Ini kisah seorang pemuda bernama Jeon Jungkook yang jatuh cinta pada namja manis seusianya, Park Jimin. Jungkook yang baru menemukan apa arti cinta dan langsung menetapkan keinginannya untuk memiliki kisah di mana hanya ada dia dan orang yang ia cintai itu dalam kisahnya, lalu menemukan akhir yang bahagia. Keinginan yang sederhana, semua orang juga menginginkan akhir yang seperti itu tentunya dalam kisah mereka, iya kan,,?
Cinta pertama dan cinta terakhir. Menurut kalian mana yang paling penting ? Kalau Jeon Jungkook memilih keduanya sebagai hal yang sangat penting, begitu halnya dengan Park Jimin.
"Kenapa melihatku seperti itu,,?"tanya namja itu sedikit membentak,
Jimin menatap sengit Taehyung yang berdiri di depannya itu. Namun yang di tanya malah balik menatapnya dan denga begitu enteng menanggapi Jimin yang keningnya mengerut itu.
"Siapa.?"ujar Taehyung sangat innocent.
"..KAU,,!"Jimin menunjuk kening pemuda yang lebih tinggi darinya itu.
"Tidak"Taehyung menggeleng santai seperti anak kecil yang tidak mau mengaku kalau sudah mencuri permen.
"Ccih,,!"Jimin membuang muka dengan sangat. Namun pemuda di depannya itu malah tersenyum licik dan memandangnya intens. Ia semakin gencar untuk menggoda Jimin yang acuh. Bahkan kali ini ia menyeringai tajam.
"Memangnya kenapa kalau aku melihatmu,,,?!"tanya Taehyung yang menelusuri leher Jimin, sangat bersih, pikirnya,
Jimin semakin membuang muka jauh jauh sampai membelakangi Taehyung.
"Karena aku tidak SUKA,,"jawab Jimin begitu tegas.
"Kau. Tidak. Menyukaiku,,?"
"Tidak. Sama. Sekali."
Bukan Taehyung namanya kalau ia menyerah begitu saja. Pemuda malahan semakin bergairah untuk menggoda Jimin yang terlihat kesal namun jadi manis di matanya itu. Sekarang Taehyung berjalan mendekat dan kembali berdiri di depan Jimin, kali ini mengedipkan matanya pada Jimin. Namja manis itu menatapnya risih.
"Ya Ampun aku benar benar bisa gila,,"Jimin mengumpat. Dia tidak akan bosan membuang muka dari Taehyung.
"Ya benar. Sebentar lagi kau akan gila padaku,"bisik Taehyung lirih di leher Jimin.
"DIAM,,!"
Teriak Jimin yang membalikkan tubuhnya dan seketika memelototi Taehyung.
Taehyung tersentak dengan teriakan si manis dan iris mata kecoklatan Jimin yang membulat penuh itu. Ia benar benar tidak menyangka kalau Jimin akan menjadi seperti itu. Jimin memijat dahinya pelan. Mengelus dadanya mencoba untuk menjadi manusia paling sabar di dunia. Ia tidak ingin image calmnya rusak begitu saja hanya gara gara setan itu.
"Cepat buka pintu itu,,!"suruh Jimin dengan nada datar pada Taehyung yang sedikit blank itu.
Taehyung menggeleng seenaknya. Jimin melirik namja itu dengan tajam, sepertinya ia akan kehilangan kesabarannya dan berubah menjadi Hulk.
"..atau.."ucapnya dengan intonasi yang sangat di tekankan menunjuk pada Taehyung.
"Atau apa,,?"tantang Taehyung yang malah mencondongkan tubuhnya dan mendekatkan wajah tampannya pada Jimin. Tapi itu tidak membuat Jimin sontak menjadi kikuk, karena ia malah semakin tidak sabaran ingin mencekik Taehyung yang menyebalkan itu.
"Atau aku benar benar akan mengutukmu sebagai manusia yang paling menjengkelkan seantero dunia,"gertak Jimin dengan mimik serius.
Mereka beradu pandang dengan deathglarenya masing masing. Cukup lama. Satu menit. Dua menit. Tiga menit. Tiga menit setengah, berlalu.
Baik Jimin dan Taehyung dengan cepat menjauhkan tubuhnya masing masing dan Taehyung kemudian berjalan menuju pintu.
'Ceklek' pintu itu terbuka dengan mudahnya saat Taehyung menekan kenopnya. Jimin menatapanya tidak percaya. Taehyung hanya berdiri di sana dengan tatapan datar dan senyum yang sangat jahil.
"Pintu ini tidak terkunci manis. Sejak tadi."ujar Taehyung sangat innocent dan penuh desahan itu. Membuat Jimin muak,
Namja itu berdecak kesal mengetauinya. Ia tidak habis pikir dan merasa sangat bodoh karena telah menghabiskan waktunya yang berharga dengan sia sia bersama pemuda yang telah membakar hatinya itu.
Jimin menggendong tas punggungnya dengan mantap dan berjalan kesal menuju pintu untuk segera keluar dari ruangan yang menurutnya sangat nista itu. Tapi lagi lagi, Kim Taehyung, menghadangnya. Langkahnya tertahan saat tangan besar Taehyung mencengkeram lengannya.
"Sssttt..!"
Ia berdesis. Dengan gaya Stay cool, Taehyung melirik Jimin yang sudah dalam level ingin mengamuk itu.
"Lepaskan,!"ujar Jimin yang kepalanya sudah di tumbuhi tanduk setan itu.
"Ups, mianhae,"Taehyung mengangkat kedua tangannya layaknya buronan yang tertangkap basah. Namun lagi lagi seringaian itu semakin melebar di wajah tampannya saat mendapati Jimin yang BENAR BENAR SANGAT KESAL SEKALI.
"Tapi, lain kali aku tidak akan melepaskanmu, baby,"bisik Taehyung sangat seduktif dan dekat sekali di telinga Jimin hingga hampir menyentuh daun telinganya. Namja manis itu menoleh dan menatap Taehyung dengan mata indahnya yang di penuhi kobaran api itu. Wajah keduanya kembali bertemu bahkan kali ini lebih dekat. Menciptakan sebuah dinding es yang tipis di antaranya. Dingin. Namun hanya Taehyung yang merasakan dingin itu.
"Itu terjadi hanya jika kau bisa menangkapku,"
Detik berikutnya setelah kalimat itu keluar dari mulut Jimin, ia langsung berlalu meninggalkan Taehyung yang membeku.
"Ouuwwhh, dia itu seperti es krim, iisshh, dingin, tapi,, manis"ujar Taehyung setelahnya dengan nada yang gemas.
"Apa kerasmu untuk mengacuhkanku sekeras diriku untuk mempertahankanmu, Jimin-ah,,"
Jimin berjalan dengan langkah yang sangat cepat, ia ingin segera meninggalkan koridor di lantai dua itu. Meninggalkan kekesalannya yang meluap luap karena sudah di temui makhluk itu di permulaan harinya.
"Pagi Jiminieee,,!"sapa Hoseok dengan sangat ramah lengkap dengan senyum lebarnya saat berpapasan dengan Jimin yang menggerutu itu. Namun sepertinya ia tidak mendapat respon yang baik karena Jimin berlalu begitu saja.
"Jangan Menyapaku,,!"sahut Jimin kemudian yang sudah melangkah jauh. Itu pun dengan sangat ketus. Hobie menatap Jimin yang melaluinya begitu saja dengan heran karena sikap namja manis itu yang luar biasa tidak di duganya. Ia lalu berbalik arah dan mendapati Taehyung yang berdiri di pintu gudang itu. Dari seringaian Taehyung dan sikap Jimin yang jutek padanya, sepertinya ia sudah dapat menyimpulkan apa masalahnya.
"Aigoo, Kau membuatnya makin agresif Tae, lihat dia,! Wajah manisnya kusut sekali, Kau menggodanya lagi hoh,,!?" Tanya Hobie yang mengalungkan tanggannya di pundak bro karibnya itu.
"Kau pikir apalagi yang mau kulakukan padanya,,"sahut Taehyung enteng.
"Baiklah itu kebiasaanmu, tapi aku hanya mengingatkan untuk tidak berlebihan,"
Kali ini J Horse menjadi bijak. Taehyung malah mendesis.
"Aish, dia itu manis sekali, aku sungguh gemas,"
"Dia sudah punya pacar Tae,"
"Siapa,? Gigi kelinci itu,, ouwh ayolah, ketampananku ini tujuh tingkat di atasnya. Lagipula sejak awal Jimin itu milikku, jadi aku akan mengambilnya lagi,,"
"Kau pikir dia itu barang,,"
Taehyung menggeleng gelengkan kepalanya merasakan betapa gemasnya ia kalau melihat Jimin kesal seperti itu.
Jimin meletakkan tasnya dengan kasar di atas meja dan duduk sekenanya di bangku miliknya. Ia memutar bola matanya malas karena moodnya yang sangat buruk itu, lenguhan kasarnya menyiratkan kalau ia sangat lelah. Beberapa detik kemudian, namja manis itu bergegas mengambil posisi duduk yang rapi.
"Baiklah. Kau Park Jimin. Kau selalu bisa tenang menghadapi hal seperti ini. Dia bukan masalah yang besar jadi kau tidak perlu menjadikannya pikiran yang berat. Kau hanya perlu tiga bulan lagi untuk bertahan. Jangan membuatmu stress karena ini, ujian akan datang sebentar lagi. Pikirkan saja untuk LULUS dengan nilai yang sempurna, dan pertahankan prestasimu, Okey Jimin, Okey,,"begitulah Jimin mensugesti dirinya sendiri sambil tersenyum untuk menetralkan kekesalannya. Ia menarik napasnya dalam dalam dan menghembuskannya perlahan. Seperti itu sampai tiga kali pengulangan. Tapi itu sepertinya sia sia, wajah setan itu terus menari nari di kepalanya, sedang menjulurkan lidah padanya.
"Aiishh,,! Dia menyebalkan Sekali,,!"umpat Jimin dengan keras hingga menggema di dalam kelas yang kosong itu. Ia kembali pasrah dan menyandarkan kepalanya dengan malas di atas meja. Jimin sungguh frustasi di buatnya.
"Hei Kawan,,!"tegur Yoongi pada teman sebangku dan sepermainannya yang nampak bosan hidup itu.
"Akh,,!"Jimin mendesah keras merasakan pundaknya yang memanas karena pukulan Yoongi.
"Ya Ampun, bisakah kau sedikit lembut padaku hoh,,?!"omel Jimin tidak terima pada Yoongi yang bisa saja menjadi sasaran keberingasanya itu karena moodnya terganggu. Tapi tidak, Jimin itu sangat lembut, selembut sutra, tak akan tega ia melukai seseorang meski ia semarah dewa ganesha. Yoongi menatap namja itu heran karena muka Jimin begitu masam padahal ia kan sering memukulnya, tidak mungkin Jimin akan semarah itu karena pukulannya.
"Woah, sepertinya aku tahu masalahmu, biar aku tebak,,"ujar Yoongi yang sangat antusias seperti ibu ibu sosialita yang mendenger gosip terbaru.
Jimin hanya mengerucutkan bibirnya melihat tingkah Yoongi yang mulai tidak karuan itu.
"Dia mengganggumu lagi,,!?"terka Yoongi sangat mengejutkan Jimin karena dia melakukan lompat kangkang terlebih dahulu hanya untuk menebak itu. Detik berikutnya Jimin mengangguk pasrah.
"Baiklah, kalau begitu ceritakan,,"kali ini Yoongi duduk manis di depan Jimin. Membuat mereka saling berhadapan. Jimin mendesah.
".. Seorang siswa menghadangku di pintu gerbang dan mengatakan kalau guru seni memintaku untuk mengambil lukisan di gudang dan saat sampai di sana aku bertemu iblis itu yang menyeringai ke arahku seolah olah aku ini mangsanya dan fix, dia berhasil mengacaukan pagiku,"jelas Jimin dalam satu tarikan napas dan tanpa jeda itu membuat Yoongi benar benar terkesima dan berpikir bahwa Jimin sangat cocok menjadi seorang pembawa berita olahraga.
"Woah, kau tidak pernah secerewet ini. Baiklah ku sarankan agar kau menjadi seorang host berita saja karena sepertinya acara berita tidak akan membosankan jika hostnya seperti dirimu, haha,"kata Yoongi yang mulai ngawur. Jimin tidak mau mempedulikannya dan kembali meletakkan kepalnya di meja.
"Baiklah Jim, pada intinya pagimu sudah di kacaukan oleh,,"
"..oleh iblis terkutuk,,"potong Jimin tidak membiarkan Yoongi menyebut nama tersangka yang ia sebut sebut sebagai iblis itu.
"Aah terserahlah kau mau memanggilnya apa. Tapi satu hal, jangan terlalu membencinya karena bisa jadi perasaan itu akan berbalik nantinya.."
"Berbalik apa,,?"lagi lagi Jimin memotong pembicaraan. Yoongi jadi merapatkan bibirnya, tapi kalimatnya harus selesai.
"..berbalik..kau menyukainya,, ah tidak tapi kau menci,,"
"..aha. Aha dan aha,, aku tidak mau mendengarnya lagi,,"
Yoongi bersumpah bahwa ia ingin menyembelih Jimin karena memotong kalimatnya untuk yang ke sekian kali. Untung saja Yoongi termasuk namja yang memiliki taraf kesabaran yang tinggi.
".Okey, cukup pahami saja dan tidak perlu di dengarkan, atau kau mungkin sudah paham."kata Yoongi benar benar halus, dan sengaja agar sangat halus supaya Jimin tidak lagi lancang memotong kalimatnya.
10:00 KST.
JAM ISTIRAHAT. Para siswa Di Dream High School di berikan satu jam penuh untuk menghabiskan waktu di luar kelas dan pukul sebelas mereka sudah harus masuk kembali untuk belajar hingga jam tiga sore.
Berkumpulah tiga namja gila yang sedang memainkan game kesenangan mereka yaitu T.O.D dimana yang kena dan tidak mau melakukan Dare dan tidak menjawab Truth dengan jujur akan mendapatkan hukuman push up sepuluh kali sambil menyanyikan sebuah lagi dengan lirik mundur. Konyol sekali. Tapi itu menyenangkan.
"..Ayolah Bo Gum, kau harus memilih, Truth Or Dare,,?"tanya Namjoon sangat bersemangat,
"Dare,," Bo Gum benar benar pasrah dengan keputusannya. Jika ia memilih Truth maka teman teman biadabnya itu akan memaksanya membongkar semua rahasianya atau bahkan yang lebih parah ia akan di paksa untuk menceritakan kejadian di malam halloween saat ia terkunci semalam penuh di ruang BP bersama ibu guru yang cantik nan sexy itu, Ya Tuhan Bo Gum tidak akan membiarkan mulutnya menceritakan cerita gila itu. Oh itu sungguh mimpi buruk baginya.
"Oke Fix,!"sahut Namjoon, yang kemudian berbisik kepada Jae Bum yang duduk di sebelahnya itu. Dan sesekali Jae Bum terkikik geli. Entah rencana busuk apa yang sedang keduanya diskusikan untuk Bo Gum yang malang itu. Bo Gum melihat keduanya dengan teramat malas. Ia lebih memilih untuk meneguk jus melonnya dari pada menunggu kedua sobat nistanya itu selesai bermusyawarah. Anjiirr, entah sejak kapan jus melon itu terasa pahit di mulutnya, ia yakin sebelum itu jusnya terasa manis. Mungkin itu efek dari rasa gusarnya menunggu tantangan maut yang akan di berikan oleh Namjoon dan Jaebum.
"..Oke Oke, Bo Gum ah,"panggil Jaebum.
"Astaga aku curiga dengan senyum kalian,"ujarnya kesal melihat Namjoon dan Jaebum yang tersenyum evil itu.
"Kau tenang saja Bo Gum sayang, berdasarkan survei dan kajian yang telah kami lakukan di pengkolan ITC,,, tantangan ini sudah sangat sesuai untukmu,"
Astaga Jaebum membual.
"Damn,,"
"..Kau lihat di sana,,!"tunjuk Jaebum ke arah seorang gadis imut yang sedikit tambun tengah bercengkerama ria dengan teman temannya itu. Bo Gum pun mengikuti petunjuk itu dan mengangguk mengerti.
"Lalu apa,,?"tanyanya penuh kecurigaan.
"Datangi dia dan tanyakan berapa berat badannya,,"kata Namjoon enteng,
"MWOO,,!"seketika mata Bo Gum membulat sempurna seperti mau keluar saja bola mata itu dan dirinya hampir serangan jantung mendengar itu. Sementara dua orang pencipta ide gila itu langsung tertawa terbahak bahak melihat ekpresi korban penistaan mereka itu.
".. Kalian ingin dia menamparku dengan mangkuk ramen dan membuatku malu tujuh turunan di depan semua orang HEOHH,,!"
"Ooooh, santai brother, santai, jangan meninggikan suaramu,,"ujar Jaebum sangat enteng,
"Bagaimana aku tidak meninggikan suaraku, Ide kalian itu benar benar tidak masuk akal, Kalian sungguh tidak waras, POKOKNYA AKU TIDAK MAU,! tantangan macam apa itu,!"Bo Gum amat tersungut amarah kesal dengan dua tanduk setan yang muncul di kepalanya itu. Sepertinya ia akan berubah menjadi HellBoy.
"..Kalau begitu sesuai dengan kesepakatan di awal permainan, kau harus menjalani hukuman, push up sepuluh kali sambil bernyanyi dengan lirik mundur."kata Namjoon sangat puas. Bo Gum makin kesal dan merutuki dirinya sendiri karena sudah mengikuti permainan gila itu meski ia tahu pada akhirnya itu menjadi petaka baginya.
"Apa yang kau lihat sayang,? Cepat lakukan,,"tambah Jaebum yang meledek. Ia pun mau tidak mau harus melakukan itu, yeah sikap sportif dalam permainan daripada ia harus melakukan hal konyol itu,
Jimin tiba tiba datang memecah suasana. Dia sangat mengalihkan perhatian mereka karena wajah kusutnya.
"..Kau sedang puasa hoh,,?"tanya Bo Gum sekenanya dan hanya mendapat gelengan kepala dari yang di tanya.
"..Kau ini manis sekali sayang kalau tersenyum, sini duduk dulu dan ceritakan pada ayah,,"ujar Jaebum sok dewasa dan membawa Jimin duduk di sampingnya.
"Yak, Bo Gum ah, jangan kau pikir bisa mengelak, cepat lakukan hukumanmu,,,!"ujar Jaebum yang menadapati Bo Gum ikut ikutan duduk itu bukan malah melaksanakan konsekuensinya. Dan yang merasa tertangkap basah pun hanya tersenyum bodoh sambil memajukan bibirnya dan dengan hati yang dongkol ia menjalani hukuman.
"Waeyo,,?"tanya Namjoon kemudian pada Jimin.
"Aku lapar. Ah, Ahjumma,,,! Aku pesan ramen yaa,! Jangan terlalu pedas,!"teriak Jimin pada bibi kantin.
"Oke,,"sahut si bibi.
"Ramen lagi,,,? Pantas saja kau tidak tumbuh besar sayang,,"gumam Jaebum namun begitu terdengar oleh Jimin yang duduk di sisinya.
"..Aku sedang kelaparan sekarang. Jadi jangan memprotes apa yang ingin ku makan,,"sungut Jimin yang tidak seperti biasanya itu. Dan benar saja, teman temannya menyadari kalau itu bukan Jimin, tidak mungkin hanya perkara lapar membuat Jimin tampak menyeramkan seperti itu.
Yupz, semangkuk ramen panas datang juga. Jimin menyambutnya dengan sumringah. Ia pun langsung menyantap itu. Jaebum dan Namjoon hanya bisa tersenyum melihat seorang bocah manis sedang makan dengan lahapnya.
"Memangnya kau..."
"..ssstttt,, biarkan dulu dia menghabiskan makanannya,"cegah Jaebum pada Namjoon yang bibirnya sudah gatal untuk KEPOin Jimin.
"Bo gum ah,,! Lagu macam apa yang kau sedang kau nyanyikan hoh,,?!"tanya Namjoon yang merasa telinganya risih mendengar irama tidak karuan keluar dari mulut Bo Gum,
"..Something, Girlsday,,"jawabnya singkat dengan suara sengau, sangat singkat, itu pun dengan susah payah karena ia sangatterengah engah.
"Nadanya tidak terdengar seperti itu,,"protes Namjoon kemudian. Bo Gum menghentikan push up nya dan menatap pedas ke arah Namjoon.
"YAK,,! Membalik nada dan liriknya sudah susah, kau ingin aku mengacaukan nadanya juga hah,,,!?"gerutu namja itu. Sontak itu membuat Jaebum dan Jimin tertawa mendengarnya, bahkan Jimin yang sedang makan hampir saja tersedak. Jaebum yang sangat perhatian pun segera memberikan minumannya untuk Jimin yang terbatuk itu.
Jimin benar benar kelaparan. Dalam waktu yang cukup singkat ia menghabiskan ramennya dan hanya menyisakan sedikit kuah dan sepasang sumpit di dalamnya. Jimin lalu menarik napasnya dalam dalam dan mengeluarkannya perlahan. Ia sedikit keheranan melihat ketiga namja yang menatapnya antusias itu.
"Sekarang Namjoon, silakan tanyakan sesuatu padanya,,"ujar Jaebum mempersilakan Namjoon yang pertanyaannya sempat tertunda tadi. Namjoon menoleh dan memberikan kode OK pada Jaebum.
"Baiklah anak manis, paman tampan mau bertanya, kau dari mana saja sampai kelaparan seperti itu humh?"tanya Yoongi yang jelas membuat Jimin terkekeh. Namjoon memang pantas ia panggil ahjussi, tapi itu sungguh terdengar lucu di telinga Jimin, mengingat mereka memakai seragam yang sama.
"Tentu saja aku dari kelas. Aku sangat kelaparan karena aku lupa sarapan tadi pagi,,"jawab Jimin sejujur jujurnya.
"..Nah,, itu dia,, itu dia masalahnya,, kau lupa sarapan anak manis,, kenapa,,? Apa yang membuatmu melupakan hal sepenting itu. Pasti ada yang kau pikirkan sayang,,? Ada apa humh, ceritakan,!"kali ini Jaebum yang menginterogasi. Jimin meletakkan gelas airnya perlahan dan sejenak memikirkan kembali masalahnya.
"Emh, akhir akhir ini aku sibuk mengurus pendaftaran kuliah, itu cukup menyita pikiranku,"dusta Jimin dengan senyum terpaksanya itu. Percuma saja karena Jaebum dan Namjoon kecuali Bo Gum menyadari ada yang di tutupi oleh Jimin.
"Kuliah,,?! Jadi kau akan kuliah di mana Jim,,?"tanya Bo Gum bersemangat.
"London,,"sahut Jimin lirih.
"Lalu bagaimana dengan Jungkook,? Kau tidak berniat meninggalkan kekasih tanpanmu itu kan,?"tanya Bo Gum lagi dengan polosnya ia seolah tidak mengetahui apa yang sedang terjadi pada sobatnya itu. Jimin terdiam sejenak. Ia ingin menyusun kata kata yang nantinya bisa menutupi isi hatinya. Dia lalu tersenyum dan melihat mereka yang tengah menunggu jawabannya. Jimin berusaha bersikap wajar dan konyol seperti pada normalnya.
"Apanya yang bagaimana,? Dia juga akan kuliah di Jepang nantinya. Kami harus berpisah. Semuanya akan baik baik saja. Kami, memang berpisah, tapi ini kan untuk melanjutkan pendidikan, jadi tidak ada masalah, toh ini pilihan kami,"jawab Jimin namun bukan itu masalahnya. Jaebum menatap teduh namja di sampingnya itu.
"Jim, kau sedang ada masalah apa dengan Jungkook,? Ayolah jangan mennutupi apapun dari kami,"tanyaNamjoon penuh pengertian. Jimin menunduk lemas.
"Tidak apa Jim, kau akan merasa ringan jika menceritakan masalahmu pada kami. Meski kami ini namja yang bodoh tapi kami akan mencoba memahami. Percayalah semua masalah pasti ada penyelesaiannya. Hidup ini tidak akan sulit jika kita menganggapnya mudah,"tambah Bo Gum yang tampak serius layaknya penceramah siraman rohani. Semua menatap heran dan tak percaya kepadanya. Itukah Bo gum,? Begitulah keheranan mereka pada namja yang selalu konyol itu.
"Wae..? Kenapa melihatku seperti itu hah,?! Apa ada yang salah dengan kata kataku,? Oouwh ayolah kalimat seperti itu sering ada di KDrama. Astaga aku yakin kalian sangat KuDate dengan drama akhir akhir ini, Kuno sekali, padahal ada banyak serial terbaru, kalian pasti tidak tahu, dasar."gumam namja itu membuat yang lain speechless dan segera kembali ke pembicaraan yang benar.
"..Jungkook...mulai menjauhiku,,"ujar Jimin kemudian terdengar sangat rapuh,
Suasana menjadi hening.
"Dia menjadi jarang menegur atau bahkan tersenyum padaku. Aku merasa akhir akhir ini dia mengabaikanku. Sering juga aku melihatnya dengan orang lain. Kami jarang berbicara,,"jelas Jimin dengan tatapan yang menerawang jauh, begitu hampa dan kosong, tatapan itu nanar sekali.
"Yeah, akhir akhir ini aku memang jarang melihat kalian bersama,,"tambah Namjoon sama lirihnya. Jimin tersenyum pahit.
"Sudahlah, aku tidak ingin menjadi orang yang menyedihkan. Saat dia dekatku mungkin benar ia kekasihku, namun saat berada jauh ia kembali pada dirinya sendiri, ia berhak melakukan apa saja,,"ujar Jimin dengan senyum yang sangat dipaksakan. Benar benar Jimin yang sedang mengenakan topeng, senyum itu hanya kedok semata. Yang lainnya hanay bisa diam,
"Mungkin memang sudah saatnya. Lagi pula kami sudah cukup lama bersama. Bukankah sebaiknya mencoba ke hati yang lain. Seseorang pasti juga akan merasa bosan,,"
"..Hentikan itu Jim,,!"ujar Jaebum dengan nada yang meninggi. "Ini bukan dirimu, sadarkah, jika kau tampak sangat menyedihkan sekarang. Kau naif. Bagaimana rasanya huh,? Sakit kan,? Berhenti tersenyum bodoh dan membohongi dirimu sendiri..! Datangi dia dan bicarakan baik baik dengannya. Kau harus selesaikan masalahmu dan kembali seperti semula Jim,"tegasnya lagi. Jaebum begitu memberi dorongan pada Jimin untuk membicarakan masalahnya pada Jungkook. Karena ia tahu Jimin pasti selama ini hanya diam saja menyembunyikan kalut hatinya dari Jungkook dan berpura pura semuanya baik padahal ia sangat tersiksa karena Jungkook mengabaikannya tanpa alasan yang tidak ingin ia ketahui itu.
Jimin menundukkan kepalanya karena merasa matanya mulai memanas, tak ingin teman temannya tahu jika sewaktu waktu air matanya terjatuh. Jaebum yang mengetahui itu mencoba untuk berbicara lebih lembut pada Jimin.
"Jim, semuanya perlu di bicarakan. Aku yakin kau pasti ingin tahu apa alasan Jungkook bersikap seperti itu. Entah itu akan menyakitkan atau sebaliknya, kau harus mengetahui alasannya,"
Jimin mengangguk tanpa mengangkat wajahnya karena sebenarnya air matanya sudah jatuh membasahi pipinya yang memucat.
"Berarti sekarang aku adalah kekasihmu,,"ujar Bo Gum memecah suasana dan dengan tiba tiba menarik kursinya dan duduk di samping Jimin. Sontak kalimat ngelanturnya itu mengundang tatapan aneh dari Namjoon, Jaebum tidak terkecuali Jimin yang langsung mengangkat wajahnya penuh keheranan.
"Mwoyaa,,!"
Bo Gum lalu melihat Jimin dan tiba tiba memegang tangan namja itu.
"Kau bilang kan berada di dekatmu berarti kekasihmu. Kalau begitu aku akan berada dekat sekali denganmu sekarang, Okey,,"katanya sambil tersenyum konyol. Wajah Jimin seketika menjadi horor.
"Yaa,! Menjauhlah dariku,!"rengek Jimin membuat dua orang lainnya langsung tertawa renyah.
"Oupzz,, atau jangan jangan Jimin sekarang mulai terpikat dengan Kim Taehyung yang selalu menguntitnya itu,,"goda Namjoon kemudian.
"Hah,,!? namja MESUM ituu,!"sungut Bo Gum tak percaya.
"Hentikaaannn,,,! Kalian membuat mood ku semakin buruk saja, jangan membicarakan orang gila itu. Lebih kita bicarakan hal yang seru saja,,"usul Jimin dengan raut muka cerianya yang sudah kembali.
"Seperti apa,,?"tanya Bo Gum bersemangat.
"Seperti...Namjoon hyeong, yang masih saja mengejar Princess Seokjin,,,"ujarnya sambil terkikik bersama Bo Gum dan Jaebum.
"..Meski si Princess terus saja menolaknya,,"tambah Jaebum.
"..Aah,, Yeah,, Jim itu sama sekali tidak seru,,,! You got no jams,,,"kata Namjoon malas.
"..You got no Jin,,,"balas Jimin.
"..W.T.F.U,,"
Mereka pun kembali pada kodratnya sebagai teman yang jahanam jika sudah membicarakan pasangan NamJin yang seperti kisah Beauty and the beast ini. Yeah mungkin kalau yang ini judul kisahnya 'Beauty and the Monster'. Suasana pun menjadi renyah kembali. Mereka mulai mencari pembicaraan pembicaraan yang menarik dan membuat Jimin sejenak meninggalkan mood buruknya agar namja itu bisa berpikir lebih jernih dan mengendalikan emosinya, menghilangkan rasa sesaknya sejenak. Mereka semua tahu, Jimin seperti itu karena emosi sematanya saja padahal di hati terdalam namja itu sama sekali tidak merelakan Jungkook.
Tiga namja itu yang semula juga pernah menyukai Jimin kini menjadi sahabatnya dan kini malah menjadi hardshippernya Jikook. Mereka terus menyemangati Jimin dan mendorongnya untuk tidak lengah dengan perasaannya. Support mereka adalah yang di butuhkan namja itu saat ini. Mereka tentunya tidak akan merelakan hubungan Jikook kandas begitu saja, mengingat bagaimana kisah mereka telah terkenang dengan indah. Kisah yang sedikit kenanak kanakan namun romantis. Penuh kehangatan dan canda tawa tidak berpaling juga duka lara yang berakhir bahagia. Dengan dua tokoh utama dengan karakter yang sangat berseberangan. Jungkook yang cool dan dewasa dengan segala perhatiannya untuk Jimin yang childish dan selalu tersenyum manis bagaimanapun Jungkook memperlakukannya. Sedikit cuek, namun diam diam Jimin sering tersenyum sendiri karena tingkah Jungkook. Aneh dan lucu. Ini memperlihatkan dua manusia yang baru beranjak dewasa. Kisah mereka bermula saat hari pertama Jimin memakai seragam SMA, sama halnya dengan Jungkook,
Flashback...
Terik matahari semakin membuat Jimin kesal. Namja itu terus berlari tak peduli kemeja putihnya sudah basah oleh keringat yang bercucuran. Napasnya tersengal sengal, ia berlari sangat kencang melebihi atlet marathon. "Bodoh Jimin, Bodoh,,!"umpatnya untuk yang sekian kali pada dirinya sendiri, matanya terus mencari kesempatan untuk melihat arloji di pergelangannya yang membuatnya semakin panik.
Sementara di tempat yang lain,
Namja itu berdecak kesal mendapati tiga orang berandalan yang sudah ia cap sebagai musuh bebuyutannya itu. Ia sungguh tidak habis pikir, waktunya benar benar tidak tepat, tak ada pilihan lain selain menghadapi orang yang sangat menantangnya itu,
"Kalian sungguh tidak bosan kalah dariku hoh..?!"tanya namja itu sedikit berteriak dengan sombongnya, yang tentu menyulut api amarah tiga orang itu.
"Bajingan,,! Ccih,,!"salah satu di antara mereka meludah kepadanya,
