Disclaimer: Masashi Kishimoto

Warning: Yaoi, gaje, OOC, M-preg (mgkn) dan hal-hal lainnya.

Pairing: NaruxSasu

Rating: M for Mature and Sexual content


My Wife and My Son

.

.

(Part 1)

Hi, Dobe, He's Your child


Aku hanya seorang remaja cowok biasa yang setiap hari pulang dan berangkat sekolah. Sungguh! Tidak ada yang istimewa denganku. Setiap pagi aku selalu menatap keluar jendela dengan malas tanpa memperhatikan guru yang sedang bercuap-cuap didepan kelas.

Sesekali aku mengacak rambut blondeku karena bosan sambil bergumam 'kapan bisa pulang?' Yup! Itulah aku setiap hari. Berangkat sekolah, menguap lalu pulang.

Tetapi kejadian hari ini mengubah seluruh kehidupanku.

.

Aku menatap seorang murid baru berambut raven dan bermata onyx itu. Cowok itu datang ke kelas dengan membawa seorang anak laki-laki berumur 4 tahun.

Cowok raven itu menatapku, lalu bibirnya mengatakan sesuatu yang membuatku hampir mati muda, cowok itu bilang, "Naruto, ini anakmu..."

"H..He?" Otakku yang bodoh tidak dapat mencerna perkataannya. Cowok itu menggendong anak tadi lalu berkata dengan lembut.

"Ayo beri salam pada ibu." Kata cowok raven tadi sambil menyuruh anak tadi berjalan ke arahku.

"Ma..Maa..." Teriaknya gembira.

Aku cengo selama 5 detik, kemudian...

"APAAAA!"

.

.

.

Padahal ini adalah jam istirahat tetapi aku malah berada diruang guru dan duduk didepan guru konseling yang misterius. Guru bermasker itu menatapku. Aku balas menatapnya tidak peduli sedangkan cowok raven itu masih menggendong anak laki-laki tadi dipangkuannya.

Kakashi-sensei, nama guru itu, hanya menatapku curiga.

"Naruto, sebenarnya apa yang terjadi? Apa kau menghamili murid cewek atau wanita yang tidak kau kenal?" Tanya Kakashi. Aku hampir menjambak rambut pirangku dengan kesal.

"For God's Sake! Aku bahkan belum pernah pacaran! Bagaimana aku bisa menghamili cewek?!"

Kakashi bangkit dari kursi lalu berjalan mondar mandir diruangannya, "Mungkin kau selingkuh dengan wanita yang bersuami?"

Urat kesabaranku hampir putus, kalau bisa aku menjambak rambutku lebih keras lagi aku bakal menjambak rambutku hingga botak, "Mana Mungkin! Jangankan dengan ibu-ibu dengan cewek ABG saja belum pernah pacaran!"

Kakashi mendesah pelan lalu melirik cowok raven itu, "Tadi... Kau bilang namamu siapa?"

Cowok raven itu menatap Kakashi, "Uchiha... Sasuke Uchiha."

"Ok, Sasuke... Katakan padaku, anak siapa itu?" Tanya Kakashi sambil menunjuk anak laki-laki yang merangkak dipangkuannya.

Sasuke mengelus lembut kepala anak itu, "Anak dari Naruto..."

"Aku Tidak Punya Anak!" Teriakku sambil menggebrak meja.

"Naruto, tenang..." Kata Kakashi lagi. Naruto mendengus lalu duduk kembali. Mata pria berambut silver itu beralih menatap Sasuke.

"...Kamu bilang anak ini anak Naruto, kalau boleh tahu, anak Naruto dengan siapa? Siapa ibu anak ini?" Tanya Kakashi lagi.

Sasuke tidak menjawab, matanya menatap Naruto dan Kakashi bergantian.

"Ibu anak ini adalah Naruto dan aku adalah ayahnya."

"SEE! DIA GILA!" Teriakku lagi sambil menunjuk Sasuke. Kakashi memijat keningnya.

"Sasuke..." Kakashi angkat bicara lagi, "...Naruto cowok, dia tidak mungkin ibu anak ini."

Naruto mendengus, berusaha menenangkan pikirannya.

Cowok raven itu terlihat menggigit bibir bawahnya, "Tapi di duniaku, Naruto adalah cewek... Aku dari masa depan... Naruto sekarang mungkin cowok, tapi dia akan berinkarnasi menjadi cewek di kehidupan mendatang."

"I'M DONE! CUKUP DENGAN OMONG KOSONGNYA!" Naruto bangkit dari kursi, dia sudah cukup gila untuk kehidupan sehari-harinya, dia tidak mau bertambah gila lagi, apalagi harus meladeni cowok cantik berambut raven yang mengaku sebagai suami Naruto. Hell No! Yang benar saja! Naruto itu keren, macho dan tubuhnya atletis, mana mungkin jadi seorang istri, walaupun harus menjadi gay, setidaknya Naruto lah yang akan menjadi seme.

Kakashi menghentikan langkah Naruto yang ingin pulang.

"Ada apa lagi? Aku bosan dengan semua omong kosong ini." Kata Naruto lagi.

"Bawa mereka ke tempatmu, aku sudah tanya pada Sasuke, katanya mereka tidak punya tempat tinggal."

Naruto melongo tidak percaya, "Kau menyuruhku membawa mereka ke rumah? Ke tempat tinggal ku?..." Naruto mengangkat kedua tangannya, "...No Fucking Way!"

"Ayolah Naruto, tidak ada salahnya'kan?" Ucap Kakashi lagi.

"Ya tidak ada salahnya kalau mereka waras, tapi cowok itu gila!" Tunjuk Naruto pada Sasuke. Cowok raven itu menatapnya tajam.

"Aku tidak gila, Dobe!"

"Heh, yang benar saja! Kau gila, Teme!" Seru Naruto tidak mau kalah.

Sasuke menggangkat anaknya lalu menyodorkannya ke Naruto, "Lihat!... Dia anakmu! Lihat mata dan rambutnya! Dia benar-benar anak kita."

Naruto lagi-lagi mendengus tetapi akhirnya dia menatap anak itu juga. Anak laki-laki berumur 4 tahun itu memang mirip Naruto, ada tiga goresan dimasing-masing pipinya, mata kirinya berwarna biru sedangkan yang kanan berwarna onyx dan lagi rambutnya berwarna hitam mirip dengan Sasuke.

"Kau lihat?.." Jelas Sasuke lagi, "...Dia anakmu, anak kita, Dobe!"

"Aku mau pulang." Kata Naruto tidak peduli. Sasuke terlihat kecewa.

Anak laki-laki yang tidak tahu apa-apa itu menyentuh wajah sedih Sasuke, "Pa..Paa..."

Sasuke tersenyum lembut, "Papa tidak apa-apa, sayang..."

Naruto melirik Sasuke sekilas lalu menggaruk kepalanya dengan kesal, "Baiklah... Baiklah... Kalian boleh ikut aku pulang."

Sasuke tersentak kaget lalu menatap Naruto tidak percaya. Bibir cowok raven itu tersenyum, sedangkan Naruto hanya menggaruk kepalanya sebal.

"Tapi ingat..." Naruto berbalik menatap Sasuke, "...Katakan pada anak itu agar jangan memanggilku 'mama'... Mengerti?"

Sasuke hanya mengangguk senang.

.

.

.

Kushina menatap Naruto tidak percaya saat anaknya itu pulang ke rumah. Sedangkan Minato hanya ternganga begitu melihat Naruto membawa pulang seorang cowok dan seorang anak kecil.

Sasuke membungkuk hormat, "Apa kabar Ayah, Ibu... Untuk sementara ini, aku akan merepotkan kalian."

Anak kecil itu melihat Sasuke yang membungkuk lalu ikutan membungkuk di hadapan Kushina dan Minato, "Apa.. Abal...Melepotkan..." Katanya lagi berusaha bicara.

Naruto hanya mendengus lalu masuk ke rumah.

Kushina terlihat ingin mencubit pipi chubby anak kecil itu, "Imutnya..." Kata Kushina sambil menggendongnya, "... Namanya siapa, sayang?"

Anak itu terlihat gembira, "Lamen..." Katanya singkat, Kushina memiringkan kepalanya bingung.

Sasuke tersenyum, "Namanya Ramen..."

Naruto yang berada didapur hanya mendengus, "Nama macam apa itu?..." Naruto mengambil sebotol gelas air putih lalu menegaknya dengan nikmat, "...Aku yakin yang memberikan nama itu orangnya sangat bodoh." Sambung Naruto lagi.

Sasuke meliriknya, "Tapi kau yang memberikan nama itu."

-BRUUSSSHHH- Naruto hampir menumpahkan seluruh air yang diminumnya. Naruto tersedak. Dia melirik Sasuke dengan tatapan tajam tetapi cowok raven itu terlihat tidak peduli.

Minato berdehem sambil menepuk pundak Naruto, "Kita perlu bicara..."

Naruto sudah menduga pasti semuanya bakal runyam seperti ini. Dia hanya memutar bola matanya malas.

.

Kini mereka semua sudah berada di ruang tengah, Minato dan Kushina menatap Naruto dengan pandangan tajam. Sedangkan Naruto lagi-lagi terlihat tidak peduli.

Sasuke membuka suara, "Aku minta maaf, semua ini gara-gara aku membawa Ramen kesini..."

Kushina menggeleng, "Tidak Sasuke, yang salah adalah Naruto..."

Naruto kaget lalu menunjuk dirinya sendiri dengan bingung, "Kaa-san bilang aku yang salah?..." Naruto mendengus, "...Heh! Bagaimana mungkin?!"

Kushina balas menatap tajam, "Kalau kau punya anak harusnya bilang pada ibu! Jadi ibu bisa membelikan peralatan balita."

Naruto lagi-lagi menepuk kepalanya kesal. Ah iya, ibunya juga sama gilanya dengan Sasuke. Yang normal hanya dia dan ayahnya. Naruto melirik Minato yang sibuk menyesap kopinya dengan nikmat.

Minato berdehem, "Kita harus merayakan kehebatanmu, Naruto! Di umur 18 tahun begini kau punya anak, bukankah itu hebat, Kushina?" Tanya pria itu sambil tersenyum ke arah wanita berambut merah itu. Kushina mengangguk bersemangat.

Naruto menampar mukanya dengan kesal. Ah iya, dia lupa, keluarganya tidak ada yang normal sedikitpun, bahkan kakeknya Jiraiya, merupakan kakek hidung belang sedangkan neneknya wanita yang selalu awet muda.

Kushina mencubit pipi Sasuke, "Aku suka dengan menantu yang cantik begini."

Sasuke bengong sesaat, "Ta..Tapi... Aku suami Nar~"

"Baiklah, kita harus menyiapkan kamar untukmu dan Naruto, ayo Minato!" Ajak Kushina lagi sambil menyeret Minato ke kamar atas meninggalkan Sasuke yang masih bengong.

Naruto melirik cowok itu, "Percuma saja kalau kau bilang kau itu berperan sebagai suami, mana ada yang mau percaya."

"Kenapa?"

Naruto mendesah pelan, "Wajahmu itu terlalu cantik untuk dibilang suami. Coba lihat..." Naruto menyodorkan cermin, "...Wajahmu dan wajahku, siapa yang lebih cocok sebagai suami?"

Sasuke melirik Naruto lalu melirik dirinya sendiri, cowok raven itu menggigit bibir bawahnya. "Memang sekarang kau terihat keren, tapi di masa depan kau itu cew~"

"Tapi ini bukan masa depan, Teme. Dan sekarang aku cowok, bukan cewek, mengerti?" Jelas Naruto, malas berdebat dengan Sasuke.

Ramen merangkak ke arah Sasuke lalu menguap lebar, "Pa..Paaa.."

Sasuke menggendong Ramen lalu menyentuhkan tangan kecil Ramen kewajahnya, "Kenapa sayang? Kau ngantuk?"

Naruto melirik sekilas Sasuke yang bersikap lembut dengan anak itu. Entah kenapa, cowok itu terlihat memukau saat menggendong Ramen. Ucapannya dan sentuhannya, Naruto bahkan tidak percaya kalau cowok itu merupakan suaminya di masa depan. Lihat saja dia?! Tubuh langsing, putih dan cantik? Siapapun orang yang melihatnya pasti akan bilang kalau Sasuke tipe Uke.

Naruto menepuk kepala Ramen, lalu menatap Sasuke, "Kamar kita diatas, bawa Ramen kesana."

Sasuke mengangguk lalu permisi pada Naruto.

Cowok blonde itu mendesah lelah sambil menyenderkan kepalanya ke sofa. "Lama-lama aku bisa menjadi gila juga..."

.

.

.

Hari sudah berganti malam, tetapi Naruto masih terlihat sibuk memandikan Ramen. Anak kecil itu terlalu lincah.

"Ramen! Oiii!" Naruto terlihat mengejar anak kecil itu yang bertelanjang lari keluar dari kamar mandi. Dia tertawa senang.

Sasuke yang berada didapur hanya menengok sebentar, "Kau butuh bantuan, Naruto?"

Naruto melirik Sasuke dengan kesal, "Menurut loe?!"

Sasuke hanya tertawa kecil lalu berjongkok, "Ramen... Sini sayang..."

Anak kecil itu berbalik lalu berlari menuju Sasuke, "Paa..paaaa.."

Sasuke sudah menggendong Ramen lalu mengigit tangan anak laki-laki itu dengan lembut, "Kita mandi yuk, sayang..." Ramen hanya mengangguk senang.

Naruto lagi-lagi menggaruk kepalanya malas, matanya beralih ke kertas note di kulkas. Disana tertulis kalau Kushina dan Minato ada urusan sehinga mereka akan pergi untuk beberapa hari.

Naruto mendesah lalu duduk di kursi, "Kenapa aku bisa sial begini?..." Serius! Naruto sih sudah biasa ditinggal sendirian di rumah karena pekerjaan Minato sebagai aktor dan Kushina sebagai dokter di Rumah Sakit milik Nenek Tsunade. Orang tuanya benar-benar sibuk dengan pekerjaan mereka masing-masing, tetapi kali ini berbeda! Dia ditinggal dengan seorang cowok aneh yang asal usulnya tidak jelas dan seorang anak yang suka telanjang sambil lari-lari mengelilingi rumah.

Naruto melirik jam dinding, sudah pukul 8 malam, tapi makan malam juga belum ada, padahal daritadi perutnya keroncongan. Mata Naruto menatap dapur, Sasuke masih belum menyelesaikan pekerjaan memasaknya, sekarang cowok raven itu sedang sibuk memandikan Ramen.

"Ramen, Jangan!" Seruan Sasuke dari dalam kamar mandi membuat Naruto kaget. Cowok blonde itu bergerak menuju kamar mandi.

-Brak!- pintu kamar mandi dibuka dengan paksa, "Ada apa?!" Tanya Naruto dengan nada khawatir. Ramen berlarian di dalam kamar mandi, sedangkan Sasuke yang bertelanjang bulat berusaha menghentikan Ramen, dia takut anak itu nantinya akan tergelincir.

Naruto terdiam. Sasuke terdiam.

Cowok blonde itu tidak bisa berkata apa-apa begitu melihat tubuh telanjang Sasuke. Otaknya langsung kosong seketika. Entah kenapa, disekitar tubuh Sasuke terlihat kemilau-kemilau kecil, seperti adegan slow motion di TV dengan efek-efek cahaya disekitarnya. Oke! Mungkin terdengar berlebihan, tapi memang itu yang terjadi di pikiran Naruto.

Sasuke terlihat berusaha menutupi bagian bawah tubuhnya. Wajahnya berusaha menahan malu yang luar biasa, well, walaupun Sasuke bilang kalau Naruto adalah istrinya dimasa depan tetap saja... Naruto yang sekarang adalah seorang cowok remaja, lagipula mereka baru saja saling kenal.

Ramen mendekati Naruto, "Ma...Maa..." Lalu menarik tangan Naruto untuk ikut mandi.

"Ah... Tidak Ramen, Aku tidak mau mandi..." Jawab Naruto salah tingkah. Tetapi anak kecil itu sama keras kepalanya dengan Naruto, dia tetap menarik cowok itu masuk ke kamar mandi.

Sasuke kembali masuk ke dalam bak mandi, lalu melirik Naruto, "Ti...Tidak apa-apa'kan kalau Ramen ingin kau juga ikut mandi?"

Naruto berpikir sejenak, matanya menatap Ramen yang sibuk menarik tangannya lalu pandangannya beralih ke Sasuke. Well, secara teknis tidak ada salahnya mandi dengan anak kecil, lagipula Sasuke adalah cowok, jadi kenapa harus malu?

"Baiklah..." Kata Naruto lagi. Ramen terlihat senang ketika Naruto membuka bajunya. Sedangkan Sasuke menatap cowok blonde itu dengan kagum.

Kulit tan dan tubuh Naruto yang agak atletis terlihat jelas, terlebih lagi tatto yang berada diperutnya, yang makin membuat Sasuke mengagumi tubuh Naruto. Cowok raven itu tidak menyangka kalau Naruto versi cowok bisa sekeren ini. Selama ini dia hanya melihat istrinya, Naruto versi cewek yang manis dan periang.

Naruto ikut masuk dalam bak mandi bersama Sasuke dan Ramen. Anak kecil itu terlihat senang bermain air dengan Sasuke. Naruto melirik Sasuke sekilas.

"Jadi..." Naruto memulai pembicaraan, "...Umurmu 18 tahun sepertiku ya?"

Sasuke menggeleng pelan, "Umurku 30 tahun."

"Oh... 30 Tah~" Naruto terdiam sedetik kemudian... "...APA!" Naruto kaget hingga tanpa sadar dia berdiri dan membuat bagian bawahnya terekspos sempurna.

Sasuke mengalihkan wajahnya yang memerah. Pu..Punya dia... Lebih besar dari punyaku.. Sial! Jerit Sasuke dalam hati.

Naruto yang sadar, kemudian duduk kembali ke dalam bak mandi, "Ta..Tapi wajahmu... Kau terlihat masih berumur 18 tahun."

Sasuke berdehem sebentar, "Sudah aku bilang, aku terlempar dari masa depan sehingga distorsi waktu membuatku kembali ke diriku yang berumur 18 tahun."

"Ta..Tapi Ramen? Apa dia juga~"

"Tidak... Ramen memang berumur 4 tahun, dia tidak termakan distorsi waktu. Mungkin saat kami terlempar, aku memeluknya dengan erat." Kata Sasuke lagi sambil mencipratkan sedikit air ke wajah Ramen. Anak itu tertawa.

Naruto mendesah pelan. Entah dia harus percaya bualan om-om berumur 30 tahun yang berwajah remaja ini atau otak normalnya yang bilang kalau Sasuke gila. Tapi mana ada orang gila bawa anak kecil?

"Ngghhh.. Na..Naru..." Suara aneh tiba-tiba keluar dari bibir Sasuke.

Naruto melirik malas ke Sasuke, "Hm?"

Sasuke menatap cowok blonde itu, napasnya memburu, "A...Aku mau keluar dari kamar mandi..."

Naruto terlihat khawatir, "Kau sakit? Wajahmu merah.."

Sasuke menggeleng, "Bu..Bukan apa-apa..." Cowok raven itu berusaha keluar dari bak mandi tetapi sabun yang berada di lantai membuatnya tergelincir.

"Gwaaaa~" Sebelum jatuh, Naruto sudah menangkap tubuh Sasuke terlebih dahulu.

"Fiuh... Hampir saja." Kata Naruto. Cowok blonde itu mendudukkan Sasuke kemudian matanya beralih menatap bagian bawah Sasuke yang 'berdiri'. Wajah Naruto memerah.

"Ma..Maaf..." Kata Sasuke pelan, "Aku tidak dapat menahan diri..."

Sasuke berusaha menutupi bagian bawahnya. Ramen hanya menatap bingung 'barang' milik Sasuke, "Paa..paa.." Kata ramen sambil menyentuh ujung benda yang 'berdiri' itu.

"Ahhh.. Ra..Ramen.. Ja..Jangan... Ngghh.." Sasuke berusaha menahan desahannya. Naruto menutup mulutnya, matanya berusaha melirik arah lain. Sungguh pemandangan erotis.

Sasuke menyentuh tangan Naruto, cowok blonde itu sedikit tersentak.

"Na..Naruto..." Nada suara Sasuke terdengar memohon, terlebih lagi wajahnya yang manis. Naruto benar-benar tidak percaya kalau cowok manis di hadapannya ini adalah om-om berumur 30 tahun. Lihat saja tubuhnya, desahannya dan wajahnya.

Naruto menggelengkan kepalanya, "Sial..."

Ramen sekali lagi berusaha memegang 'milik' Sasuke. Sasuke berusaha menyingkirkan tangan anak itu, "Ja..Jangan.. Nghhh.. Ramen... Punya papa... Kotor...Ahh..."

Oke, ini tidak baik buat jantung Naruto! Serius! Sasuke terlalu erotis!

Sasuke menggenggam erat tangan Naruto, berusaha menahan getaran tubuhnya. "Ahhh...Haaahh..."

Pikiran Naruto berkecamuk. Sial.. Sial.. Sial...

Naruto mengulurkan tangannya berusaha menyentuh leher Sasuke. Sasuke sedikit mengerang nikmat ketika sentuhan tangan Naruto mengenai lehernya. Napas Sasuke makin cepat.

Ramen menatap dada Sasuke, "Ma..Maa..." Kemudian anak itu menghisap bagian bulat pink di dada Sasuke.

"Ahhh.. Ra..Ramen...Haaahhhh... Hhhh..." Sasuke mendesah geli ketika Ramen menghisap dadanya. Sasuke tahu kalau Ramen sepertinya kelaparan.

Naruto menyentuh dada Sasuke yang satunya lagi lalu menariknya pelan, "Hnnghhhh...Hhh.." Desahan erotis lainnya makin membuat Naruto mabuk.

Naruto meneguk liurnya susah payah, imannya tidak kuat menghadapi godaan hebat didepannya ini. Bodo'lah dengan om-om umur 30 tahun, yang jelas didepannya sekarang hanya ada seorang cowok remaja yang membuat libidonya naik seketika.

Naruto menyentuh milik Sasuke, membuat cairan kental pre-cum keluar perlahan dari ujungnya. Sasuke mengeratkan pegangannya di lengan Naruto. Tubuhnya bergetar. "Le..Lepas... Haahh... Aku... Nghh.. Mohon..."

Naruto suka menatap wajah Sasuke yang memohon seperti itu. Naruto menyeringai, dia menarik tangan Sasuke lalu menyentuhkan ke miliknya yang sudah 'berdiri'.

Sasuke terlihat enggan menyentuh milik Naruto, secara dia normal dan bukan gay dan sejenis homo lainnya lagipula Sasuke sudah punya anak.

"Kau tidak mau?" Tanya Naruto lagi sambil memegang barangnya dan menggesekan ke milik Sasuke. Cowok raven itu mendesah. Dia menatap miliknya yang ujungnya saling bergesekan dengan milik Naruto membuat jembatan cairan kental.

Ramen hanya menatap bingung orang tuanya itu, kemudian matanya beralih menatap milik Sasuke dan Naruto yang saling bergesekan. Tangan kecilnya menyentuh ujung milik Sasuke, berusaha memasukkan jarinya yang kecil ke lubang penis Sasuke.

"Ghaaghh...!" Sasuke tersedak kaget, sensasi geli dan sakit menjalari batang kemaluannya. Sasuke membuka mulutnya berusaha bernapas, cairan liurnya bergerak turun melewati bibir dan lehernya.

Naruto menatap Sasuke. Erotis, benar-benar erotis. Cowok blonde itu mengocok miliknya dan Sasuke dengan cepat.

"Haaahh... Hahhh...Hahhh..." Desah Naruto pelan. Naruto mengeratkan pegangannya di batang kemaluan Sasuke.

"Sa...Hhh... Sakit..." Sasuke berusaha bicara tetapi suara yang keluar hanya desahan dan erangannya.

Ramen masih tidak mengerti apa yang terjadi, anak itu berpikir kedua orangtuanya sedang bermain gelitik-gelitikan. Jari kecil ramen berusaha masuk lagi ke lubang kencing Sasuke, membuat Sasuke tersedak kaget untuk kedua kalinya.

"A..Aku mau...Keluar...Hhh... Nghhh..." Sasuke berusaha menyingkirkan jari Ramen dari ujung miliknya, "Ra..Hhh.. Ramen... Lepas... Ayah... Mau...Nghhh... Keluar..."

Naruto memeluk tubuh putih Sasuke, mendekapnya di dada.

Tubuh Sasuke mulai bergetar, cairan kental putih hampir keluar dari batang kemaluannya.

-Brak!- pintu kamar mandi terbuka, "Narutoo~~ Mama Pula~..."

-Crot-crot-crot- Cairan kental milik Sasuke muncrat ke wajah Ramen dan bagian tubuh Naruto.

Cowok blonde itu berbalik kaget memandang ibunya. Kushina terdiam, otaknya berusaha memutar kejadian yang baru saja terjadi. Belanjaan yang dibawa wanita itu berhamburan di lantai.

Tubuh Kushina bergetar, Naruto meneguk air liurnya ketakutan.

"Ka...Kaa-san... Ha..Ha... I..Ini bisa aku... Jelaskan.." Ucap Naruto dengan nada panik.

"NA~RU~TOOO!" Teriak Kushina mengakihiri adegan 'panas' malam itu.

.

.

.

Sasuke dan Ramen sedang sibuk bermain di kamar. Sesekali Sasuke melempar balon ke Ramen lalu anak laki-laki itu mengejarnya dengan semangat. "Kau pintar." Kata Sasuke lagi sambil menepuk lembut kepala Ramen. Anak itu tertawa.

Sasuke mengalihkan pandangannya ke jam dinding, sudah pukul 9 malam. Sudah satu jam sejak kejadian dikamar mandi tadi tetapi Naruto masih tidak keluar dari kamar Kushina. Sasuke pernah sekali ingin mencoba mengetok pintu, tetapi begitu mendengar beberapa pecahan piring dan barang dibanting dari arah kamar Kushina, Sasuke langsung menghentikan niatnya untuk masuk kesana.

Cowok raven itu mendesah, "Aku harap Naruto baik-baik saja."

"Pa...Paaa..." Ramen menyodorkan balon yang baru saja ditangkapnya ke Sasuke. Sasuke tersenyum lembut.

-Cklek- Pintu dibuka perlahan, Sasuke segera berbalik menatap ke arah pintu. Ramen ikut-ikutan mengikuti arah pandangan Sasuke.

"Ma..Maaa.." Ramen berlari menuju Naruto yang baru saja masuk ke kamar. Naruto mendengus kesal lalu menendang pelan anak itu. Ramen terguling perlahan dilantai, berdiri lalu berlari menuju Naruto lagi.

Sasuke berjalan ke arah Naruto, "Kau tidak apa-apa? Apa Kushina masih marah?" Sasuke berusaha memeriksa tubuh cowok blonde itu, tetapi tidak ada luka yang serius, hanya memar di bagian wajahnya.

"Hum.." Jawab Naruto singkat.

"Ma..Maa..." Ramen memeluk kaki Naruto. Cowok blonde itu menendang pelan Ramen lagi. Anak laki-laki itu terguling lagi di lantai, kemudian berdiri lalu tertawa sambil berjalan ke arah Naruto. Cowok blonde itu mendesah pasrah.

"Apa Kushina-san marah denganku juga?" Tanya Sasuke khawatir. Naruto meliriknya sebentar lalu duduk bersila.

"Dia tidak mungkin marah padamu."

"Kenapa?"

"Mana aku tahu..." Jawab Naruto seadanya. Ramen duduk dipangkuan Naruto.

"Ma..maa... Balon.." Ramen menyerahkan balonnya ke Naruto. Naruto mengambilnya lalu melemparnya ke pojokan kamar. Anak itu tertawa senang lalu mengejar balon nya.

Sasuke duduk di sebelah Naruto, "Maaf... Ini salahku..."

Naruto menguap, "Sudah kubilang kau tidak salah."

Sasuke memainkan jarinya, "Soal di kamar mandi itu... uhm..."

-Deg- Jantung Naruto tidak karuan. Wajahnya tiba-tiba memerah ketika mengingat kejadian dikamar mandi tadi.

"...Aku minta maaf." Sambung Sasuke.

Naruto melirik Sasuke, lalu mengusap kepala cowok raven itu lembut, "Hm... Sudah kubilang tidak ada yang perlu dimaafkan, Teme."

"Cepat tidur sana. Sudah malam, besok kau sekolah juga kan?" Kata Naruto yang ditanggapi dengan anggukan Sasuke.

Sasuke menatap ramen, "Ramen, ayo tidur." Sasuke merentangkan kedua tangannya. Anak itu langsung menuju ke pelukan Sasuke.

Sasuke mencium kening Ramen, "Ayo bilang pada Naruto-san selamat tidur."

Ramen menatap Naruto. "Selamat tidul, Mama..."

Naruto mendengus, "Jeezz, bisa katakan padanya untuk berhenti memanggilku mama? Panggil papa atau apalah, terserah... Asal jangan mama."

Sasuke tertawa kecil, "Baiklah...Baiklah."

.

.

.

"Ngghh..." Sasuke menggeliat difutonnya, cahaya mentari pagi menyeruak masuk melalui celah-celah jendela. Cowok raven itu mengucek matanya perlahan lalu berusaha bangun dari tempat tidur empuknya.

Sebuah tangan dipinggangnya membuatnya susah bergerak, Sasuke melirik seseorang yang memeluknya dari belakang. "Dobe, bangun. Aku tidak bisa bergerak."

Cowok blonde itu menggeliat malas, "Ugh, matikan lampunya... Silau."

"Dobe, ini sudah pagi." Kata Sasuke lagi.

Naruto menguap lebar, "Jam berapa sekarang?"

Sasuke melihat jam dinding, " Jam setengah enam."

Naruto berbalik memeluk guling, "Bangunkan aku satu jam lagi."

Sasuke menggeleng melihat kelakuan Naruto. Mau bagaimana lagi? Naruto hanya seorang remaja. Seorang anak-anak. Berbeda dengannya yang berumur 30 tahun yang terjebak ditubuh anak remaja.

.

Sasuke sudah berpakaian seragam sekolah, dia menuruni tangga menuju arah dapur.

"Selamat pagi." Kata Sasuke lagi. Kushina yang sedang menyiapkan sarapan hanya tersenyum kearah cowok itu.

"Bagaimana tidurmu? Nyenyak?" Kushina menaruh sepiring roti di depan Sasuke.

"Ya..." Sasuke menggigit rotinya lalu meneguk jus jeruk yang diberikan Kushina, "...Ano...Kushina-san, soal tadi malam."

"Jangan dipikirkan..." Kata Kushina memotong pembicaraan Sasuke, "...Aku minta maaf padamu, Naruto sudah berbuat aneh-aneh padamu." Sambung Kushina lagi sambil merapikan bak cucian.

"Ti..Tidak... Aku yang harus minta ma~"

"Kaa-san... Pagi..." Suara Naruto membuat Sasuke menghentikan kalimatnya. Cowok blonde itu sudah berpakaian seragam sekolah, hanya saja bajunya tidak rapi, dia bahkan tidak memakai dasinya, jas yang tidak dikancing, baju seragam putih yang kancing atasnya terbuka. Benar-benar tipe berandalan.

"Rapikan bajumu." Kata Sasuke lagi, Naruto meliriknya malas.

"Diamlah, Teme. Cepat habiskan sarapanmu lalu kita pergi..." Naruto memasukkan satu potong roti langsung kemulutnya, "Bawa Ramen juga, soalnya Kaa-san nanti akan bekerja, Tou-san juga tidak ada."

Sasuke hanya mengangguk, Kushina melirik Sasuke yang naik ke lantai atas lalu pandangannya beralih ke Naruto, "Hei..." Kushina mulai berbisik, "...Tadi malam bagaimana?"

"Bagaimana apanya?"

Kushina cekikikan, "Oh, Ayolah... Kalian pasti melakukannya lagi'kan?"

-Bruusshh- Naruto menyemburkan jus jeruk dari mulutnya, "Apa-apaan sih, Kaa-san!" Naruto terlihat membersihkan pinggiran mulutnya. Memang susah punya seorang ibu yang fujoshi akut, bahkan tadi malam saking senangnya melihat Naruto melakukan adegan 'Nista' di kamar mandi dengan Sasuke, Kushina melemparkan semua DVD Yaoi koleksinya untuk dipinjamkan ke Naruto sampai-sampai lemparan DVD dan buku Kushina mengenai wajah Naruto hingga memar-memar.

Kushina menatap Naruto dengan penuh harap, "Kalau kalian melakukannya lagi, video'kan untuk Kaa-san mu yang cantik ini ya?"

"Tidak ak~"

"Naruto..." Sasuke turun dari tangga sambil menggendong Ramen, "...Yuk berangkat." Kata Sasuke lagi. Naruto tidak menyelesaikan kalimatnya tetapi memilih mengambil tasnya lalu berjalan ke pintu depan.

Kushina melambai dari arah dapur, "Semangat ya kalian berdua! Naruto jangan lupa ya, videonya!"

Sasuke melirik Naruto curiga, "Video apa?"

Cowok blonde itu menatap Sasuke, "Video discovery channel. Perkembang biakan hewan." Sasuke hanya ber'Oh' saja mendapat jawaban dari Naruto.

.

.

.

TBC

Yup Maaf bagi yang gak suka mpreg (bner gak?) macam begini (_ _)

RnR Please ^O^