POSSESSIVE, MY BOSS
.
.
.
[NAMJIN FANFICTION]
.
.
.
KIM NAMJOON X KIM SEOKJIN [GS]
AND OTHER CAST
.
.
.
HAPPY READING
.
.
.
Seokjin menyeimbangkan tubuh rampingnya di atas kursi ketika meraih sebuah kotak folder manila di kabinet teratas. Disisi lain tangan kirinya tengah menggenggam telepon nirkabel sementara tangan lainnya berusaha meraih kotak file tersebut.
Begitulah aktivitas minggu keempat masa percobaan Seokjin sebagai sekretaris di tempat kerja barunya. Dan wanita itu bersumpah jika ia sudah resmi bekerja di kantor ini, hal pertama yang akan dilakukannya adalah mereorganisasi ulang seluruh kantor. Sistem file yang kuno, proses order jadul, sampai sistem penyimpanan file yang benar-benar sangat konyol. Bagaimana bisa perusahaan sebesar ini memiliki sistem manajemen yang buruk ? Sungguh menyedihkan bukan?
"Turun dari kursi sialan itu sebelum kau membunuh dirimu sendiri, nona Kim!" Seokjin mendengar sebuah suara yang menginterupsi pendengarannya. Syarafnya langsung menegang ketika ia mengenali suara berat itu. Ia bahkan tidak tahu kalau pria itu ada dikantor, meninggalkan urusan bisnis lainnya. Sial! pria itu seharusnya ada di Busan minggu ini.
Seokjin mengikuti perintah pria itu dan perlahan menurunkan salah satu kaki jenjangnya dengan hati-hati menjauhi kursi. Hebat. Sekarang ia berdiri tepat di hadapan pria yang telah memberinya kesempatan bekerja di perusahan terbaik ini. Jujur ia sangat gugup menghadapi pria yang menjabat bos besar itu tiba-tiba ada disini. 'Ya disini diruang penyimpanan file oh tidak lebih tepatnya gudang file kuno MUNGKIN' begitu pikirnya.
Kim Namjoon si bos perusahaan RM corp. bersusah payah mengontrol emosi yang mencengkeram dirinya sejak kemunculan wanita itu. Kim Seokjin adalah sebuah kesalahan serius yang disadarinya ketika pertama kali mereka bertemu 3 minggu lalu. Pengaruh kesempurnaan penampilan Seokjin sudah cukup berefek buruk baginya. Namun kesederhanaan dari sikap wanita itu memiliki efek provokatif pada Namjoon yang tidak dibiarkannya terlihat. Seokjin seksi, tak perlu diragukan lagi. Seksi yang tidak memberikan Namjoon kelonggaran baik siang maupun malam untuk selalu memenuhi pikirannya.
Ketika Seokjin baru saja akan bicara, suara telepon yang ada dimeja sebelah berdering. Oh, Terima kasih Tuhan. Ia butuh sesuatu untuk mengalihkan perhatian si bos yang tengah menatap dirinya intens.
"Yeobosseo ? Ini Hoseok. Aku ingin bicara dengan Kim Namjoon, suamiku.." Suara wanita diujung sambungan telepon terdengar sangat santai.
"Baiklah Nyonya. Tolong tunggu sebentar. Saya akan menyambungkan Anda dengannya."
Seokjin melirik bosnya yang berdiri diam memperhatikannya dengan ekspresi tak suka. "Istri Anda ingin bicara dengan Anda."
Wajah Namjoon berubah karena kesal. Ia menyilangkan tangannya di depan dada dan tidak bergerak untuk mengangkat sambungan telepon. "Mantan istriku. Aku sudah 2 tahun bercerai dengannya." kata-katanya sedikit ditegaskan.
Telepon itu diambil kasar dari tangan Seokjin.
Suara si bos yang dalam menimbulkan pusaran emosi baginya. "Apa yang kau inginkan lagi Hoseok?" suaranya tajam, bernada sedikit keras namun matanya menatap Seokjin menyusuri tubuhnya dari atas ke bawah.
"Kau akan mendapatkan cek sialanmu di awal bulan seperti biasanya. Kalau kau punya masalah dengan itu, hubungi pengacaramu." Namjoon memutus sambungan telepon secara sepihak.
Kembali pria itu mengembalikan perhatian kepada si sekretaris baru. Seokjin berdiri mematung di depan lemari penyimpanan dan sepertinya ia merasa ingin mati sekarang "Jangan pernah sambungkan telepon padaku jika itu dari Hoseok! Ku pikir kau bisa diandalkan, Nona Kim!"
"Ma-maaf.. saya tidak tahu masalah keluarga Anda. Dan wanita di telepon tadi mengatakan dia ingin bicara dengan suami-"
"Okay, kali ini kau kumaafkan! Jangan pernah kau ulangi kesalahan seperti ini lagi..!" Pria itu berjalan meninggalkan ruangan itu.
Cara Seokjin memperlakukan dirinya Jumat malam lalu ketika mereka tidak sengaja bertemu di sebuah klub malam. Pertemuan itu menyisakan kegelisahan. Namjoon telah mengambil terlalu banyak, perdebatan sengit yang selalu ditahannya ketika ada wanita itu terlanjur lepas.
Namjoon ingat dorongan perasaan beruntung sewaktu menemukan wanita itu sendirian di bar tengah menunggu teman nya datang. Rambut hitam bergelombang, wajah mulus, mata indah dan tubuh hampir sempurna menjadi tontonan tersendiri dalam fantasi liarnya.
.
.
Brengsek! Dia kembali jatuh cinta!
.
.
Dua hal sudah jelas bagi Namjoon. Kim Seokjin, wanita itu tidak bisa hanya bekerja untuknya, dikantor. Wanita itu juga harus bekerja menemani hidupnya. UNTUK SELAMANYA.
Namjoon harus bisa membuat Seokjin menjadi bintang di hari-harinya dan tentu saja di ranjangnya. Bagaimanapun caranya agar wanita itu menerima perasaan cintanya dengan pasti. Namjoon mempertimbangkan cara-cara agar tujuannya tercapai. Ia punya hak sebagai bos disini untuk memaksa Seokjin menerima cintanya, namun ia ingin hal itu bukan karena paksaan tapi merupakan keputusan tulus dari hati seorang Kim Seokjin.
Fantasi liar menghampiri pikiran pria itu setiap saat tentang Seokjin. Bagaimana Seokjin akan terlihat telanjang, dengan rambut hitam yang terurai di sekelilingnya ketika datang padanya dan berkata 'ayo-tiduri-aku' Lalu bagaimana suara wanita itu mendesah menyebut namanya saat ia memasuki celah diantara kedua pahanya. Brengsek!. Namjoon sudah berada dalam kondisi siap siaga selama tiga minggu terakhir.
.
.
Seminggu kemudian, Seokjin pikir ia akan menjadi gila. Tiga minggu pertama bekerja disini sudah buruk, dan minggu keempat menjadi lebih parah. Si bos tampan berkelanjutan menyiksanya. Pria itu bilang padanya bahwa ia terlambat memberikan deadline perusahaan lalu komplain bahwa pekerjaannya tidak rapi, dan bla bla..
Jika Seokjin tidak benar-benar butuh uang lebih dan keuntungan lainnya, ia pasti sudah keluar dari pekerjaannya dan kembali ke pekerjaan lamanya. Namun ia berusaha bertahan demi biaya kehidupan dirinya dan seorang jagoan yang telah bersamanya selama 17 tahun.
Tuhan tahu Seokjin tidak punya siapa-siapa yang bisa menjaga dan menjamin hidupnya. Putranya, Kim Taehyung, saat ini menempuh pendidikan kuliahnya tahun pertama di Univeritas Seoul. Kuliah memerlukan biaya yang cukup mahal. Dan ia sangat bersyukur bahwa Tuhan membantunya dengan memberikan seorang putra yang cerdas dan membanggakan. Terbukti Taehyung mendapat beasiswa dari kampusnya dan mendapat fasilitas asrama sampai lulus serta meraih gelar pendidikannya.
Namun, biaya hidup di asrama Taehyung benar-benar hampir membunuhnya! Seokjin berusaha mendapatkan penghasilan yang lebih untuk bisa membahagiakan Taehyung. Seokjin ingin putranya mengalami hidup yang lebih baik dari dirinya. Ia tidak ingin putranya mengalami sesuatu hal buruk seperti kehidupannya dimasa lalu.
Hamil, memiliki seorang anak dari pria tak bertanggungjawab sebelum usia dua puluh tahun lalu dibuang jauh oleh keluarga membuat Seokjin harus bekerja extra keras demi menghidupi putranya. Masa lalu telah mengubah prinsip hidup seorang Kim Seokjin untuk terus berjuang demi masa depan putranya yang lebih baik dengan fasilitas yang memadai.
.
.
.
Seokjin mendengar suara klik pintu dan melihat wajah si bos tampan sedikit acak-acakan (?). Seokjin sedikit tersentak namun ia mengalihkan pandanganya ke arah lain. Jujur saja dirinya selalu merasa gugup jika sudah berhadapan denga si bos yang ia akui sangat tampan tapi juga menyebalkan.
"Bisa buatkan aku kopi?"
Oh ayolah seorang Kim Namjoon bahkan menyuruh sekretaris cantiknya ini untuk membuat secangkir kopi? Dikiranya akan diceramahi atau disalahkan karena hal pekerjaan, tapi membuat kopi? Apa otak bos tampannya ini sedang konslet?
"Baiklah Tuan. Nanti akan saya bawakan ke ruangan Anda"
Tak beberapa lama Seokjin berdiri di ambang pintu ruangan bos nya sambil memegang secangkir kopi di tangannya "Ini kopi pesanan Anda"
Namjoon pun langsung meraih cangkir itu lalu meminumnya dan tiba-tiba...
"Kau benar benar belum memahami bahwa aku suka kopi dengan rasa yang kuat. Yang ini berasa seperti air."
Namjoon berjalan ke dalam kamar mandi ruangannya dan Seokjin mengamati lewat pintu yang terbuka saat si bos menuangkan cairan kopi itu ke wastafel. Namjoon meninggalkan cangkir itu disana dan berbalik dan kembali ke tempat Seokjin bediri.
Namjoon meletakkan kedua tangannya di meja dan bersandar di depannya. Dengan tatapan mengintimidasi. "Aku tahu ini akan sulit untukmu, tetapi bisakah kau belajar bagaimana membuat secangkir kopi yang pantas untuk bos mu ini?"
"Y-ya, Tuan. Sa-saya a-akan mencobanya lagi." Namjoon berucap begitu dekat sehingga Seokjin dapat mencium campuran aroma maskulin seorang pria dan agresivitas yang menguar dalam gelombang yang tak terlihat. Apa yang salah dengannya hingga ia tertarik pada bos tampannya ini. Kim Namjoon adalah seorang pria brengsek. Ya, pria brengsek yang tampan. Mata Seokjin menelusuri fisik pria dihadapannya. Namjoon yang saat ini tidak memakai setelan bisnis, ia hanya memakai pakaian casual seperti jeans dan kemeja lengan pendek.
Mata Seokjin melanjutkan merekam wajah tampan Namjoon. Rambut berwarna silver mengkilat, mata setajam elang dan sebuah dimple manis hinggap dipipinya cukup membuat dirinya terpesona oleh paras si bos menyebalkan ini.
"Apa yang kau perhatikan hmm? Wajahku yang tampan?" Namjoon berbicara sangat dekat dengan wajah Seokjin.
Tubuh Seokjin sedikit tersentak sebagai akibat dari suara berat Namjoon yang mengoyak inderanya. Wanita itu segera melangkahkan kaki jenjangnya menjauh untuk membuatkan kopi pesanan si bos tampan.
Beberapa menit kemudian Seokjin datang membawa secangkir kopi panas pesanan si bos. Jujur tangan Seokjin sedikit gemetar tatkala menyerahkan cangkir kopi pada si bos. Perlahan ia menuju meja si bos dengan tingkat kegugupan meningkat hingga tak terasa cairan kopi yang panas itu tumpah mengenai tangannya. Seokjin menjerit kesakitan dan kopi yang dipegangnya mulai bergoyang dalam genggamannya.
"Sial." Namjoon menghampiri Seokjin segera meraih cangkir kopi dari gengaman wanita itu dan meletakkannya di meja.
Namjoon pun panik lalu segera ia menarik tubuh Seokjin, membawanya menuju wastafel kamar mandi ruangan nya. Dengan cepat Namjoon menyalakan kran air dan mengambil tangan Seokjin lalu menahannya dibawah pancuran air dingin dalam wastafel.
Saat tangan Namjoon memegangi tangannya dibawah aliran air dingin, Seokjin mulai gemetar lebih keras lagi hingga membuat Namjoon kembali panik.
"Ya Tuhan, tenanglah. Tanganmu akan baik-baik saja. Tidak mungkin lukanya separah itu." Namjoon masih memegangi kedua tangan Seokjin dibawah aliran air kran. Bisa dibayangkan posisi mereka saat ini yang cukup dekat (?) oh bukan terlampau sangat dekat. Posisi Namjoon yang memegangi kedua tangan Seokjin dari belakang membuatnya dapat menghirup wangi tubuh serta merasakan tubuh wanita itu menghangat dan lembut berlawanan dengannya. Seokjin pun merasakan kembali aura dominan si bos yang seperti tengah memeluk tubuhnya dari belakang disertai pegangan pada kedua tangannya semakin mengencang.
Namjoon kembali sadar ketika ia merasa Seokjin mulai bergerak menarik diri. Wanita itu mematikan kran air dan mencoba sedikit mendorong tubuh tinggi si bos mundur darinya. Ia mengambil serbet untuk mengeringkan tangannya yang basah dan kembali bertatapan dengan bos nya.
Seokjin mengambil cangkir kopi lalu kembali menyerahkan minuman itu ke bos nya "Co-cobalah ko-kopi buatan saya Tuan.." Seokjin menghela napas dalam-dalam untuk menenangkan pikirannya atas kejadian tak terduga tadi.
Namjoon pun mengambil cangkir kopi itu lalu menyesapnya sambil menggerutu. "Rasanya... cukup baik. Aku tahu kau bisa membuat minuman ini dengan baik" Namjoon memandang Seokjin sekilas sebelum kembali menuju meja kerjanya.
.
.
.
TBC
.
.
.
.
Hallo, Kimi is back with a Namjin story again hehehe...
Kimi lagi nyoba buat ff Namjin berchapter trus rate-nya langsung M loh huaaaa... semoga berhasil dan gak macet di tengah jalan.. Sebagai chapter awal Kimi rasa masih banyak kurang deh, tapi Kimi tetap optimis dan butuh tanggapan serta saran dari kakak2 readers di kolom review sebagai penyemangat hehehe...
thankyou for read
