Allen the Sleeping Beauty
A Dgrayman fanfiction by Schia
Disclaimer : Adhu uda jelas kaaaannn...?? dgrayman, allen, kanda, dan kawan2nya sah milik Hoshino Katsura...Yg penulis punya Cuma manga scansnya and gambar2 nya ajaaa...huhu. Oh, and sleeping beauty is Walt Disney's (?)
Warning : Shounen-ai. Possibly Lime. Maapkanlah kata2 kasar pengarang...
Pairing : Kanda X Allen, Lavi X Allen, Tyki X Allen, CrossXKomui
Enjoy it!
--
Pada zaman dahulu kala, di sebuah kerajaan, hiduplah seorang raja dan ratu. Sang raja bernama Cross, dan sang ratu bernama Komui. Mereka adalah pasangan yang berbahagia. Tapi sayangnya, walaupun sudah 5 tahun menikah, mereka belum juga dikaruniai anak... (Ya iyalaaa...secara Komui itu pejantan gitu...).
Pada suatu malam, sang ratu bermimpi didatangi oleh kakek2 peot bermata mirip panda...
"Hah?siapa kamu?", tanya Komui kaget melihat si kakek itu dalam mimpinya, "Kok gue mimpiin panda ya?"
Sebal. Si kakek memberi tendangan-panda-ngamuk kepada Komui yg langsung jatuh nyusruk. "Heh, anak muda! Sembarangan kalau bicara!", ia memulai bicara, "Seharusnya kamu bangga karena aku, sang eyang Bookman dari gunung kidul, bersedia hadir dalam mimpi mu dan memberi wejangan khusus."
"He?Wejangan khusus apa ya?"
"Aku ke sini untuk memecahkan masalahmu...", kata Bookman sok misterius, "Kamu pingin punya anak kan?"
Komui terkejut, "Ha?Kok tau?"
"Bookman tahu segalanya.", kata si tua sotoy. "Aku bisa membantumu memiliki anak."
Komui diem. Dia memperhatikan Bookman dengan tatapan curiga. "Er...Uh...Maksudnya apa nih? Ga deh makasih...Tubuh gue Cuma buat Cross seorang." Dia salah sangka...
Mendengarnya, Bookman terperanjat, "Kau salah paham, anak muda!Bukan hal seperti itu yang aku inginkan! Dasar mesum! Haaaa...Anak muda zaman sekarang...", Bookman geleng2 kepala."Lagian kamu kan laki-laki. Mana bisa punya anak dengan cara normal..."
"Eh iya gue lupa. Gue kan aslinya laki-laki ya...", Komui nepok jidat.
"Bookman punya cara ampuh supaya kamu bisa melahirkan!" Jeng jeng jeng...backsound gitu critanya...
Komui terkejut. Punggungnya agak mundur. Expresinya kaget, "Hah?! Apakah gerangan itu?!" lebay ih
"Hehehehe" Bookman ketawa setan, "Kamu harus mandi aer kembang 7 rupa pada malam di saat bulan mencapai fase ketiga!", katanya sambil mengacungkan telunjuk dengan pd nya.
"Aer kembang tuju rupaaaa...??", Komui cengok...Ini mah kaga ada bedanya ama tips2nya dukun beranak...
"Yak.Betul sekali." Bookman mengepalkan tangan. Dengan wajah penuh keyakinan ia mengatakan, "Tahukah kamu, anak muda?Aer kembang tuju rupa itu sejak zaman mbahnya eyang Bookman dulu, dipercaya memiliki berbagai kegunaan. Yang pertama, bisa membuat awet muda, menolak setan, ngelancarin pelet, bikin cepet kaya (er...pengarang ngasal doang), bisa bikin badan wangi, dan yang terakhir, kalo haus dan terpaksa, aernya bisa diminum."
"Oh...Gitu ya..." Komui swt.
"Hiyuuukkk..." kata Bookman, "Kalau begitu cukup sekian,anak muda. Eyang Bookman capek. Masih banyak pasien eyang yang ngantri minta wejangan supaya bisa hamil." Bookman pergi menjauh, lalu menengok, "Tidak usah khawatir, anak muda. Biaya konsultasi ini gratis koq.Bebas biaya. Dijamin tokcer."
"Euh...iya deh eyang. Makasih ya...", kata Komui masih cengok.
Bookman pun menghilang dan Komui bangun dari tidurnya. Ia pun dengan penuh keyakinan memantabkan diri untuk menjalani saran dari eyang Bookman. Namun masalahnya...
Malam saat bulan mencapai fase ketiga itu kapan yak??
--
9 bulan kemudian...
Setelah dulu mengikuti saran si eyang Bookman, Komui pun akhirnya mengandung! Kini setelah 9 bulan mengandung si jabang bayi, akhirnya lahirlah juga seorang bayi laki-laki yang manis. Bayi itu diberi nama Allen. Komui dan para penduduk negeri sangat berbahagia menyambut kelahiran bayi itu. Tapi, ada satu hal yang mengganjal hati Cross.
"Komui...", kata Cross pelan sambil memperhatikan bayi yang ditimang Komui.
"Ya?"
"Bayi itu...", Cross menelan ludah
"Hm?"
"Gue mau bayi itu dididik menjadi seorang putri yang cantik, anggun, lemah lembut, dan baik hati!", Cross berkata dengan penuh semangat. Komui cengok.
"Heh, dodol!", kata Komui setelah tersadar dari cengokannya (ada ya kata cengokan?), "Bayi kita kan cowo!Mikir dikit atuh!Tar kalo dia tumbuh jadi cowo macho tapi kelakuannya feminim kan serem!Cukup banci taman lawang aja yang nyeremin. Jangan ampe bayi kita jadi kaya gitu! Ogah! Emoh!"
"Ye...Sabar mbak...", kata Cross, "Kita kan punya kenalan penyihir2 tuh. Minta aja supaya mereka ngasih berkat supaya Allen jadi cowok cantik yang anggun dan lemah lembut.Gimana?"
Komui mikir. Terus dia senyum2 setan, "Hehe...Boleh juga tuh...Hehe..."
Akhirnya, berkat ide kaco sang raja, mereka menyelenggarakan pesta besar untuk merayakan kelahiran Allen. Semua rakyat negeri itu, mulai dari kaya ampe miskin, dari yang baby ampe bangkotan, dari yang pejantan tangguh ampe yang ga jelas kelaminnya, semuanya diundang. Tidak ketinggalan mereka mengundang 3 orang penyihir paling terkemuka di negara itu untuk memberikan 'berkat2' (atau mungkin bagi para cowok normal bisa disebut 'kutukan') untuk sang –ehem- putri mereka tercinta.
Penyihir pertama, Lenalee, maju dan memberikan berkat pada sang –ehem- putri. "Semoga sang putri diberikan kecantikan yang tidak terkalahkan dan sebanding dengan indahnya aurora di negeri utara sana. Juga suara indah yang mengalahkan keindahan kicauan burung-burung." Setelah 'berkat' diucapkan, muncul cahaya putih menyelimuti sang putri.
Penyihir kedua, Lavi, gantian memberikan berkat, "Semoga sang putri tumbuh jadi putri baik-baik sehingga disukai semua orang dan terutama cowok-cowok di negara ini" (Komui & Cross sikut-sikutan. 'Mati lu, tar kalo yang naksir anak kita cowok smua gimana?', tanya Komui. 'Cuek aja lagi. Kita berdua kan juga sama2 cowok', kata Cross nyantai.). Cahaya putih kembali menyelimuti bayi Allen.
Rhode, penyihir ketiga maju. Dia berpikir dan kemudian ketawa setan. Cross dan Komui ga enak perasaan, "Hm...Hehehe...Saya memberkati sang putri supaya...". Tapi, belum sempat Rhode memberikan berkat, tiba-tiba lampu mati.
"Kyaaa!Kenapa nih ko gelap?", para tamu panik.
"Hiiiyyy...Takuuuuttt...!!" terdengar wanita-wanita berteriak.
"Tenang, woy, tenang!", para pria mencoba untuk menenangkan keributan dan menguasai keadaan.
"Wahhh...pasti rajanya belom bayar tagihan listrik nih!!", errr...
"Bukan. Ini pasti karena energinya abis. Makanya, kita harus hemat energi. Ingat global warming!", ummm...Sekedar himbauan penulis.hehe
Tiba-tiba, menyalalah 2 lampu bunder2 yang biasa dipake di teater (baca : spotlight), dan terlihatlah sosok pria hitam dengan tuxedo dan bergaya perlente. Ketiga penyihir kaget melihat sosok itu.
"Sir Tyki Mikk?!", jerit mereka bertiga. Pria itu mendekati panggung tempat Cross, Komui, Allen, dan ketiga penyihir berada. Ia mengangkat topi dan membungkuk memberi hormat pada keluarga kerajaan.
"Selamat malam, baginda raja, ratu, dan tuan...putri?", katanya ala gentleman.
Cross Cuma diem. Komui ngumpet dibelakangnya.
"Teganya kalian tidak mengundangku...", kata Tyki sok dramatis.
"Sapa juga yang mau ngundang penyihir maniak-shotakon kaya lo?!", ceplos Lavi, yang langsung dibalas dengan deathglare dari Tyki. "Hiiiyyy!Ampun mbah!", Lavi ngumpet di belakang Lenalee.
"Maaf. Tapi kami dengar anda tidak menyukai keramaian. Karena itu kami tidak mengundang anda.", jawab Cross kalem.
Tyki sok2 tersenyum sedih dan meletakkan tangan di dahi, "Tidak suka keramaian...", gumamnya, "Ya...ya...Aku memang tidak suka keramaian", ia berkata lirih. Tiba-tiba ia menunjuk Cross dan berseru, "Tapi Aku lebih tidak suka lagi jika diabaikan!"
Tyki lalu mendekati bayi Allen dan menggendongnya. Allen Cuma diem. Kayaknya, walopun masih bayi, dia bisa merasakan aura2 ga enak dan tatapan plus senyuman maniak-shotakon dari Tyki..."Padahal aku juga kan ingin memberi 'berkat' untuk 'putri' Allen..."
Semuanya nelen ludah...
"Berkatku adalah..."
"YAK!cut!cukup!makasih berkatnya!Ayo semua kasih applause!", seru Lavi memotong kata-kata Tyki.
"Gue belom selesai ngomong!", Tyki mengeluarkan tongkat sihirnya, "Expelliarmus!", tongkat sihir Lavi dan Lavinya sendiri terpental...Er...Ini bukan Harry Potter koq. Tyki lalu membuat semacam kekkai di sekelilingnya dan Allen sehingga orang lain tidak dapat mendekat.
"Heh. Makanya, kalo orang tua ngomong tu didengerin ampe selesai...", Tyki memandang Allen, "Jadi...berkatku adalah...Allen akan tumbuh menjadi pemuda cantik dengan senyum mempesona, suara merdu, dan bodi yang aduhai. Dia juga akan disukai banyak orang dan cowok2 bakal banyak yang ngejer2 dia. Hidupnya akan begitu bahagia...sampai ia berumur 16!"
Semua telen ludah.
"Ya...", kata Tyki serem, "di umur 16, ia akan tertusuk jarum pintal dan MATI! Hahahahaha!!"
Cahaya mengerikan muncul dari sekelilingnya. Diluar, petir menyambar-nyambar. Bumi gonjang ganjing. Jeng jeng jeng!! Glegar! Duar! Deng deng deng!Dag dig dug duar daiiaaa!! Ermmm...maap keluar jalur... Di wajah sebelah kiri Allen muncul lambang (aduh gw ga tau gimana ngejelasinnya) berwarna merah yang menandakan menancapnya kutukan Tyki.
"Apa?!", Cross teriak sok lebay. Komui pun pingsan dengan gaya lebay juga.
"Sungguh tega, kau!Dasar penyihir cabul!Shotakon!", teriak Lavi. Tyki mengeluarkan percikan bola api dari tongkatnya, "Hyaaa...!!"
"Hehehe...Kutukan udah dipasang. Ga bisa lagi dicabut. Nasi udah menjadi dubur, eh, bubur.hehehe...", Tyki meletakkan Allen kembali ke atas palungan. Ia lalu melompat ala Kaito Kid gitu deh, "Sudah dulu ya semuanya. Dadah babay...Ohohohoho..."
"Tunggu!!", teriak ke3 penyihir serempak. Tapi terlambat, Tyki sudah menjadi bintang. Ia tak terlihat lagi.
Duag!
Cross menonjok meja terdekat dengan tangan kirinya. Tangan kanannya menahan Komui.
"Sialan!Berani-beraninya si cowok sok jentelmen itu nantangin gue!Blon tau die yang namanye Cross, si preman bercodet dari pasar baru!", Cross pasang muka serem. Lavi dan Lenalee mundur serempak. Tapi Rhode malah maju dengan senyum yang kalo diperhatiin dari sudut sin 35 derajat agak2 mesum.
"Jangan panik dulu, baginda raja...", katanya riang, "Saya masih punya rencana back-up an..."
"Hm?", kata Cross serem, "Katakan!"
"Saya kan tadi belom ngasih berkat tuh...Jadi berkat saya bisa buat nanganin kutukannya si Tyki tadi. Yah, walopun ga bisa menghapus kutukannya, paling engga bisa meringankan penderitaan si putri itu."
"Apa berkatmu?", tanya Cross
Rhode senyum, "Pada umur 16 tahun, Allen memang akan tertusuk jarum pintal. Tetapi ia tidak akan mati, melainkan hanya tertidur selama 100 tahun."
"100 tahun?!", Cross kaget dan menjatuhkan Komui dari tangannya, "Ya ampun nek, itu mah lama pisan! Yang cepetan dikit napah? Entar pas dia bangun kalo uda bangkotan kan kaga asik lagi!"
"Adhu raja ini tenang aja deh...100 tahun itu ibaratnya hanya 5 menit di dalam istana ini.", kata Rhode menggoyang2kan lolipopnya.
"Ko bisa gitu?", tanya Cross bego.
"Ya pake sihirlah...cape deh.Supaya adil, waktu Allen tidur, kami juga akan menyihir seisi istana ini untuk tertidur juga supaya kalian bangun bersama-sama."
"Hm...ide bagus. Lalu, bagaimana supaya Allen kami tercinta ini bangun?", tanya Cross.
"Hehehe...", Rhode senyum nyeremin. Dia mengarahkan lolipop multifungsi (sekaligus tongkat sihir) nya ke arah palungan bayi Allen dan berkata , "hihihi...Allen akan terbangun jika...hihihi..."
"Eh uda jangan kebanyakan ketawa, buruan bilang!", Cross ga sabaran. Entah kenapa dia ga enak perasaan. Komui, karena benturan keras saat terlepas dari tangan Cross tadi, terbangun dan ngucek2 matanya.
"Dia akan terbangun saat ia menyerahkan keperawanan (keperjakaan) nya kepada seorang pria tampan yang mencintainya dengan sepenuh hati!", Rhode bersorak gembira. Cahaya putih kembali mengelilingi Allen menandakan bahwa berkat telah dilancarkan. Semuanya cengok...Cross pucet. Komui pingsan lagi.
"What the heeeeellllll??", Cross ngamuk."Jadi anak laki-laki gue satu-satunya Cuma bisa diselametin dengan diperawanin sama anak orang yang kaga jelas asal-usulnya??Kagaaaaa...!!Ogaaaahhh...!!"
"Woy, Rhode! Bikin berkat jangan sembarangan dunk!", protes Lavi. Yah...dia soalnya punya rencana sendiri buat ngegebet Allen kalo dia uda gede nanti...
"hehehe...Seperti kata Tyki...Berkat uda dikasi. Ga bisa dicabut. Nasi uda jadi bubur (nah yang ini baru bener). Lagian emangnya raja mau Allen mati?"
"ya...ga mau juga sih...tapi MASA ANAK GUE SATU2NYA MUSTI DIPERAWANIN AMA COWO GA JELAS??"
"Heheh...ya udahlah raja...terima aja atuh...daripada dia mati, ya nggak?", Rhode lalu mengeluarkan sebuah payung, "Ya udah deh, saya pamit dulu...Dadah babayyy...", Rhode lalu membuka payungnya dan lenyap bersama dengan angin.
"Sial! Ga yang ini, ga yang itu, sama2 aja pinginnya ngutuk anak gue! Emang anak gue salah apa sih? Dia kan baru lahir, belom punya dosa. Udah gitu dia cantik tanpa tandingan lagi (walopun masi bayi). Salah apa cobaaaa??", Cross nangis bombay. Dia lalu bangkit dan memanggil pengawalnya. "Kamu!!"
"Eh, i...iya baginda?!", kata si pengawal.
"Bakar semua mesin pintal yang ada di negeri ini dan ganti semua mesin pintal dengan mesin jahit Singer yang berteknologi tinggi dan menghasilkan jahitan yang rapi dan akurat!", um...bukan maksud penulis promosi...
"Siap baginda!", si pengawal ngibrit. Ga lama kemudian, semua mesin pintal yang ada di negeri itu dikumpulkan di halaman istana dibakar.
"Haha...dengan ini, anak gue ga bakal tertusuk jarum pintal dan dia ga bakal diperawanin ama cowo ga jelas...Hahah...rasain lo penyihir maniak...Maen2 sih ama Cross si mantan preman bercodet dari pasar baru...", Cross ketawa serem. Di belakangnya ada Lavi & Lenalee yg lagi swt ama Komui yang masih pingsan dan sedang dicoba dibangunin dengan pertolongan ajaib minyak kayu putih.
Dari kejauhan, tampaklah Tyki dan Rhode sedang duduk di atas pohon dan memperhatikan kejadian tersebut.
"Sungguh rencana yang bagus. Iya kan, Rhode?", kata Tyki ketawa serem ala maniak.
"Siapa dulu...hehe", kata Rhode ngikik sambil ngejilat lolipopnya (ga abis2?) "Tapi kalo gini bisa gawat...di negeri ini kan udah ga ada lagi jarum pintal yang tersisa..."
"hmm...", Tyki senyum, "Bukan Tyki Mikk namanya kalo ga punya rencana cadangan..."
"Abang gue emang pintar.", balas Rhode.
Dan terdengar tawa setan membahana dari kejauhan...
--
16 tahun kemudian...
"Allennnn...!!", terdengar suara Lavi dari kejauhan, "Allen, lo ada dimana?"
"Di sini, Lavi!", terdengar suara Allen dari balik pepohonan. Lavi mendekati arah suara itu dan mendapati Allen sedang duduk di pinggir danau. Kakinya terendam di dalam danau dan ia sedang bermain-main dengan burung-burung dan hewan-hewan yang ada di hutan.
Wajah Lavi langsung merah. Setelah melewati 16 tahun yang panjang, akhirnya Allen, sesuai dengan berkat yang diberikan para penyihir, tumbuh menjadi seorang bishounen yang manis, lembut,berbodi asoy aduhai bagai gitar spanyol, suara indah, dan yang pasti, disukai banyak cowok. Banyak banget cowok yang nguber2 Allen. Mulai dari yang sopan, yang suka nyiul2in Allen tiap dia lewat, sampe yang nekat jadi stalker dadakan demi Allen. Tapi, semua cowok itu tumbang satu persatu dihadapan Cross, yang over protektif sama anaknya itu. Lavi pun, ga bisa menghindar dari bius yang terpancar dari Allen dan dia pun jatuh hati pada anak itu. Tapi diem aja karena jiper ama bapaknya...
"Allen", sapa Lavi, "dicariin baginda raja tuh."
Allen mengangguk dan berdiri. Ia sedikit mengangkat ujung rok (yes, he is wearing dress...) nya yang basah sehingga kaki putih nan mulus dan langsing (yang bikin Lavi nyaris mimisan karena ngebayangin yang engga2) nya itu terlihat. "Ayo kita jalan", katanya dengan senyum sejuta dolar.
Mereka lalu sampai di istana. Di luar, tampak Cross dan Komui yang lagi mesra2an sambil nunggu Allen datang.
"Ayah!Ibu", kata Allen dari kejauhan. Ia berlari menghampiri keduanya.
"Allen...", kata mereka. "Hari ini kau genap berumur 16 tahun. Ayah & ibu sudah mempersiapkan pestanya. Ayo sana ganti baju & dandan gih biar cantik."
Allen mengangguk. Dengan muka polos dia bertanya, "makanannya udha beres kan?"
"Iya udah udah. Kamu ini makanan terus yang dipikir. Udah sana masuk!", kata Komui.
"Iya deh iya...", kata Allen sambil memasuki ruangan.
Gile, untung dia dikasi berkat memiliki bodi yang aduhai. Coba kalo engga...Pasti sekarang dia uda jadi karung gula tu...Secara kecil2 cabe rawit...Kalo makan ga tanggung2...
Komui menghela nafas panjang, "Dia sudah 16 tahun...ga terasa ya..."
"Ya...putri (er...putra?) ku yang cantik...Ga nyesel gue ngedidik dia sebagai seorang putri..."
Tiba2 Komui berwajah cemas, "Tiap melihat tanda di wajahnya, aku jadi ingat kutukan penyihir itu."
Cross kaget, "Hah?Masi inget aja?Aduh uda tenang aja lahh...di negeri ini tuh uda ga ada lagi yang namanya mesin pintal. Semua uda dimodernisasi jadi mesin jahit dengan teknologi termutakhir yang ga memerlukan jarum pintal. Jadi ya udahlah...nyante aja napah?"
"Benar juga yah...", Komui senyum. Wajah mereka makin mendekat dan mereka french kissan aja gitu! Padahal ada Lavi di deket mereka.
"Woy toleransi yaaaa...!!kite yang jomblo juga jadi kepingin nih!", kata Lavi dengan mupeng. Dia membayangkan dirinya dan Allen yang berciuman. Bibir mereka bersatu. Lidah mereka bertemu dan bertarung dalam sebuah pertarungan yang menggairahkan. Lalu, bibir Lavi turun ke leher putih Allen dan terdengar Allen mendesah mengucapkan namanya. Bibir Lavi terus turun ke bawah hingga sampai ke dada Allen dan lalu...yak.cukup.Cut!Entar ffic ini bisa jadi kepanjangan kalo kebanyakan adegan lemonnya...
Cross & Komui nyengir kuda, "Eh sori ye yang masi jomblo. Kita lupa...hehe", Lavi manyun. Tiba2, Cross & Komui melengos pergi.
"Lha2, mo kemana?", tanya Lavi bingung.
"Mo ke eyang Bookman. Minta wejangan biar Allen cepet dapet jodoh yang baek.", kata Komui.
"Lha, yang didepan mata kalian ini apa?", kata Lavi polos sambil nunjuk dirinya sendiri. Sendal jepit swallow lima rebuan terbang ke kepalanya.
"Jangan tinggi2 kalo ngimpi! Ga mungkin kan gw ngasi anak gw satu2nya ke bocah pecicilan kaya elo! Udah jangan banyak gaya!Jagain Allen selama kita pergi!", Cross ngamuk.
"Bah...Nasibbbb...", Lavi nangis nobita. Pupus sudah harapannya bersanding dengan Allen. Apa daya bunda mengandung. Tampaknya dia Cuma dianggep sebagai baby sitter oleh Cross & Komui...Huhu...
--
Meanwhile...
"Aduh ini teh di mana??", kata Allen sambil menelusuri lorong2 istana. Haa...Sayang, para penyihir ga ngasih dia memori yang bagus untuk mengingat jalan. Jadilah Allen dengan keahlian nyasarnya...
Ia terus menyusuri tangga hingga tiba disebuah pintu kecil. 'Buka ga ya?', batinnya, 'Kalo dibuka, entar kalo ada beruang lompat terus gue dimakan gimana?kan gawat...Tapi gue penasaran...', terjadi pergulatan dalam hati Allen. Tapi rasa ingin tahunya lebih besar. Ia pun membuka pintu itu perlahan. Ia melihat seorang pria tua sedang duduk di depan mesin aneh yang tak pernah ia lihat. Penasaran, Allen mendekati kakek bangkotan itu.
"em...Siang, kek...", sapa Allen ramah.
Kakek itu menoleh dan tersenyum ramah padanya, "siang juga..."
"Kakek lagi ngapain?", tanyanya penasaran sambil memperhatikan mesin aneh di depan kakek itu. "Terus ini mesin apa ya? Koq saya engga pernah liat?"
Si kakek tersenyum, "Oh...Saya lagi mintal baju...Kalo yang ini namanya mesin pintal...Emang udah jarang ada yang pake koq..."
"Hee...gituuu...", Allen mengangguk, "saya boleh ngeliat kakek mintal ga?penasaran."
"Oh...Boleh, boleh...", si kakek manggut-manggut. Allen lalu membungkuk dari belakang si kakek dengan muka polos penuh minat. Ia sangat dekat dengan si kakek itu dan nafas hangatnya menyentuh leher si kakek. Agaknya, si kakek terangsang juga dengah hal itu. Akhirnya setelah sekian menit berjalan, si kakek berdiri dan berteriak, "Aaaahhh!! Gue udah ga tahan lagi!!"
Allen yang kaget makin mundur, mundur, dan mundur. Tapi si kakek makin maju,maju, dan maju dengan tampang mesum. Allen panik. Punggungnya menabrak tembok.
"Tadinya gue ga mau bakal secepet ini. Tapi gara2 lo, gue udah ga tahan lagi nunggu 100 tahun!Kelamaan!", kata si kakek. Ia lalu meletakkan ke2 tangannya di kiri dan kanan Allen.
'Mampus gue', batin Allen. Si kakek monyong2 gitu mo nyium Allen. Ga sudi bibirnya diperawanin ama kakek2 tua2 keladi, Allen jongkok saat si kakek nyosor dan alhasil si kakek ciuman ama tembok. Allen lalu berlari mendekati meja tempat mesin pintal berada. "Jangan mendekat!", teriaknya.
Si kakek tampak berpikir, "hm...tampaknya pesona gue berkurang dalam wujud begini. Ya udah de, gw balik ke wujud asal aja."
Tiba2 kabut putih menyelimuti si kakek itu dan sosok kakek perlahan2 berubah menjadi sosok pria muda yang tegap. Dan , jengjengjeng! Muncullah Tyki Mikk, si penyihir maniak-shotakon yang ganteng dan senyumnya bisa bikin ibu2 melting (er...).
Allen cengok. Agaknya dia terperanjat akan perubahan si kakek dari yang tua-jelek-bangkotan uda gitu bau mulut menjadi sosok cowo muda ganteng rapih perlente dan wangi abis.
"Nah, kalo kaya gini lo mau kan ama gue?", Tyki berjalan mendekat.Allen berjalan mundur, tapi nabrak meja.
'Shit!', ucapnya dalam hati. Tyki makin mendekat. Ia mendekap Allen dan tangannya menggerayangi punggung dan bahu Allen. Allen yang panik mencoba melepaskan diri.Tapi, tiba2 tangannya mengenai mesin pintal dan, ups! Jarinya tertusuk jarum pintal.
"Auw!", jeritnya pelan.
"Makjan.", bisik Tyki pelan. Allen mulai kehilangan kesadaran. Sebelum sempat ciuman sama lantai, Tyki dengan sigap menangkapnya. "Yah...udah tidur duluan deh nih anak...Terpaksa nunggu 100 tahun lagi deh gue..."
Ehm...bagi pembaca yang bingung, mari saya jelaskan. Tyki Mikk, sebagai seorang shotakon, telah bertahun2 mengincar kesempatan untuk mengrepe2 Allen. Tadinya sih dia mau melakukan niat busuknya ini saat Allen tertidur selama 100 tahun. Tapi karena udah ga kuat menahan napsu, jadilah dia berniat untuk ngegerepe si cowo malang ini sekarang.
"Tapi kalo gue perawanin sekarang kan masih bisa yaaa...", kata Tyki genit. Saat bibirnya hampir menyentuh bibir Allen, ia merasakan sebuah kilat menyambarnya. Tapi, ia berhasil mengelak dengan gaya ala matrix. Dilihatnya di samping ada Lavi dan Lenalee, plus Rhode.
"Not that fast, you son of bitch", kata Lavi galak.
"Gue ga akan biarin lo ngambil keperawanan (keperjakaan?) Allen-kun sekarang!", kata Lenalee.
"Kalo lo ngelakuinnya sekarang, kasian dunk, cowo yang nanti dapetin dia...udah ga virgin lagi."
"Rhode!", bentak Lavi. Ampun de Rhode ngomongnya ceplas ceplos banged. Rhode Cuma menjulurkan lidah dan tersenyum.
"Eh jelek lo pada. Kaga bisa liad orang seneng. Kan ga enak kalo gue musti nahan2 buat 100 tahun lagi.", kata Tyki sok pundung.
"Bodo amat! Emang gue peduli masalah lo musti nahan napsu selama 100 tahun? Lo sih masih mending, merhatiinnya dari jauh. Lha, gue! 16 taon di samping Allen tapi gw kaga bisa ngapa2in dia! Ditambah lagi 100 tahun ini! Bayangin dong penderitaan gue. Sebagai sesama lelaki mustinya lu ngerti dunk!", kata Lavi ngamuk. Yang laennya bersweatdropped ria.
Tyki nepok pundak Lavi, "Nasib kita sama, anak muda!", dia sok terharu.
"Supaya fair, kita nyoba lagi aja 100 tahun lagi. Kita duel buat ngedapetin Allen-kun.", Lavi menjulurkan tangan, "Deal?or no deal?", katanya dengan gaya ala Tantowi Yahya.
Tyki berpikir sejenak lalu menjabat tangan Lavi, "Deal."
"Udah sini kesiniin Allennya. Mau ditidurin di ranjang.",kata Rhode cuek. Tyki lalu menyerahkan Allen pada Lavi dan ia terbang keluar.
"Ingat, nak! Selama 100 tahun ini gue bakal rajin membaca Kitab si Jemi dari D.O. (penasaran?pingin tau?tontonlah segera D.O.-Drop Out di bioskop terdekat anda ato beli dvdnya. Inget, jangan beli yang bajakan iia..Dan dilarang mengganti dvd dengan kolor bekas. Kenapa?pokoknya jangan.hehe) dan berlatih banyak hal! Allen pasti jadi milik gue! Ingat itu! Hohohoho!", bersama dengan itu, ia menghilang jadi bintang...
Sesaat setelah Tyki hilang, terdengar ribut2 dari luar. Cross dan Komui menyeruak masuk ke dalam kamar. Wajah mereka pucat melihat Allen yang tertidur pulas di pellukan Lavi.
"Oh My God! Oh no, oh yes!! Kutukannya beneran terjadi!", Komui shock.
"Koq bisa begini sih?!", Cross melihat mesin pintal di ruang itu dan menginjaknya, "Bukannya ini barang laknat uda gue musnahin semua ya?"
"Tuh kan bener! Firasat seorang ibu ga pernah salah! Hueeee...Allen-chaaaannnn...", Komui menghambur dan memeluk Allen sambil nangis bombay.
"Tyki itu selalu punya rencana cadangan. Dan dia kalo uda punya keinginan, susah dicegah.", kata Rhode mengeluarkan lolipop multifungsinya. Lenalee nyoba nenangin Komui, yang malah mengakibatkan dia dipeluk sama Komui yang lagi nangis sejadi2nya...
"Haaa...Kalo gini berkat dari saya bener2 terlaksana deh...", kata Rhode pasrah.
"What?Jadi Allen bakal...!Oh God!Noooooo!!", Komui panik dan lari muter2. Rhode yang risih ngeliatnya nyihir Komui dan dia tertidur.
"Komui!!", jerit Cross panik. Bagus. Sekarang anak-isterinya pada tidur selama 100 tahun.
"Berisik ih.", kata Rhode cuek, "Sekarang, sesuai perjanjian, kami bakal bikin semua penghuni istana ini tertidur. Mereka akan bangun bersamaan dengan bangunnya Allen...dan hilangnya virginity Allen...heheheh", Rhode ketawa setan. Dia, Lavi, dan Lenalee menyatukan tongkat mereka dan melakukan Magical Stage (oke.skarang jadi Magical DoReMi) bersama. Serempak, seluruh penghuni istana ini tertidur. Lavi lalu berjongkok mendekati Cross dan mengeluarkan spidol.
"Mu ngapain lu?", tanya Lenalee. Lavi mesam-mesem.
"Gue mo bales dendam gara2 dia kaga ngerestuin gw ama Allen!", Lavi lalu menggambar garis2 abstrak nan indah di atas wajah Cross dan...tara!! jadi aja Cross punya kumis, bulu mata, mata, dan andeng2 tambahan plus bulunya. Huehehe...Kocak deh pokoknya.
"Idih parah lu Lavi! Bisa dicincang lu kalo ketauan.", kata Lenalee ngakak.
"Nah. Step 1 selesai! Lanjut ke step2!", kata Rhode semangat. "Supaya istana ini aman, ayo kita tumbuhkan semak belukar untuk melindungi istana ini."
Dan dengan cahaya yang lain, dinding luar istana ini tiba2 saja dipenuhi semak belukar.
"Sip. Stage 1 and 2 clear! Tinggal tunggu cowok ganteng lewat aja deh...hehehe"
Dan Rhode pun tertawa setan...
--
To be continued...
Hahah...kelar juga bab pertamanya...Maap ia kalo kata2 yang dipake agak kasar n agak menjurus.Hehehe...Maap juga kalo kalimatnya berantakan. Maklum, masih amatir dalam membuat ffic. Mohon direview...
Schia – 16 Apr. 08, 01 : 07...
