Adit Sopo Jarwo (c) MD Entertainment. Penulis tidak mengambil keuntungan dalam bentuk apapun atas pembuatan karya.

.

Sekelat Rindu Untuk Masa Lalu

.

Rated: T (R-13). Genre: Angst, Family, General. Language: INDONESIAN. Notes: AU.

.

Main Character:

MITHA

.

-Indonesia; 03/2017-

~oOo~


Manhattan yang bersalju, semuanya mengeratkan mantel, jaket, syal, dan apapun yang dapat menghangatkan tubuh dari dinginnya udara di awal musim dingin.

Secangkir cokelat panas Mitha sesap perlahan, untuk memberikan hawa panas dari udara dingin yang masih menyeruak masuk dari celah-celah ventilasi bangunan.

Namun ternyata itu percuma saja. Hanya menghangatkan raga, itupun tidak seluruhnya.

Hati Mitha masih dingin, nyaris membeku hingga mengubah dia yang dahulu begitu ekspresif dan murah senyum, menjadi tertutup dan cenderung pemarah.

Mitha disini untuk merelaksasikan diri, sebelum beristirahat di apartemen dimana dia tinggal untuk sementara.

Senja hari dimana dia termangu, menatap dari balik kaca jendela kafe, tertuju pada salju-salju random yang turun menyelimuti malam yang haru.

Ada sekumpulan orang dia rindukan. Rindu di dalam hati, yang tidak sempat waktu untuk terkata.

"Adit, Devi, Adelya, Kara, Alisyah, dan semuanya... Aku merindukan kalian semua..." Yang keberapa kalikah Mitha mengatakan hal itu?

Untuk yang keberapa kalikah dia merasa begitu rapuh dan kehilangan?

Mitha tidak tahu, jujur saja serangkai kata itu selalu menjadi jawabannya.

Berjalan-jalan di negara yang memiliki 'janji' dengan musim bersalju memang menjadi salah satu dari sekian banyak kegiatan yang tercantum dalam daftar Cita-Cita Random milik Mitha yang Mitha tulis sendiri waktu kecil.

Dia harus keluar dari negaranya, tentu saja. Karena Indonesia adalah negara tropis, sama sekali tidak ada salju yang akan turun —kecuali puncak Jaya Wijaya yang berselimut salju abadi di Papua sana, tentu saja.

Namun ke negeri orang untuk mendapatkan cita-cita random-nya dengan terpaksa karena keadaan ekonomi?

Maaf, tapi itu sama sekali bukan harapan Mitha.

Terlebih tanpa teman- oh ralat, sahabat-sahabat masa remaja sepantarannya dulu.

Lagi, maaf, ini sama sekali bukan harapan Mitha.

"Zaman ini menyiksa..."

Mitha menghela nafas lelah. Lelah karena terlalu lama memendam rasa rindu yang teramat besar pada tanah airnya, sahabat semasa kecilnya, dan juga kedua orang tuanya yang sudah tua renta di rumah.

Menantikan dia untuk kembali ke rumah, tempat dan negara dimana Mitha menghabiskan masa-masa labil.

Tetapi sekarang sudah berbeda.

Mitha memiliki satu tanggung jawab begitu besar yang dibebankan pada punggungnya.

Ia harus pontang-panting membanting tulang demi menghidupi seluruh keluarganya di Indonesia.

Apa dia akan terus begini?

Apakah waktu akan terus menjadikannya seperti ini?

Mitha merindukan Republik Indonesia. Terang dan singkat saja semua rasa rindu yang terus terbayang di pikiran Mitha seperti itu.

Dia ingin kembali. Sekarang. Lalu bersujud seraya mencium punggung tangan kanan ayah dan ibunya.

Namun kini itu mustahil. Bahkan hanya untuk sekedar menuliskan sepatah kalimat dalam bahasa Indonesia yang paling fasih.

Itu begitu sepele, namun sangat mustahil untuk Mitha lakukan di Manhattan.

.

Mitha menghela nafas lelah, lagi. "Semuanya, doakan aku dapat kembali."

Mitha keluar dari kafe, menerobos hujan salju yang dingin menusuk. Ini Manhattan, jauh dari Indonesia, dan Mitha sama sekali tidak bisa merasakan kehangatan dari sesuatu...

... Yang disebut sebagai keluarga.

end.