A/N : akhirnya bisa publish cerita baru juga! buat yang nunggu sekuel Missing Heart ini sudah saya buatkan (memang ada yang nunggu) walau buatnya lama banget. oh iya, fict ini saya edit ulang karena ada beberapa(baca: banyak typos-nya). tapi ceritanya masih sama kok. Terima kasih buat yang sudah review di fict sebelumnya. balasannya ada dibawah ya

Rose

Zanpaku nee

meiyo fujo

Lucaslascan

Ruka ana

Tittle : Proof of Love

Genre : Romance, Hurt/Comfort, a little bit Humor

Rate : T

Pair : HichiIchi

Disclaimer : Bleach © Tite Kubo

Warning : Alternatif Universe, Shounen Ai/Boys Love, Out of Characters yang tak bisa dihindari, Typo(s) dimana-mana, GaJe, sekuel Missing Heart.

Don't Like? Don't Read!

"Sialan kau Hichigo." terdengar suara teriakan frustasi dari pemuda berambut orange. Mata hazelnya memandang ke luar gerbang sekolahnya, mencari sesosok orang yang dicintainya yang hingga kini tak juga ditemukan. Membuat Ichigo jadi bad mood berat. Apalagi kalau ini menyangkut sang pacar tercinta yang tak juga menjemputnya. Memang dirinya sangat senang akhirnya ia bisa bertemu dengan teman masa kecil yang sekaligus cinta pertamanya yang sudah tidak bertemu selama sepuluh tahun. Yah, walaupun ada insiden sang kekasih lupa ingatan karena hal yang menurutnya konyol itu dan sukses membuatnya marah tingkat akut. Tapi untunglah hal itu cepat berlalu dan sekarang dirinya resmi berpacaran dengan Hichigo Shirosaki. Lalu kenapa masa - masa yang seharusnya berbahagia ria ini diwarnai dengan kekesalan Ichigo?

~Ichigo POV~

Hichigo, kemana sih dia? kenapa belum datang menjemputku? Mana hari sudah mulai gelap lagi. Bukannya aku takut atau apa, hanya saja sudah dua jam ini aku menunggunya di depan gerbang sekolahku, sendirian, kedingingan, bahkan sampai lumutan. Mana murid - murid di sekolahku sudah pada pulang lagi.

Kalian mungkin berpikir kenapa aku tidak pulang sendirian saja 'kan? Huh...alasannya tentu saja karena pacarku yang satu itu sangat overprotektif padaku. Dia tidak mau aku pulang sendirian dan harus menunggunya sampai datang. Pernah suatu ketika aku langsung pulang dan tak menunggunya. Hichigo jadi panik dan memarahiku tanpa ampun. Ada lagi saat aku pertama kali jadian dengannya, Hichigo sangat cemburu ketika aku sedang mengobrol akrab dengan sahabat baiknya, Renji. Oh, ayolah dia kan temannya, lagipula Renji juga sudah punya pacar yang disayanginya yang merupakan teman baik keduaku, setelah Rukia tentunya. Tapi saat itu aku sama sekali tidak merasa kalau hal itu menyebalkan. Cemburu adalah tanda kalau dia sangat menyayangi ku 'kan? Tapi sekarang aku benar - benar sebal padanya. Awas saja kalau Hichigo datang, dia tidak akan selamat begitu saja.

~Ichigo POV End~

- In Other Side -

"Ayolah Hichigo! Tolonglah sahabat baikmu yang sangat imut, rajin dan pandai menabung ini" terdengar renggek sebuah suara yang memekakan telinga. Kalian pasti sudah tahu 'kan siapa orangnya? Tepat sekali, siapa lagi kalau bukan Renji. Saat ini mereka sedang berada di depan gerbang sekolah dan sudah beberapa menit ini sekolah telah usai. Sepertinya dia masih berusaha untuk meminta bantuan pada Hichigo untuk melakukan suatu hal. Apakah gerangan yang diinginkan si babon ini?#plaak.

"Sudah berapa kali ku bilang padamu, aku tidak mau membatumu! apalagi kalau untuk memilih kado untuk peringatan jadianmu dengan Ulquiorra yang keberapa tadi katamu...?" tanya Hichigo agak lupa mengingat semua perkataan Renji yang sangat banyak bicara itu. Atau lebih tepatnya bilang saja cerewet.

"Yang ke delapan bulan, Hichi! Ayolah ini menyangkut kebahagiaan temanmu sendiri, kau tidak kasihan padaku ya?" teriak Renji dengan lebaynya. Sudah dari jam pertama masuk sekolah dia meminta tolong pada Hichigo dan selalu sukses mendapat jawaban tidak dari Hichigo.

"Ah, iya. Peringatan jadian kalian yang ke delapan bulan. Lagipula kenapa harus merayakannya dibulan ke delapan? kenapa tidak setahun sekali?" ucap Hichigo kesal. Sepertinya Hichigo sudah habis kesabaran untuk menghadapi temannya yang satu ini. Hichigo benar - benar heran, kenapa dirinya bisa tahan menghadapi tingkah sahabatnya yang terlalu over ini, atau kenapa dirinya bisa berteman dengannya.

"Sebenarnya aku inginnya tiap bulan kami merayakan hari jadian kami, tapi Ulquiorra menolak, jadilah kami rayakan tiap empat bulan sekali. Mengingat Ulquiorra sangat menyukai angka empat! Jadi diperayaan kedua kami aku ingin menghadiahkan kado yang spesial untuknya" ungkap Renji panjang lebar. Hichigo hanya bersweatdrop ria mendengarnya.

'Dasar! Lebih baik aku terima saja permintaannya. Daripada masalah ini tambah panjang dan aku tidak bisa segera menemui Ichigo. Oh, iya Ichigo! Aku 'kan harus segera menjemputnya. Bisa - bisa dia marah besar lagi.' batin Hichigo dalam hati.

"Baiklah Renji, aku akan membantumu." ucap Hichigo dengan berat hati.

"Benarkah? Yay! Terima kasih Hichi." Ujar Renji sangat senang karena akhirnya Hichigo mau juga dimintai tolong. Dengan segera Renji berlari menghampiri Hichigo dengan kedua tangan terbuka akan memeluk Hichigo.

Merasa adanya bahaya yang mengancam Hichigo, dengan kemampuan refleks yang cepat dengan gampang menghindari pelukan mematikan dari Renji. Daripada dipeluk Renji mending dipeluk Ichigo, pacar yang sangat dicintainya. Mengingat Ichigo membuat Hichigo jadi senyum-senyum sendiri. Beda dengan Hichigo yang sedang tersenyum ria, keadaan Renji sangat mengenaskan. Hal ini diakibatkan pelukannya yang meleset dan sukses membuatnya nyungsep di aspal dengan tidak elitnya.*sepertinya adegan ini pernah terjadi sebelumnya deh*

"Cepat kita pergi! Aku masih ada urusan untuk menjemput Ichigo tahu. Kau tahu bukan bagaimana kalau Ichigo marah." ucap Hichigo dengan nada merinding didalamnya.

.

.

.

- Back to Ichigo -

Ichigo sudah dalam kondisi kesal tingkat akut saat dirasakannya sesosok yang dikenalnya yang sangat mirip dengannya kecuali warna rambutnya yang putih dan matanya yang beriris emas serta lingkarang hitam disekitar bola matanya. Walaupun senang Hichigo telah datang menemuinya Ichigo masih memperlihatkan tampang kesalnya. Bayangkan saja, menunggu selama dua jam ditengah cuaca yang dingin, siapa yang tidak akan marah?

Hichigo dengan setengah berlari menghampiri Ichigo yang sudah memasang tampang ingin membunuhnya.'Glek...mati aku.' batin Hichigo dalam hati sambil menelan savilanya yang terasa berat untuk ditelan.

"Hai...Ichigo! Sudah lama ya menunggu ku?" ucap Hichigo agak berbasa basi.

"Oh, sama sekali tidak lama kok. Kau pikir aku akan bicara begitu ya? Jangan bermimpi! Kau tidak tahu ya, berapa lama aku menunggumu disini, kedinginan sendirian. Mana ini bulan november lagi, tidak tahukah kau seberapa dinginnya cuaca dibulan ini..."Ichigo terus saja menceramahi Hichigo tanpa jeda sedikitpun dan Hichigo tidak berani membantahnya, tentu saja dia sadar kalau dirinya salah. Lagipula siapa juga orang yang mau menghentikan amukannya kalau tidak ingin mendapat bogem gratis dari Ichigo meski pun Hichigo 'mantan' ketua berandalan terkenal. Sebenarnya tidak bisa dibilang mantan juga, karena Hichigo memang bukan ketua berandalan mana pun.

"...lambat...?" Hichigo tersentak dari lamunannya ketika tiba-tiba Ichigo menanyakan suatu hal yang tak bisa dicernanya karena tak fokus tadi.

"Huh...? Tadi kau bilang apa?" tanya Hichigo yang memang tak mengerti duduk pertanyaan yang ditanyakan Ichigo. Membuat empu yang punya pertanyaan semakin kesal.

"Huuh...kau tidak mendengarkan aku ya dari tadi? Aku bilang, apa yang membuatmu terlambat menjemputku?" ulang Ichigo.

"Tadi aku sedang membantu Renji mencari kado untuk peringatan jadiannya dengan Ulquiorra yang kedua, aku tidak bisa menolaknya karena dia terus merenggek padaku, nanti orang-orang bisa salah paham aku berbuat yang aneh-aneh padanya. Apalagi reputasi ku 'kan buruk di kota ini." papar Hichigo panjang lebar.

"Oh, begitukah? Eh, tapi bukannya mereka baru delapan bulan jadian kenapa sudah memasuki perayaan kedua?" tanya Ichigo heran. Sepertinya ia sudah lupa pada kemarahan tingkat akutnya yang tadi dan digantikan dengan muka penasaran yang menurut Hichigo manis dan dapat membuat semua seme klepek-klepek karenanya.

'Dasar Ichigo! Cepat sekali dia berubah dari tampang marahnya menjadi tampang penasaran begini. Dia tak sadar ya, kalau mengeluarkan feromon kemanisannya bisa membuatku tak bisa menahan diri untuk menciumnya? Apalagi selama sebulan kami jadian aku belum pernah menciumnya, eits ralat kalau cium dahi sih pernah dan pelukan lalu pegangan tangan. Tapi kalau ciuman? Rasanya belum bisa. Aku takut Ichigo tak bisa menerimanya.

Tapi aku ingin menciumnya, sungguh sulit sekali mengendalikan diriku agar tak lepas kendali. Tidak Hichigo kendalikan dirimu! Kalau kau lakukan sekarang kau hanya akan membuat Ichigo takut. Apa kau mau usahamu selama sebulan ini hancur gara-gara sebuah ciuman saja?' batin Hichigo mulai berkecamuk.

"Agrh...sudahlah tidak usah memikirkan mereka. Lebih baik kita segera pulang, ini sudah hampir malam 'kan?" ucap Hichigo akhirnya dapat mengendalikan dirinya. Kemudian segera ia menggandeng tangan Ichigo yang terasa dingin dan memasukkannya ke saku jaketnya. Hichigo merutuki dirinya sendiri karena ia tidak segera menemui Ichigo setelah urusannya selesai dengan Renji. Sebenarnya urusan dengan Renji cuma sebentar, cuma tiga puluh menit saja. Lalu kenapa ia bisa terlambat sampai dua jam itu karena ia menemui kohai-nya yang baru saja pindah ke kota Karakura. Apa jadinya kalau Hichigo bilang hal yang sesungguhnya? Mungkin Ichigo akan mencincangnya jadi dendeng.

"Kau kenapa Hichigo?" tanya Ichigo yang heran melihat tingkah laku kekasihnya yang tidak biasanya. Biasanya Hichigo tidak sediam ini dan tak biasanya Hichigo banyak melamun saat sedang bersamanya. Ichigo jadi resah sendiri jika ia memikirkan hal itu.

"Uh...ti...tidak ada! Lihat kita sudah sampai rumahmu. Cepat masuklah sebelum kau masuk angin." ucap Hichigo berusaha mengalihkan pembicaraan.

Ichigo yang mengetahui kalau Hichigo bersikap aneh itu pun tidak menyahuti perkataan Hichigo. Ia marah karena ia tahu sepertinya Hichigo menyembunyikan suatu hal padanya yang membuat Ichigo kesal. Dengan cepat Ichigo membuka gerbang pintu rumahnya tanpa menoleh sedikitpun pada Hichigo, tapi tiba-tiba lengannya ditarik oleh Hichigo sehingga mau tak mau ia harus menatap sang empunya tangan.

"Apa yang kau..." kata-kata Ichigo terpotong karena Hichigo telah mencium dahinya dengan lembut dan penuh kasih sayang membuat Ichigo luluh. Tapi dengan cepat pula Hichigo melepaskan ciumannya.

"Masuklah! Aku pulang dulu ya." ucap Hichigo dengan lembut. Setelah itu ia langsung berjalan pergi dan menghilang dari pandangan Ichigo.

'Kenapa Hichigo? Kau selalu mencium dahi ku, kenapa kau tidak mau mencium bibirku. Apakah kau sebenarnya tak menyukaiku lagi?' tanya Ichigo dalam hati.

A/N : akhirnya bisa nepatin janji untuk buat sekuel Missing Heart, walaupun lama banget! ceritanya juga pendewk ya? entah kenapa aku kok tiap buat cerita baru pasti chapter awalnya selalu pendek, kenapa ya?#digampar karena kebanyakan curcol. Ini balasan Reviewnya

Zanpaku nee : ini sudah ku buatka sekuelnya. gomen lama*bungkuk sampai nyentuh tanah

Rose : Renji memang ku buat begitu supaya ceritanya nggak terlalu tegang. haha...Hichigo tak bisa mengalahkan Ichigo buat yang satu itu.

Lucaslascan : ingin Ichi yang mendominasi? nanti di chapter selanjutnya mungkin akan saya buatkan...ini sudah buat yang pair HichiIchi lagi

Ruka ana : sudah update nih. Gomen lama...

silahkan yang mau kritik, saran atau flame juga boleh, tapi yang membangun ya.

akhir kata

R

e

v

i

e

v

w