Dia berjalan di pinggir pantai tanpa nama itu, berharap debur ombak bisa membawa rasa sakitnya pergi.

Sekarang musim dingin, tak di pedulikan kaki telajangnya menyentuh pasir yang dingin seperti serbuk es. Membekukannya dari bawah dan menjalar keseluruh tubuh.

Bibirnya pucat kering. Surai madunya yang agak ikal kini lurus,basah dan menempel di dahi.

Pengorbanan musim dingin yang kedua.

Dan hati itu masih tetap sama.

Sakit dan tersiksa.

THE FANFICTION

By HoMin 'EL'

.

.

.

HoMin

.

Rate T

.

Angst

.

.

.

.

The Love Belong to You

(Ch 1)

Enjoy

FLASHBACK

2 tahun yang lalu

Changmin menyesap coklat hangatnya. Dia hanya memakai selimut yang dililitkan asal di pinggang rampingnya. Tubuh bagian atasnya bersentuhan langsung dengan udara di ruangan itu. sedikit membuat kulitnya berdesir.

Changmin membawa cangkir coklatnya menuju sofa. Duduk disana lalu menyalakan TV. Ingin tahu ada kabar apa dalam pekan ini. ternyata hanya itu itu saja. Tak ada yang menarik.

Changmin menyesap lagi coklat hangatnya hingga dia merasakan lengan kekar melingkari lehernya. Deru nafas hangat itu menerpa telinganya. Bibir yang lembut itu menyentuh kulit lehernya. Dan suara lembut itu…

"Tidak membanggunkan aku heh? Istri macam apa kau ini changmi-ah…" suara itu pelan mengalun masuk ke dalam pendengaranya. Changmin hanya bisa tersenyum simpul dan mengelus lengan itu pelan, mengirimkan getaran kecil pada sanga pemilik.

"Aku bukan istrimu Yunho…" ucapnya tak kalah lembut… suaranya merdu bagai melodia yang di nyanyikan dewi–dewi yunani.

"Tsk! Selalu saja… " nampaknya sang pemilik lengan menjadi kesal. Dia berdecik. Tapi senyuman indah itu tak lepas dari bibirnya. Dia sangat mencintai changmin-nya.

Tangan kekar itu perlahan melepaskan rengkuhanya. Membebaskan sang kekasih dari jeratan penuh cinta. Changmin hanya melirik lewat ekor matanya sambil memciptakan lengkungan tipis di bibirnya. Kekasihnya marah karena hal yang sama.

Yunho duduk di samping Changmin. Penampilanya tak jauh beda dengan kekasihnya. Tanpa atasan. Hanya memakai soft jean yang kacingnya terbuka. Seperti biasa dia malas mengancingkanya.

Lengan Yunho mulai melingkar di pinggang Changmin. Memberikan sensasi yang sama pada changmin. Memberi kenyamanan. Yunho merapatkan pelukanya, hingga tubuh Changmin bertemu dengan tubuhnya. Bersentuhan membagi kehangatan di udara yang dingin ini. Aliran darah Changmin tak karuan dia tak pernah terbiasa dengan sentuhan yunho. Beribu kalipun dia disentuh. Tetap akan membuat tubuhnya bergejolak.

"Yunho... pulanglah, Boa Noona menunggumu di rumah" lidah Changmin kelu mengucapkanya. Hatinya seperti teriris walau sudah banyak perisai dia pasang disana. Dia memandang layar TV kosong. Wajahnya terhisasi senyum simpul. Seperti berkata -aku baik baik saja- caranya untuk mengasihani dirinya sendiri.

"Tidak bisakah kau sedikit membutuhkanku lebih banyak?... tidak bisakah kau berhenti mengusir ku? Aku ingin disini. Kau tahu itu" Ucap Yunho suara indahnya berubah menjadi kasar. Dan bergetar. Matanya berair. Frustasi. Tapi laki-laki seperti dia tidak menangis.

Sudah 1000 kali adegan ini terulang. Changmin menyandarkan kepalanya di bahu Yunho. Sepertinya dia sudah lelah. Lelah dengan semuanya.

"Hyung... pulanglah"

ucapnya, ada sedikit permohonan di dalamnya. acaraTV itu menampilkan acara lawak. Namun otaknya sama sekali tak membiarkan dia tertawa. Changmin seperti berada di dunia lain.

"..."

Yunho tak berkata apapun mendadak sensor motoriknya tak berfungsi. Bibirnya tak sanggub membuka apalagi berucap. Giginya merapat. Hanya untuk merendam sesuatu yang bergejolak seperti badai dalam hatinya. Yunho memejamkan matanya erat, menggigit bibir bawahnya, mengeratkan rangkulanya, ketika dia merasakan ada yang basah menyentuh kulit bahunya dia tahu. Itu apa.

Airmata Changmin-nya...

Dia memang laki-laki paling brengsek sedunia...

FLASH BACK END

"Changmin~!"

"Changminah~~~~!"

teriakan itu diantarkan oleh angin laut dan menghampiri pendengran Changmin. Changmin menoleh, dan maniknya menemukan sosok lelaki itu yang berlari kearahnya sambil melambaikan tanganya. Tak berhenti meneriakinya. Changmin merasa tak tega. Dan menghampiri sosok itu.

"Hyung... kenapa kesini?" ucapnya polos. Umurnya 25 tahun. namun tingkahnya tetap menggemaskan.

"Hah hah hah hah hah Changmi-ah hah hah kau hah... " lelaki berwajah tampan itu memegang perutnya. Nafasnya tersengal. Dia tak suka olangraga.

"Hae hyung... pelan-pelan saja, nanti kau tersedak nafas mu sendiri' ucapnya, leluconya selalu bisa membuat orang kain kesal.

"Kau ini!"

plak

pukulan di kepalanya pun tak terhindarkan. Changmin mengusap kepalanya. Ingin mengurangi rasa sakit tujuanya.

"Kenapa keluar telanjang kaki! Kau mau mati hah?! Kalau mau mati jangan di musim dingin! Biaya pemakan di musim dingin itu mahal! Kau pikir aku ini banyak uang apa! Menampungmu saja sudah membuatku susah! Cepat pakai sepatumu!" ucap pemuda lebih tua itu. Lebih tepatnya omelan. Donghae melempar sepatu cat changmin ke pasir pantai. Melemparnya kasar sekali.

Changmin hanya memamerkan deretan giginya mendengar kata-kata hyungnya yang kelewatan sadis itu. Tapi dia tahu hyungnya menyayanginya. Changmin memakai sepatunya. Dan merangkul hyung yang lebih pendek darinya itu.

Mengajaknya melangkah. Menyusuri bibir pantai. Melupakan sejenak masa lalunya. Walau dia tahu dia tak akan pernah bisa lupa.

Other place

"Yunho... aku pergi..." Boa berhenti di depan pintu kamar memegang handle pintu sepertinya dia menoleh kepada suaminya. Atau bisa di bilang mantan suaminya. Ada harapan besar disana. Harapan agar di hentikan.

"Hn" Yunho tak menjawab hanya mengeluarkan dehaman kecil.

Boa memutar kepalanya lurus memandang pintu. Sepertinya suaminya memang benar- benar sudah tak menginginkanya.

"Jaga dirimu baik-baik" ucap Boa lagi lalu membuka pintu dan menutupnya keras meninggalkan mantan Suaminya yang kini duduk di beranda memandang halaman rumah mereka yang luas dan indah dengan bunga musim dingin yang bermekaran.

Yunho tak merasa dingin. Walau angin musim dingin sangat mencekam.

Dia sudah terlanjur beku. Beku karena kesepian. Beku karena di tinggalkan seseorang 2 tahu yang lalu. Sekarang saat dia sudah melepas masalah terbesar mereka. Changminya tak kunjung kembali.

"Changmin lihatlah... aku bercerai dengan boa..."

dia bergumam lirih... bibirnya pucat matanya berkantung, seperti Kurang tidur atau terlalu banyak mengeluarkan air mata. Yunho sudah tidak bisa menangis. Rasa sakit adalah tubuhnya. Sudah menjadi satu. Satu mengalir di tubuhnya seperti aliran darah.

Bulir bening itu merosot di dari mata ke pipinya. matanya tak berkedip sama sekali. air mata itu turun tanpa di perintah. Dia sudah benar-benar tak bisa menangis karena kehendaknya. Dan bibir pucat yang hampir membiru itu bergetar.

"Kemana kau Changmin... kumohon kembalilah" kini dia tak berucap hanya berteriak dalam hati. Mengoyak kembali jiwanya. Menikam lagi jantungnya. Setiap nafasnya adalah luka. Luka yang tak kunjung terobati. Sakit yang kunjung tersembuhkan.

Semilir angin musim dingin menyentuh wajahnya. Matanya terpejam, semakin membantu bulir yang yang lain turun ke kulit pucatnya. Nafasnyanya mengepul ke udara. Meresapi rasa sakitnya. Dia sangat rindu. Sangat rindu... Sampai ingin mati rasanya.

TBC

"Even though there is no reason for you to come here

The full moon that can be seen through the open window

The cry of the crickets call out their loneliness

Suppressed feelings start to waver again"

REVIEW PLEASE

EL