A/N: Pada dasarnya seperti yang summary dan judul katakan. Yep.
Pairing(s): Aomine/Kagami, Akashi/Kuroko, Kise/Kasamatsu, Midorima/Takao, Murasakibara/Himuro, and maybe more
Warning: none
Kuroko no Basket © Fujimaki Tadatoshi
.
.
.
Aokaga.
Memindahkan barang dengan Aomine justru bukanlah sebuah masalah. Ia sangat mempunyai tenaga, waktu, dan walau ia begitu pemalas, ia tetap melakukan apa yang Kagami minta. Kagami pikir mungkin nanti mereka akan menyelesaikan dengan cepat, bahkan mungkin mereka bisa bercumbu sebentar.
"Kagamiii…" rengekan itu ia dengar dari belakangnya.
Kagami tengah merapikan buku-buku dan berkas-berkas dan tangannya berhenti. Oh, tidak. Pikirnya panik. Tidak sekarang…
"Kagamii…" rengekan itu kembali terdengar dan Kagami buru-buru menaruh buku-bukunya ke rak. "…Kita berhenti dulu, yuk."
Setelah ia menaruh buku terakhir, ia berdiri dengan wajah yang sangat menunjukkan omelan yang panjang akan ada. "Aomine… masih banyak yang kita harus urusi."
Aomine hanya memasang wajah terdatar dan ternyebelin yang membuat Kagami gemas. Ia mengayunkan badannya ke atas sofa yang masih terbungkus plastik dan menjatuhkan badannya dengan suara 'kresek kresek' paling ribut yang pernah Kagami dengar.
"Ugh… Aomine ayo tinggal beberapa, deh. Ugh, dasar manja." Kagami berjalan ke arahnya dengan hentakan keras dan menarik baju depan Aomine dengan setengah paksa. Mereka belum menaruh dus-dus berisi baju mereka dan memasang seprei atau TV. Besok minggu dan Kagami tidak akan mengorbankan waktu relaksasinya sebelum benar-benar masuk kuliah.
"Iya tapi kan entar malam bisa."
"Malam?!"
Kagami meringis membayangkan mereka mengangkat lemari dengan suara decitan yang pastinya tetangga mereka akan tahu dan rencana Kagami untuk membuat makanan untuk sedikit selebrasi lalu bercumbu setidaknya sebelum mereka tidur dan—AGH! Kenapa, sih, Aomine harus menghancurkan rencananya! Dia sudah memprediksikan dengan baik. Ia kembali menarik bajunya dan merujuk.
"Che." Aomine berdecak kesal, "Ayolah kita sudah dua jam beres-beres…" ia bergerak di atas sofa dan Kagami sebenarnya benar-benar geli dengan suara yang dia buat, ia ingin cepat-cepat membuka plastiknya. Aomine yang melihat wajah frustasi Kagami tersenyum licik, "Sini sudah… kamu lelah, kan?"
Kagami cemberut, tidak lagi menarik atau berkacak pinggang tetapi melipat kedua tangan di dada. "Aomine, jangan coba-coba…"
Aomine hanya menaikkan alis seakan, apa yang aku lakukan? Dan melebarkan kedua kakinya, menepuk pahanya. "Sini, duduk sini kalau kamu lelah." Suaranya seduktif tetapi matanya seperti mengerjai dan kedua telinga Kagami memerah. Aomine yang tidak sabar segera menarik kerah Kagami.
Kagami membuat suara protes dan menindih kedua pahanya dengan paksa dan Aomine membuat suara kesakitan. "Aomine, stop, nanti saja…"
Aomine mendengus melihat protes macam apa itu sungguh mengkhianati gesturnya yang jelas Kagami itu lemah dengan rayuannya.
"Kamu bilang seperti itu tapi buktinya—UGH!" mungkin itu salah satu kelemahan dan senjatanya tapi kali ini Aomine dapat batunya karena kata-kata itu membuat Kagami kesal dan malah menyikut dadanya. Kagami segera bangkit dan tidaksengaja menginjak kaki pacarnnya itu,
"Ugh, Ahomine!" ujarnya sembari berbalik, "Terserah kau tapi istirahat saja sendiri karena aku akan menyelesaikan ini sendiri, membuat makan malam sendiri dan silakan tidur di kamar kau sendiri."
Aomine menggigit bibir bawahnya karena sayangnya ia tidak bisa hidup tanpa diladeni, ini menyebalkan. "Ah… tunggu, ya sudah lah. Kita lanjut saja."
Kagami, masih berbalik badan dan masih berlagak marah, diam-diam tersenyum menang. "Bagus. Kita angkat lemari baju."
Setelah itu mereka melanjutkan beberes mereka, Kagami yakin mereka akan cepat menyelesaikannya dan ia mungkin akan memberi Aomine hadiah (memasak makan malam dengan hanya sehelai apron) karena mau mengorbankan egonya yang masih besar saja, sampai dua jam kemudian—dan Kagami berharap setelah ini mereka membersihkan lantai yang berdebu dahulu—ia mendengar…
"Kagami… ngepelnya besok aja, yuuk…"
Ia harus tarik kembali kata-katanya.
.
