Between Two Different Things
tryss (c) 2016
.
Jeno Lee X Na Jaemin X Mark Lee
.
Romance / School-life / T / AU
.
Story
Jaemin paling tidak bisa memilih antara dua hal, karena Jaemin ingin membagi apa yang dia punya secara rata. Sama halnya dengan memilih antara Mark Lee ataupun Lee Jeno.
Setiap teman temannya bertanya siapa yang akan Jaemin pilih, Jaemin hanya menghadiahi mereka dengan senyum tipis. Habis, Mark Lee dan Lee Jeno sama sama tampan, baik, penyayang, dan pengertian.
Sialnya, mereka bersahabat.
Bukannya Jaemin serakah, dia hanya tidak ingin salah satu dari mereka sakit hati dan mengakhiri persahabatan dengan sebutan 'Duo Lee' itu. Dengan tidak memberi jawaban pada keduanya, Jaemin merasa dia lebih adil.
Soal perasaan, Jaemin benar-benar tidak bisa memilih karena dia memang membagi hatinya sama rata kepada dua orang itu. Tapi bukan berarti Jaemin melarang orang lain untuk memiliki Mark ataupun Jeno. Untuk informasi saja, Jaemin resmi masih single. Benar-benar single.
Jaemin sibuk dengan tugas IPAnya di perpustakaan sekolah saat Jeno masuk dengan salah seorang teman sekelasnya sambil membawa tumpukan buku paket. Jaemin hanya melirik sekilas dan pura-pura tidak tahu. Tugas IPAnya lebih penting, bung.
Suara Jeno dan Miss Emma-penjaga perpustakaan-yang menggema dalam perpustakaan tertangkap oleh telinga Jaemin. Tidak lama kemudian, Jaemin melihat kursi di hadapannya di tarik dan di duduki seorang Lee Jeno.
"Pagi, Jaemin."
Tuh, kan. Senyum Jeno selalu berhasil menghangatkan hati Jaemin. Tapi setelah dipikir lagi, senyum Mark juga memberikan efek yang sama. Jaemin jadi dilema, kan.
"Pagi, hyung."
Jeno meletakkan ponselnya diatas meja, menumpu dagunya dengan tangan kanan tanpa mengalihkan matanya dari Jaemin,"Jadi siapa yang menyapamu pertama hari ini?"
Jaemin terkekeh kecil, mencoba untuk tidak melirik Jeno. Sekali lagi, tugas IPAnya lebih penting.
"Menurut hyung, siapa?"
"Jangan mempermainkan aku, cantik."
Jaemin yang tengah menulis jawaban nomor terakhir menghentikan kegiatannya. Sesuatu dalam diri Jaemin kembali terbangun. Dia sudah tidak peduli dengan Jeno yang meneriakkan namanya berulang kali. Jaemin hanya terus melangkah meninggalkan Jeno.
Belum enyah rasa bersalahnya tentang keserakahannya jatuh cinta pada dua pemuda sekaligus. Kini, salah satu pemuda pujaannya mengutarakan ketidak inginannya akan Jaemin yang mempermainkan Jeno.
Jaemin tidak memainkan siapapun karena dia memang mencintai Mark maupun Jeno. Tidakkah seorang mengerti itu?
Entah, Jaemin sudah terlalu pusing hingga tidak sadar dia sudah ada di deretan kelas tiga. Ten yang melihat adik sepupunya itu berjalan tergesa di depan kelasnya, meminta izin untuk ke kamar mandi.
"Na Jaemin!" Panggilnya.
Langkan Jaemin yang tadinya terlampau cepat-sampai-sampai Ten kesulitan mengejarnya-berhenti dalam hitungan detik. Berikutnya, Ten disuguhi wajah sembab Jaemin.
Pasti ada suatu hal yang terjadi sebelum Jaemin berjalan tidak tentu arah dan sampai di deretan kelas tiga.
"Jae, mau ikut aku sebentar?" Tawar Ten.
Jaemin mengangguk. Dia hanya ingin bolos. Setidaknya, Jaemin ingin perasaannya lebih tenang sebelum bertemu keduanya lagi nanti.
Ten mengajak Jaemin ke jembatan penghubung antara gedung A dan gedung B. Disana mereka bisa mendapat udara yang lebih segar dan jauh dari keberadaan 'Duo Lee'. Begini-begini, Ten juga tahu kalau adik sepupunya ini jatuh hati pada dua laki-laki sekaligus.
"Jadi, kenapa lagi?" Tanya Ten pada akhirnya.
"Aku harus bagaimana, hyung? Aku harus memilih siapa? Atau tidak usah memilih sama sekali seperti sebelumnya."
Ten diam. Dia juga tidak tahu apa yang harus dilakukan Jaemin. Seluruh sekolah tahu hubungan rumit diantara mereka bertiga. Terlalu beresiko jika Jaemin menolak 'Duo Lee' secara terang-terangan.
"Kamu pasti tahu resiko berhubungan dengan mereka. Bahkan, sejak masa Taeyong belum pacaran denganku."
Jaemin mengangguk kecil, tanda setujunya pada kalimat Ten.
"Kenapa masih diteruskan? Bersikap yang tegas, Jae. Tidak seharusnya kamu menggantung dua sahabat sekaligus."
"Aku tidak tahu. Awalnya aku hanya ingin berteman dengan mereka."
"Lalu kamu tiba tiba saja sadar kalau sudah suka pada mereka?"
Jaemin mengangguk. Perkataan Ten juga ada benarnya. Mark maupun Jeno tidak seharusnya digantungkan seperti ini. Jaemin bertekad, hari ini, semua gosip harus segela diluruskan.
Istirahat makan siang, Jaemin merelakan dirinya malu di kantin hanya untuk menepuk pundak Jeno dan Mark yang duduk bersebelahan. Keduanya terlihat kaget karena tidak biasanya Jaemin mendatangi mereka saat jam makan siang. Apalagi saat Jaemin bilang ingin bicara bertiga di lapangan indoor.
Akibat itu, seisi kantin bersorak. Beberapa ada yang berniat mengikuti mereka, tapi Jeno dan Mark segera mengarahkan death glare ke seluruh ruangan.
"Hyungdeul.."
""Ya?""
"Kumohon dengarkan aku sebelum kalian bicara."
"Kalau begitu biar aku memelukmu." Jaemin hanya membiarkan Mark memeluknya dari belakang.
Jeno meraih tangannya, menyelipkan jemari Jaemin diantara jemarinya,"Bicaralah."
Jaemin ragu sepersekian detik, tapi dia sudah bertetad untuk memperjelas hubungan mereka bertiga.
"Bukan maksudku untuk menggantung kalian. Aku tidak tahu cara menyikapi hal seperti ini. Terlalu banyak yang aku terima dalam rentan waktu sebentar. Jadi waktu itu aku meminta kita bertiga untuk berteman. Aku-" Jaemin mulai menangis. Bersamaan dengan itu, pelukan Mark serta genggaman Jeno mengerat,"-aku mengingkarinya. Aku sudah mencoba, tapi kalian selalu memenuhi kepalaku. Aku diam dan tidak segera bilang tentang perasaanku karena aku bingung. Kalian bersahabat, aku tidak ingin merusak persahabatan kalian."
Ketiganya diam cukup lama, sampai Mark membuka mulutnya yang sempat terkunci. Tak ayal, kalimat panjang Jaemin tadi juga memberikan dampak besar pada Mark dan Jeno. Memang tidak seharusnya juga mereka berbagi Jaemin untuk dicintai.
"Maafkan aku, tapi kami memang menyayangimu, Jae. Aku tidak masalah kalau harus berbagi dengan Jeno." Ujar Mark.
"Begitu juga aku." Timpal Jeno,"Selama ini kami menunggumu bilang siap."
"Kamu siap belum?" Kali ini Mark yang bersuara lagi. Jaemin ingin menoleh dan tersenyum pada Mark, tapi wajah pemuda asal Kanada itu terlalu dekat dengan wajahnya. Jaemin takut ada insiden atas nama ketidaksengajaan. Jadi, Jaemin hanya tersenyum pada Jeno.
"Asal bersama kalian, aku siap."
END
.
.
.
Salam kenal para NoMin and MarkMin shipper, saya anak baru. Setelah lama mengamati, akhirnya saya jatuh cinta sama senyum Jaemin (tapi Dek Chenle tetap di urutan atas). Maafkan untuk cerita ngga mutu dan maksa ini. Semoga aja bisa dinikmati. Bye.
