Pukul Dua Belas
Summary : Pertemuan yang hanya terjadi setiap pukul dua belas. Berdurasi 15 menit dengan cerita, tokoh dan latar berbeda di setiap bab.
Rate : T
Chara : Natsu.D, Lucy.H, Gray.F
Genre : Romance, hurt/comfort.
Disclaimer : Hiro Mashima.
Warning : OOC, typo, terlalu singkat, dll.
Chapter 1 :
Sihir Ibu Peri.
Cat pink muda mewarnai ruanga tersebut. Dua jengkal dari almari berukir awan, tampak Ibu-anak menghabiskan waktu bersama. Gadis kecilnya terpangku dalam pelukan hangat, ditemani buku cerita bersampul putri bergaun biru langit mengisahkan sepatu kaca. Cinderella selalu membawakan mimpi bagi anak perempuan, bahwa mereka bisa bertemu sang pangeran dengan cara menakjubkan.
"Sekali lagi, Bu. Sekali lagi," rengeknya ketika halaman terakhir ditutup. Cerita klasik itu berakhir tiga menit yang lalu setelah dibacakan lima kali berturut-turut.
"Lucy tidak bosan mendengarnya?" Tiap malam sebelum tidur, gadis kecil pasti minta didongengkan kisah serupa. Kadar bosan yang ditoleransi cukup tinggi untuk seorang anak berusia delapan tahun.
"Tapi Lucy suka Cinderella!" Kedua pipinya menggembung kesal. Betapa menggemaskan putri tunggal kebanggaan Heartfilia ini.
"Aurora juga bagus. Ibu suka cerita putri salju," cerita beliau menyisir rak buku, diambillah dongeng bersampul tujuh kurcaci. Berharap minat gadis kecilnya teralihkan.
"Kalau Aurora tidur kelamaan. Putri salju ada penyihir menyeramkan, Lucy tidak suka." Sebanding rasa sebalnya terhadap tiga saudara tiri Cinderella.
Sebagai tanggapan Layla Heartfilia, ibu anak itu tertawa anggun. Akhirnya menyerah dan membacakan sekali lagi. Lucy memperbaiki posisi duduk, senyaman mungkin demi mendengarkan kisah serupa. Suara beliau mengalun lembut menyapu hening. Karamel lebarnya mengerjap-ngerjap, setengah terbuka, setengah tertutup hingga pandangannya menggelap. Kantuk justru menggerayapi alam sadar.
Tok ... tok ... tok ...
CKLEK!
"Kisah Cinderella? Anak Ayah fans beratnya, ya." Suara bariton menginteupsi kegiatan mereka. Lucy yang sesaat menenggelami mimpi sekejap tersadar. Tubuh mungilnya melebur dalam pelukan. Saling melepas rindu di penghujung rasa.
"Ayah lama! Ibu sudah membacakan lima kali. Ini yang keenam." Rambut putrinya diacak gemas. Hitungan ke berapa pun Lucy kecil afal betul.
"Hahaha... Lucy ingat sekarang tanggal berapa?"
"Satu Juli. Aku ulang tahun ke delepan. Hore...!" Seperti anak sebayanya, Lucy kecil membayangkan tumpukan kado dan makanan enak terhidang di meja.
"Anak Ayah memang pintar. Sekarang kita jalan-jalan, oke?"
"Kita kemana? Taman hiburan? Kebun binatang?"
"Apa pun asal Lucy suka. Ayo berangkat." Digendong keluar kamar. Gadis itu siap memulai kisah ajaibnya sekaligus perjalanan panjang.
Mobil limosin dikeluarkan dari bagasi. Dua menit memanaskan mesin, kendaraan roda empat tersebut siap membelah ramainya jalan. Karamel Lucy kecil membulat sempurna. Takjub dengan bangunan tinggi menjulang. Lautan manusia juga menjadi pemandangan tersendiri. Lalu-lalang orang memenuhi pinggiran aspal dengan pakaian warna-warni, memberi keunikan yang tak lekang oleh waktu.
Magnolia kota tercinta. Gadis itu tengah memulai ceritanya.
"Whoaaa...!" Bibir ceri-nya membentuk kurva melengkung. Bukan lampu merah, kuning, hijau yang membuat decak kagum, melainkan seorang lelaki kecil berambut salam. War?a itu unik pikir Lucy.
"Ada apa, Sayang?"
"Lihat, Ibu! Anak itu berambut pink!" Cempreng suaranya mengalahkan alunan musik yang gembira. Layla mengangguk paham. Meminta agar Lucy duduk manis dan tenang.
"Buka jendelanya. Aku mau lihat lebih dekat!"
"Bahaya. Sebentar lagi kita sampai. Lucy sabar sedikit, ya?" Bujuk Layla menepuk pundak putri kecilnya. Namun Lucy kian memberontak sebelum pucuk salam itu menghilang.
"Buka saja. Lucy ingin menghirup udara segar." Angin menghembus lewat jendela. Lucy menepi dengan berpegangan erat pada kaca. Beruang madu birunya setia menemani.
Pukul dua belas. Ketika jarum panjang dan pendek tegak lurus, ibu peri merapalkan mantra. Sepasang karamel dan onyx saling bersanding. Mobil mempercepat laju. Lelaki itu berhenti berlari, terdiam di depan toko kue. Tanpa sadar beruang madu biru terjatuh. Bulu halusnya bercampur debu jalanan, belum lagi nasib sang kawan harus diinjak orang-orang. Tangis Lucy terlanjur pecah di langit-langit.
"Tunggu sebentar. Kumohon hentikan mobilnya!" Menyaksikan lelaki pink berlari. Air matanya terhenti secara ajaib. Layla ikut memberikan kode. Menunjuk-nunjuk pedal rem di bawah kaki.
NGIETT...
CKLEK!
"Hah ... hah ... ini boneka ... mu ... Jangan dijatuhkan lagi. Dia sangat berharga, bukan?" Tangan semungil milik Lucy (namun bedanya kotor) menyerahkan boneka tersebut. Yang diterima malu-malu oleh gadis genap delapan tahun itu.
"Um! Terima kasih banyak. Aku suka rambutmu, lucu."
"Benarkah? Tidak aneh?" Jemari pendeknya menelusuri rambut bermodel spike. Memainkan ujung berbentuk seperti duri landak.
"Jangan pegang-pegang rambut, nanti kotor." Merogoh kantong rok. Lucy menyerahkan sapu tangan berbordir ukiran bunga. Dengan sedikit paksaan, tangan lelaki itu dibuka lebar dan terkepal kembali setelah menerima.
"Bersihkan tanganmu dengan itu. Oh iya, Tet-chan berterima kasih karena sudah ditolong."
"Terima kasih. Aku senang bisa bertemu tuan penyelamat." Tangan lembut Tet-chan diangkat ke udara. Dengan sedikit mengubah suara dan menggerakannya, Lucy tampil apik bagai professional.
"Hahaha... Hiburan yang bagus. Aku suka!"
"Lucy. Kita mampir sebentar makan kue." Sedetik Lucy mengiyakan. Semenit ia melepas pertemuannya dengan lelaki pink.
"Sampai jumpa, rambut pink."
"Sampai jumpa kembali, rambut kuning." Cengiran lebarnya muncul di akhir percakapan mereka. Tingkah menggemaskan Lucy naik ke permukaan. Dia menolak dipanggil begitu.
"Pirang bukan kuning!" Teriak Lucy menjinjit sebal. Mengundang tawa lelaki yang kini berjarak lima langkah darinya. Tangan mereka melambai satu sama lain, kemudian tertawa lagi sebelum benar-benar berpisah.
Lima belas menit berlalu lambat. Lambaiannya terhenti usai gadis itu menghilang di balik pintu. Cengiran lebar tergantikan oleh gurat kesedihan. Jika Lucy merayakan ulang tahun pada tanggal 1 Juli. Maka dengan kemeja putih dan celana bahan hitam, dia tengah dirundung duka mendalam.
Namun tepat pukul dua belas. Kesedihannya terusir melihat karamel manis itu. Yang memperhatikan lewat jendela mobil dan menjatuhkan boneka beruang madu bernama Tet-chan.
"Aku menantikan pertemuan kita selanjutnya."
Bersambung...
A/N : Sesuai summary-nya, Lucy dan Natsu hanya bertemu tiap pukul dua belas dalam waktu 15 menit. Jadi ya ... tiap chapter gak panjang karena memang segitu porsi-nya. Aku berharap fanfic ini dapet respon baik. Review please?
