disclaimer: vocaloid © yamaha, crypton future media
catatan: pasca - hunger games AU sepertinya.. entahlah


Miku menenggelamkan benaknya di antara selimut dan lengan panjang Len. Mimpi buruk lagi-lagi menghantuinya, merasukinya. Tubuhnya siap melompat ketika melihat darah menetes dan jatuh dan jatuh dan jatuh di antara warna hitam dalam mimpinya.

"—kau baik-baik saja?"

Len merapikan poni Miku dengan lembut, lembut, lembut, rasanya nyaman sekali. Tapi ia tak sanggup kembali tidur jika mimpi akan membuat darah mencuci rambutnya yang toska agar tampak menyala di kerumunan.

Miku menyandarkan wajahnya di dada Len yang berlapiskan kaus cokelat terang — warnanya seperti darah yang mengering, "Mimpi buruk," Miku menjawab, "lagi."

Tangan Len meraih tiap ujung kepala Miku dan membawanya menuju kenyamanan, "Yah, siapa juga yang tidak bermimpi buruk setelah semua itu," jemarinya menjelajahi seluk-beluk rambut Miku, "merapatlah, akan kuusir mimpi burukmu."

Hanya suara hela napas yang terdengar, Miku tahu sekeras apapun usaha Len mengusir semua mimpi buruknya, ia tak akan berhasil — setelah semua pemberontakan, permainan paling tolol sedunia, mutan tanpa kewarasan melahap teman-teman.. lagi-lagi ia mengingatnya.

Tapi tidak apa, Len ada di sini, memecahkan mimpi yang baik dalam gelas kaca dan membawa mimpi itu menuju kenyataan. Agar ketika Miku terbangun, yang ia lihat adalah Len, beserta warna kuning berkelebat yang menyiratkan semangat kehidupan.

"Dingin," tukas Miku meski ia dan Len dalam lindungan selimut, "kakimu mengenai pahaku," ia mengomentari soal Len yang tidak lebih tinggi beberapa senti darinya.

Len mendesis, "Kau mau membahas soal tinggi badanku lagi?"

Akhirnya segaris tawa melompat dari tenggorokan Miku, ia memandang jauh ke dalam iris biru yang menariknya di antara surai kuning yang menutupi poni Len, "Aku tidak membahas itu, kau yang mulai duluan."

Mereka memeluk lagi lebih erat dengan lutut bersentuhan, rambut berantakan dan warna putih dari cahaya bulan menyelusup di antara lipatan korden, suara mereka pecah jadi satu, untuk saat ini, mereka tidak perlu mengkhawatirkan apapun.

Len menyampirkan rambut panjang Miku ke belakang telinga gadis itu, "Aku akan tambah tinggi," ia menegaskan.

"Ya," Miku mengangguk perlahan, "lalu kita saling menyusul bersama-sama."