Disclaimer: vocaloid milik Yamaha, Zero-G, Crypton Future Media, PowerFX, INTERNET Co.,Ltd, AH Software, Ecapsule, Sony Music Entertainment, Bplats dan karakter fisik yang muncul dalam cerita ini berdasarkan gambar-gambar chara vocaloid yang diciptakan Kei dan dapat dilihat di vocaloid wiki.
Story: punya ReiyKa dan saya terinspirasi saat ngeliat salah satu artwork (punya orang lho! bukan punya saya karena saya tidak bisa menggambar!) Hatsune Miku yang sedang memegang tongkat baseball.
Warning: saya buat cerita ini saat pikiran saya sedang kacau. jadilah begini. mungkin nggak jelas mungkin abnormal mungkin banyak tanda tanya mungkin banyak typo mungkin banyak pemaksaan pair mungkin banyak kemungkinan lainnya.
Rating: biar aman saya buat T yaa~
oke. langsung saja. inilah cerita saya (yang baru).
Bad Apple
by
.ReiyKa.
Chapitre 1: New face. New Challenge.
Koridor Akademi Utaunoda mendadak ramai. Semua muridnya berlari berhamburan ke seluruh arah, seperti berusaha lari dari Gozilla mengerikan yang akan menginjakmu sampai gepeng di tanah.
Semua mata membelalak ketakutan. Para siswi meringis ketakutan. Para siswa berusaha bersembunyi di balik pilar-pilar beton ataupun di bawah meja. Jantung mereka semua berdebar dengan tempo yang tidak karuan.
Oke. Ini berlebihan. Akan tetapi, memang itulah kenyataannya.
Semuanya sigap menutup matanya saat seorang gadis berjalan cepat di koridor dengan napas memburu. Kalau kita berada di dunia pertelevisian, akan ada efek animasinya dimana di sekitar si gadis tadi akan ada api membara hasil dari semangatnya yang berkobar tak karuan.
Efek backsoundnya sudah mengisyaratkan efek kematian seperti saat seorang Yagami Light menemukan Death Note dan pertama kali melihat shinigami Ryuk. Oke. Peringatan ini adalah fandom vocaloid bukan fandom Death Note. Author siap dilempar keyboard.
Sayangnya ini bukan dunia anime. Ini adalah dunia tulis menulis dimana setiap latar dan adegan ditulis dengan rangkaian kata-kata yang membentuk satu jalan cerita. Jadi, mari kita kembali lagi ke kejadian horor itu tadi.
Suara yang mengiringi setiap langkah gadis tadi adalah suara histeris ketakutan serta suara tongkat baseball yang diseret sepanjang koridor. Matanya yang berwarna biru kehijauan memancarkan kemarahannya yang menggelegar. Peringatan kepada semua: jangan pernah bertatapan dengan matanya lebih dari tiga detik kalau kau masih sayang nyawa!
"Tolong... kumohon..." Terdengar isakan memohon ampunan kepada sang gadis. Seseorang terduduk di lantai koridor dengan wajah pucat.
"Hah? Bilang apa barusan?" Gadis itu mendadak tersenyum yang justru membuat aura di sekitarnya bertambah berat dan gelap.
Semuanya semakin mengerut ke sudut ruangan.
"Maaf... aku... tidak... tahu..." Orang tadi bahkan tidak kuat berdiri. Dia mundur menjauhi gadis tadi dengan menyeret pantatnya yang rasanya sudah menempel erat di lantai.
"Hah? Tidak dengar tahu! Barusan bilang apa?" Gadis tadi tersenyum semakin lebar. Jarak antara mereka berdua kira-kira dua meter lagi. Jari-jari tangan kanannya mulai berputar untuk melemaskan otot-ototnya agar saat diperlukan, dia bisa mengeluarkan kekuatan penuh.
"Maaf... kumohon..."
Tangan kanan gadis itu langsung terkepal dengan penuh kemarahan. Dia mengangkat tangan kirinya dimana disana terdapat tongkat baseball putih miliknya. "Jadi, kau mau minta maaf? Heeh... benar-benar manis!"
"Aku... tidak... tahu... kalau... roti... itu... milikmu..."
Gadis tadi melemparkan tongkat baseballnya ke tangannya yang satunya lagi. Sambil tersenyum dengan memamerkan deretan gigi putihnya, dia memasukkan tangan kirinya yang bebas ke dalam saku rok seragamnya dan melemparkan sebuah benda ke murid tadi. Benda itu adalah bungkusan roti dengan tulisan spidol berwarna hitam yang sengaja dibuat dengan ukuran yang sangat besar. Bahkan, dalam jarak lima meter, setiap orang pasti bisa membaca tulisan itu.
.
Properti milik HATSUNE MIKU. Menyentuhnya kau mati!
.
Mata gadis itu rasanya memancarkan siluet merah darah. "Sudah ada namanya disana dan kau masih berani memakannya... Berani sekali! Harusakah aku berikan tepuk tangan padamu?"
"Makanya... sudah kubilang... aku..."
"Tutup mulutmu, Berengsek!" seru gadis itu dengan suaranya yang tajam dan dingin.
Murid tadi, yang terduduk lemas di lantai, sekarang rasanya sudah hampir kehilangan nyawanya sendiri. Ini adalah hari tersial dalam hidupnya. Benar-benar hari tersial dimana dia harus berurusan dengan gadis itu. Yap, gadis bernama Hatsune Miku.
"Aku... akan... menggantinya... aku... janji..." Murid tadi menelan ludah dengan ketakutan. Tenggorokannya terasa sangat kering dan matanya sudah berair.
Gadis itu meletakkan tongkatnya di atas bahunya. "Hemm, tawaran yang menggiurkan. Bagaimana kalau selama satu tahun ke depan, kau yang akan menanggung semua biaya makan siangku? Setuju tidak?"
Itu adalah tawaran yang sangat belah sebelah. Murid tadi menghela napas panjang. Dengan berat hati, dia mengangguk pelan. "Baiklah... roti bawang... kesukaanmu... setiap hari..."
"Tapi... itu adalah urusan nanti..." kata gadis itu santai. Dia mengedipkan sebelah matanya dan mengayunkan tongkatnya tepat ke muka murid tadi.
Dan semua orang menahan jeritannya saat tongkat itu terayun ke arah murid tadi.
Gadis itu mengedipkan sebelah matanya dan menjulurkan lidahnya saat murid tadi terjatuh pelan ke belakang.
"Bercanda dasar bodoh!"
Murid tadi membuka matanya dan melihat gadis itu berlalu. Jantungnya benar-benar hampir keluar tadi. Tongkat baseballnya hanya menabrak udara tepat di depan kedua pelupuk matanya.
"Ingat janjimu, senpai bodoh!"
Gadis itu tersenyum lebar dan berjalan pergi dengan santai seakan semuanya tidak terjadi apa-apa.
OxOxO
Si pirang berbando dan si pirang yang dikuncir menatap kejadian di koridor itu dari lantai tiga. Si pirang berbando mengangkat bahunya sementara si pirang yang dikuncir menghela napas panjang.
"Dia memang suka cari masalah..." sahut si pirang berbando.
Si pirang dikuncir tersenyum simpul. "Aku kasihan pada Shion Kaito. Dia kelas tiga dan bahkan takut pada gadis ganas itu."
"Namanya bukan gadis ganas, Len!"
"Ya, Rin, tapi semua orang tahu kalau dia cukup ganas untuk dipanggil gadis ganas."
"Aku tidak mau membelamu kalau kau sampai membuatnya marah!"
Si pirang berbando menyandarkan tubuhnya di dinding. "Yang benar saja. Berani taruhan kalau sehabis ini dia akan dibicarakan di ruang guru."
"Sudah pasti bukan?"
Kedua pirang itu saling bertatapan dan keduanya saling mengehela napas panjang.
"Semoga wali kelas kita yang baru masih memiliki jantung yang kuat!"
OxOxO
Ruangan guru tentu saja heboh. Meskipun tidak seheboh keadaan di koridor tadi.
Semua guru duduk di meja bundar dengan tangan terkepal dan sorot mata serius. Tentu saja. Mereka sedang rapat mengenai nasib seorang anak yang mampu mengubah nama baik Akademi Utaunoda ke depannya. Nasib akademi yang sudah berdiri sejak tahun 70-an ini sedang terombang-ambing di tangan gemulai milik gadis bernama Hatsune Miku. Tunggu dulu. Tangannya tidak gemulai.
Sekali lagi: tidak gemulai.
"Hatsune Miku yaa..."
"Buat ulah."
"Lagi?"
"Kali ini siapa yang jadi korbannya?"
"Murid perwalianku. Shion Kaito."
"Aah... si anak teladan mantan ketua OSIS ya?"
"Sudah kelewatan rupanya."
"Hatsune Miku maksudmu?"
"Tentu saja. Apa yang ada di pikirannya coba?"
"Aku berani bertaruh kalau pikirannya kosong."
"Kenapa bisa berpikir seperti itu?"
"Karena dia sama sekali tidak tahu alasannya tentang mengapa dia sampai melakukan hal seganas itu!"
"Ini sudah kasus yang keberapa? Ada yang pernah menghitung?"
"Hemm, mungkin sudah lebih dari lima kali ya..."
"Sekarang bagaimana jadinya?"
"Bagaimana yaa..."
"Wali kelasnya saat kelas satu itu... Gakupo-sensei kan? Benar tidak?"
Mendadak semua perhatian guru di ruangan itu tertuju pada satu laki-laki yang duduk pas di tengah meja. Yang dipandang justru balas memandang dengan ekspresi heran.
"Aku memang pernah jadi wali kelasnya."
"Apa yang sudah kau coba lakukan untuk mengubahnya?"
"Pertemuan dengan wali murid dan juga hukuman tugas..." bisik laki-laki yang mulai gugup karena dipandangi oleh seluruh rekan kerjanya.
"Begitu juga masih tidak cukup ya... benar-benar luar biasa..."
Kemudian, tiba-tiba sebuah suara terdengar di ruangan besar itu. "Untuk wali kelasnya tahun ini... bisakah aku yang menjadi wali kelasnya?"
Semua mata sekarang tertuju pada sosok yang barusan mengatakan idenya yang sangat gila dan nekat. Semua orang langsung memberikan semangat serta pujian lewat sorot mata mereka. Senyuman yang menyatakan rasa lega mulai mengembang di wajah para calon wali kelas.
Lega karena mereka di kelas yang akan menjadi tanggung jawab mereka nanti tidak akan ada sosok gadis menyebalkan yang bandelnya sudah melewati stadium tingkat empat.
"Kenapa?" tanya laki-laki yang dulu pernah jadi wali kelas Hatsune Miku saat gadis itu berada di tahun pertamanya dulu. "Dia sangat bermasalah lho! Sangat!"
"Bukankah itu justru menarik?" Senyum muncul di wajah calon wali kelas Hatsune Miku yang baru. "Kalau tidak begitu, tidak akan seru. Lagipula, aku merasa sifatnya yang seperti itu sangat unik. Barang langka."
"Hee... begitukah?" Semua orang di ruangan itu mengangguk-angguk setuju. Sejujurnya mereka tidak begitu mengerti ucapan guru itu.
"Ah ya, kalau begitu sudah diputuskan. Wali kelas Hatsune Miku untuk satu tahun ke depannya adalah Kiyoteru Hiyama."
Laki-laki dengan rambut coklat itu tersenyum lebar. "Terima kasih. Aku akan berusaha sebaik-baiknya agar anak murid di kelasku itu tidak membuat kekacauan."
OxOxO
"Pernahkah aku berkata padamu kalau hal yang baru saja kau lakukan di koridor tadi mampu membuatmu dikeluarkan dari Akademi Utaunoda?"
Sesosok gadis berambut pirang yang memakai bando berdiri berkacak pinggang di sudut kelas. Matanya yang bulat besar berwarna biru langit terlihat sangat indah bahkan saat dia memancarkan sorot penuh kekhawatiran. Gadis pirang berbando itu menggeleng-gelengkan kepala. Senyuman pasrah terbentuk di bibirnya yang merah dan membuat wajahnya yang manis semakin terlihat manis.
"Aku menyerah!"
"Rin, kau tidak boleh menyerah seperti itu!" sahut pemuda yang duduk tepat di sebelahnya.
Sosok si pemuda benar-benar persis dengan sosok gadis tadi. Dengan rambut pirang sepundak yang dikuncir satu ke belakang dan mata biru bulat besar yang indah. Wajahnya benar-benar bagaikan cermin dipecah dua. Bahkan untuk ukuran cowok berusia 17 tahun, wajahnya benar-benar manis bagaikan anak perempuan. Persis kembarannya sendiri.
"Tapi tapi, apa kalian lihat wajahnya tadi? Dia benar-benar ketakutan!" Sekarang giliran gadis yang duduk di tengah mereka berdua yang berbicara.
Matanya yang hijau kebiruan menyipit perlahan saat dia tertawa penuh kemenangan. Di saat-saat seperti ini kedua sahabat baiknya pasti akan setuju mengatakan kalau dia adalah gadis yang cantik. Benar-benar manis dengan rambutnya yang lurus panjang yang berwarna hijau dan diikat dua.
Sayangnya gadis dengan nama lengkap Hatsune Miku itu jarang sekali tertawa. Tidak juga sebenarnya. Dia sering tertawa di atas tangisan ketakutan orang lain seperti saat dia menertawakan seniornya yang justru malah takut kepadanya. Bukan tertawa manis karena alasan positif, tapi lebih ke arah tertawa ala tokoh jahat di film-film.
"Kalian harusnya lihat wajahnya dari dekat! Benar-benar tampak bodoh!"
Pasangan kembar yang bernama Kagamine Rin, untuk si pirang berbando, dan Kagamine Len, untuk si pirang dikuncir, menatap sosok Hatsune Miku yang duduk di atas meja tepat di tengah mereka berdua dengan sorot mata pasrah.
Mereka sudah menyerah. Karena ketiganya sudah saling mengenal sejak tingkat taman kanak-kanak, mereka berdua tahu persis bagaimana sifat seorang Hatsune Miku. Gadis yang tingkat bela dirinya sudah di sabuk hitam taekwondo dan merupakan atlet lari terbaik di sekolah mereka itu adalah tipe gadis yang tidak pernah menahan-nahan perasaannya.
Jika dia sudah marah pada seseorang, dia akan langsung menemui orang itu dengan sikapnya yang dingin dan ganas. Contohnya: dengan membawa tongkat baseball dan berpura-pura akan memukul salah satu senior mereka yang bernama Shion Kaito.
Sadis? Ganas? Oke. Gadis itu sudah biasa dengan panggilan begitu dan dia entah kenapa merasa sangat senang.
"Banchou Akademi Utaunoda itu aku kan?" Senyuman penuh kebanggaan terbentuk di bibir merahnya. "Aku benar-benar hebat!"
Rasanya nasib si kembar Kagamine itu sudah dipastikan. Mereka harus mengangguk setuju kalau mereka masih menginginkan sinar matahari esok hari.
"Semoga wali kelas kita tahun ini adalah orang yang memiliki mental yang kuat," ratap Len. Dia berjalan menuju kursinya, tepat di baris belakang kolom kedua dari jendela dan di sebelah kursi Rin.
"Aku berharap wali kelas kita masih si kepala terong!" sahut Miku santai. Dia mengayunkan kakinya dengan riang. "Aku tidak sabar untuk mengusilinya."
Rin merasa sangat kasihan dengan wali kelas mereka dulu saat kelas satu. Miku terus-terusan memanggilnya kepala terong karena rambut Kamui Gakupo, wali kelas mereka dulu, memang sewarna dengan warna sayuran itu. Sampai-sampai hampir semua murid di kelas mereka akhirnya juga ikutan memanggilnya 'kepala terong'.
"Aku justru berharap kalau Gakupo-sensei tidak usah jadi wali kelas kita lagi..." bisik Rin sambil menatap ke luar jendela.
"Aku hanya berharap bukan guru baru yang akan jadi wali kelas kita."
Mata biru Rin segera menatap mata biru Len. "Apa kau bilang? Akan ada guru baru yang jadi wali kelas?"
"Kudengar begitu... Si ahli gosip Akita Neru sudah memposting sesuatu di blog angkatan kita."
Rin melirik Miku yang masih sibuk tertawa dengan aura yang gelap dan berat. "Ya... aku juga berharap begitu. Kasihan sekali kalau dia langsung merasa stress padahal dia baru dipekerjakan."
"Dengar!" teriak Miku tiba-tiba yang membuat dua kembar pirang itu terlonjak kaget dan seluruh murid di kelas itu membaca mantra doa perlindungan. "Pokoknya..." Dalam sekali gerakan cepat, Miku sudah berdiri di atas mejanya. Tangannya teracung ke atas dengan senyuman lebar. "...Aku akan jadi banchou sekolah kita semester ini! Kalau ada yang berani menantangku... lebih baik kalian segera mengatakannya sekarang!"
Len ternganga. Rin menggelengkan kepalanya tidak percaya. Semua murid membelalakan matanya dan langsung berkeringat dingin.
"Menarik sekali ya..." sahut sebuah suara.
Dua kembar pirang langsung menoleh arah pintu kelas mereka, tempat asal suara barusan. Si pirang dikuncir merasa orang yang barusan bicara adalah orang yang sangat bodoh. Si pirang berbando justru merasa orang yang barusan bicara adalah orang yang sangat keren karena berani melawan Miku. Oke. Kembar tidak harus memiliki pikiran yang sama kan?
Miku menatap pintu dengan sorot matanya yang tajam. "Oke. Aku sudah siap. Keluar kau sekarang!" Tantangan sudah diterima.
Siapapun orang itu, seluruh murid di kelas Miku sudah bersiap datang ke pemakamannya dengan membawa mawar hitam.
Lalu, seorang laki-laki masuk ke dalam kelas. Seketika, semua mata langsung melebar tak percaya. Terkejut, heran, sekaligus merasa kagum. Sesosok manusia dengan aura ketampanan luar biasa menyambut mereka semua.
Senyuman ramah tersungging jelas di bibir merahnya. Matanya yang coklat gelap menatap seluruh sisi kelas dengan bersemangat. Sebuah kaca mata hitam bertengger pas di atas hidungnya yang mancung.
Seluruh murid di kelas itu menatap sosoknya dengan sorot mata terpesona seakan mereka sudah terkena hipnotis tingkat tinggi. Sosoknya yang tampan dengan tinggi sekitar 180 sentimeter serta rambut coklat rapi di atas kepalanya.
Rin dan Len serentak langsung menoleh ke belakang, ke tempat Hatsune Miku yang masih berdiri di atas mejanya. Senyum penuh semangat terpasang jelas di bibirnya.
Mereka sudah lama tidak pernah melihat Miku memiliki semangat yang berkobar jelas seperti ini.
"Baiklah semuanya, selamat pagi. Mungkin ini adalah saat pertama kali kalian melihatku."
Len berbisik lirih. "Dia guru baru itu."
"Wajar saja kalau begitu..." Rin meletakkan dagunya di atas tangannya. "Dia belum tahu Miku yang sebenarnya."
"Aku Hiyama Kiyoteru, wali kelas kalian yang baru."
"Sensei!" teriak Miku dengan suara nyaringnya.
Semua mata segera mengarah ke gadis yang masih berdiri di atas meja itu.
Miku menunjuk muka wali kelas barunya itu dengan telunjuk kanannya. Senyumnya terkembang jelas di wajahnya. "Aku pasti akan mengalahkanmu."
Laki-laki dengan rambut coklat itu tersenyum seakan apa yang baru saja dikatakan Miku terdengar sangat lucu di telinganya. "Kita lihat saja nanti, Hatsune-san."
Ox~TBC~xO
Keterangan: banchou berarti orang terkuat di suatu sekolah. kira-kira begitulah. kalau salah maaf saya sedang mabok.
Curhat Author: nggak penting. jadi langsung ke tombol review aja yaa.
oke. saya tahu. saya dalam masa ujian, tapi kenapa sempat buat cerita baru? oke. inilah pengakuan dosanya.
hari jumat kemarin tepat jam tiga sore saya dihadapkan dengan soal-soal ujian kalkulus. oke. saya stress jadi saya pikir mending saya salurkan saja rasa penat itu kesini. dan tralililiii~ jadilah Bad Apple.
judulnya diambil dari lagu vocaloid. saya paling nggak bisa buat judul. nggak ada hubungannya sih sebenarnya, sama seperti alasan cerita saya yang lain: lagu itu terputar begitu saja di i-tunes saja. udah. itu aja.
lagi-lagi di fandom vocaloid? aduh. saya cinta sekali ya sepertinya disini. bukan. bukan karena itu. karena fandom ini tidak memiliki basis cerita yang khusus. siapapun boleh dibuat dengan karakter apapun dan dipasangkan dengan siapapun. dan owalaaa~ jadilah saya buat cerita ini supaya saya bisa memasangkan si ini dan si itu.. *kyaa
aaah! saya stress! lanjut atau tidaknya cerita ini tergantung rating atau banyaknya review yang masuk. jadi, langsung saja klik link review dan ketiklah komentar kalian semua.
spesial buat yang menunggu cerita saya yang lain: saya pasti update. tapi ntar ya. idenya udah ada cuma waktu buat nulisnya yang nggak ada.
at least, thanks for reading. wish i can see you again in the next chapitre. ^^
