Luhan
Remake from Pheobe's novel "Claire"
Hunhan as Maincast
GS(Genderswitch) for uke, Typo(s)
Memory; First Man!
First time loving
Luhan tau ini adalah tindakan bodoh. Menjual rumah peninggalan Ibu angkatnya demi sebuah mobil tua. Tapi Luhan merasa bukanlah prioritas untuk menetap di satu tempat mengingat dirinya masih sangat muda. Dengan mobil itu, Luhan berharap bisa berkeliling ke banyak tempat yang memungkinkan dirinya untuk menemukan jalan hidupnya. Sebenarnya, jelas-jelas Luhan ingin melanjutkan kuliah. Tapi ia akan berhenti sementara tentang cita-citanya yang satu itu dan akan melanjutkannya lagi jika memiliki uang yang cukup suatu saat nanti.
Sekarang, beginilah nasibnya, berkeliling Northumberland dan bekerja di banyak tempat dengan keahlian yang sangat minim. Setidaknya Luhan tidak perlu merasa bosan karena ia hanya akan bertahan di satu tempat selama beberapa minggu.
Hari ini ia sudah mengundurkan diri dari pekerjaannya menjadi Waitress di sebuah rumah makan cepat saji. Luhan sudah bekerja cukup lama disana. Sebulan, rekor terlama Luhan tinggal di suatu lokasi. Ia sedang menghitung uang bekalnya untuk berpindah ke tempat yang baru saat melihat seorang pemuda kebingungan. Usia pemuda itu mungkin sebaya dengannya, tapi wajah asingnya membuat Luhan memutuskan untuk menganggap orang itu sebagai pendatang baru. Luhan memandanginya beberapa lama dan tidak membuang wajah saat pemuda itu juga mendekatinya.
"What Can I do for you sir?" Hanya itu yang bisa Luhan ucapkan.
Kata-kata yang selalu di ucapkannya kepada pelanggan yang datang untuk makan di tempatnya bekerja.
"Kau tau kemana aku harus melapor? Aku semalam tidur di penginapan itu bersama dengan seorang wanita penghibur."
Ia menunjuk ke sebuah penginapan yang Luhan baru sadari keberadaannya. "Begitu aku bangun pagi, semua barang berhargaku hilang."
"Apa saja yang hilang?"
"Banyak, uangku juga. Untungnya aku menyimpan satu kartu kreditku di tempat rahasia. Tapi aku pendatang di Canada dan semua surat-surat pentingku dibawa oleh wanita itu!"
"Termasuk passport?"
Pemuda itu mengangguk. Luhan tertawa renyah.
"Seharusnya kau berhati-hati dengan kecenderungan meniduri wanita penghibur! Ayolah naik ke mobilku! Aku akan mengantarkanmu ke kantor polisi terdekat."
"Terimakasih."
Luhan mengangguk. Tapi gerakannya terhenti saat pemuda itu mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Luhan menatapnya heran, lalu tersenyum dan menyambutnya dengan jabatan tangan yang kokoh.
"Luhan!"
"Park Chanyeol! Aku beruntung bertemu denganmu, Luhan!"
"Jadi kau benar-benar tidak menetap di satu tempat?"
Chanyeol menatap Luhan antusias. Mereka sedang menanti keputusan polisi atas laporan yang sudah dibuat oleh Luhan untuk Chanyeol. Sekarang hanya tinggal menanti keputusan petugas tentang kapan mereka diperbolehkan untuk pergi.
Berbekal dengan sikapnya yang mudah akrab dengan orang lain, bukan hal yang sulit bagi Luhan untuk akrab dengan laki-laki ini. Ia bahkan tau kalau Chanyeol adalah pemuda yang berasal dari Korea dan sangat suka bepergian. Sama seperti dirinya. Adanya kesamaan pokok tentang diri mereka membuat Chanyeol juga merasa cepat akrab dengannya. Bagi pemuda itu Luhan adalah gadis yang menyenangkan.
Luhan mengangguk. "Aku sebatang kara di dunia ini. Satu-satunya keluarga yang kumiliki adalah ibu angkatku dan dia sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Ku fikir akan sangat membosankan hidup di tempat yang sama untuk seumur hidupku mengingat aku masih muda. Selama ini aku selalu di dera kebosanan dan aku menghindari kebosanan itu untuk kehidupanku selanjutnya."
"Jadi kemana kau akan menuju sebenarnya?"
"Entahlah. Aku hanya ingin berkeliling Canada. Untuk kehidupanku, aku bekerja di rumah makan yang pastinya akan menerima tenaga tambahan yang siap bekerja penuh dan bersedia di gaji murah. Untuk sementara ini hidup seperti itu lebih menyenangkan. Akan lebih menyenangkan lagi kalau aku bisa jalan-jalan tanpa harus memikirkan uang!"
Luhan lalu tertawa, ia sedang bercanda. Park Chanyeol memandangnya dengan serius lalu tersenyum begitu mendapatkan ide baru.
"Kita pergi bersama bagaimana?"
"Maksudmu apa? Jangan kau fikir…"
"Aku tidak berfikir apa-apa selain mendapat tumpangan yang aman. Jangan khawatir karena aku tidak akan menumpang secara gratis. Aku pastikan kalau aku akan memberikan uang yang pantas selama aku bersamamu!"
Luhan mengangkat sebelah alisnya. Ya, dan dia tidak perlu susah payah bekerja setidaknya untuk sementara ini. Tujuan merekapun juga sama, berkeliling Canada. Mungkin dirinya tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini.
"Kau menjamin segalanya? Aku akan setuju kalau kau menjamin biaya bahan bakar, penginapan, makan, dan…"
"Aku bahkan akan membelikanmu pakaian baru jika kau menginginkannya. Uang bukan masalah bagiku. Lagi pula kau akan memiliki teman yang tidak membosankan dalam perjalanan kehidupamu!"
"Lalu berapa lama kau akan menjadikanku pemandu?"
Chanyeol menyeringai, Luhan mengatakan kalau dirinya adalah pemandu? Ya, gadis ini memang pemandunya untuk sementara selama ia menghabiskan waktunya di Canada.
"Sampai kita kembali lagi ke tempat ini untuk mengambil pasporku! Aku harap saat itu mereka sudah menemukan perempuan penipu itu!"
Kisah yang terlalu sederhana, Mereka bepergian bersama dan Chanyeol tidak bisa menghindari kalau mereka adalah sahabat baik. Luhan terlalu menyenangkan dan seringkali membuatnya tertawa. Gadis itu juga sangat pengertian atas segala hal tentang dirinya. Perlu waktu seminggu untuk membuat Chanyeol tertarik kepada Luhan melebihi seorang teman. Walau bagaimanapun kebersamaan mereka yang berlangsung setiap hari ini membuatnya terbiasa untuk melihat Luhan dan bercanda dengannya.
Ada satu hal yang selalu mengganggu Chanyeol tentang Luhan. Dia terlalu manis untuk ditinggalkan sendirian di malam hari. Tapi Luhan tidak bermaksud untuk tidur selain di dalam mobilnya dan selalu mengusir Chanyeol untuk mencari penginapan di waktu tidur tiba. Padahal Chanyeol meyakinkan dirinya yang sama sekali tidak bisa tidur karena kepalanya selalu memikirkan Luhan.
Interaksi mereka selama ini membuat Chanyeol begitu tertarik dan itu akan terus berkumpul di dalam otaknya. Seharusnya Chanyeol tidak memikirkan hal itu karena mereka terlalu seperti saudara. Mereka selalu bersenang-senang di berbagai tempat wisata, tertawa bersama dan berlarian bersama. Hingga di suatu waktu, Chanyeol melihat Luhan mengganti pakaiannya di dalam mobil dengan sengaja. Entah apa yang mendorongnya untuk melakukan itu, tapi Luhan akan segera marah-marah kepadanya.
Interaksi nakal mulai Chanyeol lakonkan semenjak itu. Ia seringkali menatap pinggul dan dada Luhan berlama-lama. Sangat ranum dan menyenangkan. Pada awalnya Luhan akan marah tapi lama kelamaan sepertinya gadis itu sudah mulai terbiasa. Apakah dia mulai jatuh cinta kepada Chanyeol? Bukankah Chanyeol terkenal memiliki pesona yang tinggi?
"Malam ini kau mau tidur di penginapan atau disini?"
Chanyeol menahan nafas. Untuk pertama kalinya Luhan menawarkan. Selama ini gadis itu bahkan selalu memastikan agar Chanyeol tidak berada di dekatnya di saat-saat yang menggoda seperti malam hari.
"Kau menawarkanku untuk tidur bersamamu?"
Wajah Luhan memerah di ketemaraman cahaya lampu mobilnya. "Kalau begitu aku akan mengantarkanmu ke penginapan terdekat!"
Luhan mulai menyentuh kemudi dan terdiam saat Chanyeol menjauhkan tangan Luhan dari benda itu.
"Lu, katakan satu hal. Interaksi kita satu bulan belakangan ini apakah membuatmu menyukaiku?"
Luhan mendesah, Ia ingin sekali berbohong dan mengatakan tidak. Tapi berbohong tentang perasaan hanya akan membuatnya merasa menderita. Luhan mengangguk, jika karena ini Chanyeol tidak lagi ingin bersamanya, Luhan yakinkan kalau dirinya akan menerimanya dengan baik. Begitu lebih melegakan bila terus harus bersamanya tapi selalu memendam perasaan.
"Tapi aku bukanlah orang yang mau terikat! Perjalanan hidupku masih panjang untuk di kacaukan oleh perasaan yang seperti itu"
"Sejak kapan kau merasakan perasaan seperti itu?"
"Sejak kau selalu mengganggku, kau sangat baik pada minggu pertama. Tapi setelah itu tindakanmu selalu membuat wajahku memerah. Awalnya aku tidak suka tapi lama-kelamaan aku mengharapkannya. Tapi sudahlah, kau juga tidak akan bertahan di Canada, kan?"
"Tapi kita tetap bisa jadi kekasih, kan?" Chanyeol menatap Luhan serius.
Saat Luhan memandangnya dunia terasa berhenti berputar.
"Lu, jadilah kekasihku. Setidaknya selama kita bersama!"
"Aku sudah mengatakan kalau aku tidak ingin…"
"Aku tau!" Potong Chanyeol.
"Aku juga tidak ingin terikat. Tapi apa salahnya kalau kita menjadikan kebersamaan kita sebagai kenangan indah."
"Kenangan yang ada sudah cukup indah."
"Tapi kita bisa membuatnya menjadi lebih indah lagi."
"Kau selalu melakukan ini bila mampir di satu tempat plesir? Ah, ya! Aku lupa. Kau bahkan tertipu karena itu! Tapi aku bukan pelacur yang mau di bayar untuk menemanimu!"
"Aku tidak bilang akan membayarmu sebagai wanita yang menemaniku, kan? Aku membayarmu atas jasa sebagai pemandu! Soal hubungan khusus kita, itu diluar kesepakatan. Kecuali kalau kau menginginkan aku membayar untuk ini juga!"
Chanyeol mendekatkan wajahnya kepada Luhan dan menyentuh bibir Luhan dengan lidahnya. Luhan merasa gemetar saat Chanyeol menjilati bibirnya meskipun hanya sekilas. Ia juga menyukai Chanyeol dan itu sudah diakuinya.
Luhan tidak tau harus menyetujui atau tidak. Ia ingin bersama dengan Chanyeol lebih dari sekedar teman meskipun hanya untuk sementara. Yah, hanya sementara saja. Hanya untuk kenangan seperti yang lainnya. Luhan tidak mungkin mencintai Chanyeol untuk selamanya karena ia tau kalau Chanyeol tidak akan tinggal dan menetap disini.
"Bagaimana Lu? Maukah kau jadi kekasihku?"
"Sulit untukku. Tapi berjanjilah kalau aku tidak akan mengalami sesuatu yang buruk sampai kita berpisah. Aku tidak ingin ditinggalkan ketika mengandung anakmu!"
Chanyeol tertawa renyah. "Kau sangat mengerti dengan apa yang ku inginkan."
"Tentu saja aku tau kalau kau hanya ingin bercinta denganku. Karena itu kau menjadikanku kekasihmu, kan? Interaksi kita selama ini sudah seperti sepasang kekasih, hanya saja tidak ada seks. Dan kau memintaku menjadi kekasihmu untuk melengkapi interaksi kita dengan seks!"
"Ah, ya! Kau sangat pintar!"
Luhan tidak bergerak setelah Chanyeol mengatakan itu. Laki -laki itu merebahkan sandaran bangku setirnya sehingga menjadi sangat rendah dan mereka memulainya. Mereka berciuman, bukan hal yang asing bagi Luhan. Ciuman sudah seringkali dilakukannya saat berpacaran di sekolah. Tapi ia harus gemetar saat Chanyeol membuka celananya dan merangkak di atas tubuhnya.
Saat Luhan merasakan ada sesuatu yang memaksa masuk di wilayah pangkal pahanya, Luhan merasakan kepedihan menyeruak, ia bahkan tidak segan untuk berteriak tanpa perduli dengan Chanyeol yang terus mencari kenikmatan dari dirinya. Luhan menahan nafas sejenak, kedua tangannya memeluk Chanyeol dengan kuat karena rasa sakit yang dirasakannya tak kunjung hilang. Ia baru bisa berhenti saat Chanyeol juga berhenti dan menatapnya.
"Astaga, kau masih…"
"Perawan? Ya!"
"Berapa usiamu Luhan, aku harusnya menanyakan hal itu!"
Sembilan belas tahun. Tapi Luhan tidak akan mengatakannya. Chanyeol bisa saja meninggalkannya karena itu. Luhan juga tidak pernah mengatakan kepada orang lain tentang usianya yang sebenarnya.
"Dua puluh tiga!"
"Dan kau masih perawan? Aku sama sekali tidak bisa percaya!"
"Aku sudah mengatakan padamu kalau aku tidak suka berdekatan dengan laki-laki karena ini bisa mengikatku."
"Tapi aku tidak akan mengikatmu. Meskipun tidak bisa ku pungkiri kalau aku sangat beruntung menjadi yang pertama."
Chanyeol memberikan senyuman nakal kepadanya. "Bertahanlah, aku akan membayarnya dengan sesuatu yang sangat indah."
Dan Luhan terpaksa mengikuti kata hatinya malam itu. Ia melakukan hal yang selama ini sangat di hindarinya bersama laki-laki yang sudah memastikan kalau hubungan mereka sementara. Luhan tidak perduli, ia hanya ingin menikmati kehidupan yang tidak pernah nikmat baginya selama ini.
Mungkin Chanyeol adalah orang pertama yang mengajarkannya tentang cara menikmati hidup. Meskipun ia berjanji untuk tidak melakukannya terlalu sering, tapi Luhan tidak bisa menolak saat Chanyeol memintanya. Luhan harus menyesal karena itu pada akhirnya membuatnya benar-benar jatuh cinta dan tidak bisa lepas dari Chanyeol.
Sayangnya Chanyeol menepati janjinya untuk mengakhiri hubungannya setelah mereka kembali ke Ontario dan berpisah. Luhan merasa sakit hati meskipun ia terus berharap kalau Chanyeol akan kembali lagi untuknya. Laki-laki itu membuatnya merasa ingin mati untuk yang pertama kali.
Memory; Second man!
Leaving Everything then Loosing
Kepergian Chanyeol membuat Luhan tidak ingin beranjak dari Ontario. Pada akhirnya Luhan memilih menetap di Northumberland dan menyewa sebuah Apartemen kecil setelah menjual mobil tuanya. Luhan tidak ingin melihat benda itu lagi. Terlalu banyak kenangan yang tidak akan pernah bisa membuat ingatannya melupakan Chanyeol.
Tentu saja, dengan prinsip lama, Luhan akan mudah mendapatkan pekerjaan. Bekerja penuh dan meminta bayaran yang lebih sedikit dari seharusnya. Setidaknya ia tidak perlu merasa kelaparan meskipun harus bekerja dengan semangat yang minim sampai ia harus membuang waktu beberapa minggu untuk berhenti berharap kalau Chanyeol akan kembali dan membawanya pergi.
Hingga di suatu hari, Luhan harus merasakan Dejavu saat melihat seorang laki-laki mendekatinya dan menanyakan tentang angkutan umum yang bisa membawanya ke Calgary. Saat itu, Luhan hanya membantu dan sama sekali menghindari perkenalan. Namun sebulan kemudian mereka bertemu lagi dan laki laki itu masih mengingatnya. Ia menyapa Luhan lebih dulu dan memperkenalkan dirinya sebagai Oh Yifan.
Yifan adalah orang yang sangat baik, laki -laki itu seringkali mengunjungi Luhan di tempat kerja dan beberapa kali mereka keluar bersama untuk makan malam. Tapi Luhan tidak pernah berharap dan tidak ingin membiarkan laki-laki lain menyentuhnya seperti Chanyeol menyentuhnya.
Luhan tidak ingin menerima luka karena ia tau kalau Oh Yifan adalah seorang pria dengan latar belakang keluarga serba ada dan mustahil untuk bersamanya. Yifan selalu bersikap sopan dan menghormatinya. Ia sangat dewasa. Yifan juga membuat Luhan merasa nyaman untuk mengatakan dengan jujur siapa dan seperti apa dirinya yang sebenarnya.
Anehnya Luhan mulai jatuh hati lagi meskipun jiwa raganya menolak. Sikap Yifan yang tidak pernah menyentuhnya membuat Luhan merasa sebagai seseorang yang sangat berharga. Harusnya ia tidak begitu, harusnya ia membuang perasaannya jauh-jauh. Tapi perasaan Luhan sedang berada di puncak saat Yifan menyatakan cintanya dan mereka menjadi kekasih untuk beberapa lama.
Tetap saja, Yifan tidak pernah datang ke Ontario untuk menyentuhnya meskipun mereka adalah sepasang kekasih. Yifan hanya menemuinya untuk mengobrolkan beberapa hal, juga membicarakan tentang perjodohannya yang membuat Luhan sakit hati.
"Seharusnya kita tidak pernah saling mencinta!"
Luhan menyesali semua tindakannya. Ia akan kehilangan lagi dan ia tau itu.
"Percayalah, aku sama sekali tidak menginginkan itu! Tapi aku harus menikahinya!"
"Dan kau akan meninggalkanku? Itulah masalahnya. Aku sudah terlalu berharap. Aku sudah menyimpan banyak impian dan ini hanya akan membuatku semakin merasa pedih. Seharusnya kau tidak menyapaku, tidak mengingatku, tidak mendatangiku!"
"Bagaimana mungkin aku bisa? Kau sudah menarik hatiku sejak pertama kali."
Yifan menggapai tangan Luhan dan menggenggamnya erat. "Aku tidak akan pernah meninggalkanmu!"
"Lalu ingin menjadikanku simpanan untuk bersenang -senang setiap kali kau mengunjungi Ontario?"
"Pernahkah aku memperlakukanmu sebagai alat untuk bersenang -senang?"
Jawabannya tentu saja tidak, Luhan terpaksa menggeleng. Yifan bahkan tidak pernah menyentuhnya selain menggenggam tangannya kali ini.
"Kau wanita pertama yang mengisi hatiku!"
Yifan melanjutkan ucapannya lagi. "Kita tidak akan berpisah. Aku akan melakukan apapun untuk bisa bersamamu."
"Tapi…"
"Berhentilah mencari alasan untuk bersedih Luhan. Aku akan mengurus semuanya untuk kepindahan kita ke suatu tempat. Dua minggu dari sekarang, aku akan menjalankan pernikahan itu seperti biasa. Tapi setelah itu, aku akan membawamu pergi. Kita akan menuju Negara manapun yang di tunjuk oleh benda
itu!"
Yifan menunjuk sebuah globe kayu berwarna coklat dan sangat mengkilap yang berada di sebuah meja hias restoran itu. Ia beringsut mengambilnya lalu menghadapkan benda itu kepada Luhan. Beberapa saat kemudian Yifan sudah menggenggam tangan Luhan kembali.
"Bagaimana caranya?" Luhan bertanya heran.
Yifan hanya tersenyum, lalu memutar sebuah jarum yang terbuat dari plastik yang berada di puncak benda itu menuju perut Globe.
"Silahkan tentukan tingginya!"
Luhan mengangkat jarum itu dengan posisi yang sesuai dengan keinginannya. "Lalu?"
"Dimanapun bayangan jarum ini berakhir! Kita akan kesana dan memulai hidup baru. Mengerti?" Luhan mengangguk.
Ia melihat Yifan memutar bola dunia mini itu dengan semangat. Jantungnya berdetak kencang saat bola itu mulai berhenti bergerak secara perlahan, lalu angin bertiup kencang entah darimana, sehingga jarum plastiknya bergeser sedikit. Tapi sangat menentukan karena bayangannya menunjukkan kemana mereka harus pergi.
"Denmark?" Luhan menatap Yifan dengan kening yang berkerut.
"Aku tidak bisa bahasa Denmark."
"Kita masih punya waktu selama dua minggu. Aku akan mencarikan guru untukmu dan kau harus belajar serius selama dua minggu itu. Aku juga akan mempelajari Danish sampai benar-benar mahir."
"Dua minggu tidak cukup!"
"Tentu saja lebih dari cukup. Kita hanya belajar untuk berkomunikasi, sekarang aku akan menyiapkan bahan-bahan untuk kepindahanmu ke luar negeri. Aku sudah punya karena aku sudah cukup sering pergi ke luar negeri. Bagaimana denganmu? Punya paspor atau visa?"
Luhan menggeleng. "Meskipun aku berasal dari keturunan China tapi aku lahir dan dibesarkan di Canada. Aku tidak pernah ke luar negeri. Bagiku ke luar negeri hanya mimpi!"
"Baiklah Luhan. Kalau begitu aku hanya perlu data lengkapmu saja. Kau kan memberikannya, kan?"
"Sebagai diriku yang sebenarnya? Xiao Lu?"
Yifan menggeleng. "Kau tidak boleh menggunakan nama Xiao Lu lagi, Luhan. Aku akan membunuh Xiao Lu dan menghidupkan dirimu yang sekarang. Bukankah kau sendiri sudah lama mengubur Xiao Lu?"
Benar-benar seperti mimpi yang terwujud. Tiba-tiba saja seorang pangeran rela hidup bersamanya demi cinta dalam keadaan sulit tapi bahagia. Luhan merasa tidak menginginkan hal yang lain lagi jika Yifan sudah ada disampinya.
Saat Yifan memintanya menunggu di bandara, Luhan tidak yakin kalau laki-laki itu akan benar-benar datang. Tapi ia tidak ingin berhenti berharap hingga akhirnya mereka hidup berdua saja di Denmark, menyewa sebuah flat kecil dan hidup selayaknya pasangan yang tidak akan terpisah selamanya.
Selama seminggu kehidupan mereka, Luhan benar-benar mendapati dirinya yang bersinar-sinar karena bahagia. Janji Yifan untuk segera menikahinya membuatnya merona menghadapi hari -hari dalam hidupnya. Yifan yang dewasa, Yifan yang mengayomi dan Yifan yang mengerti akan dirinya membuat Luhan jatuh cinta kepadanya setiap hari dan semakin lama perasaan itu tumbuh dan membesar. Bukan hanya cinta, tapi juga harapan untuk dapat memiliki Yifan selama-lamanya.
Suatu hari, Yifan membawa uang yang sangat banyak yang di sebutnya sebagai uang yang akan digunakan untuk biaya pernikahan mereka. Selanjutnya Luhan dan Yifan menyiapkan pernikahan yang sederhana dan mengesankan selamanya. Mereka merencanakan pesta yang hanya dihadiri oleh mereka berdua di tepi pantai.
Sayangnya pernikahan itu tidak pernah terjadi. Di suatu hari, Yifan tidak pulang cepat seperti biasanya. Yifan bahkan tidak pulang hingga malam, hingga pagi, hingga berhari-hari. Luhan tidak mengerti apa yang sudah terjadi. Fikiran buruk mulai menyerangnya. Bagaimana jika terjadi sesuatu terhadap Yifan? Atau mungkin Yifan memang tidak bisa segera pulang karena pekerjaanya yang baru.
Karena cinta Luhan memutuskan untuk terus menunggu. Di akhir minggu, Seseorang mengetuk pintu flatnya. Luhan sangat bahagia karena mengira bahwa Yifan sudah kembali, tapi ia sama sekali tidak bisa tersenyum lagi saat tubuhnya di seret-seret ke hadapan seseorang.
Geronimo. Laki-laki itu mengatakan kalau Yifan berhutang kepadanya dan bahkan tidak mencicil bayaran apa-apa sama sekali, sepeserpun. Tapi karena ia mencantumkan nama Luhan sebagai penjamin, maka Luhan harus menggantikan Yifan untuk membayar hutang itu.
Ada sebuah rasa kecewa berkecamuk saat Geronimo mengatakan kalau Yifan sudah melarikan diri sebelum sempat di cegah. Namanya tercantum sebagai orang yang berangkat ke Canada pada hari dimana Luhan khawatir karena ia tidak pulang. Yifan meninggalkannya. Mungkin Yifan menyesal dan kembali kepada istrinya disana. Tapi Luhan mencintainya. Kenapa ia begitu tega meninggalkan Luhan yang bahkan tidak tau banyak tentang Denmark.
Tiba-tiba Negara yang semula dianggapnya indah karena Yifan ini, membuat Luhan merasa telah terjerumus dalam kesuraman abadi. Kehidupannya dalam rengkuhan Geronimo benar-benar membuatnya kalut dan nyaris gila. Luhan sudah berusaha melarikan diri berkali-kali, tapi berkali-kali juga ia tertangkap dan disiksa. Hingga akhirnya Luhan menyerah dan mengatakan kepada Geronimo kalau dia bersedia mengerjakan apa saja asalkan bisa segera keluar dari tempat itu.
Dengan perlahan dan hati-hati, Geronimo menceritakan pekerjaan jenis apa yang bisa menghasilkan banyak uang, dan dari sekian banyak Luhan memilih menjajahkan tubuhnya. Hanya itu keahlian alami yang dia miliki dan hanya itu pekerjaan tercepat yang akan membawanya keluar dengan segera.
Pelanggan pertama, Luhan harus menghadapinya saat ini juga. Lima orang anak buah Geronimo benar-benar mengancam akan melakukan sesuatu yang lebih buruk dari apa yang mereka lakukan selama ini jika Luhan tidak menemukan satu laki-lakipun malam ini. Tentu saja Luhan tidak bisa bertindak apa-apa selain membuat seorang laki-laki tergoda kepadanya.
Tidak, lima orang laki-laki. Itu yang seharusnya dilakukan Luhan untuk mencapai standar yang wanita penghibur lain lakukan selama disini. Seorang laki-laki yang tampak dewasa menghampiri Luhan sambil meremas bokongnya. Seharusnya Luhan marah, tapi ia memaksakan diri untuk tersenyum.
"Ada yang duduk disini?" Katanya sambil menunjuk bangku kosong yang berada di sebelah Luhan.
Luhan menggeleng. Ini pertama kalinya dan ia harus bisa memikatnya. Laki-laki itu duduk di sebelah Luhan dan memandanginya dari kaki hingga kepala.
"Apakah kau bekerja disini?"
"Ya."
"Seharusnya aku tidak perlu bertanya, kau mengenakan seragam menggoda ini, kan?" Lagi-lagi Luhan mengangguk, mungkin ia terlihat sangat kikuk.
"Kau bisa memanggilku Bryan." Laki-laki itu melanjutkan ucapannya.
"Lalu namamu?"
"Luhan!"
"Very sexy name!"
Apakah mulut Luhan mengatakan terimakasih? Tidak, ia bahkan tidak tersenyum. Ia tidak mampu mengatakan apa-apa.
"Berapa yang harus ku bayar untukmu?"
Berapa? Luhan bahkan tidak tau ia harus di bayar berapa. Tapi ia teringat dengan kata-kata Geronimo sewaktu Luhan memilih pekerjaan ini untuk dirinya.
"Lima ratus untuk dua jam?"
"Untuk segalanya?"
"Segalanya? Maksud anda?"
"Segala apa yang ingin ku lakukan padamu!"
Luhan tersenyum bodoh. "Apa yang harus ku lakukan untukmu?"
"Just spread your leg, dan aku akan melakukan sesuatu untuk mencoba!"
"Mencoba?"
"Tentu saja. Setiap wanita disini berhak untuk di coba, kan?"
Luhan memandang ke sekelilingnya. Ya, nyaris semua wanita yang berseragam sama sepertinya sedang di coba. Ia menggigit bibir sebentar untuk meyakinkan dirinya. Beberapa saat kemudian Luhan membuka kakinya lebar-lebar dan memperlihatkan daerah sensitifnya kepada Bryan.
Laki-laki itu menatapnya dengan terkesima. Ia menyentuhnya perlahan dan Luhan nyaris memejamkan matanya. Laki-laki ini mempermainkannya.
"Apa yang bisa kau lakukan, kau bisa Squatting?"
Luhan menghela nafas berat, laki –laki ini mengajaknya bicara di saat ia sedang menikmati hangatnya Luhan di wilayah terdalam dirinya? Ia harus mulai terbiasa dengan ini.
"Squatting?"
"Ya, with your feet on the bed and use your ass to bounce up and down!"
Luhan menghela nafas lagi. Laki-laki ini menggunakan bahasa Inggris terlalu sering. Seharusnya Luhan sadar kalau laki-laki ini sama sekali bukan orang Denmark. Bahkan logat Danish yang digunakannya sangat kacau balau.
"Kau orang inggris?"
"Aku tidak sedang membicarakan megenai asal usul. Aku bertanya apakah kau bisa Squatting?"
"Aku belum pernah melakukannya. Tapi akan ku coba!"
Bryan melepaskan dirinya dari Luhan dan beranjak pergi setelah mengatakan.
"Sepertinya kita tidak cocok!"
Dan Luhan merasa sangat tersinggung. Laki-laki itu ingin pergi begitu saja setelah 'mencobanya'? Luhan mengejarnya untuk memohon, ia sangat terluka saat melakukan itu. Memohon seorang laki-laki untuk bersetubuh dengannya adalah sesuatu yang tidak pernah terlintas di dalam otaknya selama ini. Tapi Bryan masih menolak. Luhan terus membujuknya hingga laki-laki itu bersedia membawanya keluar.
Ia memperlakukan Luhan dengan sangat hina dan Luhan tidak melakukan apa-apa karena membutuhkan uangnya. Tapi begitu Bryan selesai dengan hasratnya, ia bahkan tidak membayar Luhan dengan harga yang pantas. Luhan benar-benar kecewa. Laki-laki itu mengatakan kalau Luhan sangat tidak berpengalaman dan
harga itu sangat pantas untuknya.
Akhirnya Luhan belajar satu hal.
Ia harus terlihat sangat lihai dalam pekerjaan ini. Luhan mulai belajar menggoda dan lama kelamaan ia kehilangan dirinya yang sesungguhnya. Semua ini karena Yifan, Luhan mulai menumbuhkan perasaan bencinya dan ia tidak akan pernah melupakan Yifan sebagai penyebab nasib buruk yang terjadi padanya. Ia tidak akan melupakan itu seumur hidupnya.
Memory; Third Man!
First Love Temptation (after almost Three years latter)
"Luhan, cepat pulang. Ibu mengajakmu makan malam bersama tetangga flat yang lain!" Suara Kai terdengar nyaring di telpon.
Laki-laki itu seusia dengannya dan selalu menjadi temannya semenjak Luhan memiliki kemampuan yang cukup untuk keluar dari tempat Geronimo meskipun ia masih harus melakukan pekerjaan itu untuk beberapa waktu lagi.
Ia berhasil membujuk Geronimo yang sudah bersikap seperti ayahnya agar Luhan bisa tinggal di tempat lain. Sekarang Luhan menyewa sebuah flat yang tidak jauh dari lingkungan Geronimo untuk mempermudah mobilitasnya. Setelah hampir tiga tahun, Luhan akhirnya merasakan udara yang bebas juga.
"Memangnya kennappaa..hh!"
Luhan mencoba untuk tidak berdesah. Seorang laki-laki tengah berada di atas tubuhnya saat ini, mereka sedang bercinta dan Luhan selalu mendapatkan uang yang banyak darinya. Tapi sepertinya Kai mendengar desahan yang tertahan dari mulut Luhan. Laki-laki itu berdecak.
"Kau sedang bekerja?"
"Ya!"
"Cepatlah selesaikan. Ada tetangga baru yang menyewa flat di lantai empat. Kita akan merayakan kedatangannya. Malam ini kau tidak usah kerja, aku akan mengganti uangnya!"
Mendengar ucapan Kai itu, Luhan merasa bersemangat. Kai seringkali melakukan ini jika ia ingin Luhan melakukan sesuatu.
"Lima ratus, untuk dua jam?"
"Aku akan membayarmu semalaman! Sekarang juga aku menunggumu di halaman! Sekarang tutup telponnya. Aku bisa gila mendengar desahanmu!"
Suara Kai tak terdengar lagi. Ia meminta Luhan menutup telpon tapi Kai sudah menutupnya lebih dulu. Luhan tertawa menyadari itu, lalu melempar ponselnya kesisi lain ranjang. Dengan perlahan ia menggenggam bantal dan menatap pelanggannya.
"Cepat selesaikan. Aku punya urusan keluarga!"
Laki-laki itu memandangnya dengan kesal. "Aku membayarmu untuk ini!"
"Kalau kau bisa menyelesaikannya dalam tiga puluh detik, aku akan memberikannya secara gratis."
Laki-laki itu tersenyum, harga yang pantas. Ia bergerak semakin semangat dan cepat sehingga Luhan tidak bisa menahan dirinya untuk berteriak. Dalam sekejap klimaks menyerangnya. Tapi ini tidak membuatnya merasa lelah. Luhan segera berdiri dan mengenakan pakaiannya kembali lalu pergi setelah mengatakan 'senang berbisnis dengan anda' kepada laki-laki itu.
Taksi yang segera ditemuinya membuat Luhan merasa beruntung. Ia sepertinya memang ditakdirkan untuk menghadiri acara itu. Kai sudah menunggunya di depan gedung flat sambil mengetuk-ngetukkan kakinya ke tanah. Ia memandangi Luhan yang menyongsongnya dengan tersenyum.
"Aku tidak terlambat, kan?" Luhan bergumam manja sambil menyelipkan tangannya di lengan Kai.
"Ya, kau sangat terampil dalam pekerjaanmu, sepertinya! Kau berhasil menyelesaikannya dengan cepat."
Luhan tertawa. "Aku melakukan pekerjaan itu selama bertahun-tahun."
"Harusnya kau sudah berhenti."
"Beberapa bulan lagi. Aku juga tidak ingin melakukan itu selamanya!"
Luhan merasakan Kai menarik tangannya menuju kedalam flat. Kai adalah sahabat yang baik, Luhan harus mengakuinya.
"Tentang tetangga kita itu, siapa?"
"Pasangan pengantin baru. Itu yang ibu katakan. Tapi kami belum mengundangnya untuk datang!"
"Bagaimana kalau aku yang memanggilnya?"
Kai melepaskan tangan Luhan yang di gandengnya. "Pergilah! Berteriak saja jika tiba-tiba dia menghisap darahmu!"
Luhan tertawa lagi. Kai memandangnya yang berlarian menuju lantai teratas flat empat lantai itu. Kamar yang di ujung itu, selama ini kosong. Sekarang sudah ada penghuninya. Luhan bertanya-tanya tentang seperti apa mereka. Tetangga yang baik atau tidak. Luhan tersenyum sambil menggerai rambutnya yang sekarang
sedang di cat pirang lalu mengumpulkannya kesamping, ia selalu mengganti warna rambutnya beberapa bulan sekali.
Luhan sudah tiba di depan pintu flat itu dan segera mengetuk pintu. "Ada orang di rumah?"
Luhan menunggu, tidak ada orang yang menjawab. Ia menunggu beberapa saat lalu mengulangi kata-katanya. Kali ini segera dijawab. Luhan mendengarkan jawaban samar itu dan meyakini kalau seorang wanita yang akan segera membuka pintu. Tidak salah lagi, begitu pintu terbuka, Luhan mendapati seorang gadis manis dengan rambut panjangnya yang kecoklatan menatapnya heran.
"Anda siapa?" Itu kata-katanya yang pertama.
"Aku?"
Luhan mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah senyuman. "Aku Luhan. Tinggal di flat bawah. Ann mengajakmu makan malam di flatnya, kau belum makan, kan?"
Seharusnya gadis itu tau kalau nyonya Ann adalah pemilik flat ini. Ia seharusnya menyambut baik ajakan itu. Tapi Luhan mendengarkan jawaban yang sebaliknya membuat ia merasa sedikit kecewa.
"Aku tidak bisa. Aku memang lapar, tapi aku sedang menunggu suamiku."
Luhan menggeleng tak mengerti. "Dia bisa menyusul nanti. Marilah, mengobrol dengan tetangga yang lain. Kau tidak takut sendirian dalam suasana gelap seperti itu?"
Luhan memandang kedalam ruangan flatnya. Mereka bahkan belum memiliki lampu padahal hari sudah malam.
"Aku sangat ingin. Tapi tidak bisa. Aku harus menunggunya pulang."
"Baiklah." Luhan mendesah.
"Kau tunggu disini, aku akan membawakan lampu lalu kita mengobrol. Tunggu ya?"
Luhan tidak mau mendengar alasan apa -apa. Jika gadis itu tidak mau berkunjung ke flat Ann, maka Luhan yang akan mengunjungi tempatnya. Anggaplah sebagai perwujudan keperduliannya terhadap tetangga. Sesampainya di bawah, Luhan melapor kepada nyonya Ann atas penolakan gadis itu dan nyonya Ann segera maklum.
Ia menyuruh Kai membawakan segalon air ke lantai atas. Luhan juga sempat mampir ke flatnya untuk mengambil lampu lalu Kai membantunya memasangkan benda itu di flat yang baru berpenghuni. Sayangnya Kai tidak ingin berlama-lama. Ia segera meninggalkan Luhan dengan tetangga barunya.
Luhan sangat senang berbincang-bincang dengan gadis itu. Namanya Baekhyun, seorang gadis yang kelihatannya sangat polos. Ia bahkan menceritakan kalau dirinya‑sama seperti Luhan-melakoni kawin lari dengan suaminya tanpa beban.
Luhan baru sadar kalau Baekhyun sudah bersuami. Wajahnya masih sangat remaja. Usianya baru dua puluh tahun dan sedang menjalani dongeng melarikan diri itu dengan penuh harapan yang datang bersamaan dengan kecemasan. Luhan tersenyum getir saat mendengar cerita itu, ia teringat akan Yifan dan kembali mengulas nasibnya hingga saat ini. Apakah Baekhyun akan berakhir sebagai pelacur juga seperti dirinya? Tapi Luhan sama sekali tidak ingin mengungkit cerita itu dan menakut-nakuti Baekhuyn. Ia berusaha untuk tertawa seolah-olah semua yang diucapkannya adalah lelucon.
Di pertengahan obrolan mereka tiba-tiba pintu di buka dan Luhan terdiam lama. Seorang laki-laki yang di kenalnya masuk dan duduk di sebelah Baekhyun. Ia menahan nafasnya beberapa lama dan membuang wajahnya dari laki-laki itu sejenak. Park Chanyeol.
Luhan ingin menghindar. Ingin menjauh. Tapi Baekhyun mungkin merasa kalau Luhan adalah tetangga terdekatnya sehingga Baekhyun sangat rajin mendekati Luhan. Lama kelamaan Luhan tidak lagi bisa menghindar. Ia sudah terlanjur menyayangi Baekhyun meskipun cerita romantis Baekhyun tentang suaminya selalu membuat Luhan sangat iri.
Ia bahkan beberapa kali berbicara dengan Chanyeol dan berusaha menganggap kalau sekarang mereka hanyalah teman meskipun tidak bisa dipungkiri kalau Luhan mulai kembali membangun harapan. Chanyeol adalah suami dari sahabatnya, Baekhyun. Dan ia tau membangun harapan seperti itu akan menyakiti dirinya sendiri. Karena itu lah Luhan pun berusaha keras untuk bisa bersahabat dengan Chanyeol. Selama ini itulah yang terjadi. Chanyeol bahkan meminta Luhan menjaga Baekhyun dan Luhan selalu berusaha membantu apapun yang mereka perlukan.
Hingga suatu ketika, harapan itu datang lagi. Park Chanyeol yang tampaknya mengetahui tentang profesi Luhan datang ke flatnya dan menunjukkan keperduliannya. Luhan benar-benar tidak bisa menahan diri lagi dan ia memulai semuanya. Sebuah ciuman mesra diberikan dengan sepenuh hati untuk laki –laki pertama yang dicintainya itu.
Luhan tidak pernah menyangka kalau Chanyeol akan menerimanya. Chanyeol bahkan melakukan lebih dari itu. Mereka bercinta lagi. Tangisannya tidak mungkin bisa membayar semua itu meskipun ia sudah membasahi dirinya dengan air dingin selama semalaman. Luhan merasa kalau dirinya adalah wanita yang paling jahat di dunia.
Bagaimana mungkin dia bisa melakukan hal itu? Bagaimana mungkin ia tertarik untuk bercinta dengan suami sahabatnya? Jika saja Park Chanyeol tidak menyebutkan nama Baekhyun, mungkin Luhan tidak akan sadar dengan kesalahannya. Mungkin saja ia dan Chanyeol akan terus melakukan kesalahan itu berkali-kali. Tapi semalam adalah hari tersial dalam hidupnya belakangan ini. Bukan karena ia bercinta dengan laki-laki yang bukan suaminya, Luhan sudah terbiasa untuk tidur dengan banyak laki -laki karena itu memang pekerjaannya. Tapi karena Baekhyun memergoki mereka sedang bercinta, memergoki Luhan yang sangat menikmati saat-saat bercinta dengan Park Chanyeol, saat Laki-laki itu berada di atas tubuhnya. Ia benar-benar merasa bersalah.
Seharusnya Baekhyun masuk dan menarik rambutnya. Seharusnya Baekhyun mencaci maki tentang betapa jalangnya Luhan karena sudah berusaha menggoda suaminya. Jika Baekhyun melakukan itu, Luhan tidak mungkin memendam rasa bersalah yang berlipat-lipat. Tapi Baekhyun malah memilih untuk lari meninggalkan
mereka, Baekhyun mengurung dirinya semalaman tanpa berkata apa-apa meskipun Luhan berdiri di depan pintu flatnya sehingga suasana flat empat lantai itu menjadi
gaduh.
Luhan sudah lelah berteriak, ia lelah meminta ampunan atas kesalahannya. Anggapan bahwa Baekhyun butuh waktu membuat Luhan menunda keinginannya sampai pagi. Ia hanya mampu meratapi kesalahannya saat ini. Tiba-tiba Luhan merasa dirinya kotor. Lebih kotor bila dibandingkan dengan melayani banyak laki laki selama ini.
"Lu, kau bisa sakit kalau seperti ini!"
Luhan memandangi Kai sekilas, laki-laki itu putra pemilik flat yang selama ini bersikap baik kepadanya. Tapi semalam sikap nyonya Ann dan semua orang berubah kepadanya, kecuali Kai. Ia dan Kai sudah berteman cukup lama. Hanya Kai lah yang tidak mencaci makinya atas keributan yang terjadi di flat ini semalam.
"Tinggalkan aku!"
Kai mendesah berat. "Aku kemari bukan untuk diusir, Lu. Aku ingin memberi tahu padamu kalau Baekhyun sudah keluar dari flatnya. Dokter Harold sudah datang dan kelihatannya berhasil membujuknya."
Luhan menatap Kai dengan perasaan heran. Dokter Harold? Ya, Luhan mengingat laki-laki itu.
Harold adalah dokter yang menangani Baekhyun saat wanita itu mengalami kecelakaan di rumah sakit. Saat di rumah sakit, Harold memang terlalu memperhatikan Baekhyun, mereka sepertinya sudah saling mengenal sejak lama.
Luhan segera beranjak dari kamar mandi flatnya dan keluar tanpa pakaian ganti. Penampilannya mungkin sangat kacau, tapi ia tidak sempat memperbaiki penampilannya. Luhan harus menemukan Baekhyun segera. Langkahnya berusaha menguak selebar mungkin demi sampai di lantai atas dengan cepat. Dari kejauhan
Luhan bisa melihat Baekhyun. Ia bersembunyi di balik punggung Harold, bersembunyi dari semua orang yang ingin melihatnya. Entah darimana datangnya, Luhan menambah kecepatannya untuk berlari hingga ia berakhir dengan bersimpuh menghadapi Baekhyun yang terhalang oleh tubuh Harold. Baekhyun mengintip sedikit
dan Luhan berusaha menggapai tangannya.
"Baekhyun!"
Dan Luhan harus kecewa karena Byun Baekhyun kembali menenggelamkan dirinya lebih dalam di balik punggung Harold.
"Baekhyun maafkan aku. Aku tidak bermaksud melakukan itu. Kami melakukan itu diluar kendali. Aku tidak berfikir panjang saat itu."
"Kita bisa bicarakan semua ini, kan?" Chanyeol juga ikut membujuk.
Suaranya terdengar serius untuk Baekhyun. Hanya Baekhyun.
"Aku tau kalau aku bersalah atas semua ini. Tapi aku mencintaimu. Aku hanya mencintaimu bukan orang lain!"
"Apa yang terjadi?" Harold bergumam.
Nyonya Ann, pemilik flat empat lantai itu berdesis kesal lalu menunjuk Chanyeol dan Luhan bergantian.
"Baekhyun memergoki suaminya bercinta dengan perempuan ini. Kau tau betapa sakitnya dia? Suaminya berselingkuh dengan orang yang setiap hari bersamanya. Aku tidak pernah mempermasalahkan pekerjaan wanita ini sebagai pelacur. Karena itu aku menerimanya tinggal disini. Tapi kejadian ini pasti membuat Baekhyun sakit hati, akupun yang melihatnya juga sakit hati."
"Astaga, Baekhyun!" Harold terdengar mengerang.
Dirinya sama sekali tidak menyangka dengan apapun yang terjadi saat ini. Baekhyun pasti sangat kecewa.
"Aku pernah bertanya padamu, apakah kau bahagia atau tidak. Kau mengatakan ya, aku harap semua kebahagiaanmu sebanding dengan apa yang kau tinggalkan. Tapi kalau begini tidak ada yang bisa di bilang sebanding…"
"Siapa kau sebenarnya?" Chanyeol memotong ucapan Harold dengan nada heran.
"Aku Harold. Jika bukan karenamu, Baekhyun adalah calon istriku."
Luhan tidak pernah mengerti tentang hubungan rumit mereka. Yang diketahuinya hanyalah masa lalunya dengan Chanyeol. Mereka sepasang kekasih, lalu berpisah. Setelah bertahun-tahun mereka bertemu lagi sebagai tetangga di flat ini. Dan Chanyeol ternyata sudah menikah dengan Baekhyun yang sudah dekat dengan Luhan sejak awal pertemuan mereka.
Luhan merasa kalau dirinya sangat sial dan tidak seharusnya hidup di dunia ini. Ia kecewa karena Yifan meninggalkannya setelah mereka melarikan diri ke Denmark. Sekarang ia nyaris saja membuat Chanyeol melakukan hal yang sama kepada Baekhyun.
"Sekarang, apa yang akan kau lakukan?"
Harold melanjutkan ucapannya lagi sambil menoleh kepada Baekhyun yang bersembunyi di belakang tubuhnya. "Kau akan pulang? Aku akan siap mengantarkanmu pulang!"
Mendengar perkataan Harold itu Baekhyun berusaha untuk menghentikan tangisannya. Tapi kelihatannya ia kesulitan melakukan hal itu hingga Baekhyun
memutuskan untuk terus menangis beberapa lama. Setelah merasa lebih tenang Baekhyun sedikit bergeser untuk melihat wajah suaminya hanya suaminya dan ia
bertindak seolah-olah Luhan tidak ada disana. Luhan merasa semakin pedih.
"Katakan sesuatu!" Ujarnya kepada Chanyeol.
"Katakan sesuatu yang bisa mempertahankanku untuk ada disisimu. Satu hal saja, dan aku akan tinggal!"
Chanyeol kelihatan tak percaya karena Baekhyun masih bersedia bersamanya. Tapi dia sudah membuat Baekhyun sangat menderita. Luhan tidak mengerti apa yang
sedang Chanyeol fikirkan. Tapi kata-kata Chanyeol selanjutnya membuat Luhan akan membenci hidupnya selama-lamanya.
"Pulanglah. Kau akan lebih bahagia dengan hidupmu yang seharusnya." Chanyeol berujar dengan kata-kata putus asa.
Dan Luhan membenci Chanyeol saat itu. Sangat! Terlebih saat menyaksikan Baekhyun pergi dan dia, sebagai suaminya tidak bisa mencegah. Luhan membenci Chanyeol yang melepaskan Baekhyun, padahal Baekhyun jelas-jelas masih ingin bersamanya.
Melihat Baekhyun berjalan di belakang Harold dengan kikuk membuat Luhan sedih. Apakah ada sesuatu hal yang bisa dilakukannya untuk memperbaiki kesalahannya? Ia tidak bisa membiarkan Baekhyun dan Chanyeol berpisah. Luhan menoleh kepada Chanyeol sejenak hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengejar Baekhyun menuju lantai terbawah.
Langkahnya sangat lemah. Ritual menyiksa diri semalaman menghambat langkah-langkahnya untuk mengejar Baekhyun. Luhan masih berusaha sekuat tenaga hingga ia berhasil menggenggam tangan Baekhyun sebelum wanita itu masuk ke mobil. Ia menatap Baekhyun dan berharap Baekhyun mau memandangnya. Sayangnya tidak, Baekhyun berontak melepaskan tangannya dari genggaman Luhan dan memutuskan untuk segera menghilang di dalam mobil. Baekhyun tidak perduli meskipun Luhan
memanggi-manggil namanya.
"Sudahlah, Lu. Dia tidak mau bicara denganmu sekarang!" Kai berusaha menenangkan.
Luhan bahkan tidak sadar kalau laki -laki itu terus mengikutinya sejak tadi. Ingatannya hanya terfokus pada Baekhyun dan rasa bersalah yang mendesak di dadanya. Luhan memandang mobil milik Harold, lebih berharap. Tapi mereka terlalu segera memutuskan untuk pergi. Luhan putus asa.
"Baek!"
"Luhan!"
"Aku tidak bisa membiarkannya pergi. Aku sudah bersikap terlalu buruk kepadanya. Hidupku sudah buruk dan semakin buruk setelah ini. Hanya Baekhyun satu-satunya yang kumiliki…."
"Kau masih memilikiku!" Kai memotong kata-kata Luhan dengan ucapan tegas.
Saat melihat Luhan terpaku menatapnya, Kai berusaha meraih tubuh Luhan dan memeluknya erat-erat.
"Masih ada aku, Lu! Aku saja sudah cukup, kan? Kau tidak perlu orang lain jika ada aku. Aku berjanji!" Luhan mengangguk.
Ya, masih ada Kai. Luhan merasa lebih baik bersama Kai hingga akhirnya, Kai pun pergi meninggalkannya.
TBC
Aku kembaliiiiiiii...! /gakadayangnanya-_-/
Seyeo gak jadi publish ff baru seyeo waktu malem taun baru, karena kayaknya kuota seyeo mau abis :D. Jadi seyeo publish-nya sekarang, dan ini juga sebagai hadiah buat author kimsaera61 yang hari ini ulang tahun!. Dan ini harusnya aku bikin jadi dua chapter karena bener-bener panjang banget. Habisnya seyeo pengen sehun cepet muncul di chap depan sih XD, selain itu sebenernya seyeo jugak sengaja bikin ini panjang soalnya di ff seyeo yang husband banyak yang nge-review kalo banyak chapter yang kependekan. Jadi seyeo ganti disini deh, walaupun hasilnya kepanjangan :D
Oiya sebelum kalian tanya kenapa disini Yifan pake marga Oh dan bukan Wu, itu karena dia bakal ada hubungannya sama sehun nanti. Sebelumnya seyeo pengen ngasih tau kalo ff ini sudah ada versi Chanbaek-nya.
And...Marry Chrismast!
Last..
Review juseyo..
Gomawo.. :*:*
