Kim Jaejoong
( My Mannequin )
.
.
YunJae
By : Kim anna shinotsuke
.
.
OneShot/Boy Love/romance/little hurt/possessive/Lime and Don't like don't read!
.
.
Enjoy
.
.
Kim Jaejoong satu tahun
Yunho menatap lekat sosok mungil nan gembul berbalut pakaian hangat dan selimut tebal dalam dekapan supir pribadinya. Bayi laki-laki berkulit putih pucat itu mampu membuat dunia laki-laki berusia 17 tahun yang menatapnya lekat seolah terhenti detik ini juga. Bagaimana mata doe indah milik bayi gembul yang mengerjab lucu mampu menghipnotisnya sang Tuan muda dari Group Jung itu.
Yunho tak mampu berpaling,
Betapa rupawannya bayi mungil benama Kim jaejoong, putra dari sopir pribadinya itu.
"Paman,"
"Ya Tuan."
"Jaga baik-baik putramu, jangan biarkan kulit porselennya tergores walau hanya secuil. Mulai sekarang semua biaya hidup putramu dan keluargamu menjadi tanggung jawab keluarga Jung."
Meski sedikit bingung, dengan raut wajah teramat heran, namun tak urung ayah Jaejoong mengangguk patuh. Karena mau bagaimana lag?i dirinya hanyalah seorang pegawai kecil. Supir pribadi keluarga Jung yang sudah mengabdikan diri sejak dirinya berusia 20 tahun.
.
.
.
Kim Jaejoong sepuluh tahun
Malam inipun sama,
Aku tidak tau, akupun tidak mengerti. Sampai mana kemampuan berpikir seorang bocah berusia sepuluh tahun sepertiku.
Aku Kim Jaejoong, putra dari seorang supir yang mendapatkan perlakuan istimewa mungkin seperti itu menurut pandangan orang-orang. Namun dimataku, ini sebuah perlakuan tidak wajar.
Saat pendingin ruangan menyapa seluruh tubuhku, harusnya mampu membuat tubuh ini berpeluk kebekuan namun pada kenyataannya tidak.
Ada rasa hangat bahkan panas
Saat tangan besar tuan Yunho menyelusuri setiap jengkal lekuk tubuhku, mengusapnya pelan berulang-ulang. Sentuhan yang teramat nyaman bahkan boleh dikatakan membuatku mabuk kepayang.
Aku merasakan permukaan kulit kasarnya yang menyetuh setiap lekuk tubuh polosku, semuanya tidak ada yang terlewati.
Mili demi mili
Hanya rasa nyaman.
Saat helaian rambutku dibelaianya bahkan terkadang disisirnya dengan jarinya.
Aku terbuai, dengan cara dan perlakuan anehnya yang setiap malam kudapatkan sejak aku menginjak usia sepuluh tahun.
Tidur dikamar Tuan Yunho,
Tidur satu ranjang dengannya, tanpa sehelai benangpun yang melindungi tubuh.
"Tidurlah my queen.."
Dan bisikkan suara baritone disertai hembusan nafas panasnya seolah mampu membuat kantung mataku menjadi sangat berat untuk membuka, hingga alam bawah sadar menjemput.
Esok hari saat aku terjaga semuanya akan sama.
Aku akan terbangun dengan pemandangan tubuh atletis dan dada bidang yang menjadi sandaran kepalaku. Dengan tubuhku yang berhimpitan dengan tubuh Tuan Yunho tanpa ada cela sedikipun.
Lalu senyum yang terkembang dari bibir serupa hatinya akan mengecup keningku lalu menyapaku dengan hangat dengan sederet kalimat manis yang mampu membuat jantungku berdetak cepat.
"Pagi cantik, apa tidurmu nyenyak?"
Jika sudah begitu aku hanya mampu mengangguk pelan, seraya menyembunyikan wajahku yang merona hebat di dada bidang Tuan Yunho.
Perasaan apa ini?
.
.
.
Kim Jaejoong lima belas tahun
Malam ini apa yang akan terjadi? Adakah yang bisa memberitahuku?
Entah itu hembusan angin, atau jam dinding yang berdentang atau mungkin binatang kecil yang mengintip seperti apa keadaanku sekarang.
Karena seseorang tidak akan memberitahuku, mungkin sudah gila jika aku berharap benda mati yang akan memberitahuku. Bukankah angin dan jam dinding adalah benda mati.
Ugh..
Otot perutku menegang hebat saat ada rasa perih di lubang analku yang sejak tadi terus di permaiankan oleh jari-jari panjang Tuan Yunho, tentu saja setelah sebelumnya terlebih dulu menjamah lekuk tubuhku. Selama lima tahun sejak aku berusia sepuluh tahun aku sudah terbiasa dengan setiap sentuhan tak bisa Tuan Yunho.
Bahkan kami selalu tidur bersama dengan keadaan tubuh polos, sejak aku berusia sepuluh tahun dan sejak saat aku pindah tidur dikamar Tuan Yunho. Tuan muda tidak mengijinkanku untuk memakai selembar kainpun saat tidur. Saat aku katakan mungkin aku akan kedinginan dengan lembut ia menjawab. "Tidak akan. Karena aku akan memberikanmu kehangatan!"
Dan Tuan Yunho tidak memungkiri janjiknya. Kenyataanya, aku merasa hangat dengan sentuhan tangan hingga bibirnya disekujur tubuhku hingga mampu membawaku terlelap damai
Dama kurun waktu lima tahun
Namun kini..
Apa ini?
Sudah sejak satu minggu aku terbangun dengan banyak ruam merah dileher dan sekujur tubuh. Aku tau jika Tuan Yunho yang melakukannya. Tapi aku tidak tau apa maksudnya.
Kenapa Tuan Yunho memperlakukanku seperti ini?
Aku hanya merasa jika Tuan Yunho seakan sangat memujaku. Menjaga dengan hati-hati tubuhku, menjauhkan dari apapun yang dapat menggores kulitku. Terkecuali dirinya. Hanya Tuan Yunho sendiri yang berhak menorehkan jejak tinggal ditubuh ini.
Hanya dirinya.
Kini, aku menyerahkan diriku seutuhnya pada Tuan Yunho, majikan ayahku yang murah hati dan sangat baik. Tuan Yunho yang menjamin kesejahteraan keluargaku.
Memberikan sandang dan papan yang layak.
"Tu-an.."
Aku meremas lengannya saat merasakan perih semakin intens menjalar diarea lubang analku. Mungkin lecet, namun meski begitu ada rasa panas yang menggelora hebat didalam tubuhku.
Ada ribuan bintang mengitari kepalaku, tubuhku terasa melayang bahkan aku tak mampu melukiskan atau mengungkapkan dengan kata-kata. Betapa anehnya rasa ini.
Saat rongga hangat mulut Tuan Yunho melingkupi kesejatianku, menikmatinya dengan khusuk hingga cairan kental putih milikku mengucur deras.
Aku berfikir jika aku tengah buang air kecil di mulut Tuan Yunho,
Aku takut.
Namun Tuan Yunho justru tersenyum lebar dan tanpa rasa jijik menelannya. Tuan Yunho menjelaskan jika itu tanda aku sudah beranjak dewasa.
Lega dan nikmat.
Aku tidak atau apa ini, mataku hanya memandang sayu wajah tuan Yunho yang tak biasa. Saat iris musang Tuan Yunho menatapku yang tidak berdaya entahlah aku tidak mampu membaca fikirannya. Yang bisa ku katakan hanyalah, rasa ini sungguh nikmat.
Ternyata ada yang lebih nikmat dari pada tidur dalam dekapan hangat Tuan Yunho, dari pada sentuhan tangan kasarnya yang bergriliya di sekujur tubuhku, dari pada kecuapan-kecupan bibirnya yang mampu membuatku terasa bak tersengat aliran listrik.
Saat kesejatian perkasa Tuan Yunho berada didalam tubuhku, bergerak-gerak liar didalam sana.
Merintih, melenguh bahkan berteriak sudah aku lakukan.
Betapa hebatnya rasa yang dipercikkan Tuan Yunho lewat kegiatannya pada Tubuhku.
"Sebut namaku.."
"Tu-an.. Yunhoo.. ugh.."
.
.
Diusiaku yang kelima belas tahun meski diawal aku belum sadar, namun setelah beberapa kali Tuan Yunho melakukannya berulang-ulang. Akhirnya aku mengetahui kenyataan bahwa jiwa dan ragaku sudah dimiliki seutuhnya olehnya.
Saat usia sepuluh tahun, aku hanya terjamah namun belum seutuhnya hingga malam itu diusiaku yang kelima belas tahun.
Kenyataannya aku sudah ternodai.
Setelah yang pertama selanjutnya ada malam kedua, ketiga dan seterusnya.
Aku tidak lagi bisa tidur dengan nyenyak. Tuan Yunho yang terus menguras energiku disaksikan kelamnya awan malam.
Merasukiku, membuat bibirku senantiasa menyebutkan namanya berulang-ulang hingga parau dan terkadang hingga aku tak sadarkan diri.
Berbeda dengan saat aku masih berusia sepuluh tahun hingga berjalan lima belas tahun, jika diusia itu aku terbangun dengan tubuh rileks dan nyaman kini aku selalu terbangun dengan kesakitan disekujur tubuh meski tetap dengan kecupan dan sapaan hangat yang sama.
Tidak juga sama, ada beberapa tambahan kata yang terucap dari bibir hati Tuan Yunho untukku.
"Pagi cantik.. apa tidrumu nyenyak? Apa sangat sakit? mianhe"
Saat melihat air muka tuan Yunho yang menatapku sendu dan penuh rasa bersalah, aku tak kuasa untuk mengutuknya atas semua pembantaian hebat yang terus dilakukannya tiap malam pada tubuhku.
Bahkan saat tubuh ini terasa remuk, aku tetap memaksakan untuk tersenyum
Meski begitu, aku tidak akan menunjukkan eksprsi wajah berlebihan. Karena aku tidak ingin, Tuan Yunho kembali mengusai tubuhku lagi dan lagi. Meski tidak terpungkiri ada rasa nikmat dan memabukan tapi tetap saja rasa sakit lebih menodminasi setelah ritual yang belakangan aku ketahui orang dewasa menyebutnya bercinta.
.
.
.
Kim Jaejoong enam belas tahun
Aku menatap tubuhku yang terpantul di depan kaca setinggi tubuhku.
"Bibir ini.." aku menyetuh bibirku, mengingat betapa Tuan Yunho selalu bernafsu saat menciumku. Mata ku menatap sendu pantulan tubuhku sendiri.
"Kim Jaejoong," Aku melafalkan namaku sendiri, menutup wajahku dengan kedua telapak tanganku. Terkadang aku merasa risih dengan tubuhku sendiri.
Tubuh ini milikku namun pada kenyatanya aku tak memiliki hak atas tubuhku sendiri.
Kim Jaejoong milik Tuan Yunho.
Hatiku kecilku terkadang menjeritkan. "Aku ingin sekali melihat tubuhku bersih, tanpa ruam merah atau bercak biru memudar.
Hiks..
"Aku benci air mata ini."
Terkadang aku menggosok-gosok bagian tubuhku. Entah itu leher, dada, punggung, hingga kedua belah pahaku yang tak dipenuhi ruam merah.
Seringkali aku merindukan kehidupan sosial diluar sana. Bagiaman rasanya memiliki teman sekolah bukan belajar dengan jalur home schooling.
Bagiamana harusnya remaja seusiaku menghabiskan hari-harinya, namun semua itu hanya mimpi bagi seorang kim Jaejoong.
Dunia Kim Jaejoong adalah milik Jung Yunho,
Ruang lingkup Kim Jaejoong tak lebih dari manison megah Tuan Yunho dan tempat-tempat yang menjadi milik Jung Group.
.
.
.
Kim Jaejoong tujuh belas tahun
Aku meremat, bulu ambal yang menjadi alas dudukku saat tangan berotot Tuan Yunho meremas-remas dadaku yang masih terbungkus kaos putih longgar. Mencoba mengimbangi pagutan benafsunya.
Engh..
Melenguh dan merintih,
Saat bibir hati Tuan Yunho menggigit-gigit kecil leher hingga pucuk dadaku. Mungkin malam ini akan berlangsung lebih panas setelah tiga hari Tuan Yunho tidak menyentuhku karena perjalanan bisnisnya di Paris. Mataku menatap sendu puluhan bungkus oleh-oleh untukku dengan berbagai brand yang tercecer di lantai. Muali dari tas, sepatu, pakaian, parfume dan entah apa lagi.
Aku yakin mungkin semuanya bernilai hingga satu milyar lebih.
"Aku sangat merindukanmu.."
Mata Tuan Yunho yang menatap penuh hasrat padaku, aku tau obat penawar dari rasa rindunya.
Diriku
Tubuhku
Aku paham, karena sudah kurang lebih dua tahun aku melakukan rutinitas intim dengannya, nyaris tidak ada malam tanpa suara parauku saat tubuh ini dikuasai sepenuhnya oleh pemiliknya.
.
.
Tubuh yang sudah kembali bersih, setelah terguyur air shower kini sudah duduk manis di atas pangkuan Tuan Yunho.
Dengan sedikit antusias aku membuka beberapa bungkus oleh-oleh. Tentu saja sedikit, karena mana mungkin aku bisa berkonsentrasi saat tubuhku terasa luluh lantak setelah dua jam bercinta dan berujung dengan analku yang terasa ngilu.
Aku bahkan tidak memakai celana dalam, karena akan terasa perih. Cukup bathrobe soft pink yang membungkus tubuh mungilku.
"Kau suka hem?"
Aku tersenyum, dan mengangguk cepat. Tentu saja aku menyukai semua oleh-oleh berharga fantastis ini.
"Gomawo.."
Aku memilih meletakkan beberapa bungkusan yang telah kubuka kesisi ranjang, kemudian melingkarkan kedua lenganku dileher jenjang Tuan Yunho. Menghirup dalam aroma maskulin yang menguar dari tubuhnya yang mampu membuatku nyaman.
Aku sedikit memekik saat Tuan Yunho menggigit ujung hidungku, menghadirkan ekspresi marah yang justru disambut kekehan tawa olehnya.
"Hey kau semakin terlihat cantik jika sedang marah.."
"Mwo.." Aku melolot tidak suka, tawa Tuan Yunho terlihat sangat menyebalkan saat menggodaku. Aku memberanikan diri untuk semakin mendekatkan wajahku. Mengeliminasi jarak wajahku dan wajah Tuan Yunho.
Wajah tampan yang selalu memenuhi hari-hariku. Membuat Kim Jaejoong sangat bergantung padanya. Mungkin Kim Jaejoong tidak akan bisa hidup tanpa Jung Yunho. Laki-laki dewasa berusia 34 tahun sang millioner yang begitu memujaku.
Yah, sekarang aku tau. Betapa besar rasa sayang Tuan Yunho padaku, meski ia tidak pernah mengungkapkan secara langsung lewat kata-kata. Namun aku bisa merasakannya.
Betapa sangat besar keinginannya untuk melindungiku, menjauhkanku dari tangan-tangan yang hendak meraihku.
Cup
Dengan cepat aku menyembunyikan wajahku kedalam dada bidangnya setelah mencuri satu kecupan dibibir hatinya.
Sungguh aku sangat malu.
Ugh.. geli.. kk...
Tubuhku menggelinjang hebat, saat dengan cekatan tangan Tuan Yunho menggelitik pinggangku, menghantarkan rasa geli tak terkira,
"Sudah mulai berani eoh? berniat menggodaku!"
Aku meneguk ludah gugup, sepertinya lagi-lagi aku membangkitkan hasrat laki-laki Tuan Yunho. Namun aku juga menginginkannya.
Sepertinya aku sudah menjadi pecandu.
Sentuhan Tuan Yunho telah menjadi virus yang mengacaukan syaraf tubuhku. Hingga membuatku menginginkannya lagi dan lagi. Mungkin aku akan sakaw jika lewat dari satu minggu tidak berhubungan intim dengannya.
.
.
.
Peluh yang menetes baik dari tubuhku maupun tuan Yunho telah menjadi satu seiring kembalinya penyatuan tubuh kami.
Rasa kram pada kakiku terlebih kedua belah pahaku yang terus membuka lebar, membiarkan Tuan Yunho berada ditengah tubuhku seraya menghujamkan kesejatiannya berulang-ulang dengan bertenaga.
Melenguh dan mendesah.
Tubuh mungilku yang tertelan tubuh besarnya bergetar hebat tak kuasa menahan rasa nikmat sekaligus sakit yang melebur jadi satu.
Sepertinya aku sudah terlatih untuk melakukan hubungan intim dalam waktu lama. Bahkan jika ditelisik secara jeli postur tubuhku memiliki perbedaan yang menonjol dari remaja laki-laki seusiaku kebanyakkan.
Dada yang lebih besar dengan pucuk puting yang lebih menonjol, dan bongkahan pantat yang lebih berisis belum lagi bibirku yang katanya selalu merah dan basah. Entahlah, mereka yang berpendapat demikian.
Terkadang lekuk tubuhku mampu menghadirkan tatapan nakal rekan bisnis Tuan Yunho, hingga membuatku maklum jika Tuan Yunho memilih menyimpanku disangkar emasnya.
Pada akhirnya Tuan Yunho tutor yang baik bukan? Ia yang mengenalkanku pada seks sejak usia sangat muda, ia juga yang membuatku pernah muak dengan seks hingga sekarang aku menyadari jika seks adalah keharusan dan sebuah kesenangan sekaligus cinta yang mampu menghadirkan ikatan batin.
.
.
.
"Lelah?"
Eum..
Aku hanya mengangguk lemah dengan mata terpejam, meski samar namun aku melihat wajah serius Tuan Yunho saat mengelap sekujur tubuh kotorku dengan handuk basah.
Dan seperti inilah akhirnya.
Saat aku sudah sangat lelah dan nyaris tak sadarkan diri hingga menggeser tubuhpun tak mampu. Maka dengan telaten Tuan Yuno akan membersihkan tubuku dari sisa-sisa jeka persetubuhan kami.
Engh..
Aku melenguh saat Tuan Yunho menjilat bibirku yang terbuka. "Kau lebih cantik dengan wajah penuh spermaku.. apa tidak usah dibersihkan saja?" kerlingan iris musang Tuan Yunho menatapku nakal, aku menggeleng cepat. Tentu saja aku tidak mau, aku sudah sangat risih dengan keadaanku yang lengket dan bau. Tuan Yunhopun mengalah hingga aku merasakan dingin handuk yang myentuh kulit pipiku, mampu membuatku berjengkit tak nyaman. Iapun menyadari lalu menghentikan pergerakkanya dan kembali melanjutkan setelah dirasa aku mulai nyaman.
.
.
.
Malam sudah mendekati pagi, aku terjaga dari tidur lelahku saat merasakan rengkuhan tuan Yunho semakin erat mendekap tubuhku, hingga membuatku sulit bernafas.
Tuan Yunho mengecup tanganku, tepatnya mengecup jari manisku.
Deg.
Sebuah cincin berlian melingkar indah dijari manisku, sejak kapan? Aku tidak menyadarinya. Mungkinkah Tuan Yunho menyemartkanya saat aku tengah terlelap.
"Tu-an.."
Suaraku sangat serak dan nyaris tak terdengar, "sangat pas melingkar dijari manismu? Kau tau cincin ini satu-satunya di dunia dan hanya untukmu."
Deg
Hatiku menghangat. Apa Tuan Yunho sedang menyatakan cintanya terlebih melamarku. Meski selama ini ia terlalu sering memberiku perhiasan namun untuk cincin. Ini pertama kalinya.
"Aku sudah tidak sanggup menahannya lagi hingga kau lulus sekolah. Masih satu tahun lagi bukan?"
Aku masih betah membeku, otakku terasa lamban dalam mencerna setiap penggalan kata yang terucap dari bibir hati Tuan Yunho.
"Kim Jaejoong, kau harus menjadi milikku seutuhnya saat kau lulus nanti. Jung Jaejoong, saranghe.."
Hiks..hiks..
Aku menangis kencang, dada ini terasa penuh namun tidak sakit. Ada perasaan lega yang membuncah. Aku pikir jika selama ini Tuan Yunho tidak serius denganku. Aku tak lebih dari tawannya saja. Namun nyatanya semuanya terpatahkan. Tuan Yunho mencintaiku, sama dengan aku yang mencintainya.
Aku hanya pasrah saat tubuhku kembali dipelukknya. Pelukkan yang lebih hangat lagi.
Aku menangis dalam pelukannya, dulu mungkin aku pernah muak dengan keegoisannya dengan segala bentuk kepossessiveannya. Bagaimana Tuan Yunho memperlakukanku bak mannequin hidup. Namun seiring bertambahnya usia, meskipun sekarang masih terlalu dini untuk menyimpulkan aku menyadari satu hal.
Ini sudah menjadi garis hidupku, memang seperti ini takdir hidup seorang Kim Jaejoong menjadi milik Jung Yunho.
Aku tidak harus menolaknya, karena kini aku menyadari betapa aku membutuhkan Jung Yunho. Kim Jaejoong terlahir dan hidup didunia ini untuk menemainya.
Untuk melengkapi hidup seorang Jung Yunho.
.
.
.
The End
.
.
Hah, ff apaan ini T-T
Otak saya lagi konselet jadi terciptalah ff ini semoga berkenan ^-^
Em.. cerita sepenuhnya dari sudut pandang Jae, ( Kim Jaejoong Pov) adakah yang menginginkan dari Yunnie Bear?
Yang mau tunjuk tangan! ( kagak ada yang mau? ya udah.. alhamdulillah ) ^^
Oke, akhir kata terimakasih untuk yang baca, follow dan favorit apa lagi review ^^ terlebih kalau reviewnya panjang sepanjang yunconda/gubrak/mimisan/
