagaimana? Aku tidak mau keluar uang lagi untuk membeli yang lain tidak tidak"

Yoru: "yap jadi kau harus bayar atau kita akan menuntutnya kan Ikuto?"

Ikuto: "hmph pastinya", ketus Ikuto.

Amu: "aduuh... jangan aku mohon... (tiba2 Amu terpikir sesuatu) ah bagaimana kalau begini, aku kan wedding planner, dan di kantor kami ada selusin jas untuk pengantin, ya kau bisa mencobanya!", usul Amu.

Yoru: "hmm benar juga bagaimana Ikuto?"

Ikuto: "... hhh apa boleh buat"

Amu disuruh naik mobilnya Ikuto oleh Yoru, mereka pun pergi ke kantor Amu. Sesampainya di sana, Amu langsung masuk menggunakan kunci kantor yang ia bawa. 'Nah ikuti aku' kata Amu, dia masuk bersama Ikuto dan Yoru, kemudian mengeluarkan deretan jas2 yang terlihat so cool. 'Ini... ini semua jas yang ada di kantor ini, nah silahkan kau pilih'. Ikuto memandangi jas2 itu, dan tersenyum ketus. Lalu dia tampak memilah-milah jas-jas tersebut.

Ikuto: "Ini semua jas pengantin perusahaanmu?"

Amu: "iya, kenapa? Dimana2 jas sama kan, modelnya juga bagus2, yang ini (mengambil salah satunya) Armani, ini Dolce dan ini Lagerfeld, semuanya dari perancang ternama, harganya pun mahal"

Yoru: "tapi tidak semahal jas Ikuto nya"

Amu: "masa sih aku rasa sama...! sudahlah pilih saja, ini mendesak kan"

Akhirnya Ikuto memilih jas mana yang menurutnya cocok. Dia mencoba jas pertama berwarna maroon dengan dalaman dark blue, dia keluar dari fitting baju lalu memandang di cermin. Amu yang melihat Ikuto jadi agak terpana dengan penampilan Ikuto. 'Hmm... sepertinya terlalu mencolok, ah coba yang lain..'. Dia pun mengambil lagi yang lain, sekarang yang berwarna abu-abu mirip dengan yang dipunya Ikuto. 'padahal cocok tadi', pikir Amu. Ikuto keluar sekali lagi memandang di cermin, dan Amu lagi lagi terpana, 'ah tidak, yang lain...' Ikuto mengambil lagi yang lain 'itu juga cocok..', pikir Amu lagi. Sampai empat lima kali Ikuto mencoba setelan jas yang berbeda2 dan semuanya cocok untuknya.

Amu: (pikir Amu) "Bagaimana bisa sih, orang ini bisa terlihat sangat sempurna di setiap jas yang baru saja ia pakai? Semuanya cocok padanya... (Amu memperhatikan Ikuto dari tadi seperti melongo padanya) ah tidak2 kenapa aku jadi terpesona begini?"

Yoru: "Ikuto keren sekali kaan?", goda Yoru.

Amu: "ah apa?"

Yoru: "aku lihat lho dari tadi kamu memperhatikannya teruus, tentu saja, banyak yang pengen jadi pacarnya karena dia selalu tampil perfect"

Amu: "iya sih... tapi ngomong2 dia lama sekali katanya dia mau wawancara kan?"

Yoru: "sepertinya dia kebingungan memilih"

Amu: (menghampiri Ikuto) "kenapa kau lama sekali sih?"

Ikuto: (fokus pada jas)

Amu: "hhh semuanya sebenarnya cocok untukmu, kau saja yang kebingungan sendiri, sebentar (melihat ikuto kemudian memilih jas dan dalaman) ini bagaimana?"

Ikuto: "hmm.." Ikuto pun langsung mencobanya, tak beberapa lama kemudian, dia keluar dari tempat fitting baju.

Yoru: "cocok nya!"

Amu: (lagi lagi bengong, tapi kali ini lebih bengong) i iya bagus, oh dan cobalah pakai aksesoris ini" (seperi kalung perak, makin menyempurnakan penampilan Ikuto)

Yoru: "yak Ikuto kita langsung pergi", usul Yoru.

Ikuto: "ya" (berniat pergi)

Amu: "eh tunggu tunggu, jasnya itu kupinjamkan, kau harus mengembalikannya jika wawancaramu selesai

Ikuto: "Apa? enak saja jas ini sekarang milikku", kata Ikuto masih dengan gaya santainya itu.

Amu: "haah? tidak bisa begitu kau harus mengembalikannya", protes Amu.

Ikuto: "anggap saja ini ganti rugi darimu, ok dah", Ikuto baru melangkahkan kaki keluar.

Amu: "heh tidak bisa! Kau harus kembalikan!"

Ikuto: "tidak", kata Ikuto santai.

Amu: "harus!"

Ikuto: "tiidak, heh apa kau lupa aku masih bisa menuntumu", Ikuto mengingatkan Amu.

Amu: "tuntut? Bukannya aku sudah meminjamimu jas perusahaan?"

Yoru: "tentu saja kami masih bisa menuntutmu dengan perbuatan tidak menyenangkan"

Amu: "hah? Ini benar2 tidak adil, kau tidak bisa membawanya pergi aku bisa2 dipecaat..!", Amu jadi memelas.

Ikuto: "hmph itu kan urusanmu, ayo Yoru kita pergi", mereka berdua buru2 pergi, naik mobil, langsug melesat.

Amu: (lemas) "haaah... tidaak... apa yang harus kubilang pada Bu Sanjo...? dasar artis belagu! aku saja tidak tahu kau artis!", seru Amu.


Ampyun ceritany gaje yak ha2, Repiu, guys, biar bs ngelanjutin, thanks!