Saat pertama kali membuka mata, aku merasakan silau yang begitu menyakitkan. Sehingga diriku harus memejamkan mata sejenak menghindari cahaya itu Lantainya kurasakan bergetar, sehingga ku langsung tersadar dan ingin ku pergi dari sana, gempa! Namun saat bangkit dan mendudukan diri ku merasakan sakit yang luarbiasa perutku.
"Oi, jangan banyak bergerak. Kau terluka." Meski menahan sakit, ku menoleh ke arah sumber suara. Dan disana aku melihat laki-laki berjubah hijau dan dibelakangnya banyak sekali barang. Apakah ia seorang pedagang? Dan ini seperti kerobak kereta, apakah milik laki-laki itu?
"Wah, kau sudah sadar?" ku menoleh lagi ke sumber suara yang kali ini sangat lembut, disana ada seorang perempuan dengan rambut coklat dan diatasnya ada sebuah telinga, tunggu telinga? Dan juga dibelakangnya seperti ada sebuah ekor yang melambai lambai. Tidak mungkinkan?
"Nee, siapa namamu?" kemudian ku rasakan gerobak kereta ini berhenti dan perempuan itu masuk kedalam gerobak kereta yang sebelumnya ia berada di kemudi. Aku mencoba mengingat kembali siapa namaku? Samar samar sebuah memori muncul.
"Liliana?" Aku mengucapkannya dengan sedikit bertanya. Apakah benar itu namaku?
"Jadi kamu bernama Lili-chan?" Tiba-tiba suara keras mengagetkanku. Dari ruang krmudi terlihat seorang gadis blonde yang memakai gaun putih. "Nama Lili-chan sangat cocok dengan penampilanmu." Terusnya.
"Firo, jangan bersuara keras. Kau mengagetkannya." Laki-laki berjubah itu bersuara, membuat gadis yang ku ketahui namanya adalah firo itu menggembungkan pipinya.
"Namaku Raphtalia dan ini adalah Firo. Sementara yang disana itu adalah tuan Naofumi-sama." Aku menyimaknya dengan seksama, kemudian ada benda lembut yang menggelitik leherku. Aku melihat sebuah gumpalan bulu biru mirip seperti ekor. Aku sedikit terkejut. Itu ekor dan itu milikku? Aku hanya diam dalam keterkejutan.
"Kamu adalah ras demi human rubah yaa, tapi aku tidak pernah tahu kalau mereka memiliki bulu biru dan memiliki tiga ekor." Raphtalia berfikir dengan mencubit dagunya sambil melihat kearahku.
"Jadi bagaimana kau bisa terluka didalam hutan itu?" Tanya Naofumi, dihutan? Aku tidak pernah ingat soal hal itu.
"Aku tidak tahu." Aku mengatakannya sambil memegang kepalaku yang sakit kala mengingatnya. Naofuni hanya menghela nafas berat ketika mendengar jawabanku.
"Nee-nee, Goshujin-sama. Bolehkah Lili-chan ikut bersama kita?" Firo bersuara kembali. Dengan nada yang ceria.
"Tidak, dia harus segera pergi jika seudah sembuh." Naofumi berkata dengan nada yang datar sedatar mukanya.
"Tapi, Hmm Goshujin-sama~" Firo tampak merengek, aku hanya diam karena hanya memikirkan kepalaku yabg sakit berangsur-angsur mereda.
"Kumohon Naofumi-sama. Ia nampaknya seperti kehilangan ingatan, akan sangat berbahaya kalau berkeliaran seorang diri." Raphtalia juga memohon dengan wajah yang masam. Membuat Naofumi sedikit mengalihkan pandangannya.
"Mah, Wakatta. Tapi ini tidak gratis." Ia berucap dengan nada mengalah sambil menatap kearahku.
"Wah, Lili-chan kau akan bersama kami." Firo menerjang dan memelukku kemudian ia melepaskannya sambil tersenyum lebar.
"Terimakasih Naofumi-sama." Raphtalia begitu senang sampai ekornya bergerak kesana kemari.
Aku membalas senyum Furo sengan senyuman tipis. Mungkin aku tidak ingat apa yang terjadi dan masa laluku. Namun aku tahu apa yang terjadi nanti, aku akan bersama mereka. Mungkin berpetualang ke desa-desa karena ku berasumsi bahwa Naofumi-sama adalah seorang pedagang. Ah mungkin aku juga harus memanggilnya begitu karena yang lain memanggilnya begitu. Mungkin ini adalah petualangan baru yang aku tempuh. Bersama mereka mungkin tidak apa.
.
.
.
Karena ini adalah cerita ku, bersama mereka~
