.
.
.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Rated: T
Genre: Family
Warning: OOC, Typo(s), Semi-Canon, Authornya masih amatir *geplak*, alur kecepetan, dll
.
.
.
.
.
"Ne, Boru-nii, apa kamu senggang?" pertanyaan nan polos itu keluar dari bibir Uzumaki Himawari, pada kakak laki lakinya yang sedang berguling guling bosan di lantai rumahnya. Uzumaki Boruto, sang kakak, hanya bisa mengangguk malas dan bosan. "Yeah... Aku senggang dan bosan... Tapi sebisa mungkin aku tidak mau bergerak-ttebasa. Panas sekali di sini." ucap Boruto bosan. "Hei, dik, apa kamu juga bosan?" tanya sang kakak kemudian setelah jeda hening beberapa detik di musim panas itu. Himawari mengangguk lemah, menjawab pertanyaan kakaknya, "Sama sepertimu, nii-chan."
"Kaa-chan kemana, Hima?" tanya Boruto. Himawari meraih sebuah kipas dan mulai mengipasi dirinya sendiri, berusaha melawan hawa panas yang membuat dirinya berkeringat. "Kaa-chan ada rapat di kediaman Ojii-chan... Kata kaa-chan, kaa-chan akan pulang di malam hari nanti."
"Mau ke ruang Hokage untuk mengajak tou-chan bermain-ttebasa?" Usul Boruto yang segera di sambut gelengan dari sang adik lagi. "Aku tidak mau. Nanti tou-chan kerepotan karena ulahmu, Boru-nii. Kasihan tou-chan..." ucap sang adik penuh rasa simpatik, berbeda dengan kakaknya yang kini malah cemberut, merasa kesal rencananya yang sempurna untuk mengacaukan ruangan Hokage itu terbongkar oleh sang adik. Boruto menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, berusaha memutar otaknya.
"Bagaimana kalau latihan di hutan keluarga Shikadai-ttebasa?"
Sebuah senyum sumringah muncul di wajah sang adik. Himawari segera mengambil kantung yang berisi peralatan ninjanya, dan berlari keluar, tanda ia setuju dan ingin segera ke hutan yang berisi banyak rusa itu. Boruto tersenyum sekilas, menyusul lari adiknya, tidak lupa mengunci pintu rumahnya, dan berjalan pelan mengikuti langkah Himawari yang berada tidak jauh di depannya.
.
.
"Whoaaa... sesuai dugaanku tempat ini memang sejuk-ttebasa! Bukankah begitu, Hima?" Tanya Boruto dengan riang sambil mengangkat salah satu tangannya, merasakan hembusan angin di sela sela pepohonan itu. Himawari mengangguk antusias, namun matanya memandang heran ke pepohonan pepohonan yang tumbuh besar, bahkan bisa ia perkirakan tingginya mencapai 10 meter. Himawari kemudian mengaktifkan Byakugan, berusaha meyakinkan dirinya kalau tempat itu memang hutan milik keluarga Nara, mencari rusa rusa yang biasanya dengan bebas berlalu-lalang.
"Byakugan!"
Himawari menatap sekelilingnya, ia yakin dari pohonnya saja ia sudah tahu, pepohonan di hutan Nara biasanya cenderung lebih pendek, berbeda dengan tempatnya berpijak ini. Juga, setelah melihat sekelilingnya dengan byakugan, ia tidak melihat seekor rusa melintas tempat itu. Boruto, merasa aneh dengan sikap Himawari itupun menegur sang adik.
"Hima, kamu baik baik saja, kan-ttebasa?" tanyanya sambil menepuk pundak Himawari. Himawari menggeleng dengan pasti, masih mengaktifkan byakugan miliknya, dan kini memasang kuda-kuda bertarung khas klan Hyuuga. "Boru-nii, bersiaplah. Ada 5 ninja pemberontak datang dari arah jam 3."
Boruto mengeryit heran. Terus terang ia bingung. Bingung dengan sikap Himawari yang tiba tiba menjadi serius dan juga perkataannya. 'Memangnya ada ninja pemberontak di hutan Nara-ttebasa?' pikirnya setengah bertanya tanya. Ia lantas mendekat ke arah Hima untuk bertanya lebih lanjut. Namun, puluhan kunai yang terdapat bom kertas melayang, dan menancap di tanah yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka bersiaga.
Dalam hitungan 5 detik, puluhan bom itu meledak, menyisakan asap yang mengepul di udara, dan juga dua anak berusia 7 dan 5 tahun yang tergeletak tidak berdaya dan tidak bernafas di tanah.
.
.
.
.
Boruto membuka kedua matanya. Ia yakin tadi ia sudah terkena sebuan bom kertas di hutan terlarang. Yeah... setidaknya di saat saat terakhir, ia harus tahu kalau tempat yang ia kunjungi itu hutan terlarang, bukannya hutan milik keluarga Nara. Boruto menoleh ke sana-kemari, mencari adiknya yang seharusnya terlempar tidak jauh darinya. Namun, yang ia temukan hanya seorang pria berambut jabrik kuning, yang juga menatapnya lurus. Boruto kemudian menyerangnya dengan rentetan pertanyaan yang berkeliaran di kepalanya.
"Hima dimana?! Kenapa kamu bisa ada di sini? Siapa kamu? Kenapa nggak ada bekas ledakan di sin-"
"Tenang dulu, Naruto..."
"NAMAKU BUKAN NARUTO-TTEBASA!" Teriak Boruto keras pada pria di hadapannya yang memanggilnya dengan nama tou-channya itu. Pria itu terdiam sebentar dan menyunggingkan sebuah senyum singkat. "Oh, maaf... Kukira kamu anakku. Mukamu mirip dengan anakku, walau kamu versi kecilnya dia." ucap pria itu tersenyum ramah. Boruto kemudian menatap pria itu dari ujung rambutnya hingga ke kakinya.
"Katakan padaku siapa namamu dan dari mana kamu berasal." Kata pria itu kemudian. Boruto kemudian menggeleng, tidak sepenuhnya menaruh kepercayaan pada pria yang baru pertama kali di lihatnya itu-walau sepertinya ia kenal wajahnya. Ya. Boruto rasa pria ini sangat mirip dengan patung para Hokage terdahulu...
"Jangan bilang kalau kau ini... Yondaime Hokage?"
Pertanyaan itu keluar dengan mulus dari mulut Boruto. Memang rasanya tidak sopan segera menebak nebak seperti itu pada orang yang sudah pasti jauh lebih tua darinya itu. Tapi mau bagaimana lagi? Rasa penasaran bocah itu sudah memuncak, dan ia juga sudah merasa masa bodo mengenai sopan santun yang sering kaa-channya ajarkan padanya.
"Eh? Wah... sepertinya aku cukup terkenal di dunia sana, ya..."
Iris biru Boruto membulat dengan sempurna. "Tunggu dulu-ttebasa! Apa maksudmu, paman?!" Tanya Boruto. Pria itu menatap Boruto dalam dan berkata dengan pelan.
"Kamu sudah mati, nak..."
.
.
TBC
.
Konnichiwa! PriscallDaiya masuk ke fandom Naruto nih! Kuharap para senpai dan readers-sama tidak keberatan kalau saya bergabung di fandom Naruto ini. Well... pertama tama, saya mau minta mohon bantuannya karena ini pertama kalinya saya masuk fandom ini. Jadi mohon maaf kalau authornya masih amatir... Er... ada yang sudah bisa nebak disini Boruto ada dimana?
Yak! Baiklah. Tak perlu berlama lama... saya undur diri dulu. saya mau minta Review dan saran serta kritik, kok! Semoga saran readers-sama bisa membangun saya untuk chapter selanjutnya.
Author amatir yang nebeng di fandom Naruto,
-PriscallDaiya-
