Let's Get Married, Sensei!
Moshi-moshi, minna...
Watashi wa Shana desu... d( ^ v ^ )b
Shana ini masih author baru di Fandom Naruto, padahal Naruto tuh anime/manga favorit Shana #readers : ga nanya! *Shana pundung*. Yah udah, fic pertama saya ini pokoknya NaruHina gitchu(lebay), karena NaruHina tuh pairing favorit Shana \(^o^)/. Oh ya, fic ini juga multi-chapter, jadi kalo ga tahan update lelet, silakan tinggalkan fic ini. Dan sekarang, saya persembahkan pada anda, fic ancur, abal, jayuz, dll milik saya : Let's Get Married, Sensei!
Summary : Naruto adalah mahasiswa pemalas. Tetapi setelah dosen baru, Hinata-sensei masuk, Naruto jatuh cinta pada senseinya yang cantik itu. Apa Naruto dapat berubah?
Rating : T
Genre : Romance
Pairing : NaruHina
Warning : OOC, typo, abal, gaje, update lelet, dll...
Disclaimer : Naruto sih punya Masashi Kishimoto, tapi pasti bakalan saya rebut, Whuahahahaha... *dirasengan*
\( ^ v ^ )/ "Let's Get Married, Sensei!" \( ^ v ^ )/
"Hoaah... Groook... Zzzz..." suara tak menyenangkan alias berisik itu sungguh menyebabkan seluruh mahasiswa di kelas itu, Konoha University fakultas Bisnis semester 1, menutup telinga mereka. Sudah jelas bagi semuanya kalau itu suara anak termalas seantero Konoha University. Ya, siapa lagi kalau bukan Naruto Namikaze. Laaki-laki berumur 22 tahun ini merupakan pewaris dari sebuah perusahaan besar, Namikaze Ltd. Tapi karena dia selalu dimanjakan, karena Naruto anak tunggal, makanya Naruto jadi anak manja dan malas.
"Dasar si Dobe, apa dia tidak tahu sekarang jam berapa? Padahal matahari kan sudah terik sekali. Sebaiknya kubangunkan, sebelum Tsunade-sensei masuk," kata Sasuke Uchiha, teman Naruto yang juga berumur 22 tahun, sambil berjalan pelan ke meja Naruto. Sebenarnya sih, Sasuke tadinya berniat membiarkan Naruto terus tertidur agar dimarahi Tsunade-sensei yang terkenal sangat galak itu. Tapi pasti kasihan kalau Naruto dimarahi Tsunade-sensei, lagi. Jadi Sasuke datang dan menepuk kepala Naruto dengan bukunya.
"Aaw, Teme, apa yang kau lakukan?" tanya Naruto kesal karena tidurnya diganggu. "Heh, dasar kau, Dobe, harusnya kau berterima kasih kubangunkan. Sebentar lagi pelajaran Tsunade-sensei, kau mau kena marah monster itu?" sahut Sasuke yang mulai kesal juga dengan Naruto. Naruto bergidik mendengar nama guru yang paling dibencinya itu, Tsunade-sensei. Dan tampaknya Tsunade-sensei juga begitu. Yah, sepertinya mereka memang sudah ditakdirkan begitu. Lalu...
KRING... Bel berbunyi. Semua murid langsung duduk rapi di tempatnya. Jantung mereka sudah bergemuruh karena deg-degan, pengaruh Tsunade-sensei. Sepinya kelas itu mampu membuat segala suara, sekecil apapun, terdengar keras di gendang telinga semuanya. Keringat mulai mengaliri pelipis Naruto saat dia mendengar langkah seseorang mendekati kelas. Saat akhirnya pintu terbuka seluruhnya, Naruto sangat terkejut melihat sosok di baliknya.
Seorang gadis muda melangkah pelan menuju meja guru. Dia memakai jas berwarna peach dengan baju dalam kemeja berwarna kuning, dan rok mini yang senada dengan jasnya. Rambutnya yang berwarna indigo itu terurai indah di pinggangnya. Mata lavendernya berkilau indah, menatap ke seluruh kelas dengan seksama. Matanya terhenti saat melihat Naruto, yang juga melihatnya. Keduanya beradu pandang sejenak, sebelum keduanya mengalihkan pandangan, blushing.
"Ehm... O-ohayou, minna. Watashi wa Hinata Hyuuga desu. Kalian bisa memanggil dengan Hinata-sensei. Saya menggantikan Tsunade-sensei karena beliau dimutasi ke Suna University," kata Hinata pelan, tetapi terdengar ke seluruh kelas. Tak ayal, semua murid bersorak merayakan kepergian Tsunade-sensei, terutama Naruto. Dia sampai melemparkan bukunya saking senangnya. Reaksi semua teman Naruto pasti dapat ditebak. Sasuke yang cool itu pun sampai tersenyum lebar, tetapi di balik senyumnya itu seakan tersimpan rahasia yang lebih dalam, Shikamaru Nara tertawa, Chouji Akimichi makan keripik sambil berteriak gaje, Kiba Inuzuka berpelukan dengan foto Akamaru (dilarang membawa binatang ke kampus), Shino Aburame diam saja, Rock Lee langsung berteriak sambil pasang 'senyum gigi pepsodent'nya. Sakura Haruno menghela nafas lega, Ino Yamanaka memeluk Tenten, dan Tenten balas memeluk Ino.
Hinata panik melihat kerusuhan yang terjadi di kelas barunya itu. "A-ano, minna, gomen... B-bisa tidak ribut?" kata Hinata dengan mengencangkan sedikit volume suaranya. Semuanya langsung terdiam dan duduk kembali, walaupun senyum lebar masih menghiasi wajah mereka. Setelah semua muridnya tenang, Hinata menghela nafasnya pelan. Dia tidak menyangka akan ditugaskan dalam kelas sesulit ini dalam tugas pertamanya sebagai guru. Akhirnya dikuatkannya tekadnya, dan dia mulai berbicara.
"Ohayou, minna. Seperti yang sudah saya sebutkan, nama saya Hinata. Kalian bisa memanggil saya Hinata-sensei. Saya guru baru di sini, umur saya 22 tahun, setahu saya sama dengan kalian, jadi jangan sungkan untuk memanggil saya dengan nama saya si luar sekolah. Saya baru lulus dari Konoha University ini, fakultas Pendidikan. Ini pekerjaan pertama saya sebagai guru di sini, jadi mohon kerjasamanya..." jelas Hinata sambil membungkukkan badan. "Baiklah, ada pertanyaan?" tanyanya.
Setelah semuanya terdiam, Hinata melanjutkan. Tetapi Naruto tidak begitu memperhatikan. Tapi Naruto tidak tidur lagi. Sekarang Naruto tengah sibuk mengagumi kecantikan dan keanggunan guru barunya itu. Di otaknya hanya terbayang namanya, Hinata. Naruto terus memperhatikan gerak-gerik Hinata, dari menulis, membaca, berbicara, dan lain-lain. Sepertinya, Naruto mulai merasakan 'sesuatu'. Sedangkan Hinata yang sedang menjelaskan materinya, sadar kalau dia sedang dipandangi Naruto, dan langsung blushing. Tetapi Hinata berusaha profesional.
Hinata mendekati meja Naruto. Naruto yang masih sibuk mengkhayal sepertinya tidak menyadari bahwa Hinata mendekati mejanya. Hinata benar-benar merasa geli dan tersenyum melihat wajah Naruto yang sangat lucu, dan menurut Hinata sangat menggemaskan.
"Ehm... Namikaze-san, sekarang bukan saatnya melamun," kata Hinata. Tetapi Hinata tampaknya masih belum sadar. Hinata menghela nafas dan berbisik di telinga Naruto, "Naruto-kun, tolong perhatikan pelajarannya!"
Naruto terlihat gelagapan saat telinganya dibisiki dengan suara lembut Hinata, dan dia langsung blushing melihat wajah Hinata di hadapannya.
"S-sensei! A-apa yang sensei lakukan?" tanya Naruto panik.
"Hmm, Naruto-kun lucu. Tolong jangan melamun saat pelajaran, ya..." kata Hinata lembut.
Seluruh kelas tertawa melihat pipi Naruto merona merah karena ketahuan melamun di kelas. Apalagi, Naruto melamun tentang Hinata-sensei. Tetapi tidak semuanya tertawa. Ada satu orang yang terlihat tidak suka Hinata-sensei dekat dengan Naruto. Dia diam saja saat semuanya tertawa.
"Ada apa, Sasuke? Kamu kok diam saja?" tanya Kiba.
"A-ah, tidak, tidak apa-apa," jawab Sasuke pelan.
Hinata berjalan lagi ke depan kelas, dan saat kelas mulai tenang lagi, Hinata melanjutkan pelajarannya. Tak lupa Hinata menambahkan, "Naruto-kun, tolong perhatikan ya, karena kau akan kesulitan mengerjakan ujian kalau tidak memperhatikan."
"Baik, sensei," kata Naruto malu, dan semuanya tertawa lagi.
-SKIP TIME-
Bel istirahat telah berbunyi, dan Naruto langsung bangkit dari kursinya. Tapi tumbennya, Naruto menunggu Hinata-sensei untuk pergi dulu ke luar ruangan, lalu langsung menyambar bento miliknya dan pergi ke atap sekolah, seperti biasa. Di atap, teman-temannya, Sasuke, Shikamaru, Chouji, Kiba, Shino dan Lee sudah menunggu.
"Yo, Teme. Sudah menunggu?" sapa Naruto.
"Hn. Dobe, apa yang kau bawa?" balas Sasuke.
"Biasa. Kaa-san tidak masak banyak hari ini. Kalian bagaimana?" tanya Naruto pada semuanya.
"Aku juga," balas semuanya, kecuali Sasuke. Naruto yang menyadarinya, matanya langsung berkilauan dengan otak usilnya. Diliriknya kotak bento Sasuke yang besar dan sepertinya penuh terisi makanan. Saat Sasuke membuka kotak bento miliknya, air liur semuanya langsung menetes. Makanan lezat dan mewah milik Sasuke sungguh menggoda selera mereka.
"Ehm, Teme, kau kan baik, aku minta ya," kata Naruto sambil menyambar ebi katsu Sasuke.
"H-hey, jangan main ambil saja, dasar kau Dobe!" keluh Sasuke. 'Harusnya aku percaya firasatku,' batin Sasuke. Sasuke memang selalu punya firasat buruk makan siangnya akan diambil jika kaa-sannya membawakan bento yang banyak. Dan benar kan, sekarang bentonya menjadi sasaran pencomotan(?) oleh teman-temannya.
"Hangar digu, Heme, raji-raji hong! (Jangan begitu, Teme, bagi-bagi dong!)" kata Naruto dengan mulut penuh.
"Heyan guyu, hau wiyara,Gobe! (Telan dulu, baru bicara, Dobe!)" kata Sasuke. Setelah Naruto menelan makanannya dan menarik nafas dalam-dalam, dia berkata, "Heh, kau sendiri juga begitu. Nyadar diri, woy!" seru Naruto. Akhirnya, seperti biasa, Naruto dan Sasuke bertengkar lagi. Yang lain hanya menghela nafas melihat pertengkaran sehari-hari mereka. "Haah, merepotkan," keluh Shikamaru. Chouji terlihat sangat asyik melihatnya, dan dia memperhatikan pertengkaran mereka sambil mengambil makanan Sasuke.
"Kalian, jangan gunakan semangat masa muda kalian untuk pertengkaran tidak berguna ini! Lebih baik kalian tidak menyia-nyiakan tenaga, karena setelah ini pelajaran Kakashi-sensei," lerai Lee dan Kiba yang mulai lelah melihat mereka bertengkar terus. Kakashi-sensei, nama lengkapnya Kakashi Hatake, adalah guru yang terkenal di seluruh Konoha University karena sikapnya yang menyebalkan. Dia sangat suka telat, bahkan hingga berjam-jam. Dan saat dia muncul, Kakashi-sensei selalu beralasan konyol seperti "Aku tersesat di jalan bernama kehidupan" atau "Di jalan aku bertemu wanita tua". Semua murid pasti selalu kehabisan tenaga karena kesal saat pelajaran Kakashi-sensei.
"Ya ampun, Kakashi-sensei? Aku lupa hari ini ada pelajarannya! Aku bertaruh, pasti dia akan terlambat lagi seperti kemarin. Sungguh menyebalkan," keluh Naruto.
KRING... Bel masuk berbunyi. Dengan langkah gontai Naruto memasuki kelasnya. Di mejanya, terdapat catatan yang tulisannya tidak dikenali Naruto. Tulisannya meliuk-liuk, tampak indah sekali. Isinya adalah :
'Naruto-kun, jangan lupa mengerjakan tugas bab 10 ya. Tolong kumpulkan di pertemuan berikutnya. Hinata-sensei'
Naruto sangat terkejut saat mengetahui bahwa itu merupakan tulisan Hinata-sensei. Aroma kertas itu yang menyerupai aroma Hinata-sensei, benar-benar menguasai pikiran Naruto. Dihirupnya aroma kertas itu dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya. Senyum terkembang di wajah Naruto, dan dia duduk dengan bersemangat. Naruto merapikan buku-bukunya dan mulai membaca materi pelajaran, membuat semua yang melihatnya merasa heran. Merapikan barang-barang dan belajar? Naruto bahkan tidak pernah membuka satupun buku selain buku komiknya yang bertebaran di kamarnya.
"Hey Ino, apa yang terjadi dengan Naruto? Apa kepalanya terbentur? Kok dia jadi rajin begitu, sih?" tanya Sakura keheranan sambil berbisik-bisik. "Mana kutahu. Tanya saja sama cowok-cowok," balas Ino.
"Hey, Kiba, Naruto kenapa tuh? Kok dia jadi rajin begitu, sih?" tanya Sakura dan Ino.
"Eh iya lho, kok Naruto begitu? Kepalanya terbentur ya?" tanya Tenten yang kini ikut dalam pembicaraan.
"Yee, mana kutahu. Tadi dia baik-baik saja kok, malah berantem dengan Sasuke. Dia masih normal, kan?" kata Kiba, walaupun dia sendiri juga bertanya-tanya apa penyebab Naruto begitu. Dengan tanda tanya besar di kepala mereka, semua orang di kelas itu melanjutkan kegiatan mereka sambil berusaha tidak mempedulikan Naruto. Sedangkan Naruto, masih asyik membaca materinya, walaupun sebenarnya dengan membayangkan Hinata-sensei. Senyumnya, langkahnya, gerakan tangannya, aromanya, sungguh telah menghipnotis Naruto.
Setelah menunggu (sangat) lama, pintu kelas akhirnya terbuka. Wajah si guru menyebalkan itu muncul. "Ohayou, minna. Hari ini aku ada banyak urusan, jadi..." sebelum perkataannya selesai, murid-muridnya sudah memotongnya.
"Ya, bohong lagi!" teriak mereka kesal. Tetapi sepertinya tidak semuanya seperti itu. Naruto tampak kalem, diam di tempat duduknya dengan cengiran khasnya dan mata menerawang. Sepertinya Naruto tidak menyadari Kakashi-sensei sudah masuk kelas. Dia masih sibuk mengkhayal tentang Hinata-sensei. Kakashi merasa ada yang mengganjal, dan dia sadar kenapa. Naruto absen dari meneriakinya, padahal biasanya Naruto yang protes paling keras. Dilihatnya meja Naruto, dan ternyata Naruto sedang melamun tidak jelas.
Kakashi-sensei berjalan menuju meja Naruto dan menepuk kepalanya dengan bukunya yang digulung, kebiasaan. Naruto langsung tersadar dari lamunannya. Kesal karena Hinata-senseinya menghilang.
"Hey, apaan sih, baka?" kata Naruto. Tapi pandangannya berubah ciut melihat Kakashi-sensei di hadapannya.
"Oh, begitu ya, Naruto. Jadi sekarang kau berani menyebutku baka?" tanya Kakashi-sensei dengan suara dark-nya.
'Kakashi-sensei! Gawat, mati aku!' batin Naruto panik. "E-eh, Kakashi-sensei... Saya tidak tahu itu sensei, hahaha. Engh, g-gomen, sensei~" kata Naruto dengan nada memelas. "Naruto, kali ini kau kuampuni. Kau hanya harus mengerjakan tugas dariku, dan dikumpulkan besok!" perintah Kakashi-sensei sambil berjalan ke mejanya.
Naruto menghela nafas lega, tapi tiba-tiba Naruto merasakan firasat buruk mengenai tugas yang akan diberikan Kakashi-sensei. Sekarang pikirannya dipenuhi dugaan-dugaan buruk, dan malah membuatnya makin tidak tenang. Tapi Naruto memutuskan untuk memperhatikan Kakashi-sensei dan mengabaikan firasatnya, daripada ditegur Kakashi-sensei lagi dan dihukum lebih berat.
Pelajaran Kakashi-sensei adalah pelajaran terakhir, dan saat pelajarannya selesai, bel pulang berbunyi. KRING... Bel pulang berbunyi, dan semuanya langsung bersorak dan memasukkan buku-buku mereka ke dalam tas. Naruto sangat gembira karena dia sudah bosan memperhatikan pelajaran Kakashi-sensei. Tetapi saat Naruto mau pulang, Kakashi-sensei menghentikannya.
"Stop, Naruto!" kata Kakashi-sensei.
"Ada apa lagi, Kakashi-sensei?" tanya Naruto yang mulai kesal berurusan dengan guru menyebalkan itu.
"Jangan bilang kau melupakan tugas yang akan kuberikan padamu," kata Kakashi-sensei sambil mengeluarkan selembar kertas.
'Aduh, aku lupa. Pantas saja perasaanku tidak enak, pasti gara-gara ini,' batin Naruto yang firasatnya memburuk.
"Ini. Tugasmu adalah mengerjakan esai ini. Soalnya hanya satu, tetapi ada perintahnya. Kumpulkan besok!" perintah Kakashi-sensei, dan dia pergi.
Naruto melihat kertas tadi dengan perasaan yang sangat tidak enak, dan firasatnya terbukti. Soal di kertas itu memang hanya satu, tetapi isinya sulit dan perintahnya pun hanya mempersulit. Isi kertas itu adalah :
'Buatlah penelitian tentang konsolidasi usaha dan segala hal yang berkaitan tentangnya. Minimal 500 kata!'
'Mati akuuuuu!' batin Naruto yang pusing tujuh keliling melihatnya. Soal di kertas itu menurutnya sangat sulit karena dia tidak pernah memperhatikan materi ini, ditambah lagi perintahnya minimal 500 kata. Mau dari mana Naruto mencari jawabannya? Naruto bahkan tidak tahu apa itu konsolidasi usaha. Dia ingat mempelajarinya saat ujian penerimaan universitas, tetapi sekarang dia sudah lupa sama sekali. Tetapi di saat genting, selalu datang penyelamat, kan?
"Uhm, N-Naruto-kun?" suara lembut seorang gadis mengagetkan Naruto. Saar dia menoleh, di belakangnya sudah ada gadisnya, Hinata. "Ah, Hinata-sensei?" kata Naruto kaget. Hinata tersenyum melihat Naruto. "Jangan panggil sensei, ini kan sudah di luar jam sekolah. Panggil saja Hinata, " pinta Hinata dengan nada manis yang menggoda Naruto. "Baiklah, Hinata-chan," kata Naruto riang dengan cengiran lebarnya. Sejenak, Naruto melupakan masalah tugas dari Kakashi-sensei.
Sedangkan Hinata, yang dipanggil 'Hinata-chan' oleh Naruto, wajahnya langsung merona merah, manis sekali. Kecantikannya sungguh tak bisa ditandingi seluruh wanita di dunia. "A-ano, sepertinya Naruto-kun sedang kesusahan, ada yang bisa kubantu?" tawar Hinata lembut, dia tersenyum sambil melirik kertas yang digenggam Naruto.
"Ah, iya Hinata-chan, Hinata-chan kan pintar, baik, cantik lagi, bisa bantu aku mengerjakan tugas ini?" pinta Naruto dengan rayuannya.
"Dasar Naruto-kun. Baiklah, apa sih soalnya?" tanya Hinata yang menyetujui permintaan Naruto.
Naruto mengulurkan kertasnya, dan saat Hinata ingin mengambilnya, tangan keduanya bersentuhan. Tangan mungil Hinata menyentuh tangan kekar Naruto. Wajah keduanya merona merah, malu. Hinata menarik tangannya yang terulur dan menunduk, menyembunyikan kecantikannya di balik helaian surai indigo yang jatuh menutupi wajahnya. Naruto yang tidak tahan melihatnya langsung menyingkirkan rambut indigo Hinata ke bahu gadis itu, dan menyentuh lembut dagunya. Diangkatnya wajah cantik itu perlahan, lurus menatap wajahnya.
Tangan Naruto berpindah ke pipi mulus Hinata dan dia mengelusnya lembut. Hinata blushing saat Naruto mengelusnya, menutup sedikit celah yang ada di antara mereka. Hainata mengangkat tangannya dan menggenggam tangan Naruto. Setelah cukup lama berada dalam keadaan tersebut, mereka menurunkan tangan masing-masing dan mengalihkan pandangan. Sekali lagi, rona merah menghiasi wajah keduanya.
"J-jadi bagaimana, Hinata-chan? Ini soalnya," kata Naruto canggung.
"Ah, iya, Naruto-kun," kata Hinata lirih, kebiasaannya saat sedang malu.
Hinata mengambil kertas itu dan membaca soalnya. Saat selesai, Hinata tersenyum kecil kepada Naruto. Naruto bingung melihat Hinata tersenyum-senyum. "Ada apa, Hinata-chan? Apa ada yang lucu?" tanya Naruto. "Tidak kok, Naruto-kun, hanya saja soal ini kan cukup mudah, walaupun jawabannya sangat banyak. Bagaimana aku menjelaskannya ya?" kata Hinata sambil berpikir. "Ah, bagaimana kalau Hinata-chan ke rumahku saja? Nanti kita kerjakan bersama," pinta Naruto dengan sangat antusias.
Hinata sebenarnya agak ragu untuk datang, tetapi Naruto yang seakan tahu isi pikirannya, menenangkannya. "Tenang saja, Hinata-chan, kaa-san dan tou-san tidak akan marah kok!" kata Naruto, masih dengan semangat meluap-luap. Hinata bimbang sejenak, tapi kemudian berkata, "Baiklah, aku akan datang. Tapi benar kan tidak apa-apa?"
"Iya, Hinata-chan~ Nah, sekarang, ayo!" teriak Naruto sambil menggandeng tangan Hinata dan berlari.
"A-ah, chotto matte, Naruto-kun," kata Hinata sambil berusaha mengimbangi lari Naruto.
Naruto menoleh dan tersenyum lebar pada Hinata. "Tenang saja, Hinata-chan. Kamu cantik, pintar dan baik lagi. Jangan takut untuk berlari dan melebarkan sayapmu," kata Naruto. Hinata tertegun sebentar mendengarnya, tapi kemudian langsung tersenyum lembut dan berbisik dengan suara merdunya. "Arigatou..."
*#*#*...TO BE CONTINUED...#*#*#
Hai, minna... Shana di sini untuk beberapa kata penutup. Ngg, jadi gimana fic di atas? Shana yakin pasti banyak kekurangannya, jadi gomen nasai ya... Dan saya sangat berterima kasih dalam kesediaan semuanya untuk membaca fic ancur saya. Jika ada yang ingin disampaikan, silakan mereview atau mem-PM saya. Mungkin itu saja, doakan agar saya bisa update kilat. Oh, last but not least...
REVIEW !
