Konoha's Academy

Disclaimer : selalu jadi miliknya Kishimoto Sensei…

Rated : T

Genre : friendship, family

Warning : AU. DON'T LIKE, DON'T READ! Shounen Ai, Yaoi, Typo, OOC dan OOC, dll, dkk, dst.

Author Notes : fic multichap dari Konoha's Academy threeshot, sekaligus permintaan maaf saya karena sudah 'menghilang' akhir-akhir ini. Saya ulang lagi warning-nya ya, supaya ga ada reader yang 'nyasar': DON'T LIKE, DON'T READ!

Naruto, Sasuke: 18 tahun

Gaara, Neji : 17 tahun

Kiba : 16 tahun

Enjoy It!

#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#*#

.

First Chapter : First Impression

.

Seorang pria berambut keperakan terlihat tengah menikmati acara duduk paginya di taman sebuah pondok rumah kayu sederhana. Di atas meja yang dikelilingi oleh enam kursi itu tersaji secangkir kopi hangat dan beberapa cracker yang sedikit terabaikan karena pria bernama Hatake Kakashi itu masih asyik dengan sebuah buku yang ada di tangannya.

"Apa aku terlambat?"

Satu suara sopan itu membuatnya mengalihkan pandangan. Kakashi tersenyum tipis dibalik masker yang selalu dikenakannya dan menggeleng pelan.

"Sama sekali tidak, Hyuuga-san. Malah kau yang pertama datang," jawabnya kemudian.

"Baguslah."

Neji menarik nafas lega dan duduk di salah satu kursi. Tangannya bergerak membuka retseleting tas yang dibawanya dan mengeluarkan sebotol minuman isotonik, sementara Kakashi kembali membaca bukunya.

"Belum dimulai, Kakashi-san?"

Kini suara dengan nada dingin dan datar yang membuat pria itu kembali mengalihkan pandangan matanya dari buku. Sorang pemuda berkulit porselen dan berambut raven berdiri di samping tempat duduknya.

"Seperti yang kau lihat, Uchiha-san. Kita tunggu yang lain, baru kita mulai," jawab Kakashi.

Sang Uchiha duduk di kursi yang bersebelahan dengan pemuda yang sudah datang lebih dulu. Hyuuga muda itu tersenyum dan mengulurkan tangannya.

"Senang bertemu denganmu, Uchiha-kun. Aku Hyuuga Neji," ucapnya ramah.

"Hn, aku Uchiha Sasuke. Cukup panggil nama kecilku saja, Neji." Sasuke meraih uluran tangan Neji.

Neji mengangguk dan kembali tersenyum. Ketiga orang itu kembali terdiam. Neji masih berkutat dengan minumannya, sedangkan Sasuke tampak meneliti tempat yang barusaja dijejaknya.

"Uzumaki Naruto hadir! Aish, untung saja belum dimulai..."

Suara dengan volume sedikit diatas rata-rata itu membuat Kakashi dan Neji menolehkan kepala secara bersamaan. Seorang pemuda berambut pirang dengan iris safir berdiri dengan nafas terengah.

"Eh? Kenapa kau juga ada disini, Teme?" tanya si pirang dengan jari telunjuk mengarah pada Sasuke yang menatapnya datar.

"Teme?" beo Kakashi dan Neji bersamaan.

"Iya. Si Sasu-Teme itu kenapa bisa ada disini?" tanyanya.

"Hn, bukan urusanmu, Dobe," balas Sasuke datar.

"Kau tetap saja menyebalkan, Teme. Cih!"

Pemuda bernama Naruto itu menjatuhkan diri dengan kasar ke kursi kosong yang terletak diantara Kakashi dan Neji. Tangan kecoklatannya merogoh saku dan mengeluarkan saputangan dari sana.

"Kukira sudah dimulai, jadi aku lari dari taman sana. Jalan menuju pondok ini terlalu sempit untuk dilewati mobil sih," ucapnya sembari menyeka keringat.

"Uzumaki-san, untukmu," ucap Neji dengan sebelah tangan menyodorkan botol minuman isotonik yang baru dikeluarkannya dari dalam tas.

"Ah, terimakasih... umm..."

"Neji. Hyuuga Neji," ucap Neji.

"Sankyuu Neji~"

Neji hanya membalas dengan senyum dan kembali meneguk isi botolnya sendiri. Sasuke memperhatikan pemuda blonde itu untuk beberapa saat.

"Kakashi-san, aku terlambat~" tutur seorang pemuda berambut coklat berantakan yang baru saja datang.

"Kau tidak terlambat, Kiba," balas Kakashi tenang tanpa menatap lawan bicaranya.

"Benar? Syukurlah~"

Pemuda bernama Kiba itu duduk disamping Kakashi sembari mengatur nafas. Baik Neji, Sasuke dan Naruto sama sekali belum mengalihkan pandangan mereka dari pemuda yang baru bergabung dengan mereka itu.

"Kenapa? Ada yang salah denganku?" tanya Kiba begitu menyadari tatapan ketiga orang yang baru ditemuinya.

"Kau… Bolos sekolah?" tanya Naruto dengan sebelah alis terangkat.

"Apa?" Kiba balik bertanya.

"Kau masih pakai seragam," Neji menunjuk pakaian yang dikenakan Kiba.

"Oh, ini." Kiba menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. "Aku tidak sempat pulang dan lupa membawa baju ganti, jadi aku masih pakai seragam. Tapi aku tidak bolos!" paparnya.

"Kalau kau tidak bolos, kenapa jam seperti ini sudah berkeliaran?" tanya Sasuke yang langsung dibalas tatapan tajam Kiba.

"Berkeliaran katamu? Aku baru saja lulus tahu! Hari ini aku hanya mengambil semua surat-entah-apa itu dari sekolah," jawabnya.

Neji dan Naruto hanya ber-oh-ria, sementara Sasuke sama sekali tidak berkomentar lebih lanjut. Suara dering ponsel menginterupsi percakapan keempat orang yang ada disana. Kakashi membuka pesan yang baru saja diterimanya.

"Baiklah, kita mulai saja sekarang," ucapnya setelah membalas pesan tadi.

"Bukannya kita berlima? Mana yang satu lagi?" tanya Kiba.

"Dia datang terlambat, masih ada sedikit urusan di Iwa. Besok pagi dia akan langsung datang kesini," paparnya.

.

Sasuke, Naruto dan Kiba duduk bersandar pada sofa panjang yang ada di ruang keluarga. Setelah rapat singkat pagi tadi bersama Kakashi yang menjadi manager mereka, keempatnya diminta untuk segera pindah ke sebuah apartemen yang sudah disiapkan sebelumnya oleh pihak management.

Mulai saat ini mereka tergabung dalam sebuah boyband bernama Kohona's Academy dibawah label Konoha Production, salah satu PH yang biasa mengorbitkan bintang-bintang baru, baik sebagai penyanyi solo, artis, grup band, ataupun boyband seperti mereka. Mereka sengaja dikumpulkan setelah memenangkan kontes bernyanyi yang diadakan oleh Konoha Production di beberapa kota.

Dan sekarang mereka sedang kelelahan karena baru saja selesai membereskan seisi 'rumah' yang akan mereka tempati bersama. Neji datang dan melemparkan botol air mineral satu per satu pada teman-teman barunya. Ketiga temannya pun menangkap 'kiriman' itu dengan sigap.

"Thanks, Neji," ucap Naruto mewakili dua temannya.

"You're welcome," balas Neji sembari duduk disamping Kiba.

Selama beberapa menit mereka terdiam dan sibuk dalam pikiran masing-masing, sampai suara Naruto memecah keheningan.

"Mulai sekarang kita akan bersama-sama dan memulai semuanya."

"Ya. Kita akan mulai terjebak di rumah ini dan melakukan berbagai latihan sebelum debut nanti," Neji menyambung.

"Karena mulai sekarang kita akan bersama-sama, kuharap kita bisa mulai saling membiasakan diri dan belajar menerima keberadaan satu sama lain," lanjut Naruto.

"Kau benar. Mulai sekarang kita adalah satu tubuh yang tidak bisa bergerak semau kita tanpa memikirkan yang lain," timpal Sasuke datar.

"Kita akan mulai saling merepotkan dan saling mengganggu," timpal Kiba, membuat tiga temanya mendengus geli.

"Mulai sekarang anggap saja kita adalah sebuah keluarga." Naruto tersenyum lebar.

Neji, Sasuke dan Kiba menggangguk setuju. Naruto yang ditunjuk menjadi leader oleh Kakashi menyadari kesulitan yang akan mereka hadapi nanti. Mereka harus mulai mengubah kebiasaan individu yang selama ini melekat pada diri masing-masing karena kini mereka ada dalam sebuah grup, sebuah kesatuan yang harus terlepas dari segala bentuk keegoisan individu.

Maka dari itu, Naruto memutuskan untuk menerapkan dasar 'keluarga' untuk mempermudah menyatukan semua orang dalam grup ini. Keluarga adalah simbol persatuan yang baik bukan?

"Ngomong-ngomong anggota kita yang satu lagi itu siapa namanya?" tanya Kiba.

"Entahlah, manager tidak memberitahuku," jawab Naruto sekenanya.

"Yang kudengar dia tinggal di Iwa dan sedang studi disana, benar?" kini Neji yang bertanya.

"Manager sih bilangnya begitu. Katanya dia sengaja menunda studinya untuk bergabung dengan kita," Naruto menjawab ringan.

"Kira-kira dia seperti apa ya?" Kiba mengetuk-ngetukkan jari telunjuknya di permukaan meja. "Iwa kan kota trend dan fashion. Pasti dia sangat keren!" serunya kemudian.

"Mungkin juga. Tapi dia kan mahasiswa, tidak mungkin berpenampilan 'wah' yang bagaimana," Neji berkomentar.

"Mahasiswa juga kan bisa berpakaian keren, Neji," Naruto mendukung ucapan Kiba sebelumnya.

"Bukannya besok pagi dia akan datang kesini? Kenapa tidak kalian lihat sendiri saja nanti?" tutur Sasuke.

"Sasuke benar. Kita lihat saja besok, bagaimana kira-kira pemuda itu," ucap Kiba setuju.

Naruto menghabiskan isi botolnya dan bangkit berdiri.

"Kau mau kemana, Dobe?" tanya Sasuke.

"Dapur. Kalian mau makan malam apa?" tanya pemuda bertubuh tegap itu.

"Maksudmu?" Neji menaikkan sebelah alisnya.

"Aku mau masak makan malam," jawab Naruto.

"Kau bisa memasak? Apa kami tidak akan keracunan nanti?" tanya Kiba yang langsung mendapat jawaban berupa lemparan tutup botol air mineral milik Naruto yang mengenai dahinya dengan telak.

# # #

Naruto mengikat tali sepatu olahraganya dengan kencang. Pagi ini dia ingin berkeliling sembari jogging untuk memulai aktifitasnya. Suara pintu yang ditutup membuat si pirang menolehkan kepalanya.

"Ohayou, Teme!" sapanya riang. "Kukira kau masih tidur."

"Hn. Aku bahkan bangun lebih pagi darimu, Dobe. Tak kusangka aku masih bisa bangun setelah memakan masakanmu tadi malam," balasnya.

"Kau menyebalkan, Teme," ucap Naruto dengan pipi sedikit menggembung kesal.

"Kau mau jogging?" Sasuke mengalihkan pembicaraan.

"Ya. Udara disekitar disini masih segar, Teme. Sayang kalau dilewatkan," tutur Naruto yang mulai melakukan stretching.

"Hati-hati tersesat, Dobe. Kau kan punya masalah dengan menentukan arah."

"Gah, kau ini menyebalkan!" Naruto menggeram kesal. "Kau tidak mau ikut, Teme?"

"Tidak."

"Oh, baiklah, aku pergi dulu. Jangan lupa bangunkan yang lain. Aku sudah siapkan sandwich di meja makan untuk kalian, dan sandwich punyamu yang ada di dekat mangkuk buah. Jaa!"

Naruto mulai melangkahkan kaki keluar dari apartemen. Sasuke sendiri melangkah mendekati kamar dua temannya dan mengetuk pintu kamar mereka. Setelah memastikan dua temannya bangun, Sasuke melangkah masuk ke ruang makan. Seperti yang dikatakan Naruto, diatas meja sudah terdapat dua piring berisi beberapa potong sandwich.

"Si Dobe itu," gumam Sasuke yang mendapati sandwich dengan ekstra tomat untuknya.

Sasuke duduk dan mulai menyantap sarapan sederhananya, sebelum beberapa menit kemudian disusul Neji dan Kiba.

"Aku sama sekali tidak menyangka kalau dia pandai memasak," ucap Kiba setelah menghabiskan potongan sandwich pertamanya.

"Untuk ukuran seorang pemuda, kemampuan masak Naruto tidak bisa diremehkan," tambah Neji.

"Apa kau tahu kalau dia punya kemampuan itu, Sasuke?" tanya Kiba yang mulai menikmati potongan sandwich keduanya.

"Hn. Aku pernah dibuatkan bentou," jawab Sasuke.

"Aku juga mau!" seru Kiba dengan mata berbinar. "Aku akan minta untuk dibuatkan bentou juga nanti."

Naruto kembali bersin untuk yang ketiga kalinya. Ia menghentikan larinya dan menggosok hidungnya perlahan dengan handuk kecil yang bertengger di lehernya.

"Apa aku kena flu ya? Tapi rasanya aku baik-baik saja," ucapnya bingung. "Ah, sudahlah."

Pemuda berkulit tan itu kembali melanjutkan kegiatannya, namun langkahnya kembali terhenti ketika sebuah bola menggelinding kearahnya. Dengan refleks, Naruto menghentikan laju bola dengan kakinya.

"Untung dihentikan niichan. Aku sudah capek mengejarnya," ucap seorang anak pemuda yang kira-kira berusia enam atau tujuh tahun.

"Ini bolamu?" tanya Naruto sembari mengambil bola dari kakinya.

"Hu'um."

"Kau sedang bermain? Mana teman-temanmu?"

"Teman-temanku belum datang, sepertinya aku terlalu pagi, niichan," ucap anak itu dengan tawa polos. Naruto tersenyum.

"Baiklah, akan kutemani kalau begitu!"

"Benarkah?" tanya anak itu dengan mata berbinar.

"Tentu saja. Siapa namamu?" tanya Naruto yang kini membungkukkan badan agar tingginya setara dengan lawan bicaranya.

"Aku Inari."

"Aku Naruto. Yoroshiku, Inari-kun," ucap Naruto sembari mengacak pelan rambut Inari. "Ayo kita mulai bermain!"

.

Dengan kesal pemuda itu mendudukkan diri di bangku taman yang kosong. Dia mengutuk keputusannya menolak tawaran kakaknya untuk mengantarnya ke tempat yang sedang ditujunya sekarang. Umpatannya terhenti ketika matanya menangkap sosok seorang pemuda dengan pakaian olahraga sederhana sedang bermain bola dengan beberapa anak kecil di taman.

Senyuman terkembang di bibirnya ketika melihat pemuda itu 'diserbu' anak-anak yang sedang bermain dengannya. Pemuda berambut pirang itu tertawa lepas ketika anak-anak menarik bajunya dan mencoba merebut bola di kakinya.

"Baiklah, niichan harus pulang. Ini sudah siang," ucap Naruto yang langsung mendapat protes tidak rela Inari dan teman-temannya. "Lain kali kita bisa main lagi kan? Sampai jumpa lagi~" pamitnya kemudian.

Naruto melambaikan tangan pada teman-teman kecilnya dan melangkah meninggalkan taman. Mata birunya langsung bertautan dengan sepasang mata emerald yang sejak beberapa menit yang lalu sudah tertambat pada sosoknya. Senyum lebar langsung terkembang di wajah Naruto.

"Gaakun!" serunya sembari berlari mendekati sosok yang tidak asing baginya.

Pemuda yang dipanggil hanya mendengus geli dan bangun dari duduknya. Naruto langsung memeluk teman yang juga merangkap sebagai kouhai-nya semasa SMP itu dengan erat.

"Kau tidak berubah sama sekali, Naru," komentar Gaara setelah Naruto melepaskan pelukannya.

"Kau juga sama saja, Gaakun," ucap Naruto disertai cengiran lebarnya. "Sedang apa kau disini?"

"Uh, itu… Aku tersesat," jawab Gaara.

"Tersesat? Memang kau mau kemana?"

"Rencananya aku akan bertemu teman-teman baruku di Konoha's Academy, tapi aku tidak tahu dimana letak 'rumah karantina' mereka."

"Tadi kau bilang apa?" tanya Naruto, membuat Gaara menggeleng-gelengkan kepala. Ternyata temannya itu tetap memiliki daya tangkap yang lamban.

"Aku akan bertemu teman-teman baruku di Konoha's Academy, ta—"

Ucapan Gaara terhenti dengan sendirinya ketika pemuda di hadapannya kembali memeluk tubuhnya, lebih erat dari pelukannya yang pertama.

"Aku salah satu temanmu itu, Gaakun!" seru Naruto di telinga Gaara.

Mata beriris emerald itu membulat sejenak. Gaara lalu membalas pelukan teman lamanya dan tersenyum.

"Ayo kita pulang! Yang lain sudah penasaran denganmu sejak kemarin," tutur Naruto sembari menarik tangan Gaara dengan semangat.

.

Naruto duduk di kursinya. Ini adalah kali pertama Konoha's Academy makan malam bersama. Kakashi juga ikut bergabung dalam makan malam pertama mereka ini.

"Ini, Gaakun. Aku sengaja membuatkan ini untukmu," ucpa Naruto sembari menyodorkan beef teriyaki buatannya.

"Kenapa Naruto memanggilmu 'Gaakun', Gaara?" tanya Neji.

"Gaakun itu panggilan sayangku padanya, Neji," Naruto mendahului Gaara menjawab.

"Itu memang panggilannya untukku. Sejak SMP dia sudah memanggilku begitu," tambah Gaara.

"Semua ini masakanmu, Naruto?" Kakashi menginterupsi pembicaraan Naruto dengan dua rekannya.

"Tentu saja!" jawab Naruto dengan bangga.

"Wajar kalau kau tidak percaya, manager. Kemarin juga aku begitu, dan aku menyesal sudah meragukan kemampuan Naru-nii," tutur Kiba yang sudah mulai melahap isi piringnya.

"Naru-nii?" Kakashi menaikkan sebelah alisnya.

"Well, he's older than me, so I decided to call him 'nii'," ungkap Kiba. "Is it wrong?"

"No, no." Kakashi menggelengkan kepalanya cepat. "Aku malah berfikir kalau kalian sudah mulai bisa membiasakan diri dan benar-benar memakai usulan 'keluarga' dari Naruto."

"Usulannya memang bagus dan bisa diterapkan untuk kami. Kau juga sudah menjadi bagian dari keluarga Konoha's Academy Family ini, manager," ujar Neji.

"From now on, we're Konoha's Academy Family," Naruto berucap ceria dan lantang.

Kakashi tersenyum melihat pemuda-pemuda dihadapannya. Manager muda itu yakin kelima sosok yang ada di depannya bisa menjadi 'keluarga' yang utuh dan lengkap. Kelimanya bahkan sudah mulai menjadi 'keluarga' yang hangat dan menyenangkan.

TBC

Author Notes: maafkan saya yang tiba-tiba menghilang, tapi saya punya alasan kenapa tiba-tiba saya 'lenyap', heuheu. Alasan pertama, monitor dari kompi pribadi saya rusak dan tidak bisa dibetulkan. Kedua, saya sedang menjalani UTS. Mohon doanya supaya saya bisa menjalaninya dengan lancar, aman, tentram, dan damai(?). Dan yang ketiga, mood saya sedang up and down.

Semoga fic ini bisa sedikit menghapus kesalahan saya yang diatas itu. Dan yah… Saya harus mengatakan kalau kemungkinan besar semua karakter di fic ini akan OOC. PM saya kalau Anda ingin tahu alasannya, karena saya tidak mungkin memaparkan semuanya disini. Oke, rasanya cukup. Sekarang, ayo tinggalkan review agar saya punya semangat untuk bolak-balik ke warnet untuk melanjutkan fic ini ^^