-PHASE 1-
Malam itu Mikihiko menyatakan bulan sebagai rivalnya.
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Words count:
1038 words
Rate:
K+
Warning:
contain some spoilers from the light novel (especially until the Yokohama Disturbance's ark)
possibly (a bit) OOC
Disclaimer:
Mahouka Koukou no Rettousei belong to Satou Tsutomu
This work is written purely for entertainment only
-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-.-
Now, let the story begins...
o.O.O.o.o.O.O.o
Dua hari menjelang Kompetisi Tesis Ilmu Pengetahuan Sihir bagi Siwa SMA tingkat Nasional, persiapan pun kembali berlangsung hingga senja menjemput. Jalanan menuju stasiun yang biasanya sudah sepi tampak masih ramai kala itu. Di antara rombongan siswa-siswi First High yang masih juga sibuk membicarakan mengenai proyek yang mereka kerjakan dan tugas yang dipercayakan pada mereka, dua orang anggota kelas 1-E tampak tengah berjalan berdampingan dengan aura yang terlihat canggung. Sejujurnya sangat jarang –atau malah tidak pernah– bagi mereka untuk berjalan pulang berdua seperti ini. Meskipun Shiba bersaudara lebih sering pulang belakangan karena tugas mereka, setidaknya masih ada Leo dan Erika, kadang juga Shizuku serta Honoko, yang meramaikan perjalanan singkat mereka ke stasiun. Sayangnya hari ini bukanlah hari yang biasa, karena hari ini hanya Mikihiko dan Mizuki yang berbagi perjalanan singkat menuju stasiun itu.
"Ano, Shibata-san...," panggil Mikihiko seraya melirik gadis berkacamata itu malu-malu. Sifat pemalunya itu adalah hal yang tidak bisa benar-benar dihilangkannya sejak dulu.
"Y-ya, Yoshida-kun?" Mizuki mengalihkan pandangannya yang sedari tadi tertuju ke jalan ke arah pemuda di sampingnya, gelagatnya menunjukkan bahwa ia lebih gugup daripada biasanya.
"Apa Shibata-san punya waktu?" tanyanya ragu-ragu sambil mengisyaratkan ke arah Eine Brise –kafe langganan mereka– dengan jempolnya.
Mizuki hanya berdiri disana dengan bingung untuk beberapa saat. Mikihiko hampir saja menarik kembali ucapannya jika saja ia tidak melihat anggukan Mizuki dan gumaman pelan tanda mengiyakan ajakannya. Tanpa ia sadari, sebuah senyum kecil telah terbentuk di bibirnya.
Mengingat mereka hanya berdua, mereka memilih duduk di depan konter dan bukan di meja mereka biasanya. Dua cangkir cappuccino hangat telah tersaji di depan mereka.
"Shibata-san," Mikihiko –merasa harus menjadi seorang gentleman, apalagi ia yang mengajak gadis itu kesini– akhirnya memecah keheningan yang tidak nyaman di antara mereka. "Sekali lagi aku minta maaf atas kejadian tadi," ia memutar kursinya menghadap Mizuki lalu membungkukkan badannya dalam-dalam.
"Aah— tidak apa, Yoshida-kun, sudah lupakan saja ya," Mizuki yang tidak menyangka akan mendengar permintaan maaf (lagi) dari pemuda itu tidak bisa tidak salah tingkah. Ia mengibas-ngibaskan tangannya dengan harapan bahwa Mikihiko akan menghentikan tindakannya. Pengguna 'sihir kuno' itu sudah minta maaf berkali-kali seta sudah membantunya menenangkan dirinya yang malu setengah mati tadi, dan ia memang sudah merasa lebih baik, jadi sebenarnya ia tidak perlu meminta maaf lagi.
"Sudah kubilang itu bukan salah Yoshida-kun," tambahnya diiringi senyuman kecil untuk membujuknya, meskipun pipinya kembali memerah mengingat 'kecelakaan' tadi siang. "Daripada itu, apa Yoshida-kun baik-baik saja?"
"Eh?"
Mikihiko, yang setengah terpana oleh senyum Mizuki dan setengah tidak mengerti karena arah pembicaraan yang tiba-tiba berubah, hanya dapat memberikan tatapan bingung pada gadis di hadapannya itu.
"Maksudku, Yoshida-kun dipilih sebagai salah satu lawan latihan Juumonji-senpai kan? Bahkan kudengar Yoshida-kun yang berdiri hingga paling akhir melawannya. Hebat sekali! Tapi pasti berat kan? Apa Yoshida-kun terluka?" Mizuki langsung memberondongnya dengan pertanyaan-pertanyaan yang diselipi rasa khawatir, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa nada bicaranya terdengar lebih bersemangat dari biasanya. Kenapa? Mikihiko tidak mengerti.
"Aah, aku benar-benar tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan Juumonji-senpai," jawabnya seraya mengusap tengkuknya.
"Yoshida-kun!" Mizuki menaikkan suaranya satu oktaf, dan entah kenapa Mikihiko langsung menegakkan punggungnya mendengarnya. Gadis itu mencondongkan badannya ke arahnya, kedua tangan terkepal di depan dada, sementara tatapan mata gadis itu seakan membekukannya hingga ia tak mampu bergerak. "Tidak boleh merendahkan diri sendiri seperti itu, Yoshida-kun! Bahkan para senpai saja memujimu, dan aku juga bangga mendengarnya. Jadi seharusnya Yoshida-kun bisa sedikit bangga pada dirimu sendiri!"
Mendengar semua itu keluar dari bibir Mizuki, Mikihiko merasakan dadanya mengembang. 'Bangga. Shibata-san membanggakanku,' adalah apa yang terus-terusan diulang oleh otaknya.
Setelah kehilangan kekuatannya dan dipandang rendah bahkan oleh keluarganya sendiri, ini pertama kalinya ia membuat seseorang bangga. Ia memang menerima kalimat sejenis setelah kemenangan mereka dalam event 'Monolith Code' pada musim panas lalu, tapi baginya, keberhasilan mereka adalah karena strategi dan kekuatan Tatsuya, ia bahkan sempat ditolong Leo, yang kekuatannya juga tidak dapat diremehkan. Ia tidak bisa mengatakan keberhasilannya adalah karena kekuatannya sendiri. Namun kali ini yang dipuji adalah dirinya, usahanya, dan kekuatannya sendiri. Menyadari hal itu, senyumnya langsung terkembang. Mizuki yang puas melihatnya akhirnya kembali menegakkan punggungnya.
"Terima kasih, Shibata-san," ujarnya malu-malu, telunjuk kanannya menggaruk pipinya yang tampak memerah.
Mizuki tertawa kecil, "Aku hanya mengatakan yang sebenarnya, Yoshida-kun, tapi sama-sama."
Keduanya pun kembali mengobrol mengenai berbagai hal lain hingga cangkir mereka kosong. Suasana canggung yang tadi menyelimuti mereka telah menguap entah kemana. Dan tentu saja, Mikihiko dengan gentle-nya membayari minuman mereka sebelum meninggalkan kafe itu. Ketika mereka kembali berada di jalanan, malam telah turun.
"Wah, bulan sabit," gumam Mizuki yang tengah mendongakkan kepalanya sambil berjalan di samping Mikihiko, dengan jarak yang lebih dekat daripada beberapa jam lalu. Pundak keduanya hampir bersentuhan saat mereka berjalan.
"Hm? Benar...," mata Mikihiko terpaku pada sabit yang memancarkan sinar kekuningan di atas sana, dan ia langsung teringat sesuatu. "Ngomong-ngomong, ornamen seragam Shibata-san juga mempunyai simbol bulan sabit bukan?"
"Eh? Ah, benar," Mizuki sedikit memutar badannya untuk memperlihatkan ornamen yang dimaksud. Ia mengembangkan jubah tembus pandang itu seakan ingin memamerkannya pada pemuda di sampingnya. "Aku suka symbol bulan sabit ini, atau lebih tepatnya aku suka bulan." Mizuki melepaskan lapisan transparan itu dan membiarkannya berkelepak turun untuk kembali menyamarkan lekuk tubuhnya.
"Saat melihat bulan, rasanya menenangkan. Tanpa memakai kacamata ini pun rasanya mataku tetap nyaman. Karena itu aku merasa bulan seperti menjadi pelindungku... A-ah- maaf kalau aku mengatakan hal-hal aneh. Tolong lupakan saja apa yang barusan kukatakan," Mizuki menundukkan kepalanya dalam-dalam karena rasa malu yang kembali menyatroninya. Mikihiko hanya tertawa kecil melihat hal itu.
"Tidak aneh kok, Shibata-san," ujarnya seraya menghentikan langkah dan memutar badannya untuk menghadap Mizuki.
Menyadari pemuda itu berhenti, Mizuki pun ikut menghentikan langkahnya. Ia menatap pemuda yang lebih tinggi darinya itu dengan kepala yang sedikit dimiringkan, bertanya apa yang terjadi tanpa kata. Mizuki melonjak kaget ketika kedua tangan Mikihiko memegangi kedua pundaknya, sepasang manik sewarna emas itu menatapnya lekat, menjebaknya seutuhnya.
"Tapi aku akan mengalahkan bulan untuk melindungi Shibata-san."
Dan begitulah bagaimana malam itu Mikihiko menyatakan bulan sebagai rivalnya. Malam itu Mikihiko menemukan tujuan barunya. Lalu yang paling penting, malam itu Mikihiko berhasil mengartikan debaran jantungnya tiap kali berada di dekat gadis itu. Bukan hanya karena gadis itu memiliki 'mata' yang spesial, tetapi karena gadis itu adalah Shibata Mizuki.
Beberapa detik berlalu, dan merah akhirnya menguasai seluruh wajah hingga ke ujung telinga Mizuki.
Oh, ralat, merah akhirnya menguasai seluruh wajah hingga ke ujung telinga Mizuki dan Mikihiko.
.
.
Phase 1: Complete
.
.
This come out better in my mind ;w;) Ehem, anyway, disinilah saya nyasar ke fandom lain padahal fic yang satunya belum selesai hahaha. Ngomong-ngomong, cerita ini nantinya akan berisi kumpulan ficlet, lebih tepatnya 5 ficlet dengan 5 pairing yang berbeda-beda, selamat menantikan siapa pasangan selanjutnya hoho. Sankyuu bagi yang sudah menyempatkan baca~ Saya harap ada yang mau memberikan kritik/saran/masukan/flame/komentar/apapun, silahkan pencet tombol review di bawah~ Matta ne! ^o^)/
