Hay minna-san~ *lambai-lambai mesra* *dilempari celurit oleh para readers yang jijik*
karena ehh karena greeny author baru yang masih segar dan fresh disini *readers: kau author atau sayuran?*
Ada baiknya kita berkenalan terlebih dahulu.
Karna ada sebuah pepatah yang mengatakan "tak kenal, maka tak sayang"
Jadi setelah kita berkenalan, siapa tau banyak yang sayang sama greeny *readers:ngaco*
Kalian boleh panggil greeny kalau kalian suka. Kalau tidak suka, panggil greeny saja juga tidak apa apa *readers : itu sama saja*
Greeny masih SMA , jadi maklum saja ya kalau tulisannya masih jelek, apalagi greeny masih baru di FFn.
Ini fic pertama greeny,Jadi greeny masih sangat teramat membutuhkan bimbingan dari para senpai sekalian. Karn-
Ichigo : hoy baka, kenapa lama sekali mulainya. Hentikan ocehan bodohmu itu dan segera mulai fic-nya.
Greeny :*shyok karna ngeliat si orens yang nongol tiba tiba* hey orens, sekarang belum waktunya kau muncul, dan mempertontonkan rambut nyentrik yang merusak pemandangan itu
Ichigo :*ngelempar keris kearah greeny* sialan kau, rasakan ini.
Greeny :*dengan sigap menghindari terjangan keris tersebut dengan gaya slowmotion* hahaha, lumayan juga lemparanmu stroberi orens.
Ichigo : tentu saja baka, aku ini kan seorang shinigami
Greeny : kyhaahahaha, sejak kapan shinigami mainnya pakek keris heh?
Ichigo :*naik darah dan segera mengacungkan zanpakutounya* tamat riwayatmu greeny *ngejar greeny*
Greeny :*ngacir cepat cepat sambil treak treak pakek toak musola* RnR PLEASEEEEEEEE, HELLLLPPP !
Sumarry : Rukia Kuchiki bertemu lagi dengan mantan kekasihnya, Ichigo Kurosaki.
Tapi Ichigo yang sekarang sudah jauh berbeda dengan Ichigo yg dikenalnya dulu, sangat berbeda. Bagaimana kehihidupannya ketika ia harus tinggal seatap dengan mahluk yg kini berubah menjadi memuakkan itu baginya?
Rukia POV.
Aku cengo memandangi beberapa mahluk gaib*plak* yang sekarang sedang berdiri dihadapanku,salah satunya mahluk berambut nyentrik bewarna orens terang benderang secerah matahari itu*dibankai ichigo*. ya dia Ichigo Kurosaki, putra pertama dari pasangan suami istri Isshin Kurosaki dan Masaki kurosaki, sahabat karib kedua orangtuaku yang sudah dianggap seperti saudara.
Aku binggung melihat ketiga mahluk tersebut tersebut, yah pasangan kurosaki serta satu putra mereka, bukan karna baru pertama berjumpa dengan mereka, aku pernah bertemu dengan mereka 4 tahun yang lalu saat aku masih berusia 12 tahun, saat itu aku berlibur dirumah milik keluarga kurosaki di Hueco mundo, untuk menghabiskan masa-masa liburan sekolahku.
Yang membuat aku binggung sekarang ialah, apa yang mereka lakukan didepan pintu rumahku, harusnyakan mereka di hueco mundo. Apa aku sekarang sedang berkhayal?
Dan untuk apa mereka membawa beberapa koper serta kardus kardus berukuran besar, yang aku tidak tau entah apa mereka berniat menyedekahkan semuanya kepada kami *ngaco* Otakku yang masih bias berpikir walaupun agak sulit, disibukkan dengan memikirkan maksud dari keberadaan mereka sekarang.
"rukia-chan my third daughter. Kau kenapa? apa kau tidak ingin mempersilahkan kan kami untuk masuk?" Tanya isshin-san. Aku langsung tersentak kaget dan menyadari kalau aku belum mempersilahkan kan mereka untuk masuk, dan membiarkan mereka kering kerontang di teras rumah.
"ahh, maaf paman. Mari silahkan masuk" ucapku seraya membungkuk pertanda bahwa aku menyesali sikap bodohku barusan yang membiarkan tamu-tamu ku berdiri didepan rumah, sedangkan aku sibuk melamun.
Keluarga kurosaki dengan cepat meluncur masuk kedalam rumahku, setelah aku sebagai tuan rumah mempersilahkan kan mereka masuk, sambil membantu mereka membawa beberapa barang bawaan mereka kedalam rumahku. Bawaan mereka yang begitu banyak semakin membuatku penasaran dengan maksud tujuan mereka.
"silahkan duduk, aku akan mengambilkan minuman"ujarku setelah menyilahkan kan para tamuku duduk di sofa panjang yang memang sudah lama menghiasi ruang tamuku.
"terimakasih rukia-chan, ngomong-ngomong, dimana byakuya dan hisana?" Tanya isshin-san dengan gayanya uniknya atau bias dikatakan aneh itu.
"ohh, otousan dan okaasan masih ada praktek dirumah sakit, tapi aku kan segera memberitahukan mereka untuk segera pulang" jawab rukia singkat lalu kembali berjalan menuju dapur untuk membuatkan para tamu special nya minuman.
"terimakasih rukia chan" teriak isshin kembali masih tetap memamerkan wajah bodohnya.
Normal POV
Rukia berjalan gontai menuju kamarnya, setibanya dikamar ia langsung menghempaskan tubuhnya dikasur yang berukuran cukup besar untuk tubuh mungilnya itu*ditabok rukia*, mencoba untuk berbagi berat badannya dengan kasurnya.
Ia masih cukup kaget dengan pa yang didengarnya beberapa saat lalu.
Flashback~
Rukia baru saja memasuki ruang tamu yang kini sudah dipenuhi oleh keluarga kurosaki serta otousan dan okaasannya.
Ia baru saja menyiapkan makan malam untuk keluarga dan tamunya, sekarang ia berniat untuk mengajak para tamu dan keluarganya itu makan malam.
"semuanya makan malamnya sudah siap"
"ah, ada baiknya kita makan dulu. Kalian pasti sudah lapar karna perjalanan yang cukup jauh" ujar byakuya sambil beranjak duduk dari kursinya.
"kenapa baru sadar sekarang, kalau kami sedang lapar? Kami sudah lapar dari awal kemunculan kami" canda isshin. Yang lain cuma senyum-senyum gaje ngeliat umat yang satu ini. Mereka sudah maklum atas sikap ceplas ceplos nya itu.
Mereka semua berjalan keruang makan yang letaknya beberapa ruangan dari ruang tamu.
Lalu menarik kursi masing masing.
Rukia menarik bangku diantara ayah dan ibunya, ia tidak mau kalau harus duduk bersebelahan dengan ichigo, tapi naasnya kini dia harus duduk berhadapan dengan ichigo.
Suasana makan malam di rumah keluarga kuchiki sama seperti malam malam sebelumnya, hanya saja kini ada beberapa umat yang ikut nangkring menikmati makan malam di ruang makan itu.
Untuk sesaat ruangan hening, sampai byakuya mencoba memecahkan keheninggan itu.
"hmm, Rukia. Apa besok kau punya acara?" Tanya byakuya pada putrid tunggalnya itu.
"sepertinya tidak ada" jawab rukia singkat. Ia heran, tumben sekali ayahnya menanyainya tentang kegiatannya.
"baguslah, kalau begitu besok temani ichigo pergi membeli keperluan sekolahnya, serta temani dia kesekolahmu untuk mengambil seragam barunya.
"hah?" untuk sesaat rukia menghentikan aktifitasnya yang mencoba menerkam ayam goring dipiringnya. Ditahannya seleranya itu untuk mencerna kata kata otousannya barusan.
"APAAA"rukia mulai mencerna sedikit kalimat otousannya barusan.
"ohh, iya. Kaasan lupa memberitahumu. Untuk sementara waktu keluarga kurosaki akan tinggal disini, sampai rumah mereka siap dibangun di karakura, karna paman isshin dipindah tugaskan ke sini" hisana tersenyum pada putrinya itu. Setelah menjelaskan penyebab keberadaan keluarga kurosaki yang tiba tiba di rumah mereka.
Rukia cengo sesaat, "APAAAAA?" jeritnya histeris.
End of flashback~
Rukia menarik nafas panjang lalu meniupkannya kuat kuat. Ia tidak menyangka akan bertemu lagi dengan keluarga kurosaki. Apalagi dengan ichigo, mantan pacarnya itu, atau lebih tepatnya mantan selingkuhannya dulu.
Ya, rukia memang pernah pacaran dengan ichigo ketika dia dan keluarganya ke Hueco mundo 4 tahun yang lalu, saat itu ia masih berpacaran dengan kaien, walaupun hubungan mereka pada saat itu sangat renggang. ichigo yang mengetahui hal tersebut tidak tega melihat rukia menanggis saat menceritakan semua masalahnya kepadanya. Lalu tanpa pikir panjang, ia meminta rukia menjadikannya selingkuhan rukia. Rukia sedikit terkejut dengan reaksi ichigo. Dia baru saja menceritakan hubungannya yang hampir hancur dengan pacarnya pada ichigo dan sekarang bocah laki laki itu memintanya menjadi pacarnya. Ia sedikit binggung, ia tak mau menghianati kaien walaupun hubungan mereka mulai renggang saat ada yang memberi tahu rukia bahwa kaien mempunya hubungan khusus dengan orihime, Teman satu kelasnya.
Tapi mengingat bahwa kaien duluan yang sudah menghianatinya ia menerima tawaran ichigo. Ichigo sedikit shock dengan jawaban yang diterimanya, ia kira rukia akan menganggapnya gila karna memintanya menjadikannya sebagai selingkuhan.
Dua bocah 12 tahun itu pun mulai makin dekat satu sama lain. Sampai ..
"hey chappy-chan. Kata kaasan kau dan keluargamu besok akan kembali ke Karakura lagi yah?" Tanya ichigo ketika mendapati anak perempuan yang dicarinya dari tadi diruang tengah sedang asik menonton chappy si kelinci di TV.
"hmm, iya, tahun ajaran baru akn dimulai 3 hari lagi. Aku harus secepatnya kembali ke Karakura ichigo. Aku tidak mau terlambat dihari pertamaku sekolah" jawab rukia enteng, sebenarnya dia sedih kalau harus ingat besok adalah hari terakhirnya di Hueco mundo. Ia begitu nyaman ditempat itu, tapi ia lebih sedih lagi kalau ingat ia mungkin tidak bias berjumpa lagi dengan ichigo, entah sejak kapan ia merasa sedikit rrr nyaman disisi bocar orens tersebut. Ia segera memasang senyum terbaiknya, berharap itu bias menghapus rasa ketidak nyamanannya. Tapi hal tersebut malah disalah artikan oleh ichigo.
"apakah kau begitu senang jika harus berpisah denganku?" Tanya ichigo tiba tiba karna melihat senyum palsu rukia.
Rukia terkejut, ia menggelengkan kepalanya cepat. "tidak ichigo, aku sed-"
"kalau begitu kenapa kau memasang wajah seperti itu?" potong ichigo cepat, sebelum rukia mampu menyelesaikan kata katanya. Wajah ichigo berubah, sorot mata yang biasanya lembut dan menenangkan itu, kini berubah menjadi tajam dan menakutkan, seolah olah dia mau memakan rukia bulat bulat.
Rukia hanya diam, dia menundukkan kepalanya, takut jika harus melihat ekspresi ichigo yang sekarang. Entah kenapa ia jadi ketakutan dengan ichigo yg sekarang.
"hmm" ichigo menyeringai "kau pasti ingin cepat bertemu degan kaien-dono mu itukan?" sorot mata ichigo semakin tajam menatap rukia. Berharap rukia menatapnya dan berkata 'tidak'
Tapi ia hanya mendapati rukia yang diam seribu bahasa yang terus menunduk tanpa berani menatapnya.
Rukia tidak berani menjawab itu semua, ia masih bimbang dengan perasaanya. Ia memang merindukan kaien, tapi kehadiran ichigo sedikit membuatnya bimbang. Ichigo sudah mengambil sedikit tempat dihatinya dalam beberapa minggu.
Diam rukia lagi lagi disalah artikan oleh ichigo, ia begitu sakit melihat reaksi rukia. Ia betul betul frustasi sekarang, rukia terus diam tanpa berani menatapnya, sampai emosi ichigo memuncak.
Ia mencengkram keras tangan rukia, lalu menariknya kearahnya. Sehingga membuat rukia tertarik kearahnya. Kemudia ia menempelkan bibirnya dengan bibir rukia, menciumnya kasar sehingga gadis 13 tahun itu terkejut dengan gerakan tiba tiba ichigo.
Ia berusaha meronta, ini ciuman pertamanya, dan dia tidak mau dalam keadaan begini.
Tapi ichigo mencengkramnya cukup kuat, untuk anak lelaki 13 tahun seperti dia.
Rukia mulai meringis kesakitan, pergelangan tangan yang dicengkram ichigo terasa panas dan perih, ia juga sudah mulai kehabisan nafas oleh ulah ichigo itu. Kemudian rukia berusaha mengumpulkan sisa sisa tenaganya, kemudia menginjak kuat kaki ichigo, sehingga bocah laki laki itu melepaskan cengkramannya.
Ichigo kelihatan begitu shock ketika melihat rukia menanggis, serta pergelangan tangganya yang memerah. Ia inggin segera minta maaf, tapi gadis kecil itu langsung pergi.
Ichigo memukuli kepalanya. Ia merasa begitu menyesal karna sudah menyakiti rukia.
Setelah itu, ichigo tidak pernah lagi bertemu dengan rukia, ia juga tidak mengantarkan keberangkatan rukia dan keluarganya ke bandara. Ia terlalu pengecut untuk melihat wajah ruki alagi, setelah apa yang telah dilakukannya.
End of flashback~
Rukia POV.
Aku membuka kedua mataku, kenangan itu bermain lagi dalam ingatanku.
Padahal aku sudah lama melupakannya.
Aku menarik nafas panjang. Berharap itu akan membuatku lebih tenang.
Aku putuskan untuk turun mengambil minum, untuk menyegarkan pikiranku. Tapi saat mencapai anak tangga terakhir, aku mendengar suara berisik dari daerah dapurku.
'siapa malam malam begini di dapur, lalu kenap lampunya tidak dihidupkan?' pikirku. Atau jangan jangan-
Takut dengan kemungkinan terburuk, aku segera mengambil tokat baseball yang tersandar di dinding dapur untuk jaga jaga.
Aku bergerak mendekat kearah dapur, dan mendapati seseorang sedang mengobrak abrik kulkas ku. Tanpa babibu lagi segera ku layangkan pukulan maut ku kearah kepalanya.
DUAAK !
Terdengan suara pukulan yang cukup kuat. sepertinya aku memukulnya terlalu semangat. Pasti itu sangat sakit. Ku lihat ia terduduk dilantai akibat pukulan ku.
"AWWW"teriaknya "hey kau aku in-"
"PENCURIII" pekik ku kuat. Berharap semua orang bangun dan menghajar pencuri sialan ini.
Ku lihat orang itu mulai bangun dan mendekat kearahku.
Aku semakin kelagapan, ku ayunkan lagi pukulan baseball ditanganku itu, tapi orang itu dengan cepat menangkisnya dan merebutnya dari tanganku.
Ooh tidak, aku semakin takut sekarang.
"PENCURRR-"pekikku tertahan ketika merasakan sebuah tangan besar yang menutup mulutku agar aku menghentikan aktifitas teriakkanku. Arggh, sial. Kenapa belum ada satu orangpun yang bangun sih?
"hmmpp..hmmppp" aku mencoba meronta. Namun sia sia. Badan orang itu jauh lebih besar dan lebih tinggi dari ku.
"kalau kau terus melanjutkan aksimu berteriak seperti itu. Akan ku ci-um" bisik pencuri itu ditelinga ku. Sambil menekankan kata cium. Apaaaa?
Aku terkejut, suara ini-
Oh tidak, jangan bilang ini suara ichigo.
Walaupun dari tadi aku tidak mendengar dia tidak bicara sama sekali, tapi aku yakin ini suaranya.
Ku injak kakinya keras, lalu lari kearah saklar lampu dan menghidupkannya.
"awww" ku dengar ia memekik, mungkin karna aku terlalu keras menginjak kakinya tadi.
JLEPP !
Ruangan terang seketika.
Dan, ohh tidaaaaakk. Aku melihat ichigo yang meringis kesakitan akibat ulahku tadi.
Ia betul betul ichigo. Aku jadi menyesali niatku tadi untuk turun. Kalau pada akhirnya begini.
Tapi, heey. Aku melihat pelipis kepalanya mengeluarkan darah segar yang jatuh melewati pipinya.
Pasti itu karna ulahku tadi, ahh dia pasti marah.
Kami-sama HELLP !
"hey kau, jangan seenaknya mengataiku pencuri, memukul kepalaku dengan benda keras itu dan menginjak kakiku" katanya marah, ia masih mengelus kakinya.
Aku berjalan mendekat. Ada sedikit rasa bersalah karna sudah membuat kepalanya berdarah.
"hey kau mau apalagi. Setelah memukul kepala ku dan menginjak kaki ku? Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanyanya sinis.
Ingin sekali rasanya untuk memukulnya sekali lagi. Tapi memang akulah yang salah.
Jadi lebih baik diam. Aku tidak menjawabnya.
Ia kemudian mengusap kepalanya, dan menyadari cairan merah yang sudah keluar dari tadi.
"ahh, panta saja rasanya perih, ternyata kau memkulku sampai berdarah begini. Benda apasih yang kau gunakan tadi?" ia mengelap darah yang terus bercucuran dikepalanya dengan punggung tangganya. Tapi itu malah membuat darah itu semakin meluber di wajahnya.
Pasti aku memukulnya terlalu kuat sampai membuatnya berdarah begitu *greeny: jiaaah, baru sadar*
"tadi aku kira kau itu pencuri" jawabku singkat sambil memaparkan alasan kenapa tadi aku memukulinya secara brutal.
"harusnya kau Tanya dulu, aku ini pencuri atau bukan, kalau sikapmu begini. Semua pencuri yang mejarah rumahmu akan mati konyol ditanganmu sebelum samapi dikantor polisi" komentarnya panjang lebar. Masih terlihat aura kesal dari wajahnya *greeny: perasaan aura wajah ichigo emang kesal melulu*
"salahmu sendiri tidak menghidupkan lampu, lalu asik mengobrak abrik lemari es ku, wajar saja jika aku menyangka kalau kau itu pencuri" rukia kembali berargumen. Memang kejadian ini bukan kesalahannya seutuhnya. Ia tidak terima kalau harus disalahkan. Walaupun sebenarnya dia memang salah -?-
"hey, aku baru tadi sore tiba dirumah ini, aku tidak tau dimana saklar lampu dapurmu ini. Karna aku sudah sangat kelaparan, jadi aku putuskan saja langsung menerjang isi lemari es mu" ichigo kembali membalas argumen rukia, sampai gadis pendek itu terdiam.
Rukia binggung harus membalas apalagi. Ichigo benar, seharusnya dia jangan langsung menghujani ichigo dengan pukulan tadi.
"loh? Kenapa kau diam begitu? Sudah sadar kalau kau itu salah heh?" sindir ichigo.
Rukia menatapnya kesal, lalu berdiri
"sudahlah, aku mau tidur" rukia baru akan pergi, tapi sebuah tangan besar kini menarik tangan kecilnya itu untuk tidak meninggalkan tempat itu.
"hah? Mau melarikan diri ya?" ichigo menaikan sebelah alisnya.
"memangnya apa yang aku lakukan sehingga harus melarikan diri jeruk baka?" rukia berusaha menepis tangan ichigo.
Tapi ichigo masih menggengamnya erat. Hal ini sedikit membuat rukia sedikit salah tingkah. Namun dia berusaha menyembunyikan hal tersebut.
"kau tidak lihat, kau sudah membuat kepalaku berdarah. Harusnya kau minta maaf padaku CEBOL !" jawab ichigo sambil menekankan kata cebol pada rukia.
"hah? Mmm, oke maaf"kata rukia, namun tidak menguranggi nada judesnya. Kemudian menarik tanggannya dari genggaman ichigo.
"hoh, jadi begini permintaan maaf ala keluarga kuchiki" sindir ichigo. dengan memasang tampang sesinis mungkin.
"apa maksud mu hah? Kau menyindir keluargaku?" Tanya rukia tajam.
"aku tidak menyindir, aku hanya baru tau permintaan maaf ala keluarga kuchiki ternyata seperti tadi" jawab ichigo sekenanya.
BLETAAAK .
Rukia meluncurkan pukulan indahnya tepat diatas kepala ichigo, membuat ichigo mengerang kesakitan.
"awwwwwww, hey apa apaan sih kau ini, tidak ada puas puasnya menyiksa orang lain yah?" ichigo mencoba protes atas pukulan maut yang baru didapatnya.
"itu karna kau menghina keluargaku, jadi rasakan" balas rukia.
Kemudian pergi meninggalkan ichigo yang meringis kesakitan di tengah dapur.
Ichigo POV.
Arggh, sialan. Kepalaku semakin sakit karna pukulannya barusan. Dan sekarang dengan entengnya dia pergi meninggalkanku disini. Lihat saja cara minta maaf nya barusan, nada bicaranya seperti nada orang yang lagi cari masalah, daripada minta maaf.
Mck, mungkin aku harus segera mencari obat, kalau dibiarkan terus, aku bisa mati kehabisan darah.
Tapi baru saja akan mencari obat merah, si pendek sialan itu sudah kemabali lagi. Apa maunya? Apa masih kurang dia menyiksaku?
"mau apa lagi cebol, masih kurang juga menyiksaku sampai seperti ini" tanyaku sinis sambil menunjuk kepalaku yang sudah dialiri cairan merah kental (baca:darah)
"jangan bicara, seolah olah aku ini preman yang suka menyiksa orang, jeruk" sepertinya dia kesal karna pertanyaanku barusan.
"sudah ikut aku" katanya sambil memberi sinyal untuk menyuruhku mengikutinya. Apa maunya sih?
"tidak mau" jawabku tegas sambil berkacak pinggang. "sekarang aku harus mengobati lukaku akibat PERBUATAN mu" sambungku sambil menekankan kata perbuatanmu padanya.
Dia mendekatiku perlahan, apa dia mau memukulku lagi?
Aku mencoba mundur, bukan karna aku takut pada pukulannya. Pukulannya masih belum ada apa apanya. Aku ini sudah sering berkelahi. Bahkan salah satu alasan aku pindah ke kota ini selain karna ayahku yang bodoh itu dipindah tugaskan juga karna aku dikeluarkan dari sekolah karna memukuli beberapa murid sekolah lain. Sebenarnya aku tidak salah, orang orang bodoh itu yang memancing emosiku karna mengejek ayahku. Walaupun aku tau si bodoh itu memang patut diejek, tapi aku tidak bisa terima ada orang lain yang menghinanya selain aku dan Karin. Mau bagaimanapun pria tua itu tetap ayahku.
Aku masih tetap mundur, tidak mungkinkan aku memukul seorang perempuan seperti dia, mana badanya kecil lagi. Apa aku masih bisa disebut laki laki kalau memukulnya.
"apa maumu pendek? Kenapa terus mendekat seperti ini?" tanyaku tenang.
dia menarik tanganku "ikuti saja" katanya singkat.
Aku tidak bisa apa apa selain mengikutinya.
Dia membawaku keruang keluarga, lalu menyuruhku duduk di sofa panjang yang tadi kami gunakan untuk menonton tv.
Kemudian dia duduk disebelahku dan langsung menyambar sebuah kotak p3k yang ada di meja kecil disebelah sofa.
"tundukan kepalamu jeruk. Kepalamu terlalu tinggi." ujarnya singkat.
"bukan kepalaku yang terlalu tinggi, tapi badanmu itu yang terlalu pendek" dia menatapku sinis.
"apa sih maumu midget?" tanyaku cepat. Tapi dia langsung menarik kepalu turun sehingga kini kepalu tepat berada didepan wajahnya. Pipiku terasa panas karna posisi ini. Sekarang aku menatap tepat pada wajahnya yang jaraknya hanya 10 cm dari wajahku. Jantungku mengamuk akibat pemandangan ini. Aku menelan ludah, berusaha menetralkan detak jantungku yang sudah kacau.
"aku mau mengobati lukamu, jeruk. Aku tidak mau dipenjara karna memukulimu sehingga kehabisan darah" jawabnya mengagetkanku.
"ahh, a..aku tidak akan mati hanya karna luka kecil yang kau buat midget" jawabku singkat, suara ku sedikit bergetar akibat detak jantungku yang sudah tidak beraturan.
Ku coba untuk menarik kepalaku menjauh, aku tidak mau hilang kendali akibat ulahnya ini.
Aku tidak tau apa yang akan ku perbuat padanya jika harus dalam posisi sedekat ini dengan wajahnya. Tapi tangan kecilnya memaksa wajahku untuk diam.
"diamlah, jangan bergerak" masih terfokus pada luka dikepalaku.
Dia begitu manis kalau dari jarak sedekat ini, bahkan lebih manis dari 4 yahun yang lalu saat aku terakhir bertemu dengannya. Dengan jarak sedekat ini, aku dapat mencium wangi tubuhnya. Entah kenapa aku suka wangi ini. Mungkin mulai sekarang, ini akan jadi wangi kesukaanku.
"sudah sia-" ujarnya terputus karna ciumanku. Tanpa sadar aku menggerakan kepalaku untuk semakin mendekat hingga akhirnya bibirku dapat mengusap lembut bibirnya. Aku mencium bibirnya kenapa aku jadi suka dengan rasa bibirnya. Seperti strawberry. Mungkin dia menggunakan lipgloss atau semacamnya. Tanganku kulingkarkan pada pinggang rampingnya, membawa ia semakin dalam dalam ciumanku. Aku mendapatkan suatu sensasi yang sangat berbeda saat menciumnya berbeda dengan mencium para gadis murahan yang pernah kucium. Ia terlihat kaget melihat gerakanku yang tiba tiba, tanggannya yang dari tadi aktif merawat lukaku kini terkulai kaku dibahuku. Sampai akhirnya aku sadar dengan apa yang kuperbuat. Ini sama seperti 4 tahun lalu. Aku tidak mau membuatnya menangis seperti dulu. Aku langsung menyudagi acara ciumanku dengannya. Dia masih terlihat sangat kaget. Mata violetnya membulat besar.
"ini hukuman karna kau tidak mendengarkanku chappy-chan"bisikku tepat ditelingganya. Agar dia merasa kalau ini semua hanya keisenganku karna tingkahku barusan, memunculkan semburat merah di kedua pipinya. Oh tuhan, dia makin manis kalau seperti itu. aku tidak tahan kalau harus berdua berlama lama dengannya.
dia mendorong tubuhku kuat sehingga aku terpental kebelakang.
"kau brengsek ichigo kurosaki" teriaknya kemudian berlari kelantai atas. Dapat kudengar dia membanting keras pintu kamarnya.
Tapi itu lebih bagus, setidaknya dia sudah pergi. Aku takut jika semakin lama dia disini bersamaku,mungkin aku akan melakukan hal yang lebih dari sekedar berciuman padanya.
TBC
Yippieee, chap satu sudah selesai *joget joget ala Nurdin M Top -?-*
Naah, readers, cumin seginilah yang bias saya suguhkan-_-
Maaf kalau jelek, karNa saya masih baru di sisni *readers:udah tau, tadikan udah dibilang diatas*
Jadi saya masih sangat butuh bimbingan dan gendongan-?- dari para senpai semua.
Oiia, greeny minta tolong, ada yang mau jelasin tentang symbol symbol di FFn?
Itulooh yg OC,OOC,typo,canon, dan kawan kawannya.
Jujur, greeny masih belum ngerti sama yang begituan *pasang tampang polos nan imut imut* *diludahi readers karna sok imut*
Oia, maaf kalau ngetiknya belepotan. Karna baru, jadi harap maklum saja ya *readers: dari tadi alasannya itu mulu, bilang aja malas ngedit*
Mind to RnRnB *readers:apa itu, bukannya RnR doang?* *greeny: Read and Review and Berinfak-?-* hehehehe
REVIEW PLEASEEEE *mata gedek dengan efek binar binar yang luar biasa*
Ja ne~
