"OUR SERENDIPITY"

Story by 'Ms. Hatake Yamanaka'

Pairing : Park Ji Hyun X Oh Sehun

Genre : Romance, Drama, Friendship

Rate : M

Summary : Sebuah pertemuan yang tidak disengaja di antara mereka. Ternyata menuntun mereka pada pertemuan-pertemuan tanpa kesengajaan yang selanjutnya. Akankah itu menjadi sebuah 'kebetulan' yang menyenangkan dan berakhir bahagia? Ataukah takdir menuntun mereka pada sebuah kenyataan yang menyakitkan?

Chapter 1

Enjoy My Story!

.

.

.

"Maaf, kurasa hubungan kita sampai disini saja.."

Tidak ada respon apapun dari wanita di hadapannya selain tatapan tidak percaya. Pria itu kembali menghela nafasnya pelan, tidak tahu lagi apa yang harus dilakukan.

"Maaf."

Hanya satu kata itu yang mengakhiri percakapan di antara mereka, sebelum pria itu membalikan badan meninggalkan sang wanita yang masih terdiam. Angin malam berhembus seakan menyadarkan kembali sang wanita yang hanya terdiam membeku menatap punggung pria itu yang mulai menjauh. Air mata mulai menuruni kedua pipinya, wajahnya menunduk, tangan kanannya memegang dada kirinya yang terasa sakit. Kemudian suara isakan kecil mulai terdengar di keheningan malam.

- OUR SERENDIPITY

"Hey! Aku pulang duluan ya!" Teriak wanita berambut coklat itu mulai berdiri, agak terhuyung sambil mengambil tas hitamnya di atas kursi di sebelahnya.

"Kau yakin pulang sendiri?" Teriak balik pria berambut coklat, wanita itu mencondongkan tubuhnya ke depan agar bisa mendengar suara pria dihadapannya yang bercampur dengan musik keras di klub itu.

"Tentu saja! Aku tidak mabuk, lebih baik kau antar si forehead saja! Keadaannya sangat parah, dia sangat payah menghadapi alkohol-hik." Balas si wanita keras sambil menatap wanita berambut pirang yang kepalanya sudah tergeletak di atas meja. Wanita itu cegukan kembali dan sedikit tertawa melihat keadaan sahabatnya yang tidak sadarkan diri.

"Tapi kau juga mabuk, kau bahkan sudah mulai cegukan. Kau bawa mobil?!" Pria itu terlihat khawatir, ia tahu jika wanita itu cegukan berarti dia sudah mabuk.

"Tidak! Kau tenang saja Chanyeol oppa, aku tidak mabuk. Aku akan pulang naik taksi. Annyeong!" Chanyeol hanya pasrah menghadapi kekeras kepalaan sepupunya itu.

"Hati-hati Jihyun-ah! Kau harus menghubungiku jika sudah sampai!" Teriak Chanyeol lagi, Jihyun hanya melambaikan tangannya sambil berjalan meninggalkan keduanya.

Jihyun berjalan sedikit terhuyung saat menerobos orang-orang. Beberapa menit kemudian ia mendesah lega setelah sampai di luar klub. Ia menarik nafas dalam-dalam, menghirup udara sebanyak-banyaknya mencoba menetralisir rasa mabuk. Ia mulai berjalan ke arah jalan raya untuk menyeberang setelah melihat lampu tanda pejalan kaki menyala. Jihyun memegang kepalanya yang sedikit pusing sambil terus berjalan ke arah halte bis. Tiba-tiba suara klakson berbunyi memekakkan telinganya, Jihyun menoleh ke arah kanan dan sebuah mobil melaju ke arahnya. Jihyun menutup mata karena silau dan mulai berteriak. Tubuhnya ambruk dan kegelapan mulai menelan kesadarannya.

Mungkin ini adalah akhir hidupku.

- OUR SERENDIPITY -

Sinar mentari mulai menyelinap ke dalam celah-celah jendela kamar, membuat seorang wanita mulai membuka matanya perlahan. Ia mengerjapkan matanya berkali-kali menyesuaikan cahaya di kamar itu. Matanya menyipit melihat ke sekelilingnya.

Dimana aku?

Wanita itu segera bangun dan mendudukkan tubuhnya. Ia memegang kepalanya yang terasa pusing, dan menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang. Matanya kembali meneliti sekeliling kamar.

Apa yang terjadi padaku?

Tunggu, ini bukan kamarku.

Jangan-jangan...

Ia segera menoleh ke arah tubuhnya sendiri, memastikan apa yang ada di pikirannya. Akhirnya ia mendesah lega.

Syukurlah, pakaianku masih lengkap.

Tapi, kamar siapa ini?

Ia mulai mengingat-ngingat kembali kejadian semalam. Kemarin malam, ia pergi dengan Jiwon dan Chanyeol ke sebuah klub malam merayakan keberhasilannya dan Jiwon karena akan bekerja di rumah sakit tempat Chanyeol bekerja hari senin nanti. Lalu, ia memutuskan untuk pulang duluan naik taksi dan keluar dari klub. Setelah itu, ia menyeberang jalan menuju halte bis dan ada sebuah mobil melaju ke arahnya, dan ia tidak ingat apa-apa lagi.

Apa aku tertabrak?

Jihyun segera menyibakkan selimut dan meneliti tubuhnya sendiri. Namun, tidak ada luka apapun di tubuhnya, kecuali sakit kepala dan mual karena mabuk. Tiba-tiba pintu kamar terbuka, ia segera menoleh melihat siapa orang yang membukanya. Seorang pria masuk membawa nampan, di atasnya terdapat segelas air putih, sebuah botol kecil dan sepiring sandwich. Jihyun membelalakan matanya terkejut melihat wajah pria itu. Dan pria itu mulai berjalan ke arahnya.

Tunggu!

Dia...

"Bagaimana keadaanmu?"

"Kau..."

Pria itu menatap Jihyun heran yang bereaksi berlebihan saat melihatnya. Ia segera meletakkan nampan yang dibawanya ke atas nakas disamping Jihyun.

"Kau baik-baik saja?"

"Kapan kau kembali?"

Sekarang pria itu semakin mengernyit heran mendengar pertanyaan Jihyun. Mereka saling menatap satu sama lain, pria itu terkejut melihat mata Jihyun yang mulai berair. Jihyun segera bangun dan turun dari ranjang mengabaikan kepalanya yang berdenyut sakit. Ia mulai berjalan ke arah pria itu. Tanpa diduga, Jihyun menampar pipi kiri pria itu keras. Dalam keterkejutannya, pria itu segera memegang pipi kirinya yang terasa panas dan menatap tajam wanita di depannya.

"Apa-apaan kau ini?!" Bentak pria itu marah pada Jihyun.

"Kau yang kenapa brengsek?! Kenapa kau-" Belum sempat Jihyun menyelesakan perkataannya, pria itu menyela sambil menatap tajam Jihyun.

"Apa maksudmu?! Kita bahkan tidak saling mengenal, dan kau tiba-tiba menamparku. Si-"

"Tidak saling mengenal katamu?! Kau benar-benar pria brengsek!" Jihyun kembali mencoba menampar pria itu lagi, namun pergelangan tangannya dicengkeram erat oleh pria itu.

"Tunggu, sepertinya kau salah paham nona."

"Salah paham?!" Jihyun semakin marah, ia melayangkan tangan kirinya mencoba menampar pria itu lagi. Namun, lagi-lagi pria itu menahan tangannya.

"Lepaskan tanganku brengsek!" Sekarang Jihyun tidak bisa bergerak, ia menatap pria di depannya penuh kebencian.

"Dengarkan aku dulu! Kau memang salah paham, aku sungguh tidak mengenalmu dan ini pertama kalinya kita bertemu. Namaku adalah Sehun." Jihyun membelalakan matanya lagi, ia segera meneliti pria itu dari ujung kepala sampai ujung kaki. Ternyata benar pria dihadapannya ini bukanlah dia, Jihyun meringis pelan dengan kenyataan bahwa ia telah salah mengenali orang.

Kau benar-benar bodoh Park Jihyun!

"Ma-maafkan aku..." Lirih Jihyun, ia menundukan wajahnya pelan merasa bodoh atas tindakannya barusan. Sehun segera melepaskan kedua tangan Jihyun dan menatapnya datar.

Jihyun mendongakkan wajahnya kembali, ia menatap pipi kiri Sehun yang memerah dan meringis pelan merutuki kebodohannya lagi. Harusnya ia sadar dari awal, jika Sehun bukanlah dia. Wajah mereka memang mirip tapi wajah Sehun terlihat lebih tegas, dan gaya rambut mereka jelas berbeda.

"Ma-maafkan aku su-sudah menamparmu. Pipimu merah, apakah masih sakit?" Jihyun menyentuh pipi kiri Sehun pelan membuat Sehun terkejut.

"Ehm! Aku tidak apa-apa. Bagaimana denganmu?" Sehun berdeham mengatasi kegugupannya karena sentuhan tangan Jihyun. Sungguh tidak seperti Oh Sehun yang biasanya merasa gugup disentuh oleh seorang wanita, biasanya Sehun yang membuat para wanita gugup bukan sebaliknya. Sehun kembali memasang wajah dingin dan tatapan datarnya yang membuat Jihyun sedikit salah tingkah. Siapa yang tidak salah tingkah ditatap seorang pria tampan dari jarak sedekat itu. Mengerti pria dihadapannya merasa tidak nyaman dan begitupula dirinya, Jihyun segera menurunkan tangannya kembali dan menatap Sehun ragu.

"A-aku hanya pusing dan sedikit mual. K-kenapa aku bisa ada disini? Apa kau yang menabrakku semalam?" Sehun menghela nafasnya pelan mendengar kata 'menabrakku'.

"Kau salah paham lagi nona, aku juga tidak menabrakmu. Kau pingsan di depan mobilku, jika aku menabrakmu mungkin kau sedang berbaring di rumah sakit sekarang."

"Jadi aku hanya pingsan?"

"Ya, kau mabuk semalam dan pingsan di depan mobilku. Aku membawamu kemari karena tidak tahu alamat rumahmu dan aku tidak ingin orang-orang salah paham padaku karena mengira aku menabrakmu." Sehun mengernyitkan alisnya bingung, kenapa ia berbicara panjang lebar bersusah payah memberi penjelasan pada wanita di hadapannya ini. Tidak seperti dirinya yang biasanya. Aneh. Jihyun merasa sangat sangat bodoh sekarang, pingsan di depan mobil Sehun, lalu menampar pipinya dan mencaci maki pria itu.

"Ma-maafkan aku sudah merepotkanmu." Jihyun segera membungkukkan tubuhnya, pipinya sudah memerah karena malu sekarang dan merasa sangat bersalah.

"Sudahlah, siapa namamu?"

"Namaku Park Jihyun, maaf sudah merepotkanmu Sehun-ssi." Jawab Jihyun menegakkan tubuhnya dan masih menundukkan kepala, Sehun berdecak pelan mendengar Jihyun terus meminta maaf padanya.

"Dimana rumahmu?"

"Aku tinggal di Paramount Apartement dekat Seoul Hospital." Gumam Jihyun pelan namun masih bisa di dengar Sehun.

"Makanlah, setelah itu aku akan mengantarmu pulang." Ucap Sehun akhirnya sambil berbalik pergi.

"T-terima kasih Sehun-ssi.." Tidak ada jawaban dari Sehun, ia hanya menatap Jihyun sebentar lalu menutup pintu.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kau sangat memalukan Park Jihyun!" Rutuk Jihyun sambil memukul kepalanya. Setelah puas merutuki dirinya ia pergi ke kamar mandi mencuci wajahnya dan memakan sarapan yang di berikan Sehun. Jihyun tersenyum melihat botol kecil di genggamannya dan mengambil satu tablet obat dan menelannya.

Ternyata Sehun sangat baik.

Ia menelisik kamar itu lagi mencari tas hitamnya. Dan tersenyum mendapati tasnya tergeletak di atas sofa. Ia segera membongkar isi tas mencari ponselnya, dan ternyata ponselnya mati kehabisan baterai. Ia mengumpat pelan, dan langsung mencari bedak dan lipstiknya. Walaupun ia tidak mandi, setidaknya ia harus tetap tampil rapi kan? Ia berjalan kembali ke kamar mandi merapikan ikatan rambutnya yang berantakan dan membubuhkan bedak tipis di wajahnya dan memoles lipstik berwarna pink di bibir tipisnya.

Selesai! Sekarang ia terlihat lebih baik, dan mulai membenahi gaunnya yang sedikit kusut. Jihyun kembali ke kamar dan merapikan tempat tidurnya. Ia tidak mau di anggap seseorang yang tidak sopan. Tapi, bukannya dari awal dia memang sudah bersikap tidak sopan pada pria itu? Jihyun kembali mengumpat pelan. Setelah rapi, ia mengambil tasnya dan membawa nampan keluar kamar.

Jihyun melihat ke sekeliling ruangan itu. Disamping kamar yang ia tempati ada sebuah pintu tertutup yang ia yakini adalah kamar Sehun. Setelah melewati ruang tengah, ia berbelok menuju dapur. Dan akhirnya, Jihyun menemukan Sehun yang sudah berpakaian rapi memakai kemeja berwarna putih dengan dasi bergaris berwarna biru tua sedang berbicara dengan seseorang di telepon.

Tampan.

Hanya satu kata itu yang dipikirkan Jihyun saat melihat Sehun. Jihyun berdiri diam dan menatap pria itu lekat-lekat. Semakin Jihyun menatap wajah pria itu, semakin ia mengingat seseorang. Sehun segera menyadari keberadaan Jihyun, dan mengernyit melihat tatapan Jihyun padanya. Melihat Sehun sudah selesai menelepon, Jihyun segera berjalan ke arah Sehun.

"Hmm, terima kasih untuk sarapan dan obatnya Sehun-ssi." Ucap Jihyun saat ia sudah sampai di samping Sehun.

"Hn." Sehun mengalihkan pandangannya dari wajah Jihyun ke nampan yang dibawanya. Ia menyeringai melihat sarapan yang dibawanya tadi sudah hilang sekarang. Seakan mengerti tatapan Sehun pada nampannya, Jihyun segera berdeham pelan.

"Ehm.. Dimana aku harus menyimpan obatnya?"

"Simpan saja di meja." Sehun beranjak dari duduknya, mengambil jas, tas kerja, dan ponselnya.

"Ayo, aku akan mengantarmu."

"Tidak usah, aku bisa pulang sendiri. Te-"

"Aku akan ke rumah sakit Seoul, sekalian ku antar."

"Tapi-" Sehun langsung meninggalkan Jihyun tanpa mengatakan apapun lagi. Jihyun segera menaruh nampannya di atas meja dan mengikuti Sehun. Mereka berdua meninggalkan apartemen dan menunggu lift. Tidak ada pembicaraan di antara mereka. Jihyun hanya menunduk dan sekali-kali melirik Sehun disampingnya.

Pintu lift terbuka, mereka langsung masuk dan Sehun menekan tombol menuju parkiran bawah tanah. Hanya terdengar hembusan nafas dari keduanya mengisi keheningan lift. Beberapa menit kemudian mereka tiba di parkiran. Sehun menghampiri audi hitamnya yang terparkir cantik tak jauh dari lift, ia menekan tombol dikunci mobil dan terdengar beep beep lalu segera membuka pintu kemudi.

"Masuklah!" Ujar Sehun sebelum masuk ke mobil. Jihyun segera menuruti perintah Sehun tanpa mengatakan apapun. Sehun segera mengemudikan mobilnya ke luar apartemen.

Jihyun hanya memfokuskan pandangannya ke luar jendela. Pikirannya berkecamuk mengenai hal-hal yang terjadi padanya kemarin dan hari ini. Dia sudah mempermalukan dirinya sendiri didepan Sehun. Kenapa di saat ia sudah berhasil melupakan pria itu, Sehun datang dengan wajah yang begitu mirip dirinya dan mengingatkannya kembali akan dirinya?

"Kenapa kau menamparku dan mengataiku brengsek seakan-akan kau sudah mengenalku?" Sehun membuka pembicaraan setelah sekian lama mereka terdiam. Mendengar suara Sehun, Jihyun segera mengalihkan pandangannya pada pria disampingnya.

"Huh? Oh, itu, hmm.. Wajahmu mirip dengan seseorang yang kukenal." Sehun menoleh sebentar pada Jihyun, dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan.

"Siapa? Kekasihmu? Kenapa kau mengatainya pria brengsek dan menamparku?" Sedetik kemudian, Sehun merutuki dirinya yang kembali mengganggu privasi orang lain. Sungguh bukan dirinya yang biasa.

Bodoh!

"I-itu, ah, aku minta maaf telah menamparmu. Apa kau baik-baik saja?" Jihyun tidak menjawab pertanyaan Sehun dan mengalihkan pembicaraan. Ia tidak ingin memberi tahu kisah percintaannya pada orang asing dan membahas tentang'nya', walaupun Sehun sudah menolongnya.

"Hn." Hanya itu jawaban yang Sehun berikan, Jihyun hanya mengangguk dan kembali terdiam mengalihkan pandangannya ke jendela disampingnya, tidak ingin membahas lagi mengenai kejadian yang membuatnya malu setengah mati dan membahas masalah pribadinya.

Sehun paham itu adalah privasi Jihyun. Ia juga tidak ingin oranglain mengganggu privasinya. Selama ini Sehun tidak pernah dan tidak ingin mencampuri urusan orang lain. Anehnya, ia malah ingin mengetahui tentang hubungan gadis yang baru dikenalnya dalam beberapa jam yang lalu dengan pria yang 'mirip' dengannya.

Sudahlah, itu bukan urusanku.

Setelah beberapa menit kemudian, tiba-tiba Sehun menghentikan laju mobilnya, membuat Jihyun kembali sadar dari lamunannya. Jihyun segera menoleh pada Sehun, tatapannya seakan bertanya 'ada apa?'. Sehun mengerti tatapan Jihyun dan mendesah pelan.

"Kita sudah sampai." Jihyun segera menoleh ke arah kanannya. Dan ya, Sehun benar, mereka sudah sampai di depan lobby apartemen Jihyun.

"Ah, iya, kita sudah sampai.. Hmm, kalau begitu, sekali lagi aku minta maaf sudah merepotkanmu dan terima kasih sudah menolongku dan mengantarku pulang Sehun-ssi." Jihyun menundukkan kepalanya, ia masih merasa malu atas perbuatannya pada Sehun.

"Hn." Lagi-lagi hanya itu jawaban Sehun, Jihyun segera mengangkat kepalanya kembali menatap Sehun.

"Hmm, apa kau mau mampir sebentar?" Tanya Jihyun pelan, bukankah ia harus bersikap sopan pada pria yang sudah menolongnya?

"Tidak, terima kasih. Aku harus pergi."

"Ah, kalau begitu, aku permisi. Hati-hati di jalan Sehun-ssi."

"Hn." Jihyun segera membuka seatbeltnya, mengambil tas dan membuka pintu mobil lalu segera menutup pintu mobil Sehun dan berdiri disamping mobilnya. Sehun menatap Jihyun sebentar dan segera melajukan mobilnya keluar dari kawasan apartemen.

Sehun melirik ke kaca spion dan mendapati Jihyun masih berdiri memandangi mobilnya sambil memukul-mukul kepalanya, Sehun tersenyum tipis melihat tingkah konyol Jihyun dan kembali memfokuskan pandangannya ke jalan.

- OUR SERENDIPITY

Setelah mobil Sehun tidak lagi dalam jarak pandangannya, Jihyun mendesah pelan. Ia segera masuk kedalam gedung apartemen, dan buru-buru menuju lift.

Setelah memasukkan password dan pintu apartemen telah terbuka, Jihyun segera masuk ke kamarnya, melempar tas ke sofa dan melompat ke ranjang queen size nya. Jihyun berbaring telentang dan menatap langit-langit kamar seakan itu hal yang sangat menarik. Jihyun merenungi lagi hal-hal yang terjadi padanya dalam 24 jam ini. Ia kembali mendengus dan menutup matanya. Ia hanya berbaring diam merasa sangat kelelahan, walaupun dia sudah cukup tidur saat di apartemen Sehun. Setelah beberapa menit terdiam, tiba-tiba Jihyun membuka matanya.

"Chanyeol oppa!"

Jihyun segera bangkit dan melompat turun berlari menuju sofa dan langsung mengobrak-abrik tas mencari ponselnya. Ia segera berlari mencari chargernya, dan buru-buru memasangnya. Setelah beberapa saat, ponselnya kembali menyala dan segera mengaktifkannya. Jihyun mendesah lega.

Sepuluh panggilan tak terjawab dan tiga pesan singkat, semuanya dari Chanyeol.

Sudah kuduga.

Jihyun segera menelepon Chanyeol dan menggosok dahinya pelan menunggu panggilannya tersambung.

Dia pasti khawatir. Hah, aku tidak ingin mabuk lagi.

Jihyun menggigiti kuku ibu jarinya pelan. Wajahnya penuh kekhawatiran dan sedikit takut dengan reaksi Chanyeol nanti.

Apa aku harus mengatakan semuanya? Tapi, pasti dia akan marah dan merutuki kebodohanku.

'Park Jihyun! Kenapa ponselmu tidak aktif?! Harusnya kau segera meneleponku jika sudah sampai di apartemen! Kenapa baru menghubungiku sekarang huh?! Kau tahu kan, jika terjadi sesuatu padamu, paman Ji Hoon akan membunuhku! Kau baik-baik saja kan?!' Jihyun memutar matanya mendengar pertanyaan beruntun Chanyeol. Ia mendesah pelan dan berdeham membersihkan tenggorokan menahan kekesalannya.

"Maaf baru meneleponmu oppa, ponselku mati dan aku sangat lelah untuk sekedar menchargernya semalam, jadi aku langsung tidur setelah sampai apartemen. Kau jangan khawatir, aku baik-baik saja. Bagaimana denganmu dan Jiwon?" Jihyun lebih memilih berbohong, jika dia jujur, Chanyeol pasti akan marah. Jadi, ia segera mengubah topik pembicaraan dan itu selalu berhasil mengalihkan perhatian Chanyeol.

'Syukurlah, setelah mengantar Jiwon aku langsung pulang dan menunggumu menelepon semalaman. Kau membuatku cemas Jihyun, lain kali aku yang akan mengantarmu pulang dan tidak ada penolakan. Bagaimana keadaanmu?'

"Oh begitu, sekali lagi maafkan aku oppa. Aku janji akan mentraktirmu makan nanti, okay? Aku masih sedikit pusing, tapi aku baik-baik saja. Aku juga baru bangun dan mau mandi sekarang." Chanyeol mendesah pelan.

'Tidak usah mentraktirku makan, masakkan saja sesuatu untuk makan siang nanti, aku akan ke apartemenmu.' Jihyun kembali memutar matanya, ia merasa menyesal telah menawarkan traktiran makan pada Chanyeol.

"Hm, baiklah, baiklah. Bawakan ice cream kemari okay?"

'Hn.' Mendengar jawaban Chanyeol mengingatkannya kembali tentang Sehun. Jihyun segera menutup telpon dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Jihyun melirik jam dinding. Pukul 8.05 AM. Ia segera masuk ke kamar mandi dan memutuskan untuk berendam sebentar.

Mungkin mandi dan berendam akan membuat pikirannya kembali tenang dan melupakan kejadian yang sangat memalukan bagi seorang Park Jihyun. Dan yang paling penting melupakan Sehun si pria tampan penolongnya yang telah mengingatkannya kembali tentang'nya'.

.

.

.

- To be Countinued -

Author Note :

Ini adalah ff pertama yang aku publish dengan cast suami aku Oh Sehun :D, sebenarnya aku juga sudah mempublish ff ini sebelumnya tetapi dengan pairing SasukeIno. Dan karena kecintaan aku pada si pria tampan nan hot Mr. Oh Sehun makanya aku ingin mempublish ff ini. Selama aku reset di FFN, aku susah banget cari ff yang 'STRAIGHT' atau 'NORMAL'. Karena aku bukan pecinta yaoi jadi aku berencana mempublish ini, semoga kalian suka ya, aku persembahkan spesial untuk EXO-L.

Aku masih baru dalam dunia tulis menulis. Karena itu, aku harap untuk para reader tolong tinggalkan saran dan kritiknya ya ;) Agar aku bisa memperbaiki tulisanku dan membangun semangatku dalam menulis. Terima kasih sudah menyempatkan waktu untuk membaca, see you in next chapter^^

Sincerely,

Ms. Hatake Yamanaka (EXO-L)