Years at Hogwarts


Green Shooter Nanodayo proud to publish a fiction.

Cast : Albus Potter, Scorpius Malfoy, Rose Malfoy, OC, and Many More

Disclaimer of this fiction is belong to me. But, the cast is belong to Mrs. J. K. Rowling

I'm sorry for the typos. But, i hope your criticsm on Review.


Mereka semua sudah di Diagon Alley untuk membeli keperluan-keperluan untuk James dan Al. Waktu memang masih tergolong pagi, namun Diagon Alley sudah ramai seperti biasanya. Harry Potter berjalan bersama Ginny Potter yang diikuti oleh James, Al, dan Lily Potter. Mereka berjalan menuju Gringgotts dan mengambil banyak Galleon dari brankas mereka yang letaknya bermil-mil jauhnya dibawah tanah kota London.

"Oke Al, kau ingin membeli hewan peliharaan apa tidak? James sudah punya Arnold (Kucing berbulu lebat berwarna putih)." Tanya Harry.

"Kurasa, aku ingin punya Burung Hantu sendiri. Maksudku, supaya Dad tidak usah menunggu Harold (Burung hantu keluarga Potter yang mirip Hedwig)."

"Baiklah, ayo kita ke Eeylops Owl Emporium"

Al tampak sumringah. Sebentar lagi ia akan memiliki burung hantu sendiri. Ia berharap memiliki burung hantu yang seperti Harold.

"Oke. Kau masuklah lebih dahulu dan pilih burung hantu yang ingin kau miliki. Aku, Mummy dan Lily akan menemani James untuk membeli sapu baru. Dan setelah itu, kau bisa langsung ke Ollivanders. Kami akan menyusulmu disana." Kata Harry. Al langsung masuk ke Eeylops Owl Emporium.

Bel pintu bergemirincing. Al masuk ke dalam toko itu sendiri. Dia melihat burung hantu yang gagah berbulu seputih salju yang ada pada sangkar besar berwarna coklat mengkilap. Ia langsung menetapkan pilihannya pada burung hantu itu. Nampaknya ia benar benar menginginkan burung hantu yang mirip dengan Harold.

"Tertarik dengan yang satu itu, dear?"

"A-ah. Sepertinya begitu."

"Seleramu bagus. Burung itu baru datang dua hari yang lalu. Indah bukan?"

"I-iya."

"Kau mau membeli yang satu itu?"

"Iya, please."

Nyonya penjual burung hantu itu pun mengeluarkan burung hantu itu dari sangkarnya. Memberi beberapa tetesan dari botol yang berwarna merah pekat ke dalam paruhnya. Memeriksa semua tubuhnya dan akhirnya berkata bahwa burung hantu itu dalam kondisi sehat.

"Kau bisa membeli ini, dear. Ini sepuluh Galleon." Al mengambil sangkar itu, Lalu membayarnya. Dan setelah itu Al pergi keluar dari Eeylops Owl Emporium, untuk menuju ke Ollivanders.

Al berjalan sendirian hingga di ujung gang sambil membawa kandang burung hantunya. Memang terlihat merepotkan mencari toko Ollivander ditengah keramaian sambil membawa sangkar yang tidak kecil ukurannya. Namun, tak begitu lama, Al menemukan toko itu dan masuk ke dalamnya.

Lelaki tua yang menurutnya Ollivanders itu sendiri datang menghampirinya. "Ah, Mr. Potter. Ingin membeli tongkat pertamamu?"

"Ya. Please."

"Sebelum itu, apakah kau kidal?"

"Tidak, sir."

"Baik. Sebentar, mungkin ku kira tongkat ini bagus untukmu. Kayu Mahoni dengan inti Unicorn, sebelas setengah inch, lentur, cocok untuk segala mantra, dan kutukan." Ollivander menyerahkan tongkat itu ke Al. Al menerimanya dengan hati hati. "Coba kau gerakkan." Sambungnya. Al seketika menggerakkan tongkatnya.

AJAIB, kotak tempat tongkat yang ditawarkan kepada albus yang ada di meja, melayang. Mr. Ollivanders hampir melongo namun ia langsung menyadari bahwa mulutnya membuka. "Apakah kau pernah belajar mantra sebelumnya?" Tanyanya

"Belum." Jawab Al singkat.

Mr. Ollivanders lalu memberi tahu al tentang arti dari kejadian tadi. Yaitu, bahwa setiap tongkat memiliki jiwa untuk memilih pemegangnya. Setelah itu, Al membayar tujuh galleons kepada Mr. Ollivander. Tepat saat Al keluar, Harry, Ginny, James, dan Lily menghampiri Al.

"Bagaimana?"

"Fantastic"

"Hah?"

"Kau akan kuceritakan ketika kita sudah di Hogwarts, James."

"Oh, oke. Tapi kau kan nanti Slytherin. Bagaimana bisa? Aku kan Gryffindor."

"James!"

"Bercanda lho Al, jangan dianggap serius."

"Hmmm"

Mereka berjalan bersama menuju Flourish and Blotts untuk membeli buku-buku sekolah James dan Al. Namun, Al, James, dan Lily tidak ikut karena mereka ingin memakan Ice-Cream di Florean Fortesque. James sambil membawa sapu berbungkus kertas dan Al membawa kandang besar berisi burung hantu seputih salju yang tampak anggun bertengger pada dahan di dalam kandang.

Setelah semua keperluan selesai dibeli termasuk seragam, perkamen dan perlengkapan tulis-menulis, periuk―cauldron, mereka-pun kembali ke leaky cauldron dan pulang. Sesampainya dirumah, Mereka tidak langsung tidur.

"Sudah kau namakan, Burung hantu itu?" Tanya Harry.

"Belum Dad. Lihatlah, ia mirip dengan Harold ya." Kata Al

"Ya. Mirip. Bahkan sangat mirip dengan Hedwig."

"Iyakah? Kalau begitu kita namakan saja Hedwig. Boleh kan Dad?"

"Tentu saja. Oke, burung hantu itu resmi bernama Hedwig."

"Hai Hedwig, terbang ke sini." Al memanggil burung hantunya. Hedwig-pun terbang kearahnya. Nampaknya ia sudah tahu namanya adalah Hedwig― memang burung yang cerdas.

"Oke, al. Sebaiknya sekarang kau tidur. Nanti Mum yang akan menyiapkan segala keperluanmu." Nasehat Harry. Al langsung naik ke kamarnya setelah memasukkan Hedwig ke sangkarnya.

Semalaman Al tak bisa tidur. Ia terlalu memikirkan ketakutannya akan asrama Slytherin. Hingga hal itu membuat Al bangun terlambat keesokan harinya.

"Come on Al, bangun. Cepat mandi lalu makan. Kita tak ingin ketinggalan kereta kan?"

Seluruh keluarga Potter satu-per-satu masuk ke Peron 9 ¾. Menembus tembok kokoh diantara peron 9 dan 10 yang ada di stasiun King Cross. Hingga tampak kereta uap yang berwarna Merah dan Hitam yang bagian depan lokomotifnya bertuliskan HOGWARTS EXPRESS. James dan Al masuk ke salah satu gerbong di kereta itu bersama Rose, putri paman Ron dan uncle Hermoine. Peluit panjang berbunyi. Kereta mulai berjalan, dan mereka ―James, Al, dan Rose― melambaikan tangan ke Harry, Ginny, Lily, dan keluarga Weasley.

Al sedang berjalan menyusuri kompartemen-kompartemen kereta bersama James untuk mencari kompartemen kosong. Dilihatnya, ada satu kompartemen yang hanya ditempati oleh seorang anak berambut pirang mengkilat yang disisir rapi sedang duduk terbosan-bosan ―mungkin karena tidak ada teman mengobrol.

"James, disini ya?"

"Tunggu, itu pasti Scorpius."

"Scor―Scor―siapa?"

"Scorpius, anak tunggal keluarga Malfoy."

"Tak apa lah, duduk saja. Toh perang sudah berakhir, dan ayahnya bukan lagi Death Eater―Pelahap Maut."

"Darimana kau tahu?"

"Dari Mummy-ku." Tampak seorang anak perempuan berambut merah bergabung dengan Al dan James.

"Rosie! Dari mana saja kau? Kukira kau sudah menemukan kompartemen dan meninggalkan kami." tanya James antusias―Rose adalah sepupu Al dan James.

"Maaf James, aku dari kamar mandi. Tunggu apa lagi, ayo masuk!" Ajak Rose dengan cengirannya.

Albus lalu membuka pintu kompartemen itu. Reflek, Scorpius yang tadinya memandang keluar jendela langsung menoleh ke pintu.

"Bolehkah?" Albus berkata hati-hati kepada Scorpius sambil menunjuk kursi kosong.

"Tentu saja, silahkan, silahkan." Jawab Scorpius riang. Kontan, hal ini membuat Al, James, dan Rose kaget.

"Kenapa hanya diam?" Tanya Scorpius kepada Al, James, dan Rose yang tampaknya sedang tercengang.

Al, James, dan Rose duduk. Mereka duduk dengan James disebelah Scorpius dan Al dihadapan Scorpius serta Rose berhadapan dengan James.

"Perkenalkan, aku Scorpius Malfoy. Kalian bisa panggil aku Scorpie." Suaranya terdengar kelewat riang.

"Aku James, Ini Rose sepupuku, dan itu Al adikku." Kata James.

"Oh, hai James, Al, Rose, Kalian sudah menebak akan masuk asrama mana?"

"Aku sudah pasti Gryffindor." Sahut James.

"Kenapa begitu?" Tanya Scorpius dengan dahi berkerut.

"Ini tahun keduaku di Hogwarts."

"Oh, maaf. Kalau kau Rose?"

"Emm, mungkin Gryffindor, karena Daddy dan Mummy-ku Gryffindor. Para kakak dari Daddy-ku Gryffindor, Kakek dan Nenekku Gryffindor, Adik dari Daddyku ―Mummy-nya Al dan James― Juga Gryffindor, Daddy-nya James dan Al juga Gryffindor, jadi, yah, hampir seluruh keluargaku itu Gryffindor" Jawab Rose antusias.

"Whoa, itu panjang sekali. Mungkin kau Gryffindor. Kalau kau Al?"

"Aku? Mungkin Gryffindor juga karena Dad dan Mummy-ku Gryffindor. Tapi entahlah, yang penting jangan sampai masuk Slytherin." Jawab Al malas.

"Kenapa? Dad dan Mummy-ku Slytherin. Tetapi mereka hebat." Jawab Scorpius agak tersinggung.

"Bukan, bukan itu maksudku. Keluarga ayah baptis Daddy-ku juga hampir semuanya Slytherin―Yah, walaupun ayah baptis Daddy-ku sendiri itu Gryffindor."

"Oh." Jawab Scorpius tampak puas karena ia tidak membenci Slytherin. Rupanya dia sudah melupakan omongan Al tentang ketakutannya terhadap Slytherin.

"Kalau kau Scorp?" Tanya James.

"Mungkin aku Slytherin. Karena hampir keseluruhan anggota keluarga besarku dari kakek canggahnya kakek canggahku adalah Slytherin. Yah kecuali salah satu sepupu nenek-ku adalah Gryffindor. Tapi aku sangat ingin masuk Asrama Gryffindor, kau tahu."

"Kenapa?" Tanya James―terlihat dari raut mukanya ia sangat antusias.

"Karena aku suka singa."

"Cuma karena itu?"

"Bukan juga sih, tapi―" Tiba-tiba pintu kompartemen terbuka, tampak seorang laki-laki membawa troli penuh makanan dan gula-gula. "Mau beli kudapan, dear?"

"Eh, dimana nenek yang biasanya menjual kudapan?" Tanya James.

"Dia pensiun, aku yang menggantikannya."

"Oh, kurasa aku ingin beli dua permen drooble, satu cokelat kodok, dan satu Bertie Botts kacang segala rasa." Kata James, laki-laki itupun kemudian langsung mengambilkan apa yang James inginkan.

"Aku juga, seperti James." Kata Rose

"James?" Tanya laki-laki pembawa troli kudapan itu bingung.

"Oh, maksudku, dua permen drooble, satu cokelat kodok, dan satu Bertie Botts kacang segala rasa."

"Ooh, ini." kata laki-laki itu setelah menemukan apa yang Rosie mau.

"Kalau aku, empat permen labu saja." Kata Al.

"Aku dua permen labu dan satu coklat kodok." Kata Scorpius.

"Nah, ini yang kalian mau."

"Oke terima kasih." Kata Scorpius.

"Jadi, punyaku semua berapa?" Tanya James

"Ya, punyaku berapa?" Sahut Rose

"Ah, dua permen drooble itu empat knut, satu cokelat kodok itu sepuluh knut, dan satu Bertie Botts kacang segala rasa itu lima knut. Jadi semua sembilan belas knut." Rose dan James membayarnya dengan masing-masing satu sickle kepada laki-laki penjual kudapan. Masing-masing dari mereka mendapat kembalian 7 knut.

"Aku?"

"Ah, empat permen labu ya? Cukup delapan knut saja." Albus langsung membayar dengan uang knut-nya yang kebetulan jumlahnya tepat ada delapan.

"Kalau aku?"

"Empat knut, dan sepuluh knut. Jadi semua empat belas knut." Scorpius membayar dengan uang sicklenya. Setelah Scorpius mendapatkan uang kembaliannya laki-laki penjual kudapan itupun pergi.

Seorang dengan jubah hitam seragam datang ke kompartemen mereka. Mereka semua mengira dia adalah prefek karena lencana dengan emboss P besar berwarna emas ada di dadanya. "Sebaiknya kalian bersiap mengenakan jubah seragam sekarang supaya tidak terburu-buru. Kita akan sampai di stasiun Hogsmeade kira-kira setengah jam lagi." lalu kemudian orang itu pergi ke kompartemen lain untuk memberitahu hal yang sama pada anak-anak yang lain.

Mereka semua langsung berganti pakaian―tidak dengan Rose tentunya, Ia harus ke toilet dahulu untuk berganti pakaian. Setelah mereka semua selesai berganti masih tersisa kira-kira seperempat jam lagi untuk sampai ke stasiun Hogsmeade. Mereka menghabiskan waktu mereka dengan memakan kudapan-kudapan yang tadi mereka beli. James dan Rose sedang memakan sambil bertukar kacang segala rasa mereka, Al dan Scorpius sedang menikmati permen labu mereka dalam diam.

Bunyi peluit panjang kereta terdengar keras, tanda mereka sudah sampai di stasiun Hogsmeade. James sudah tidak sabar untuk menjalani tahun keduanya di Hogwarts. Sedangkan Al, Rose, Dan Scorpius tegang karena mereka sebentar lagi akan di seleksi. Jantung mereka bertiga berdegup kencang.

"Oke, aku akan turun duluan. Bye."

"Kenapa kita tidak bersama dengan James?" Tanya Rose

"Kita akan naik perahu, sedangkan James akan naik kereta yang ditarik Thestral" Jawab Al.

"Loh, kenapa begitu?"

"Karena kita tahun pertama, dan dia tahun kedua. Siswa tahun kedua dan diatasnya akan naik kereta yang ditarik oleh Thestral. Sedangkan tahun pertama akan naik perahu."

"Oh, begitu." Rasa ingin tahu Rose telah terpuaskan oleh jawaban-jawaban Al.

"Tapi, apa Thestral itu?" Sekarang Scorpius yang bertanya.

"Sudah, itu nanti saja. Ayo kita turun dulu, supaya tidak tertinggal perahu."

Mereka bertiga berjalan ber-iringan keluar dari kereta. Dan langsung bergabung dengan anak-anak tahun pertama lainnya. Mereka semua tampak lugu sekaligus kebingungan.

"Ayo, anak-anak tahun pertama, ikut aku, kita akan naik perahu bersama menyeberang danau." Kata seorang pria besar yang seluruh muka-nya dipenuhi oleh Rambut.

"Itu pasti Hagrid." Celetuk Rose. Tapi mungkin Al dan Scorpius mendengarkannya.

Sesampainya di dermaga di tepi danau, semua anak naik perahu. Mereka semua duduk di masing-masing perahu tiga sampai empat anak per perahunya. Al, Rose, dan Scorpius, duduk di satu perahu yang sama.

"Jadi, apa Thestral itu?" Tanya Scorpius menyambung pembicaraan mereka yang terpotong saat akan turun dari kereta agar tidak tertinggal perahu.

"Thestral itu seperti kuda, tetapi mempunyai moncong seperti burung, dan memiliki sayap. Badannya itu hanya seperti tulang yang terbungkus kulit. Hanya orang tertentu yang dapat melihatnya. Itu kata Mummy-ku" Jawab Rose

"Kau sudah pernah melihatnya?" Tanya Scorpius lagi.

"Belum."

Mereka kembali diam. Hingga hagrid berkata bahwa mereka sudah sampai di Boat House. Mereka naik ke darat dengan hati hati. Disana, mereka sudah ditunggu oleh wanita dengan baju berwarna hijau serta menggunakan topi kerucut dan berkacamata —Prof. McGonagall.

"Oke kita akan naik tangga di depan itu. Tolong berjalan ber-iringan secara hati-hati. Aku tak ingin ada murid yang masuk ke Hospital Wing saat mereka pertama kali menginjakkan kaki di Hogwarts." Kata Prof. McGonagall.

Prof. McGonagall terus menuntun mereka hingga mereka tiba di depan pintu besar dengan ukiran rumit yang tampak indah karena tampak berkilau oleh cahaya lilin di sekitarnya. Al tampak samar mendengar suara dari tempat ia berdiri sekarang―yang ia tebak itu bunyi dari dalam ruang dengan pintu yang megah itu.

"Kalian akan diseleksi untuk masuk ke asrama di Aula besar. keempat asrama itu adalah Gryffindor, Hufflepuff, Ravenclaw, dan Slytherin. Kau akan menjadi bagian dari asrama tersebut setelah ditentukan oleh topi seleksi." Kata Prof. McGonagall.

Pintu aula besar terbuka. Tampak empat meja panjang yang sebagian sudah ditempati oleh siswa-siswi bertopi hitam berbentuk kerucut. Mereka —siswa tahun pertama—, berjalan di antara meja-meja tersebut hingga sampai di depan altar podium. Tampak Prof. McGonagall berjalan menyusul dengan membawa kursi dan topi hitam kusam yang compang-camping dengan tambalan dimana-mana.

"Oke, setelah aku panggil diharap langsung ke depan untuk ditentukan mana asrama yang tepat." Kata Prof. McGonagall sambil meletakkan topi itu pada kursi yang tadi dibawa bersama oleh Prof. McGonagall. Riuh anak-anak tahun pertama mulai terdengar, meskipun hanya dengungan yang timbul akibat mereka saling berbisik satu sama lain. Tapi, dengungan itu berhenti karena mereka melihat dan mendengar topi itu bernyanyi.

"Oh, mungkin menurutmu aku jelek,

Tapi jangan menilaiku dari penampilanku,

Berani taruhan takkan bisa kau temuka

Topi yang lebih pandai dariku.

Jubahmu boleh hitam kelam,

Topimu licin dan tinggi,

Aku mengungguli semua itu

Karena di Hogwarts ini aku Topi Seleksi.

Tak ada apa pun dalam pikiranmu

Yang bisa kausembunyikan dariku,

Jadi pakailah aku dan kau akan kuberitahu

Asrama mana yang cocok untukmu."

Prof. McGonagall tampak membuka gulungan perkamen yang Al tebak itu adalah nama-nama siswa tahun pertama. Ia benar-benar tak memikirkan hal ini. Diseleksi didepan banyak orang, itu merupakan salah satu yang mengganggu Al. Ia lebih terbiasa menjadi seseorang yang tertutup. Tidak seperti kakaknya James yang seperti tak punya malu di depan siapapun.

"Auckland, Kian"

Anak laki laki dengan rambut coklat dengan mata berwarna abu-abu berjalan ke arah kursi. Ia lalu duduk disitu dan langsung dipakaikan topi oleh Prof. McGonagall.

"Gryffindor!" Topi itu berteriak keras. Disambut dengan tepuk tangan oleh anak-anak Gryffindor. Anak yang bernama Kian itu tampak langsung berlari ke arah meja Gryffindor.

"Auckland, Liam"

Sepintas, Al mengira bahwa Kian kembali maju. Namun ternyata kian memiliki saudara kembar yang benar-benar identik.

"Gryffindor!" Topi itu berteriak lagi, dengan sambutan tepuk tangan oleh anak-anak Gryffindor, Ia berlari menyusul saudara kembarnya.

"Auckland, Peter"

Al membatin, mana bisa ada tiga anak kembar yang benar-benar identik? Ia menduga pasti auckland yang ini juga Gryffindor.

"Gryffindor!" Seisi Aula besar tampak takjub, dan heran, bagaimana bisa tiga anak kembar bisa sangat identik dan ditempatkan pada satu asrama yang sama oleh topi seleksi. Namun, tampa diiringi tepuk tangan, anak yang bernama Peter itu langsung berlari menyusul saudara-saudara kembarnya.

"Finch-Flechey, Mark"

"Hufflepuff" tepuk tangan dari meja yang berbeda berbunyi keras.

"Flicksting, Edward"

"Hufflepuff"

"Hellerborth, Cho"

"Hufflepuff"

"Lloyd, Edmund"

"Slytherin" Ia langsung berlari ke meja slytherin. Ia adalah siswa pertama yang masuk ke Slytherin.

"Longbottom, Lena" diseleksi ke Ravenclaw

"Malfoy, Scorpius" Seisi aula hening. Terdengar bisik-bisik atau mungkin terlampau keras untuk sekadar bisik-bisik karena Albus dapat sedikit mendengarnya. 'berani bertaruh ia masuk Slytherin'. Disaat yang sama, sang topi sedang berbisik kepada Scorpius. "Kau memiliki darah-murni sehingga kau cocok menjadi Slytherin. Tapi kau memiliki jiwa yang terlampai murni untuk mauk ke Slytherin. Oleh karena itu, mungkin aku sudah menemukan mana yang tepat untukmu. Sebaiknya kau di―"

"Gryffindor!" Sang topi seleksi berteriak keras. Namun hening sekarang menyelubungi aula besar. Bagaimana tidak? Seorang Malfoy masuk Gryffindor? Hampir tidak mungkin. Scorpius langsung berjalan ke meja Gryffindor dan duduk di sebelah Peter.

Beberapa nama dipanggil oleh McGonagall. McHannah, Nott, Moon, Perks. Hingga akhirnya...

"Potter, Albus" Al langsung duduk di tempat yang telah disediakan. Aula besar mendadak hening. Sang topi berbisik kepada Albus. "Pintar, Cerdik, Cerdas, Individualistis mu sangat tinggi. Namun, dalam lubuk hatimu yang terdalam kau itu ramah. Kau bisa masuk Gryffindor, tapi kau juga bisa masuk Ravenclaw, ataupun juga Hufflepuff dan Slytherin. Semuanya cocok untukmu. Namun, aku melihat isi pikiranmu bahwa kau tak ingin di Slytherin. Setelah ku pertimbangkan, kau tak bisa masuk ke Hufflepuff karena individualistis mu terlalu tinggi. Sekarang kau boleh memilih, Ravenclaw atau Gryffindor." Albus tampaknya berpikir agak lama. Namun ia memutuskan untuk masuk ke Gryffindor. Ia lalu mengatakan keinginannya pada topi seleksi. "Kalau begitu, Gryffindor!" Sorak dan Tepuk terdengar keras. Al berjalan cepat menuju meja Gryffindor.

Ia masih memikirkan apa yang dikatakan oleh topi seleksi sehingga ia tak sadar bahwa Rose sudah duduk manis di sebelahnya.

Bunyi dentingan gelas yang dipukul oleh sendok bergema di aula besar. Semua mata para siswa yang ada di aula besar tertuju ke depan mereka. Mata mereka tertuju pada satu orang yaitu sang kepala sekolah Prof. McGonagall. Meskipun ia menjabat menjadi kepala sekolah, kadang ia tetap mengajar transfigurasi. Namun tidak selalu karena kesibukannya sebagai kepala sekolah yang luar biasa.

"Selamat datang para siswa tahun pertama. Dan selamat datang kembali bagi semuanya. Aku akan berpidato, tapi mari kita makan dahulu supaya kalian bisa lebih fokus saat mendengarkan nantinya." Saat Prof. McGonagall menjentikkan jarinya, seketika semua meja penuh dengan makanan yang melimpah ruah.

Bunyi denting terdengar seantero aula besar karena gesekan antara garpu dan pisau. Gelas piala yang kosong tiba-tiba terisi saat mereka akan memegang gelas pialanya untuk minum. Makanan yang ada di mejapun berangsur-angsur berkurang dan akhirnya habis.

"Oke, bagaimana semua? Sudah kenyang? Sebelum kalian semua mengantuk sebaiknya ada hal yang perlu diperhatikan untuk kalian semua. Hutan di timur sana berbahaya untuk kalian semua. Dilarang satu siswa pun untuk masuk ke dalam hutan itu. Gamekeeper kita dan Penjaga kita, Hagrid dan Mr. Filch akan segera tahu apabila ada yang melanggar. Siswa dilarang berkeliaran di koridor saat jam malam. Dan ujicoba Quidditch akan dimulai menurut waktu yang ditentukan oleh kapten tim masing-masing asrama. Namun, untuk perlombaannya akan dimulai pada bulan november. Tiap kapten team Quidditch wajib menyerahkan daftar siswa yang tergabung dalam team paling lambat minggu kedua pada awal semester ini. Setelah itu, untuk beberapa asrama kelompok tidur hanya terdiri atas beberapa grup saja. Untuk itu, para prefek akan membacakannya nanti saat sudah sampai di Common-Room masing masing asrama. Oke, silahkan kalian menuju ke Asrama masing-masing. Siswa tahun pertama akan dibimbing oleh prefek asrama masing masing. Jangan khawatir, tas kalian sudah berada di kamar kalian." Kata Prof. Panjang lebar. Setelah Prof. McGonagall selesai, semua siswa keluar dari aula besar untuk menuju ke asrama masing-masing. Al, Rose, Scorpius, dan Auckland bersaudara berjalan bersama dengan siswa tahun pertama yang lainnya mengikuti prefek hingga sampai di depan lukisan besar bergambar perempuan gemuk di ujung koridor.

"Password?" Kata perempuan gemuk dalam lukisan itu.

"Thestral Foot" Kata sang prefek. Lukisan itu membuka. Mereka kemudian berjalan masuk melalui lorong di belakang lukisan tadi.

"Oke anak-anak. Ini adalah Gryffindor Common-Room. Untuk kamar laki-laki ada dibagian kanan. Dan untuk kamar perempuan ada di bagian kiri. Untuk pembagian kamar kalian bisa melihat papan notifikasi disana." Kata sang prefek sambil menunjuk papan dengan penuh tempelan di dekat perapian. Semua anak pun langsung berbondong-bondong melihat daftar pembagian kamar itu. Al, Scorpius, dan Rose, masih tetap menunggu hingga kerumunan berkurang―toh, untuk apa ikut berkerumun seperti itu, nanti juga lihat daftarnya kok―.

Sang Prefek sudah masuk ke kamarnya. Anak-anak mulai masuk ke kamarnya masing masing. Al, Scorpius, dan Rose menuju ke papan pengumuman.

"Aku G-01. Mungkin maksudnya Girl-room 1." Celetuk Rose.

"Wah, Al. Kita satu kamar. B-07. Boy-room 7." Kata Scorpius.

"Dengan trio kembar itu. Tak kusangka, aku akan dapat room-mate yang kembar identik. Tiga pula. Bisa tidak ya, aku membedakan mereka?" Kata Al.

"Pasti bisa. Oke, aku ke kamarku dulu. Bye." Kata Rose. Yang akhirnya meninggalkan mereka. Lalu Al dan Scorpius pun menyusul masuk ke kamar mereka.

Common-Room sudah kosong. Semua sudah di kamar masing masing. Di kamar yang ditempati Al dan Scorpie, semua sedang berbenah mengeluarkan baju-baju, dan perlengkapan sekolah mereka ke lemari di sebelah ranjang. Al nampaknya yang pertama selesai berbenah. Ia langsung berpakaian piyama lalu merebahkan badannya di ranjang.

"Kau sudah selesai Al?" Tanya Scorpie

"Yeah, seperti yang kau lihat."

"Kau tidak menulis surat untuk keluargamu?"

"Oh iya, aku lupa." Al bangkit dari tidurnya lalu menulis surat kepada keluarga di rumah. Menginformasikan bahwa ia sudah dipilih ke Gryffindor.

"Emm, Al?"

"Apa?"

"Boleh aku numpang mengirimkan surat untuk Daddy-ku?"

"Tentu, Hedwig bisa kok." yang disahut dengan uhu-uhu serak yang dibuat oleh Hedwig. "Tapi, bolehkah aku membaca isi suratmu? Aku penasaran dengan apa yang kau katakan ke mereka. Kan rata-rata keluargamu itu Slytherin." Sambungnya

"Oke, baca saja."

To: Daddy

Dad, saat ini aku sudah menjadi bagian dari Hogwarts.

Saat-saat seleksi adalah saat yang paling mendebarkan.

Kau tahu, aku sekarang benar-benar tak menyangka,

bahwa apa yang aku inginkan menjadi kenyataan.

Ya, aku sekarang menjadi Gryffindor. Aneh bukan?

Padahal seluruh keluarga besar kita adalah Slytherin.

Bahkan, tadi topi seleksi membisikkan sesuatu untukku.

Katanya, jiwaku terlalu murni untuk masuk ke Slytherin.

Apa itu maksudnya Dad?

Aku sudah punya teman sekarang. Namanya Al.

Aku benar benar tak menyangka bahwa ia salah satu keluarga

Potter. Padahal, aku sangat nge-fans dengan Daddynya, Harry

Potter. Suatu keberuntungan bukan?

Sudah dulu ya Dad. Balas suratku secepat mungkin

dengan Levy.

Scorpie

PS: Hedwig―Burung yang mengantar surat ini adalah milik Al.

"Wow, panjang sekali. Eh, Kau nge-fans dengan Daddy-ku? Dan siapa itu Levy?" Tanya Al.

"Iya, aku ngefans dengan Daddy-mu karena dia itu keren. Dia itu pahlawan dunia sihir. Bahkan dia sangat berjasa untuk keluarga Malfoy, karena jika tak ada Daddy-mu pasti keluarga Malfoy masih dalam cengkraman tangan jahat Voldemort. Levy itu burung hantu keluargaku." Kata Scorpius dengan cengirannya.

Scorpius mengambil cokelat kodok yang tadi belum ia makan. "Astaga. Aku dapat kartu Limited Edition!" Teriaknya keras, spontan Al dan yang lainya terlonjak kaget.

"Benarkah? Kau dapat kartu itu? Aku sudah berusaha mendapatkan kartu itu tapi sampai sekarang aku belum mempunyainya. Eh, Maaf. Salam kenal, aku Kian, Kian Auckland " Sahut Kian―Si Sulung.

"Aku juga belum mendapatkannya. Aku Liam Auckland."

"Apalagi aku. Aku Peter Auckland."

"Eh? Halo Kian, Liam, dan Peter. Tapi, memang kartu Limited Edition itu siapa?" Tanya Al bingung.

"Astaga! Kau tak tahu?" Kata Kian tak percaya.

"Benarkah?" Sekarang Liam dan Peter yang tak percaya.

"Emm, aku tak tertarik untuk mengoleksi itu sebenarnya."

"Oh, wajar kau tak tahu. Dia ayahmu lho." Kata Scorpius.

"Astaga? Benarkah itu Al? Aku tak percaya. Kukira hanya kebetulan semata karena margamu Potter." Kata Kian, Liam, dan Peter bersamaan.

"Oh, iya Harry Potter ayahku."

"Lalu siapa itu James Potter? Yang tahun kedua disini." Kata Peter―Si Bungsu

"Oh itu kakakku."

"Astaga? Kalian tidak mirip sama sekali."

"Sudah-sudah, sekarang sudah larut malam. Sebaiknya kita semua segera tidur." Kata Scorpius bijak sambil mletakkan suratnya dan surat Al ke paruh Hedwig untuk dikirimkan.

Semua langsung tidur ke ranjang masing-masing. Pelan, terdengar bunyi nafas yang beraturan dari mereka semua. Tanda mereka sudah terlelap dan berenang dalam alam mimpi mereka. Mungkin karena kelelahan akibat perjalanan kereta yang panjang mereka menjadi tidur pulas hingga hari berganti.

Sarapan pagi itu telah usai. Mereka dibagikan jadwal pelajaran oleh Prof. Slughorn. Hari ini Hari Sabtu, ada 3 pelajaran pada hari ini. Di jam pagi akan ada Transfigurasi bersama Ravenclaw. Lalu jam siang akan ada Pelajaran Mantra bersama Hufflepuff. Dan Jam Sore akan ada Herbologi bersama Slytherin―Al agak mual dan merinding melihat jadwal jam sore.

Al, Scorp, dan Rose berjalan bersamaan menuju kelas Transfigurasi. Al dan Scorp duduk bersama. Sedangkan Rose duduk bersama anak Ravenclaw yang bernama Lena Longbottom. Kelas Transfigurasi kali itu tidak ditangain langsung oleh Prof. McGonagall, namun ditangani oleh guru pengganti. Tentu saja, siapa yang bisa mengekspektasikan hal bahwa kepala sekolah bisa mengajar di waktu senggangnya?.

Rose bisa men-transfigurasi tikus menjadi kotak kecil, Scorp bisa men-transfigurasi kadal menjadi tempat lilin. Kenapa rasanya Al sulit sekali merubah hewan yang ada di depannya?. Bukankah siput hewan yang mudah untuk di-transfigurasi-kan?. Albus berulang kali melirik kepada Scorp. Dan selalu bertanya-tanya dalam hati. 'Bagaimana Bisa?'. Hingga Bel berbunyipun Ia masih belum bisa men-transfigurasikan siput yang ada di depannya. Ia berencana menanyakan caranya kepada Rose dan Scorp setelah Jam Sore di Common-Room. Tetapi entah kenapa Al mual kembali saat memikirkan Jam Sore.

Semua siswa berkumpul di aula besar untuk bersantap siang. Pasti mereka merasa lapar karena hari pertama biasanya terasa melelahkan. Yah, pasti mereka merasa lelah karena terbiasa bersantai saat liburan musim panas.

Al menikmati makan siangnya dalam diam. Scorp makan sambil mengoceh ria dengan Al dan Rose. Tapi sepertinya hanya Rose yang mendengarkan. Hingga saat mereka makan para burung hantu turun. Burung hantu berkulit coklat terang berbadan ramping seperti elang mendaratkan sebuah surat kepada Scorp, Al menduga itu adalah Levy. Burung hantu kecil mendaratkan bungkusan kecil kepada Rose, rupanya itu 3 bungkus coklat kodok, Al tahu burung hantu itu namanya Pigwedgeon. Dan burung hantu putih bersih salju mendaratkan surat pada Al.

"Hedwig paling mencolok karena hanya dia yang berwarna putih terang disini." Kata Scorp.

"Sebetulnya itu Harold, bukan Hedwig." Jawab Al enteng.

"Hah? Siapa? Harold? Milik siapa itu?"

"Harold itu burung hantu milik Daddy"

"Mirip sekali dengan Hedwig."

"Yah, begitulah."

"Kau dapat surat dari Daddy-mu?"

"Iya. Tapi aku ingin membaca nanti saja. Sebaiknya kita segera habiskan makanan ini lalu ke kelas Prof. Flitwick."

Mereka berjalan ke kelas Mantra bersama beberapa anak dari Hufflepuff dan si trio kembar. Al berjalan sambil membaca buku Mantra-nya. Scorpius sedang asik mengobrol bersama Scorpius. Si trio kembar sedang asik memainkan beberapa mainan yang Al yakin mereka beli saat mereka di Diagon Alley. Dan anak-anak hufflepuff tersebut hanya berjalan dalam diam.

"Selamat siang anak-anak."

Seorang pria berpostur kecil berdiri diatas tumpukan buku-buku tebal. Ia tampak sudah sangat tua. Berjanggut putih panjang dengan topi kerucut dan baju jubah berwarna biru.

"Hari ini memang hari pertama, tetapi aku ingin kalian langsung belajar―Ah, mungkin kita perlu sedikit perkenalan. Aku Filius Flitwick, kalian bisa memanggilku Prof. Flitwick. Kelas sebelum kalian di pagi ini sudah bisa dasar-dasar dari teori mantra levitasi. Ada yang bisa menjelaskan?"

Al mengangkat tangan.

"Ya, Mr.―?"

"Potter, Sir. Mantra Levitasi adalah mantra yang sangat berguna untuk melayangkan sesuatu."

"Clever. Lima poin untuk Gryffindor. Ada yang bisa menyebutkan apa mantranya?" Tanya Prof. Flitwick. Al mengangkat tanganya lagi.

"Ah, Mr. Potter lagi."

"Ya, Sir. Mantranya adalah Wingardium Leviosa."

"Excellent. Lima poin lagi untuk Gryffindor. Jadi seperti apa yang tadi dikatakan oleh Mr. Potter. Mantra ini adalah mantra untuk melayangkan sesuatu. Dalam melakukan mantra, kalian perlu berkonstrasi pada apa yang akan kalian lakukan lalu kejutkan ke target. Dan sekarang, ayo kita lakukan―Tanpa tongkat terlebih dahulu, please. Oke, Ikuti aku. Wingardium Leviosa."

Semua anak yang ada di ruang itu mengucapkan mantra levitasi. Tak terkecuali Al. Ia sangat antusias dalam mengucapkan mantra itu.

"Sekarang coba kalian gunakan tongkat kalian untuk menerbangkan bulu yang ada di depan kalian."

Semua anak mencoba, namun tak ada yang melayang. Kecuali Al, terlihat bulu yang ada di depan Al terbang. Scorpius dan Rose yang duduk di sebelah Al tampak terkagum kagum. Seluruh anak tampak takjub akan Al, terlihat dari mereka yang mulutnya terbuka saking takjubnya.

"Wah, Hebat sekali Mr. Potter. Lihat, Ia berhasil melakukannya. Lima Poin lagi untuk Gryffindor." Rose dan Scorpius menyenggol Al dengan siku mereka. Dalam sehari, Al sudah dapat memberikan 15 poin untuk asrama mereka. Hebat, sungguhlah hebat. Mereka yang belum dapat melakukan mantra levitasi diberi esai untuk mendeskripsikan mantra levitasi serta kegunaannya dalam keseharian.

Bel berbunyi. Para siswa Gryffindor langsung berjalan menuju Green House. Mereka berjalan berkelompok. Al, Scorpius, Rose, dan trio Auckland berjalan bersama menuju Green House sambil mengobrol asyik hingga sampai di Green House. Mereka berenam berdiri berjejeran di tepi meja panjang yang penuh dengan tanaman satu jenis.

"Selamat datang anak-anak. Di Green House 1. Sebelum kita memulai pelajaran, sebaiknya kita berkenalan terlebih dahulu. Namaku Pomona Sprout, tapi kalian bisa memanggilku Prof. Sprout. Sebelum itu, ada yang ingin kalian tanyakan padaku?" Tanya Prof. Sprout ramah. "Tak ada? Wah baiklah. Kalau begitu, ayo kita mulai pelajaran hari ini. Yah seperti biasa, pasti ada sesi tanya jawab. Ada yang tahu apa pupuk yang paling cocok untuk segala tanaman sihir?"

Al memang benar-benar maniak angkat tangan. Kali ini Al yang pertama mengangkat tanganya.

"Ya, Mr. Potter?"

"Eh. Ya, pupuk yang paling cocok untuk segala tanaman sihir adalah kotoran naga."

"Excellent! Lima poin untuk Gryffindor." Anak Slytherin bersurak. Bukan tanda senang, tapi karena mereka tak suka Gryffindor mendapatkan poin. Ini membuat Al bergidik jijik. Syukurlah ia tidak masuk Slytherin.

Prof. Sprout menjelaskan segala tetek-bengek tentang pupuk kotoran naga hingga bel tanda pelajaran berakhir berbunyi. Mereka diberikan esai untuk mencari beberapa pupuk-pupuk lain dan kegunaannya―namun, tidak bagi Al. Dan mereka ber-enam segera berjalan bersama menuju menara Gryffindor.

"Astaga, sangat melelahkan." Kata Liam setelah sampai di common-room. Nampaknya mereka yang pertama sampai di sana hingga mereka dapat duduk berkelompok dikursi nyaman di dekat perapian yang tidak menyala api-nya.

"Sangat." Sahut Kian dan Peter bersamaan.

"Ayolah, kupikir asik kok. Jangan mengeluh. Padahal ini kan baru hari pertama." Kata Rose.

"Mungkin tidak. Astaga. Hari pertama saja kita sudah mendapat esai. Enak sekali jadi Al. Tidak mendapat satu esai-pun."

"Iya betul. Al memang pandai." Sahut trio Auckland hampir bersamaan.

"Ah tidak, aku hanya sempat membaca buku untuk pelajaran hari ini tadi malam. Aku memang selalu terbangun saat tengah malam. Jadi, kesempatan itu aku selalu gunakan untuk membaca."

"Wow. Aku tak menyadari kau terbangun." kata Scorpius.

"Tentu saja tidak akan ada yang mendengarkanku. Kalian―Scorpius, Kian, Liam, dan Peter―tertidur lelap sekali tadi malam."

"Benarkah? Mungkin karena kelelahan."

"Ya, mungkin kalian kelelahan. Oh iya, bagaimana kalau nanti malam kita mengerjakan esai bersama-sama? Sekalian minta dibantu Al supaya cepat selesai." Ide Rose bijak.

"Ah, ide bagus." Kata Liam.

"Oke, aku ikut." Kata Peter.

"Tentu aku ikut." Kata Kian.

"Aku juga!" Kata Scorpius sambil meringis.

"Semua setuju Al. Bagaimana, kau mengajari kami kan?" Mohon Rose pada Al.

"Eh? Baiklah. Tetapi kau harus mengajariku Transfigurasi. Tadi aku tak bisa melakukanya."

"Tenanglah. Kita akan belajar bersama. Peter, Kian, dan Liam, juga belum busa kok." Ungkap Rose tenang.

Setelah percakapan ringan mereka di kursi di dekat perapian selesai, mereka menuju ke kamar masing-masing. Mereka lalu mandi. Dan bersiap untuk mengerjakan esai mereka bersama-sama.

Malangnya, common-room penuh. Mereka-pun berujar bahwa di perpustakaan mungkin akan lebih dapat membantu mereka apabila membutuhkan beberapa referensi. Kemudian mereka masuk ke perpustakaan.

"Oke, kita mulai dengan mengerjakan esai mantra. Mungkin lebih baik kita mencari buku tentang mantra levitasi―Madam Pince, Madam Pince, apakah ada buku tentang mantra levitasi?" Panggil Rose, Madam Pince pun mendekat.

"Ada, kebetulan sekali sedang akan kukembalikan ke tempatnya. Ini." Tawarnya pada Rose.

Mereka menyalin buku itu dalam diam. Karena Al tidak diberi esai, ia hanya membaca buku dengan judul 'Tanaman Air Utara dan Kegunaanya' sambil sekali-kali menganggukan kepalanya tanda paham.

"Hah, selesai. Eh, astaga. Sudah hampir jam malam. Bagaimana kalo kita segera ke asrama kita?" Dan mereka segera kembali ke Gryffindor common-room.

TO BE CONTINUED

A/N : Terimakasih karena telah membaca fiksi ini. Sekali lagi, mohon beri kritikan demi kesempurnaan fiksi ini. Dan mohon bimbingan dari kalian untuk masalah 'Alur yang Terlalu Cepat.' Terimakasih. Dan sejujurnya, saya belum memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya. Apakah akan ada Slash Relationships, atau Straight Relationship. Tetapi mungkin akan cenderung ke Slash Relationship.