Rumah

Disclaimer: Naruto isn't mine. it's Mashashi Kishimoto's

Bagian Pertama

Ino menyandarkan kepalanya di kursi yang berhadapan tepat dengan meja kerja Sakura. Berulang kali ia melihat ke cermin yang selalu dibawanya, mengecek apakah wajahnya benar-benar pucat seperti kata teman-temannya. Ino memang sedang tidak enak badan akhir-akhir ini. Bahkan saat ia berlatih dengan Chouji dan Shikamaru tadi siang, Ino pingsan. Dan karena itulah hari Ino ini berakhir di ruang praktek Sakura.

"Kau harus segera memberitahu Shikamaru soal ini, Buta-chan." Kata Sakura saat masuk ke dalam ruangannya.

"Shikamaru? Apa hubungannya si Malas itu dengan penyakitku?" wajar saja Ino heran, sudah sekitar satu bulan hubungannya dengan teman setimnya itu merenggang.

"Kau hamil," kata Sakura tanpa basa-basi. "dan kalau aku tidak salah dan kalau kau memang benar-benar jujur denganku, pria terakhir yang berhubungan denganmu adalah Shikamaru."

"Kau benar Dekorin, dia memang pria terakhirku. Tapi kau tidak lupa kan kalau sekarang si Kepala Nanas itu tengah berhubungan dengan sang Putri Suna?"

"Tentu saja aku tahu Ino, aku tidak buta. Tapi apa kau ingat kapan terakhir kali kau melakukan 'itu' dengannya?"

"Sehari sebelum kami putus. Bagaimana aku tidak lupa? Sehabis melakukan 'itu' aku menemukan surat dari Tema-"

"Baiklah," kata Sakura memotong omongan Ino," kapan terakhir tamu bulananmu datang?"

"Sepertinya empat minggu yang lalu. Memang tidak tera-"

"Bagus. Sudah jelas sekarang. Kau mau mengelak lagi Nona Yamanaka?"

"Mmmmm. Baiklah, tapi aku harus bagaimana Dekorin?"

"Beritahu Shikamaru. Shikamaru akan melamarmu pada Inoichi-jiisan. Lalu kalian menikah dan anak itu lahir. Sederhana bukan?"

"Tak akan semudah itu Sakura. Bagaimana dengan Temari?"

"Beritahu Shikamaru Ino. Itu yang terpenting. Dengan IQ-nya yang di atas 200 dia pasti bisa menyelesaikan masalah ini."

"Baiklah Sakura. Aku pulang dulu." Kata Ino sambil beranjak dari kursinya dan berjalan menuju pintu.

"Perlu kuantar Ino? Sepertinya kondisi ini tidak cocok bagi seorang gadis untuk berjalan sendirian." Kata Sakura, menampakkan wajah khawatir yang tidak dibuat-buat.

"Tidak perlu Sakura," kata Ino sambil tersenyum. "Aku akan langsung menemui Shikamaru." Ino membuka pintu

"Baiklah. Hati-hati Buta-chan." Kata Sakura sambil memandang khawatir punggung sahabatnya. Ia sendiri tidak dapat membayangkan bila hal yang sama terjadi padanya.

Sementara itu Ino masih berjalan dengan gontai keluar dari Rumah Sakit. Dia tahu tujuannya sekarang adalah apartemen Shikamaru, tapi tetap saja ia tidak yakin. Hatinya ragu apakah pilihannya untuk memberi tahu Shikamaru adalah keputusan yang tepat. Sebesar apa pun cintanya pada Shikamaru, Ino yakin kalau ia tidak mau menikah dengan Shikamaru karena kecelakaan yang sama-sama tidak mereka inginkan ini. Ino memang mencintai Shikamaru dan itu sudah sangat jelas. Tapi ia ragu apakah Shikamaru masih mencintainya. Ino tidak mau pernikahan tanpa cinta.

"Hey Ino!" panggil suara seorang wanita yang paling tidak ingin ia dengar saat ini.

"Ah Temari-san," sapa Ino laluketika melihat pria yang berada di sebelahnya Ino pun menambah sapaanya, "Shika-kun. Apa yang kalian lakukan malam-malam begini?"

"Temari harus kembali ke Suna malam ini, jadi aku mengantarnya ke gerbang Konoha. Kau sendiri sedang apa malam begini sendirian?" kata Shikamaru sambil memandang ke langit.

"Shikamaru benar Ino. Bagaimana kalau kau ikut mengantarku lalu setelah itu Shikamaru mengantarmu pulang?"

"Baiklah Temari-san." Ino pun kemudian berjalan ke samping Temari.

"Ayo kalau begitu. Aku sudah sangat mengantuk." Kata Shikamaru sambil berjalan meninggalkan kedua gadis yang sama-sama mencintainya.

Mereka bertiga pun akhirnya berjalan menuju Gerbang Konoha. Kecanggungan jelas-jelas menyelimuti mereka. Temari merasa tidak enak dengan Ino, entah karena apa, karena ia tidak tahu kalau sebenarnya ia telah merebut Shikamaru dari Ino. Ino tentu saja tidak nyaman karena harus berada dia antara sepasang kekasih, apalagi kalau salah satu dari mereka adalah mantan kekasihnya. Dan yang paling bingung tentu saja Shikamaru, ia harus berada di antara dua orang wanita yang benar-benar dicintainya dengan cara yang berbeda.

"Nah, kita sudah sampai. Ino, Shikamaru, terimakasih karena sudah mengantarku. Sekarang lebih baik kalian pulang. Aku tidak apa-apa. Kankurou akan menemuiku di hutan terdekat."

"Baiklah Temari, hati-hati." Kata Shikamaru sambil mencium kening Temari.

"Iya Shikamaru. Kau juga, jangan sampai terjadi sesuatu pada Ino." Kata Temari yang langsung meninggalkan dua insan yang pernah bersama itu.

"Jadi, tidak keberatan 'kan kalau aku mengantarmu ke rumah?"

"Tentu saja tidak. Tapi Shika-kun, lebih baik kita ke apartemenmu. Ada hal penting yang harus kubicarakan."

"Kenapa tidak membicarakannya sekarang saja?"

"Tidak Shika-kun. Kita harus membicarakannya di apartemenmu."

"Tch. Mendokusei. Baiklah." Kata Shikamaru lalu meraih tangan Ino.

Ino tentu saja langsung salah tingkah. Ia sama sekali tidak berharap untuk berjalan bersama lagi dengan Shikamaru, apalagi sambil bergandengan tangan seperti sekarang. Tapi Ino membiarkannya, karena ia senang dengan perasaan yang ia dapatkan saat tangan Shikamaru menggenggam tangannya. Terdapat kedamaian yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata saat itu, dan Ino tentu saja menikmatinya.

Tiba-tiba saja Shikamaru melepaskan genggamannya, Ino pun langsung kembali ke dunia nyata. Dan ternyata, berhubung dari tadi Ino terjebak dalam dunia khayalan, ia tidak sadar bahwa sekarang mereka sudah berada di depan apartemen Shikamaru, dan sekarang Shikamaru sedang merogoh sakunya untuk mengambil kunci.

'Jadi Shikamaru melepaskan tanganku karena ia akan mengambil kunci, bukan karena ia ingin.' Pikir Ino.

"Hey Ino. Sampai kapan kau akan melamun seperti itu? Jadi berbicara denganku tidak?"

"Eh... baiklah Shika-kun. Tadaima." Kata Ino sambil melangkahkan kakinya ke apartemen Shikamaru.

"Tadaima?" Shikamaru mengernyit.

"Maaf Shika-kun, kebiasaan."

"Tidak apa-apa. Jadi, apa yang ingin kau bicarakan?"

"Lebih baik kau mandi dulu Shika-kun. Pembicaraan ini harus dilakukan dengan pikiran segar." Ino mencoba untuk mengulur-ulur waktu.

"Baiklah, tapi setelah aku selesai mandi kau harus menceritakannya." Shikamaru mengambil handuk dan masuk ke kamar mandi.

Ino langsung membereskan apartemen Shikamaru setelah pemuda malas itu masuk ke kamar mandi, walaupun itu bukan kewajibannya lagi tapi tetap saja Ino tidak tahan dengan apartemen Shikamaru yang teramat sangat berantakan. Ino benci mengakuinya, tapi membayangkan bahwa nanti ia akan melakukan hal seperti ini membuat Ino bahagia. Sangat bahagia.

Setelah selesai membereskan apartemen itu, Ino mulai membuatkan teh hangat untuk mereka berdua. Ino mencari sesuatu di lemari Shikamaru, dan saat menemukannya ia tersenyum. Ternyata Shikamaru masih menyimpan chamomile yang Ino siapkan untuk membuat teh. Ino tahu khasiat chamomile yang menenangkan dan karena itu ia selalu menambahkan chamomile pada tehnya jika mereka sedang bertengkar dan butuh ketenangan.

"Kalau kau sudah selesai, aku menunggumu di depan." Kata Shikamaru.

Ino pun segera menyelesaikan tehnya dan membawanya ke depan. Di sana Shikamaru sudah menunggu dengan kaos oblong abu-abu dan celana pendek, dan yang lain dari biasanya adalah rambutnya yang biasanya dikuncir ala nanas kini tergerai basah. Ino tersenyum melihatnya, ia memang sangat senang dengan penampilan seperti itu, karena tidak ada yang pernah melihatnya seperti itu kecuali Ino.

"Jadi, ada apa?" kata Shikamaru sambil menyeruput tehnya.

"Aku hamil." Kata Ino langsung, tanpa basa-basi.

Shikamaru mengernyit untuk yang kedua kalinya malam ini, jika ia Naruto atau Kiba, ia pasti akan menyemburkan teh yang sedang diminumnya.

"Siapa ayahnya?"

"Tentu saja kau Tuan Jenius!"

"Kau yakin?"

"Tentu saja, memang aku menyebalkan, tapi aku tidak suka selingkuh seperti kau."

"Baiklah, besok aku akan menemui Inoichi-jiisan untuk melamarmu."

"Hah?" kali ini Ino yang kaget. Dan karena ia tidak dapat menahan perasaan seperti yang Shikamaru lakukan, ia pun menyemburkan teh yang diminumnya.

"Tentu saja. Ada pilihan lain? Kau mau anak itu lahir tanpa ayah?"

"Tapi Temari-san..."

"Aku belum meresmikan hubunganku dengannya."

"Ta-"

"Tidak ada tapi-tapi lagi Ino. Aku memang pemalas, tapi aku tidak pernah lari dari tanggungjawabku.

Ino terdiam, dia tidak menyangka Shikamaru akan langsung melamarnya, apalagi mengingat kemesraan yang ditunjukkannya kepada Temari tadi. Ah, Ino berharap ini semua hanya mimpi dan ia akan bangun tanpa bayi ini di kandungannya.

つづく

Saya bukan orang yang pandai berkata-kata. Bukan juga orang yang komunikatif. Jadi saya hanya ingin bilang terimakasih yang sebesar-besarnya untuk semua yang sudi membaca fic ini. Dan salam kenal buat semuanya :)

Oiya, buat yang sudi baca fic ini saya harap juga sudi untuk meninggalkan review yang saya yakin sangat bermanfaat untuk saya

Sekali lagi, domo arigatou gozaimasu :)