Aku melangkahkan kakiku lalu sontak berhenti. karena untuk pertama kalinya setelah sekian lama, mata ini diberikan kesempatan kembali memandang sosok yang selalu membuat jantungku melompat hendak keluar melalui celah celah tulang rusuk yang selalu kuyakini sebagian tercipta darinya.

Cara ia menatapku dengan kedua mata bulatnya, masih sama sejak pertama kali ia dan diriku saling terkunci dalam sebuah tatap, tatapan yang masih membuat ku jatuh tenggelam seakan diriku berada di milyaran air samudera membuat ku lupa akan caranya berenang, caranya menghirup oksigen, terjatuh dan hilang, a. ku. ter. je. bak. Terjebak di kedua mata kelam dalam sedalam samudera miliknya. Namun keterjebakan ku malah membuat diriku bisa bertahan lebih lama sekali didalamnya jika itu adalah dia.

DIA. Sosok yang sekarang melangkah menghampiriku, dengan senyum bodoh terlewat lebar miliknya menampilkan deretan gigi putihnya dan jangan lupakan saat ia mengutup bibir tebalnya akan muncul pemanis alami yang terpampang nyata diujung pipi kanannya, yup lesung pipit favoritku.

Dibanding dengan senyum bodoh miliknya, diriku tak kalah bodohnya mendapati DIA yang sudah berada beberapa langkah saja di depanku dan aku hanya diam tak bergeming tak mengindahkan tempat ku berdiri untuk kutinggalkan. Entah apa yang ada di pikirannya melihatku yang hanya memandanginya tanpa ekspresi tanpa sepatah katapun yang bisa keluar dari mulutku. BODOH. aku begitu bodoh.

Sampai beberapa detik kemudian jarak benar benar bukan penghalang lagi untukku menikmati kerinduan dari sosok yang sudah bertahta lama sekali di dalam hatiku.

Dapat ku lihat matanya mulai memerah, senyumnya tak sebodoh tadi, ia menunduk beberapa detik lamanya, terlihat bahu lebarnya bergetar, itu memunculkan persepsi di dalam diriku.

apakah dia menangis? kalau iya, kenapa ia menangis? apa ia juga sama merindunya denganku? tapi anehnya kenapa aku tak menangis? apakah diriku memang tak merindukannya?

belum juga pikiranku menjawab pertanyaan yang sebenarnya muncul dari pikiranku juga. ia terlihat mengusap matanya lalu kembali mendongak menatapku.

di detik kemudian ia berada seperkian meter tepat didepan wajahku, kami saling meratakan pandangan ke masing masing penjuru wajah, sampai DIA-

"Hi Bee"

PARK CHANYEOL seseorang dan satu satunya yang berhasil mengambil hatiku kembali menyuarakan satu diantara beribu yang kurindukan darinya.

_

.

.

.

By ememlight

Creeping In Your Heart

Main Cast:

Baekhyun Chanyeol

Other cast:

Exo members and find it yourself, bertambah seiring jalannya cerita.

Warning:

Yaoi - BxB - BL

Rate:

T

Disclaimer:

Isi cerita seutuhnya hasil pemikiran dan imajinasi author emem, apabila ada kesamaan cerita itu murni ketidak sengajaan, All Cast seutuhnya milik SM dan TYME

Note:

Saya bukan penulis yang baik JUST ENJOY THE STORY, gak suka? It's okay don't read this story. Suka? Please don't be siders tinggalkan vote and comments.

PLEASE DON'T PLAGIAT, DON'T REMAKE, DON'T COPY MY STORY.

.

.

.

_

Chapter 1

Pagi ini seperti biasanya aku selalu disibukkan dengan kegiatan untuk berbenah diri sebelum berangkat kesekolah, pagi ini ibu kembali mengelegarkan suara indahnya memenuhi penjuru ruangan yang ada di rumah kami. Mau tak mau aku dan Ayah pastinya akan segera bangun.

Aku kesekolah berangkat menggunakan bus, walaupun Ayah ke kantor menggunakan mobilnya aku tak pernah meminta untuk diantar walau sebenarnya Ayah selalu meminta ku untuk diantar. Alasannya sederhana, karena aku tak mau merepotkan Ayahku karena sekolahku dan kantor Ayah berbeda arah.

Aku terdengar seperti anak yang baik ke orangtuanya bukan? sebenarnya itu hanya alasan lainku dan alasan sebenarnya karena dia. Park Chanyeol. Namanya yang kuketahui dari Nametag yang tertera di baju seragamnya.

Chanyeol selalu berdiri di sampingku sambil memegang pengaman yang tersedia di langit-langit bis. Penampilannya bisa dibilang jauh sekali dari namanya kerapian siswa pada umumnya. Bajunya nampak terlihat kusut, kerah bajunya terbuka karena tiga kancing teratas ia biarkan terbuka begitu saja, dan rambutnya aku rasa ia hanya menatanya dengan jari-jari tangannya.

Aku cukup heran dengannya. Ia selalu saja berdiri tepat di sampingku walau kenyataannya terdapat kursi yang kosong diberbagai tempat dan salah satunya di sampingku. Dan itu sudah berlangsung selama seminggu sejak pertama kali aku masuk sekolah menengah atas dan mulai nekat ke sekolah menggunakan bus, berangkat maupun pulang sekolah.

Walaupun selama seminggu ini aku sering memerhatikannya, namun tak pernah sekalipun aku dan Chanyeol saling berbincang satu sama lain.

Setibanya di sekolah, Chanyeol langsung turun dari bus dan tak memandangku, cih memangnya ia harus. Aku selalu turun setelah ia sudah berjalan sangat jauh memasuki area sekolah. Aku jarang meli.. ups ralat, maksudku aku tak pernah melihatnya ketika di sekolah aku tak tahu ia berada di kelas mana ataupun berada di tingkatan apa.

Aku memasuki kelas dan langsung menghampiri teman karibku. Dia adalah Luhan, teman yang selalu menemaniku selama seminggu ini.

"Hi Baek" ucapnya.

aku membalasnya dengan mengangkat kedua alisku, dapat aku lihat ia hanya tersenyum, akupun menarik kursi dan duduk di samping Luhan. Beberapa menit kemudian pelajaran berlangsung.

Pelajaran berlangsung dengan khitmat dan jangan lupakan hadiah terakhir yang diberikan dari kegiatan tadi, yahh apalagi kalau bukan tugas, i think tugasnya cukup sulit untuk kukerjakan seorang dan sebuah lampu menyala tiba-tiba muncul di atas kepalaku.

[ Creeping In Your Heart ]

Setelah mengantri untuk mengambil makanan bersama murid lainnya, Aku dan Luhan berjalan dan memilih sebuah meja di sudut dekat dengan jendela sebagai tempat yang cocok untukku dan Luhan menyantap makanan kami.

Aku dan Luhan berbincang berbagai hal selama kami menyantap makanan masing-masing. Sampai sesuatu yang beberapa menit lalu terancang di otakku ku lampirkan ke Luhan.

"Lu? ngerjain tugasnya bersama yah, kamu maukan?" Aku mulai menyantap makananku lalu kemudian menatap Luhan yang tak memberiku respon apapun.

"Lulu~"

"Wae? Jangan tatap aku dengan mata puppymu itu. Itu sangat menyulitkan ku untuk berkata tidak"

"Assa! ku anggap itu sebagai ia" Saking gembiranya aku tak tahu suaraku yang kurasa sudah sangat kecil mampu membuat beberapa orang yang berdekatan dengan meja kami menoleh dan memberi tatapan aneh.

"Baek pelankan suaramu, itu membuatku malu di tatapi beberapa orang" Luhan berbisik ke arahku sambil memplototkan matanya ke aku.

"Kau fikir kau saja apa yang malu, tidak tahu saja kalau aku juga sedang menahan malu Lu" tanpa menghiraukan beberapa pasang mata yang masih memandang ke arah kami aku menyantap kembali makanan ku.

"Makanya sudah berapa kali kubilang un_"

"Oke arasseo, Kau bener bener terlihat seperti ib_" Aku memandang ke Luhan tanpa sadar mataku juga menatap sosok yang tak asing dimataku berada jauh di belakang Luhan berdiri tegak dengan gayanya yang selalu ku perhatikan selama seminggu ini menatap ke arahku "Chan-yeol?"

"Chanh apa?" Luhan mengernyit tak paham.

"Chanyeol Lu" Aku tak bisa untuk tidak terkejut, ini pertama kalinya aku melihatnya di sekolah. Ia masih memandangku namun detik berikutnya kulihat seorang wanita yang berdiri tak jauh darinya mengalungkan tangannya di lengan Chanyeol lalu mengajaknya beranjak dari kantin.

Ada yang aneh dengan perasaan ku saat kulihat sosok Chanyeol, senang atau marah kah? entahlah aku tak bisa membedakan nya.

Aku masih menatap kepergian Chanyeol, dapat ku lihat ia berbincang bincang dengan beberapa kawannya dan si wanita tadi yang terlihat begitu akrab. Memperhatikan Chanyeol membuatku membuang nafas berat. Sampai sebuah tangan melayang dan bergerak-gerak di depan wajahku membuatku sadar dan menoleh ke sang empunya "Heeellooooo Baek~" Luhan menoleh sejenak kebelakang lalu kembali melirik ke arahku.

"Siapa tadi yang kau bicarakan Baek, aku yakin kau berbicara tentang chann.. channn apa tadi yahh"Luhan tampak terlihat berpikir aku hanya geleng-geleng melihat tingkahnya.

"Sudahlah Lu, tak usah kau fikirkan. Hanya seseorang yang tak mengenalku" Ku teguk air mineral ku lalu berlalu meninggalkan Luhan, aku berjalan menaruh nampan makananku lalu beralih ke wastafel untuk mencuci tanganku terlebih dahulu. Sedari tadi kudengar luhan yang terus memanggil namaku, namun aku tak ada mood buat monoleh dan menanggapinya.

"Yyak Baek! kau berhutang satu penjelasan padaku" Luhan yang sudah berdiri di sampingku langsung melempariku sergahannya.

"Hanya seseorang yang tak kukenal dan juga tak mengenalku"

Sambil berlalu meninggalkanku, kulihat Luhan menutup kupingnya "Aku tak dengar itu, pokoknya kau berhutang satu penjelasan padaku"

Anak itu benar-benar keras kepala, aku masih membasuh tanganku sampai suaranya kembali menerpa rongga telingaku.

"Yyak Baek! mau sampai kapan kau membasuh tanganmu itu. Cepat! pelajaran sudah mau di mulai!"

[ Creeping In Your Heart ]

Langit jingga yang mulai nampak di ufuk timur menandakan bahwa sekolah telah usai sejam yang lalu.

Well, salahkan Luhan yang memintaku menemaninya menjadi anak sok baik dan sok pintar untuk membantu merangkum nilai yang disuruhnya oleh wali kelas kami.

Dan disini lah diriku, duduk manis di halte bus yang tak jauh dari sekolah. Berjalan ke halte bus terdekat dari sekolah dan menunggu bus memakan waktu setengah jam. Aku benar-benar mengutuk Luhan, yang seenak jidat meninggalkan ku karena sopirnya telah menjemput nya terlebih dahulu. yahh walaupun dia sempat menawarkanku tumpangan, dan entah malaikat apa yang membisikku sehingga aku menolaknya dengan alasan arah jalan rumah kami berbeda, dan persetan dengan itu semua, aku benar-benar menyesalinya sekarang. sangat.

Ku lirik jam yang ada di ponselku, tak lama ponselku bergetar lalu kemudian muncul notifikasi pesan. Bisa kutebak, itu pasti dari ibuku. Dan benar saja itu benar dia.

'Kenapa kau belum pulang Byunnie? Ibu mencemaskanmu'

Terbesit rasa hangat menjalar di dadaku, eheii ibuku benar-benar sedang mengkhawatirkan ku. tanpa menunggu lama, kubalas pesan ibu.

'tak kusangka ibu mengkhawatirkan ku, hehe. Jangan cemas bu aku sekarang sedang perjalanan pulang. nanti kuceritakan setelah tiba dirumah..'

ku tekan tombol send, dan semenit kemudian ponselku kembali bergetar.

'ibu siapa yang tak mengkhawatirkan anaknya pulang telat seperti ini tanpa informasi. cepatlah pulang, ibu benar-benar akan membakar poster ZEiN milikmu jika kau sampai larut malam'

aku bergidik ngeri membaca pesan ibu, seolah olah ia sedang berada di depanku dan mengancamku dengan jurus handalnya, walaupun begitu aku seperti anak lainnya, sangat menyayangi ibuku.

sudah hampir 30 menit namun bus yang kutunggu belum juga tiba, warna kemerahan di ufuk timur mulai berubah menjadi gelap. Kulirik ponselku lagi, sudah hampir jam 7 malam. Dan sekarang sangat kusesali tawaran Luhan tadi, ohh andai saja waktu dapat berputar.

setelah 45 menitan aku menunggu dengan gelisah, bus yang akan kutumpangi tiba. Aku merubah posisi tasku dan menggendong nya di depan.

Setelah membayar dengan kartu, seperti biasa aku akan mengambil tempat duduk di dekat jendela. kulirik kesegala penjuru bus, hanya ada 3 penumpang, yaitu aku, seorang wanita dengan setelan yang rapi dan satu anak kecil di pangkuannya dan bisa ku tebak itu adalah sepasang ibu dan anak.

Pandanganku kemudian beralih pada pegangan di langit-langit bus, membuatku merasa berbeda karena tak ada sosoknya. yups. sosok. Park. Chanyeol.

Aku merasa tidak adil, aku mengetahui namanya tanpa adanya perkenalan, dan dia? bisa kutebak pastinya tidak mengetahui namaku ataupun diriku. Namun mungkin bisa jadi ia juga mengetahui namaku bukan, aku juga memasang nametag diseragam sekolahku. seminggu ini walau sekali pastinya ia membacanya atau pernah membacanya. Ais aku rasa ia tidak bisa membaca, melihat bagaimana penampilannya yang terlihat berantakan. yah aku yakin itu. Eh? tunggu sebentar. kenapa seketika aku memikirkan lelaki itu? aiss jinjja bodoh. bodohnya diriku. dia kenal diriku saja tidak.

Aku mencoba menghilangkan dirinya dari pikiranku dengan headset yang sudah terpasang di kedua telingaku. Ku putar lagu ZEiN favoritku dan menaikkan volumenya hingga full, selebihnya aku membiarkan diriku terlelap.

Perjalanan hingga halte terdekat rumahku memakan 20 menitan, dapat kurasakan sudah dua kali bus berhenti, mungkin mengambil penumpang lainnya. Dan saat ini sudah kali ketiganya. dan satu pemberhentian lagi maka diriku akan tiba di halte dekat rumah.

2 menit setelah bus kembali berjalan, aku yang masih setia memejamkan mata dan memeluk tasku, mulai merasakan seseorang mengambil tempat duduk yang berada tepat di sampingku. Tak kuhiraukan dan diriku masih setia menyenandungkan dalam hati lagu ZEiN.

Tak beberapa lama kemudian, aku merasakan seseorang mengguncang badanku. Mungkin karena aku tak menghiraukannya makanya ia menarik paksa headsetku.

Walaupun begitu tindakannya benar-benar tidak sopan!

Dengan cepat aku menoleh ke samping "yyaakk! kenapa ka_" What the!!!!!!!!!!!! "Chan-yeol?"

Chanyeol? dia Park? Chanyeol? yah aku masih ingat jelas wajahnya, bisa kuyakini itu memang dia, wajahnya yang sangat dekat denganku duduk tepat di sampingku, menatapku lekat dengan kedua bola matanya. Dia yang selama seminggu ini terus terjebak bersamaku di bus yang sama. But why? Why hes gonna home?

Dapat kulihat matanya mengerjap berkali-kali.

"Kau?_"

Ohh ini pertama kali nya kudengar suaranya, suara baritonenya begitu berat namun sangat pas bila ia yang mengucapkannya.

"Kenapa bisa tau namaku?"

Zerrrtt!

Bagai disambar petir, aku baru sadar bahwa tadi aku baru saja mengucapkan. menyebutkan. namanya. secara. langsung. dan. tanpa. kusadari.

Oe-oettokkeeee?!...

[ Creeping In Your Heart ]

"Aku pulang!" aku membuka kedua sepatuku, setelahnya berjalan menuju ruang tamu. Dapat kulihat ibu yang masih mengenakan apron dan spatula di tangannya keluar dari arah dapur.

"Byunnie? dari mana saja kau nak?"

Kulirik ibu sejenak, lalu kurebahkan diriku ke sofa. Suara langkah kaki mendekat nampak terdengar jelas.

"Yyak tuan Byun, kalau ibu sedang bertanya seharusnya kau menjawabnya"

"Eihh waeyo bu?" Kuangkat tanganku lalu kuselipkan di kepala kujadikan sebagai bantalan.

"Darimana saja kau tuan Byunnie yang terhormat? apakah kau tak lihat ibumu ini menunggumu sedari tadi dengan perasaan gelisah"

"Bu? kenapa kau melankronis sekali. Aku tadi cuman memban_" Tanpa sadar aku mengendus-enduskan penciumanku, dan bau tak asing nampak kurasa "Ibu masak ceker pedas merah? eihh sedap sekali baunya"

"Astaga! masakan Ibu" Ibu dengan cepat kembali ke arah dapur, belum sempat ia memasuki dapur ia kembali berbalik memandangku.

"Byunnie sebaiknya kau ke kamarmu sekarang, bersihkan dirimu setelah itu lekas turun dan makan malam, Ayah tak lama lagi akan pulang"

"Nee..." Aku mengambil tasku lalu berjalan ke arah kamar yang terletak di lantai dua. Ohh my lovely room. Kuhempaskan tubuhku di atas kasur dapat kurasakan bantal dan seprai ku yang terasa dingin dan itu membuatku nyaman saat mataku rasanya ingin mengarungi mimpi, seketika kejadian tadi membuatku terlonjak. Ohh sial! itu sangat sangat me. ma. lu. kan. kuambil bantal dan coba ku tutupi kepalaku dan bergerak kesana kemari diatas kasur. sesuatu menghentikan ku sampai

Bruukk!

"Ahkk appo" ku elus-elus pantatku yang sakitnya bukan main. tapi seketika ingatan itu kembali, rasa sakitnya seketika hilang tergantikan rasa malu.

*flashback*

"Kau? kenapa bisa tau namaku?"

Ku alihkan pandanganku ke arah luar jendela, mencoba bertindak bahwa aku tak mengenal-memang tak mengenal- lelaki yang sedang duduk disampingku dan ohh jangan lupakan wajahnya yang terus menatap kearahku.

"Hey," Ia kembali berucap.

Ku yakinkan diriku untuk bertindak biasa saja walau sebenarnya sekujur tubuhku sudah dipenuhi peluh-peluh keringat yang tersembunyi di balik seragamku.

"Ahh maaf, tadi anda bilang apa"

Dapat kulihat keningnya sedikir berkerut dan sedikit memicingkan mata bulatnya.

"Kau? tau namaku bukan. Kau menyebutkannya tadi"

Sial! kenapa lelaki ini membahas kejadian tadi, aku tak tau harus berkata apa untuk menghindarinya.

"Aku tidak. ngomong-ngomong kenapa kau menarik headsetku kasar, itu sangat tidak sopan jika kau ingin tau" Ku coba mengalihkan pembicaraan.

"Ahh itu, aku minta maaf. tapi sedari tadi aku sudah memanggilmu namun kau tak meresponku" Ia berucap sambil menggaruk tengkuknya.

Aku hanya mengangguk, belum sempat aku kembali bertanya ia lebih dulu mengajukannya.

"Tapi kurasa dan sangat nyata kau.. menyebutkan namaku tadi" Ia berucap dengan nada senduh.

Ohh apakah tidak ada pembahasan lainnya, aku benar-benar tak tau harus berucap apa.

"Maaf Chanyeol-ssi tapi aku benar-benar tidak mengucapkannya tadi, aku harap kau pah_"

"Kau bilang apa?" Ia memplototkan mataku seolah memintaku dengan cepat membalas ucapannya.

"Hah?" Aku bingung. sumpah.

"Kau menyebutkannya barusan. Chanyeol. Park Chanyeol. itu namaku"

Zertt!

Petir kedua mengenaiku lagi. Oh no! dan sekali lagi kenapa aku tak sadar menyebutkannya dan itu sangat nyata dan suaraku yang kurasa cukup didengar oleh para penumpang lainnya tak tau harus mengelak apa lagi.

Ku lihat kesekitaran jendela, dan dewi fortuna sedang berpihak kepadaku. Bus berhenti tepat di halte dekat rumahku. tanpa ku hiraukan Chanyeol. Aku kemudian berdiri dan buru-buru keluar dari bus tersebut.

ia sempat menahan tanganku saat ku coba melewatinya.

"Maaf, tapi saya harus turun. Kita bicara lain kali saja okey" Ku lepaskan genggaman tangannya secara perlahan.

Dan lagi, aku mengutuk diriku yang berucap seperti itu, secara tak langsung berarti aku meminta Chanyeol untuk berbincang lagi denganku bukan?

.

.

.

CREEPING

IN

YOUR

HEART

.

.

.

[TBC]

Next or End?