A NaruSasu Fanfiction
" BELOVED PILOT "
Masashi Kishimoto
Naruto U,. / Sasuke U,.
Romance / Family
Rated : T
Author : GingerJelly
Disclaimer : Masashi Kishimoto
Yaoi, boy x boy, mpreg, ooc, au, abal, T semi M (soalnya ada kecut2 nyempil dikiiit), tema yang pasaran kek buah pisang hohoo
Don't like don't read it okay. Happy reading minna, tinggalin jejak buat jell yaa :*
Cover isn't mine.
Minggu di fajar hari kediaman Uzumaki yang tenang dan sejuk. Embun masih menempel di banyak dedaunan di halaman depan rumah mereka di kawasan elit Konoha. Sebuah kota metropolitan maju dan sangat kondusif. Rumah dua lantai dengan gerbang besi tempa tersebut masih terlihat sepi saat burung-burung mulai menyanyi di ranting pohon oak rumah Uzumaki. Baru saja sebuah lentera kotak di tepi kolam ikan di tepi roka sisi kiri rumah Uzumaki mati –ah pasti tuan rumah yang mematikan lampu dari dalam. Begitu pula dengan lentera di atas gerbang besi tempa hitam rumah mereka, well pasti bukan maksud tuan rumah untuk pelit listrik, tapi hemat lebih bagus right?
Pintu kaca geser di roka samping rumah mereka terbuka setelah tirai tebal keemasan yang menutupi disingkap seseorang dari dalam. Seorang laki-laki yang masih mengenakan piyama tidur merah terlihat keluar sambil menghirup udara pagi hari banyak-banyak. Udara musim semi yang sangat sejuk. Tubuhnya menggeliat kecil dengan mengangkat tangannya tinggi-tinggi, baru kemudian meletakkan kedua tangannya di pembatas roka kayu. Matanya yang jernih menatap kolam ikan dengan anak-anak ikan kecil yang ia pelihara di sana, air terjun buatan di atas kolam tersebut menjadi pengisi suasana yang tenang. Sayup-sayup lelaki itu bisa mendengar desingan mesin jauh di atas langit. Matanya memicing untuk mendongak menatap langit Konoha yang mulai keemasan tersiram cahaya matahari.
"Hn, dia pulang. Lebih baik aku bersih-bersih" gumamnya pelan.
Yap, Uchiha Sasuke harus bersiap diri untuk menyambut Uzumaki Naruto pulang dari penerbangannya yang jauh.
.
.
A Naruto Fanfiction ©
Masashi Kishimoto
Beloved Pilot © GingerJelly
Summary : Menma ingin menjadi pilot seperti papanya, tapi sang mama keberatan. Sasuke tidak ingin anaknya dobe seperti suaminya. Meskipun begitu Sasuke tetap mencintai suaminya yang pilot berjulukan dobe tersebut. "Aku mencintaimu"/"How idiot my beloved pilot". NARUSASU. ONESHOT.
YAOI, MPREG! MENMA HAS ROLE IN.
Happy reading bb.
.
.
"Pagi ma" sapa Menma yang baru turun dari kamarnya.
"Pagi" jawab Sasuke dengan senyum kecil.
Laki-laki yang tadi pagi mengenakan piyama tidur itu kini sudah rapih. Dengan kemeja ungu pucat serta celana hitam bersabuk terpasang di tubuhnya yang ramping dan tinggi. Sasuke sedang sibuk membuatkan sarapan untuknya dan Menma –putra semata wayangnya bersama Naruto yang dua bulan kemarin berusia 6 tahun. Oh, tentu saja Menma masih sangat menggemaskan meskipun mulutnya lebih berbisa dari pada mamanya.
"Kita akan menjemput papa kan ma?" Menma meraih piring berisi sandwich isi tuna kesukaannya.
"Ya sayang, cepat habiskan sarapanmu. Kau tidak akan membuat papa menunggukan?"
Sasuke menuangkan dua gelas susu putih untuknya dan Menma, anak dengan mata hitam bulat itu mengangguk cepat dan terus mengunyah sarapannya. Di dalam tas kecilnya ia sudah menyiapkan hadiah untuk papanya yang sudah 4 hari tidak pulang-pulang, oke dalam artian dia mencari uang. Sasuke melahap sepotong sandwichnya dengan cepat saat melirik jam tangannya dan hari nyaris menyentuh pukul 7 pagi. "Kau sudah selesai?" tanya Sasuke menatap anaknya. "Hmm" jawab Menma meneguk segelas susu.
"Sudah" jawab Menma dengan cengiran persis Naruto.
Ah membuat rasa kangen di dada Sasuke kian menggumpal saja, meskipun Naruto tetap menghubunginya di jam-jam selanya. Selesai membereskan piring dan gelas bekas sarapan, dua orang itupun pergi keluar rumah, Sasuke mengeluarkan Ferrari putih kesayangan Naruto dari garasi rumah, Menmalah yang bersorak senang ketika tahu jika mereka akan mengendarai mobil cepat tersebut. Menma dengan sangat pintar masuk melalui pintu kiri dan mengenakan sabuk pengaman tanpa bantuan Sasuke, oh dia sudah terbiasa kok sabuk pengaman pesawat saja dia jago.
.
.
From : Princess
Aku di pintu keluar.
Bibir Naruto melengkung membaca pesan super singkat tersebut dari Sasuke, dengan cepat ia membalas pesannya kepada orang yang paling ia rindukan padahal hanya 4 hari mereka tidak bertemu, dan sekarang ia akhirnya bisa melihat pria jutek tsundere tersebut bahkan kalau bisa langsung mencumbunya. 'Holy shit kenapa memikirkan itu sekarang sih?' rutuk inner Naruto. Mata birunya menatap copilot yang duduk di depannya dengan gelas berisi kopi panas.
"Sudah dijemput?" terkanya menatap balik Naruto.
Pria berambut pirang spiky itu terkekeh bangga.
"Yeah, aku duluan Shikamaru" kata Naruto meraih tas kerjanya dan kantung kertas coklat dengan brand made in Germany di sana.
Shikamaru hanya mengangguk kecil dan membiarkan Naruto menyelam di lautan manusia gerbang kedatangan luar negeri. Tubuh tinggi tegap Naruto yang terbalut seragam putih dengan lencana pilot Konoha tersebut berjalan bak model di catwalk, tampak menganggumkan, siapa menyangka pria bermata biru terang itu sudah berusia 30 tahun dan memiliki seorang anak dari seorang laki-laki pula. Tampaknya wanita manapun rela memberikan segalanya untuk bisa mendapatkan hati seorang pilot internasional seperti Naruto, sayangnya Uzumaki Naruto sudah tidak bisa lagi berpaling dari sosok pria manis berambut pantat bebek yang berdiri di luar pintu kedatangan luar negeri. Senyum Naruto kian merekah ketika melihat Menma berdiri di sisi Sasuke dengan tangan saling bertaut.
Sedikit berlari Naruto menyongsong dua sosok berharganya tersebut, menyelip di antara manusia-manusia yang tumpah ruah di bandara Internasional Konoha Centre. Menma yang pertama kali mengerling melihat sosoknya yang berambut pirang berlarian menuju mereka.
"Mama itu papa!" tunjuknya pada Naruto.
Mata hitam Sasuke mengikuti arah jari Menma hingga ia menemukan suaminya sedang nyengir pada mereka, Menma melambai dengan sangat antusias demi menyambut kedatangan sang papa. Bahkan hingga kurang dari 5 langkah Naruto sampai pada mereka, Menma melepas genggaman tangannya dan berlarian menyongsong Naruto dengan tangan merentang. "PAPA!" teriaknya kegirangan.
"Yo jagoan, apa kabar sayang?" Naruto menyodorkan kepalan tangannya.
"BAIK!" jawab Menma membalas tinjuan dari Naruto. Keduanya pun tertawa riang.
"Papa punya sesuatu untukmu" kata Naruto. "Apa itu?" tanya Menma tidak sabaran.
Naruto kemudian membuka tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah kotak terbungkus plastik, Menma mengambilnya dari Naruto dan membaca tulisan disana dengan sangat fasih.
"The 'Schickers' Airplane Spy Warrior" ucap Menma membaca tulisan bercetak tebal dengan warna merah terang di bungkus kotak tersebut, kalian tahu apa itu? Itu game kesukaan Menma, pokoknya semuanya tentang pesawat anak itu akan menyukainya. "Wow! That's cool dad!" Menma berhigh-five dengan sang papa setelahnya.
Naruto pun menggendong tubuh Menma di tangan kanannya sementara tangan yang lain menenteng tas kerja serta oleh-oleh untuk Sasuke. Laki-laki berambut hitam itu berdiri dengan sabar di belakang mereka tanpa ada niatan untuk mengganggu acara reuni Menma dan papanya. Naruto mendekat dengan senyuman khas di wajah rupawannya. Mata mereka memandang lekat bahkan nyaris tidak memperdulikan kanan kiri mereka lagi.
"Apa kabar sayang?" tanyanya pada Sasuke.
"Hn, baik. Penerbangan yang menakjubkan?" tanyanya dengan alis terangkat.
Naruto tertawa kecil lalu mengecup kening putih Sasuke, membuat wajah pria manis itu memerah dengan cepat. Menma tidak pedulia dengan aksi itu, anak cerdas tersebut sibuk untuk membaca synopsis dan panduan memaikannya di balik kotak tersebut. "Idiot" gerutunya mengkal.
"Hehe, aku kangen sekali sih. Padahal hanya empat hari tidak bertemu denganmu" Sasuke lantas mendengus kecil mendengarnya.
"Kita pernah melakukan ini berulang kali dobe" Naruto mengangkat bahunya acuh. "Untukmu" ia menyodorkan kantung kertas di tangannya pada istri cowoknya tersebut. Sasuke menerimanya tanpa banyak protes. Ia membuka sedikti untuk mengintip isi oleh-oleh tersebut.
"Itu sepatu terbaru lho" kata Naruto.
Sasuke tersenyum simpul mendapati sepasang sepatu Adidas berada dalam kardus putih di dalam tas kertas itu. "Aku punya empat pasang sepatu di rumah, dan kakiku hanya sepasang" Sasuke mengerling.
Naruto menggandeng tangannya untuk beriringan keluar bandara, tubuhnya sangat lelah setelah berjam-jam melayang di udara mengendalikan besi terbang di langit menampung 176 orang di dalamnya. "Aku akan membelikanmu apapun yang menurutku menarik sayang"
"Hn, kau selalu membelikan Menma barang yang tidak berguna begitu" cibirnya menatap anaknya yang terlihat tidak sabar memainkan game tersebut. Sasuke mengemudikan mobilnya dengan Menma yang duduk di pangkuan Naruto.
"Uh, ya main game sebentar tidak akan membuat Menma bodoh kan?" ia mengusap rambut anaknya.
"Hehe" kekeh Menma. "Nanti kita main game itu sama-sama ya pa" serunya memeluk leher papanya memohon. Naruto tersenyum lembut. "Tentu"
"Bagaimana di Jerman pa?" tanya Menma seperti biasa setelah papanya pulang mengudara.
"Mmm, di sana sedang musim gugur. Brrr.. that's breeze so much" katanya sedikit menggigil.
"Apa musim gugur di sana tidak sama dengan di Jepang?"
"Sama, mungkin. Begitu kan Sasuke?" Naruto melirik Sasuke yang hanya menggumam kecil.
"One day I will be what daddy to be now!" seru Menma di dalam mobil yang melaju membelas jalan Konoha yang mulai ramai. Rute bebas hambatan menuju pinggir kota tempat tinggal mereka terasa begitu singkat dengan celotehan Menma tentang mimpinya menjadi pilot terhebat yang melebihi papanya. Hingga saat Ferrari tersebut melaju lebih lambat Menma nyeletuk yang membuat Sasuke nyaris menjedotkan kepalanya ke kemudi.
"Papa kapan aku akan punya adik?"
"Eh?" Naruto menggaruk kepalanya bingung, dia melirik Sasuke yang hanya mengernyitkan keningnya. "Err, mungkin kau harus tanya pada mama sayang" Sasuke mendengus.
"Ma, Menma mau adik ma. Teman-teman Menma punya adik ma" rengek Menma seolah meminta permen kapas. "Hn, kapan-kapan" jawab Sasuke membelokkan mobil mereka menuju gerbang besi tempa rumahnya.
Mesin mobil bertenaga kuda itupun mati di bawah selasar biru yang melengkung lebar di atas gerbang rumah Uzumaki. Naruto keluar dengan Menma yang turun terlebih dahulu. Anak itu segera berlari menuju bagasi mobil untuk mengambil gamenya.
"Cepat ma! Cepat ma!"
Sasuke menghela napasnya ketika memikirkan pertanyaan Menma. Memberi adik?
'Hhh, apa aku pernah mengatakan jika laki-laki melahirkan sangatlah menyakitkan?' hatinya menggerundel tidak jelas sembari mengeluarkan kotak game dan tas milik Naruto. Anak laki-laki berwajah tampan itu langsung pergi ke dalam rumah begitu mendapat apa yang diinginkannya. Naruto memandangi Sasuke.
"Memikirkan perkataan Menma?" sambar Naruto membuyarkan lamunan Sasuke. Pria itu menutup bagasi perlahan dengan helaan napas lembut keluar dari mulutnya.
"Menma sudah dua kali menanyakan hal ini padaku" Sasuke menatap pintu rumah yang masih terbuka lebar, sepatu Menma sudah rapih di bawah getabako. Anak pintar, pujinya dalam hati.
Naruto mendekat pada Sasuke meraih pipinya yang selembut kapas, Sasuke pun memandangnya.
"Aku juga memikirkan hal yang sama denganmu" Naruto mengecup bibir Sasuke namun Sasuke menahannya sebelum itu terjadi. "Aku tidak mau jadi tontonan" sungut melirik ke belakang bahu Naruto.
Sasuke masuk rumah terlebih dahulu dari pada Naruto, pria pirang itu menemukan tetangga mereka yang merupakan fujoshi akut –Haruno Sakura- berdiri di depan gerbang rumahnya dengan mulut menganga.
.
.
.
Matahari sudah kembali turun ketika Naruto sempurna terbangun dari tidurnya yang seperti orang mati. Lampu di kamarnya dan Sasuke sudah dinyalakan bahkan tirai pintu kaca balkon kamarnya sudah tertutup rapat dengan tali besar yang saling terkait. 'Sudah malam saja rupanya' ia menggeliat di atas ranjang berseprai biru pastel. Suara lenguhan tertahannya menandakan jika dia sangat puas tidur sepanjang hari ini. Naruto menguap ketika oksigen belum penuh ke otaknya, namun suara pintu kamar terbuka membuatnya mengalihkan arah pandangnya dari jam dinding.
"Sudah bangun?" Sasuke keluar dari kamar mandi dengan piyama rapih di tubuhnya.
"Mm, ya. Berapa lama aku tidur?" tanyanya sambil memandangi Sasuke yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Tidak kuhitung. Sampai rasanya seperti memelihara orang mati" cibirnya sambil menggosok kepalanya dengan tenang. Naruto mendengus mendengar umpatan tersebut. Dia tahu pasti sudah tertidur sangat lama, apalagi sekarang sudah jam 9 malam. 'Nyaris dua belas jam ya?' tebaknya kemudian menyibak selimut yang membalut kakinya. "Akan kupanaskan makan malamnya, mandilah dulu" kata Sasuke keluar dari kamar.
Tidak menunggu lama lagi, Naruto akhirnya memutuskan untuk mandi air dingin sekaligus membasahi tubuhnya yang sangat lengket. Kalau Sasuke menciumnya pasti dia akan memasukkan Naruto ke pet shop. Air dingin dari shower yang mengucur di atas kepala berambut kuning tersebut membuat Naruto mendesah lega. Menuangkan sabun cair milik Sasuke ke spons kemudian menggosokkannya ke dadanya. Matanya yang terpejam membawa fantasi liar Naruto kepada Sasuke yang mendesah dan menggeliat nikmat di bawahnya.
Ia mulai mencubit putingnya dengan gemas, sembari membayangkan Sasuke yang menggigitnya manja, ia membayangkan paha putih Sasuke yang terbuka lebar dan mendesah erotis dengan muka nakalnya. Pikiran kotor itu sukses membuat penis Naruto berdiri. Ia mencoba mengingat-ingat kejadian 4 bulan yang lalu dimana dia dan Sasuke bercinta , mencoba merasakan kembali bagaimana nikmatnya sat Sasuke mengocok dan menghisap penis tegangnya, membayangkan wajah menggoda Sasuke yang menginginkan dirinya menghantam prostatnya. Bagaimana rasa remasan dinding rectum Sasuke yang menyedot seluruh kewarasannya.
"Ahh… Ahhh… Sasuke nhhh" desahnya mulai mengocok penisnya yang terlumur sabun aroma madu milik Sasuke.
Rasa nikmat itu kian membuncah saat dia bisa membayangkang Sasuke yang menghempaskan pantatnya sendiri ke selangkangan dengan cepatnya, rasa hangat dan basah dari lubang Sasuke yang membuatnya gila.
"Ngghh… ohhh… ohhh yahh, aahhh Sukehhh ngghh.."
Deru napas Naruto meningkat.
"Ahh. Ahh! Ahhh!"
Hingga napsu putih tersebut menyemprot hingga dinding keramik putih kamar mandi, napasnya yang terengah teredam suara gemericik jutaan butir air shower di atasnya, dia bisa melihat spermanya mengalir turun dari dinding tersebut. Rasanya bahkan kurang puas jika hanya masturbasi begini.
"Shit. Memalukan sekali" rutuknya jengkel.
.
.
.
Naruto menuruni tangga menuju dapur rumahnya dalam diam. Setelah selesai dengan onaninya tentang Sasuke, dia pun mengenakan kaos V-Neck REBOOK warna cream kesukaannya, dengan celana denim hitam selututnya. Matanya mengerjap melirik dapurnya, Sasuke pasti ada disana. Pikir Naruto kala mendengar suara desisan dari teko. Ia menyibak tirai batuan onyx yang Sasuke pasang di pintu dapur rumah mereka. Laki-laki berambut hitam itu memunggungi Naruto dengan sebelah tangannya memegang mug. Naruto mengendap-endap mendekati Sasuke yang masih sibuk dengan gelas di tangannya, sepelan mungkin Naruto tidak menggesekkan sandal rumah dengan tatami yang terbentang di ruang tersebut. Kedua lengannya sudah menjulur hendak meraih pinggul Sasuke yang tercetak samar di balik piyama hijau pucat tersebut.
"Berhenti bertingkah seperti maling dobe" ketus Sasuke tanpa memutar tubuhnya.
Naruto sukses merengut mendapati Sasukenya tahu jika ada dirinya di sana. "Huh, tidak romantis"
"Hn" gumam Sasuke menjawab.
Naruto melangkah menuju kursi dan duduk di sana, hingga Sasuke menyusulnya dengan segelas kopi hangat untuk Naruto. "Kau sudah makan Sasuke?" tanya Naruto meraih gelas kopinya. Dia mendengar Sasuke menjawab iya. Ia menoleh kebelakang dan mendapati Sasuke sedang menata makan malam untuknya.
"Menma?" Naruto membuka suara.
"Sudah tidur. Kecapekan gara-gara main game, tadi dia jengkel karena kau tidur terus" ucap Sasuke sambil membawakan nampan berisi nasi panas dan ayam jamur saus teriyaki yang mengepul. Habis dipanaskan.
"Ah iya aku lupa. Pasti dia akan marah padaku" gumam Naruto.
"Bisakah kau tidak membelikannya game setiap kau pulang dari penerbanganmu?" tanya Sasuke. Narutopun melirik pria cantik di depannya itu. "Hanya satu game sayang, itu tidak akan membuat Menma menjadi bodoh"
Sasuke mendengus mendengar jawaban konyol tersebut.
"Aku lebih suka kau membelikannya puzzle atau lego, atau semacamnya" ungkap Sasuke sambil menuangkan segelas air mineral untuk Naruto. "Aku khawatir dia idiot seperti kau" dumelnya gemas. Naruto lempeng mendengar umpatan sadis tersebut.
"Apa pilot bisa idiot teme? Kita sudah menikah tujuh tahun" erang Naruto.
"Menma selalu mengatakan ingin menjadi pilot, padahal aku lebih suka dia menjadi dokter atau polisi" gumam Sasuke memangku wajah dengan matanya yang bulat menerawang.
Naruto menghela napas.
"Bukankah tidak masalah dia mau menjadi apa? Aku akan tetap menyayanginya meskipun dia menjadi pilot, dokter atau guru sekalipun. Itu masih lamakan, dia baru anak-anak enam tahun" cerocos Naruto panjang lebar.
"Hn, memang. Rasanya kalau dia menjadi pilot sepertimu akan aku sendirian di rumah jika kalian berdua sama-sama pergi" curhat Sasuke.
Uh~ pantas saja Sasuke menjadi uke, sikap lembut tidak tegaan khas seorang ibu memang melekat lengket di tubuh dan jiwanya. Naruto bisa membuat imajiner di pikirannya tentang Menma 15 tahun lagi, saat anak itu mengendalikan mesin terbang di langit, dan dirinya sendiri sedang terbang ke suatu tempat meninggalkan Sasuke tersayang. Ia bisa saja melihat Sasuke menangis sembari melambaikan sapu tangan bertuliskan 'Pulanglah cintaku' dengan air mata berderai di kedua matanya yang indah. Naruto merinding membayangkan hal –seandainya Sasuke mengetahuinya- yang bisa membuatnya masuk kuburan karena jotosan Sasuke.
Ia menggaruk belakang kepalanya setelah mengunyah dan menelan sebagian makanan di mangkuk.
"Kurasa, seiring berjalannya waktu cita-cita Menma pasti akan berubah bukan?" ia memasukkan jamur ke mulutnya kemudian mengunyahnya. Rasa masakan yang kental bumbu –sangat khas Sasuke- terecap di lidahnya.
"Hn, mulai sekarang jangan manjakan dia dengan game yang bisa membuatnya bodoh!" ketus Sasuke menatap Naruto tajam.
Naruto merengut sembari mengunyah makanannya.
.
.
Naruto baru saja usai mencuci piring bekas makannya ketika dia masuk ke ruang santai di ruang tengah sebelah anak tangga. Segelas susu coklat berada di tangan kananya. Sasuke duduk di depan televisi yang menyala dengan sebuah buku di kedua tangannya. Dari sebelah sini, Naruto bisa melihat wajah serius Sasuke di bawah timpaan sinar putih lampu gantung di atasnya, tampan seperti biasa. Emm, Naruto lebih suka menyebut wajah itu manis, menggemaskan atau cantik –yang dua terakhir sering membuat Sasuke menjotos wajah Naruto.
Sasuke tidak menggubris kedatangan suaminya yang tiba-tiba duduk di sebelahnya, bahkan tidak merasa terganggu saat tangan hangat Naruto melingkar di belakang bahunya. "Kau tidak mengantuk?" tanya Naruto.
"Belum, tidurlah kalau ngantuk!" suruh Sasuke tanpa melirik suaminya.
Naruto mendengus kecil mendengarnya. "Aku tidur seharian, jadi rasanya seperti tidak ingin tidur lagi sayang" "Hn, terserah"
Sasuke membalik halaman buku di tangannya kemudian membenarkan letak kacamata tanpa bingkai bawahnya dengan mata hitamnya terus bergerak membaca tulisan kanji rapih yang tercetak di permukaan kertas.
"Kau serius sekali teme" rengek Naruto menyandarkan kepalanya di bahu Sasuke. "Buku baru?"
"Hn"
"Kapan membelinya?" tanya Naruto melirik wajah Sasuke yang sedingin kutub.
"Neji memberinya padaku" ucap Sasuke santai.
Telinga Naruto rasanya tebal mendengar nama Neji disebut oleh Sasuke. Pria berambut pirang itu memang sudah sangat sebal dengan Neji semenjak mereka masih di SMA dulu. Neji mantan kekasih Sasuke, dulu Naruto sering melihat bagaimana mesranya Neji berkencan dengan Sasuke. Mereka sama-sama mencintai –dulu sih.
Naruto mendecak.
"Buang saja" gumamnya malas.
Sasuke memutar bola matanya gemas. Dia sudah terlalu sering 'makan garam pedas' yang Naruto lontarkan padanya jika itu menyinggung masalah Neji. Padahal antara Neji dan dirinya sama sekali sudah tidak memiliki hubungan apapun, kecuali teman dekat. 'Toh Neji sudah menikiah. Dasar idiot' umpat Sasuke. "Berhentilah berpikiran negatif tentang Neji, dobe. Dia sudah menikah"
"Ya, memang. Raganya saja yang menikah, hatinya?" tanya Naruto sakartis.
Bukannya berpindah menjauh dari Sasuke, Naruto justru tiduran di paha terbalut piyama Sasuke. Mata birunya menatap mata terbingkai kacamata milik Sasuke. "Aku cemburu teme. Walaupun dia sudah memiliki anak dengan Sakura-chan" giliran Sasuke yang mendengus. Nama Sakura-chan cukup keramat baginya. Pasalnya Naruto sempat memanas-manasinya dulu dengan memanfaatkan gadis berambut permen tersebut.
"Kita sudah lama bersama, dan tidak ada apa-apa yang terjadi bukan?" Sasuke kembali membaca bukunya.
"Ck" tangan Naruto meraih buku tersebut dari tangan Sasuke kemudian duduk tegap di samping pria berambut hitam lembut tersebut. "Apa yang kau lakukan bodoh!?" sembur Sasuke jengkel.
"Aku cemburu dan kau biasa saja?" Naruto memegangi bahu Sasuke dan menatap mata pria paling dicintainya tersebut. Sasuke menghela napas.
"Baiklah, hentikan pembicaraan ini" ia melepas kacamatanya dan meletakkan benda kotak tersebut di meja. Sasuke menaikkan kakinya ke atas meja lantas mendekap kedua tangannya sendiri.
"Dinginkan kepalamu" ucap Sasuke menunjuk segelas susu di meja menggunakan ujung dagunya. Naruto menurut, dengan cepat meneguk susu dalam gelas tersebut hingga tertinggal sedikit. Menatap Sasuke lagi, yang masih sebal. "Sudah dingin" gumam Naruto.
Suasana menghening setelah gumaman singkat Naruto, kedua kakinya terlipat di atas sofa. Sasuke mengalihkan pandangan matanya ke televisinya daripada bertatapan dengan Naruto. Acara komedi diputar di layar kaca sama sekali tidak membuat Naruto maupun Sasuke tertawa. "Hei, Sasuke"
"Apa?" balasnya lirih.
"Aku, sudah memikirkan hal ini semenjak di Jerman"
Sasuke mengerling memandang wajah Naruto yang tegang. "Memangnya apa?" Sasuke bertanya.
Ia bisa melihat Naruto menarik napasnya dalam-dalam kemudian menggenggam tangan kiri Sasuke sembari menatapnya serius dan yakin.
"Bagaimana kalau kita memberi adik untuk Menma?"
Jantungnya rasanya mau copot setelah pertanyaan itu terlontar dari mulutnya –yang baru beberapa jam yang lalu mendesah tak karuan di kamar mandi membayangkan tubuh erotis Sasuke. Dia tadi sudah menarik napas untuk mempersiapkan seluruh sel di tubuhnya agar tidak menjerit kesakitan sewaktu ditonjok oleh Sasuke, sayangnya tonjokan itu tidak kunjung ia dapatkan.
"Kau bernapsu sekali setelah bangun tidur. Apa onani tidak membuatmu puas, Uzumaki Naruto?" tanya Sasuke diakhiri desahan yang disengaja, jemarinya menari di ujung kaos Naruto dan sesekali mengelus paha Naruto dengan gerakan menggoda.
"Kau tahukan aku sangat sebal saat aku harus kerepotan karena hamil" Naruto mengangguk gugup mendengar ucapan tersebut.
Sasuke mengangkat sudut bibirnya dengan seringai kecil, mata hitamnya berkilat terpantul cahaya lampu yang bersinar di seluruh ruangan. Naruto menatap lekat sosok secantik Sasuke, bahkan melihat Sasuke yang menyeringai menjengkelkan mampu membuat Naruto lupa yang namanya bernapas. Yang ia tahu hanya ketika dia merasakan betapa lembut kulit wajah Sasuke berada di kedua belah tangannya.
.
.
Sasuke sesekali terkekeh kecil saat permukaan kulitnya merasakan geli, bibir Naruto menyusurinya dengan sangat lembut dan perhatian, mencurahkan seluruh kasih sayangnya pada Sasuke yang terlentang di atas sofa dengan seluruh kancing piyamanya terbuka.
"Bukankah Menma ingin tempat ini menjadi tempat adiknya?" bisik Naruto lirih kemudian mengecup perut Sasuke dengan lembut.
"Jadi tidak seharusnya kau memiliki perut yang six pack Teme"
Sasuke tersenyum mendengar pertanyaan tersebut, ia hanya menyisir rambut pirang suaminya dengan sayang lantas mengusap kening Naruto. Pria yang menindihnya tersebut mengangkat kepalanya dari perut rata Sasuke.
"Kau mau tahu berapa lama aku bisa mendapatkan perut sebagus ini Dobe?" ia membingkai wajah rupawan Naruto dan menatapnya dengan pandangan menantang. Narutonya hanya menggumam.
"Semenjak aku melihatmu memiliki perut seperti ini juga" jawab Sasuke.
Kaki jenjang terbalut piyamanya melingkari tubuh Naruto dengan ketat, memaksa pria berambut pirang tersebut menempel dan memelukknya kian erat. Naruto pun meraih pinggang Sasuke, mendudukkan pria berwajah perempuan tersebut ke pangkuannya. Hanya mata mereka saja yang saling bicara setelahnya.
"Aku menyukaimu apapun yang ada padamu" bisik Naruto.
"Aku tahu" balas Sasuke.
Tersenyum lagi. Adalah hal yang begitu jarang untuk Sasuke, tapi ketika suasana romantic dan manis seperti ini, maka ia rela untuk menjadi manja layaknya pasangan suami-istri lainnya. Bahkan dia rela untuk meminta Naruto menciumnya. Pria itu memeluk leher Naruto dan melesakkan wajahnya di sana mencoba menghirup betapa enaknya aroma tubuh suaminya.
"Kau memakai sabunku dobe"
"Ya, untuk fantasiku tadi di kamar mandi sayang" tangan Naruto mengusap punggung Sasuke.
Pria dalam pangkuannya itu menggumam manja sambil menyamankan posisi duduknya yang bagai koala di tubuh depan Naruto, mengeratkan pelukannya dan tidak henti-hentinya menghirup aroma madu sabunnya dan parfum kesukaan Naruto yang melekat di tubuhnya.
"Naruto…" panggilnya.
"Hm?"
"Kau mau memliki anak laki-laki atau perempuan?" Sasuke bersemu dan bersenbunyi, ia bisa mendengar Naruto tertawa mendengarnya.
"Tentu saja perempuan, supaya dia bisa secantik kau"
"Apa kau siap melihatku berperut buncit lagi?"
"Kau terlihat lebih seksi saat kau hamil sayang, aku pernah mengatakan ini saat kau mengandung Menma, bukan?" sekilas Naruto mengecup telinga Sasuke. Dan Sasuke hanya menggumam kecil.
"Aku tidak mau anakku nanti menjadi pilot, kalau Menma ingin menjadi pilot tolong jangan racuni anak itu dengan game dobe"
"Baiklah, my attendant" kekehnya sesekali mengusap dada Sasuke.
"Lepaskan tanganmu!"
Naruto memonyongkan bibirnya, ia menarik tubuh Sasuke agar mereka saling memandang.
"Hampir jam dua belas, aku mau tidur" pungkas Sasuke kemudian turun dari pangkuan suaminya dengan kedua tangannya membenahi kancing piyamanya.
"Aku tidak pernah bilang ini akan berakhir cepat sayang" ia memeluk tubuh langsing dari belakang ketika Sasuke mematikan televisi. Sasuke pun mendecak.
"Aku juga tidak bilang kalau aku aku ingin hamil sekarang dobe"
"Hmm, tapi aku yang bilang. Aku pengendalinya, ingat? My Pilot" bisiknya.
Malam itu, Naruto kembali mengendalikan Sasuke. Tapi toh Sasuke yang tsundere setengah mati hanya menuruti kemauan Narutonya, memanjanya atas dan bawah. Membuatnya merasakan kenikmatan dunia tanpa batas ketika Naruto memperlakukannya dengan sangat istimewa. Keluarga pilot itu hanya menyelam dalam lautan penuh kenikmatan dan tidak terperikan. Sasuke bahkan dengan senang hati menerima semua yang Naruto suguhkan kepadanya.
Ah, masa bodoh akan menjadi apa nantinya Menma. Asalkan keluarga mereka tetap utuh, asal Menma His Precious tetap tumbuh sehat dan membanggakan, asal nantinya Princess akan memiliki buah hati yang cantik maupun tampan, maka keluarga tersebut akan sangat bahagia. Mau jadi pilot ataupun menteri, Sasuke selalu mencintai Menma dan Naruto.
Bahkan di belakang album pernikahan mereka, Sasuke menuliskan kata-kata dengan kanji besar berbunyi: My Beloved Pilot.
END
Ahh gomeenn, ada lemonnya nyempil dikit hehe… lagi belajar bikin ff rated M nih /plakk/ gomen yah kalau akhirnya gantung dan gak klimaks biingiittt -_- tiba-tiba pikiran blank pas ngetik… reviewnya buat jell yahh… jell lebih semangat kalau minna review epep jell hehe
Siyu di ff jell yg lainnyaaa wkwkw
Arigatouu ^^
Omake :
Pagi minggu nenek Mikoto dan kakek Fugaku datang ke rumah Sasuke dan Naruto. Pagi itu Naruto tidak memiliki kegiatan apapun, Sasuke baru pulang dari rumah sakit setelah shift malamnya. Meskipun rasa lelahnya menumpuk di bahunya, pelukan Menma menyambutnya pulang dan mengantar mamanya untuk ke kamar, menunggu mamanya mandi bahkan Menma menyiapkan sebuah baju untuk Sasuke di atas ranjang kamar.
"Mama biasanya punya permen jelly, dimana ya?" tanya Menma pada dirinya sendiri lalu anak tampan berbaju Kluge merah mulai menarik laci-laci nakas kamar mamanya.
Menma menemukan setoples kecil permen kenyal berbagai rasa tersebut tersimpan di dalam laci ke tiga nakas kamar Sasuke, dengan semangat anak-anak yang akan mendapatkan permen Menma pun menarik laci tersebut untuk mengeluarkan setoples berisi permen jelly yang Sasuke berikan untuknya.
'Ini permen jelly untuk Menma, makan ya sayang'
Kata Sasuke setiap memberikan permen enak tersebut, well sejujurnya itu bukan permen, itu hanya vitamin untuk Menma agar anak itu tidak bodoh seperti narudobenya.
"Ini apa?" tanya Menma mengambil sebuah plastik berisi benda berbentuk aneh di dalamnya.
"Mama kelihatannya masih lama, tanya nenek saja ah" ia pun keluar dengan sebelah tangan menggendong setoples permen jelly kesukaannya.
.
.
"Nenek!" seru Menma saat melihat Mikoto di roka rumahnya, memberi makan ikan-ikan kecil di kolam tersebut.
"Ya sayang?"
"Menma punya permen untuk nenek, ini" tangan kanan Menma mengulurkan 2 bungkus permen jelly warna merah dan hijau pada neneknya. "Wah, terima kasih sayang"
"Oh ya nek, ini apa ya?" Menma mengeluarkan plastik berisi benda aneh dari kantung celananya.
Mata Mikoto nyaris melotot dan menggelinding menatap benda di tangan cucu kesayangannya tersebut. "Me-Menma dapat dari mana?" kepala Mikoto memutar ke kiri-kanan, melihat adakah orang lain di sana.
"Di laci kamar mama" jawab Menma begitu polosnya.
"Menma tidak boleh mengambil ini, ini test pack sayang"
"Apa itu?" bocah itu menggaruk pipinya bingung.
"Alat pengetes kehamilan, ini pasti milik mamamu"
"Apa mama hamil nek?" tanya Menma dengan mata hitam berbinar.
"Ya, ent–"
"YAYYY! MAMA HAMILLL!"
Menma tiba-tiba berlari menuju pintu rumah, memakai sepatunya dengan cepat dan berlarian sepanjang jalan.
"Menma mau kemana?" teriak Naruto memandang anaknya dari gerbang rumah.
"MAMA HAMILLL!" teriak Menma membalas pertanyaan papanya dengan tidak nyambung, tangannya mengacungkan test pack milik Sasuke tinggi-tinggi,
"BIBI SAKURA, MAMAKU HAMILLL! LIHAT INI!"
Sakura pingsan melihat test pack di tangan mungil Uzumaki Menma. Naruto yang mendengarnya hanya jingkrak-jingkrak dengan kesoktauannya, ia juga ikut berteriak-teriak menyerukan 'ANAK KEDUA ANAK KEDUA'. Sementara Sasuke yang melihat dari balkon kamarnya hanya menepuk jidatnya dengan keras mendengar teriakan idiot Menma dan Naruto. 'How idiot my beloved pilot' dengusnya menahan rasa malu.
"Seharusnya kubuang saja test pack kehamilan Menma dulu"
END. REALLY TRULY END. HEHEHE~
