Your love to get heal me

.

.

.

.

.

SUMMARY

Sebuah takdir tak disangka, membawa keduanya masuk dalam sebuah ikatan hubungan yang tidak akan mampu sang dewa terka. Si kaya tampan Oh Sehun, jatuh berlutut pada wanita malang yang terjebak dalam pusaran dunia gelapnya.

.

.

Baby Aery HHS

.

.

Saat itu adalah saat hujan turun dengan lebat. Roda bulat mobil berwarna silver itu bergulir melaju cukup kencang untuk menerobos tumpahan air bumi demi mengejar waktu yang sudah menunjukkan waktu dini hari. Angin terasa dingin menusuk, menembus lapisan baja dari mesin yang dikendarai seorang pria muda tampan dibalik kemudi setirnya. Cuaca cukup parah malam ini, tidak hanya guyuran hujan yang dibarengi kilatan dan gemuruh petir tapi udarapun seperti lembab berkabut yang membuat penglihatan pria itu sedikit kabur, ditambah jalan yang ia lalui gelap tanpa pencahayaan dari lampu tiang yang biasa berdiri kokoh disamping kiri, kanannya.

Mata sipit itu menyeringit ragu dengan apa yang ia lihat didepan. Sedikit tidak yakin, tapi… ia melihat sosok wanita berdiri di tepi jalan seorang diri. Tiba-tiba bulu kuduknya meremang, membayangkan kalau mungkin saja dia.. tidak-tidak! Tidak mungkin ada hantu dijaman modern seperti ini. Sedikit melambankan laju mobilnya sekedar untuk menuntaskan rasa penasarannya, namun pria itu justru hampir membuang nyawanya saat wanita tanpa otak itu memasang badan dihadapan mobilnya tanpa terduga.

Nafas tersengal satu-satu penuh ketidakpercayaan berhembus keluar dengan alot dari hidung mancung pria itu. Tangannya bergetar menggenggam bulatan setir kemudinya dengan kaki yang cukup kuat menginjak pedal rem. Matanya berkedip sebagai respon alami saat alam bawah sadarnya belum cukup mampu untuk menangkap dengan apa yang terjadi. Apa ia masih hidup sekarang? Atau..

"Paman, bolehkan aku ikut denganmu?"

Paman? Hei, dia tidak setua itu!

Kepala pria itu bergulir pada arah kiri jendela mobilnya dan ia mendapati sosok wanita mengenakan balutan dress pendek ketat yang memiliki belahan dada rendah, jangan lupakan tubuh itu basah kuyup hingga membuat mata nakal Sehun bisa melihat gambaran menggoda didalam sana. Jakun Sehun secara sendirinya menelan liurnya panas. Oh, dewi yunani ia bahkan melupakan luapan emosi yang sudah ia siapkan untuk ia semburkan pada wanita yang sialnya cantik itu.

"Naiklah.."

Dan sejak malam itu kehidupanku berubah.

.

.

.

.

.

Main cast :

Luhan, Sehun.

Gendre :

Romance, fluffy.

Rate :

M.

Warning :

GS, Typo, dirty talk.

Length :

Oneshot.

PS :

Ga suka ga usah baca.. tolong tinggalkan review buat kalian semua yang udah baca^^ happy reading.

.

.

.

.

.

Story beginds

Dentuman music keras menusuk setiap pendengaran orang-orang yang meleok-leokkan tubuhnya dibawah kedipan lampu yang cukup memusingkan mata. Namun semua itu terasa terabaikan hanya karena gerakan erotis menggoda dari tubuh-tubuh penuh damba kenikmatan akan sentuhan surgawi dari lubang vagina sempit atau penis panjang perkasa yang mampu mengoyak isi kenikmatan didalam sana. Suasana semakin panas, bau alcohol semakin menyengat memasuki indra penciuman yang kadang menolak atau menyukai aromanya. Para lelaki hidung belang, duduk dengan kaki bersilang penuh kekuasaan akan wanita-wanita setengah telanjang yang mengangkang pasrah dihadapan mereka.

Sebuah dunia gelap yang selalu membutakan setiap orang, tidak peduli seberapa keras kau melawan tapi kau tetap akan terjerat jatuh kedalamnya tanpa ampun.

"Kau mau lagi?"

"Aku harus pulang.. Sehun pasti sudah menungguku.."

"Oh, ayolah.. hanya satu hisapan lagi."

Tiga wanita, dua diantaranya tengah menggoda wanita satunya yang sudah bersiap untuk pergi. Mencondongkan satu alat hisap sabu sebagai senjata untuk tetap membuat temannya duduk diam dan ikut larut dalam pusaran neraka jahanam sang iblis. Tapi sepertinya godaan itu tidak terlalu ampuh karena wanita langsing semampai yang hanya menggunakan dress pendek ketat berwarna hitam itu tetap melangkahkan tumit kecilnya yang dilengkapi sepatu berhak tinggi untuk kaluar dari bar. Untuk pulang dalam peraduannya, yaitu pulang pada pelukkan prianya- Oh Sehun.

.

.

"Aku merindukkanmu, sayang.. kenapa kau pergi sangat lama?"

Sebuah pelukkan hangat Sehun dapatkan dari belakang tubuhnya. Berbalik dengan sedikt malas saat ia kembali mencium aroma busuk itu menguar dari mulut kekasihnya hingga mampu menimbulkan rasa pening yang mendadak di kepalanya. "Kau tau kalau aku tidak menyukai aroma busuk minuman yang selalu kau teguk.. bersihkan dirimu dan baru temui aku."

Seringaian dari si betina terukir begitu mendapati si jantan menunjukkan aura dinginnya. Jangan sebut ia Luhan jika ia tidak mampu meluluhkan dinginya es seorang Oh Sehun. "Aku bosan di rumah dan Baekhyun mengajakku untuk merayakan ulang tahunnya.. aku hanya meminum sedikit vodka disana." Dengan manja, Luhan menggapit lengan kekar Sehun.

"Sedikitmu itu bisa dihitung diatas sepuluh jarimu, Luhan."

Cengiran lebar Sehun dapati sebagai jawaban dari sindirannya. Luhan bertindak cepat secepat Sehun yang tidak mampu menolak saat Luhan meraup bibirnya hingga berakhir bergulat dalam gumpalan saliva yang pecah. "Enak, bukan?" Pertanyaan bodoh Luhan kembali keluar. Ia memang suka untuk membagi rasa bekas minuman yang ia teguk kepada Sehun.

"Cepat mandi dan beristirahat." Sehun berlalu dari hadapan Luhan, meninggalkan Luhan yang terkikik geli seorang diri. Kekasihnya memang cuek bahkan sangat tidak peduli pada apapun yang memang menurutnya tidak penting. Tapi tidak untuk dirinya, Sehun sangat mencintai Luhan, wanita yang ia temui secara tidak disengaja dua tahun silam.

Wanita yang berhasil menjungkir balikkan kehidupannya dari yang normal menjadi tidak normal, dari yang wajar menjadi tidak wajar, hingga dari yang datar menjadi berbelok terjang penuh gundukkan lompatan yang bisa saja membuatnya jatuh seketika jika tidak berhati-hati. Tapi semua itu seakan tidak bisa membuat ia melepaskan Luhan. Selain perasaan cinta yang ia miliki, Sehun pun mempunyai harapan kalau ia bisa mengeluarkan Luhan dari dunia gelapnya yang salah.

.

.

"Temui Yixing hari ini.."

"Lagi?" Luhan memberengut ditempat duduknyaa saat mendengar Sehun lagi-lagi memintanya menemui dokter keparat itu.

"Aku yakin, kalau kau mengkonsumsi barang laknat itu lagi tadi malam.."

Luhan mengkerut kecil tidak sanggup membantah karena apa yang Sehun katakan memang benar. Ia menghirup bahkan menyuntikkan obat haram itu memasuki aliran darahnya. Luhan tersenyum kecil jika ingat sensasi menyenangkan yang ia dapatkan. "Hanya sedikit.." Berbisik pelan seolah tidak bersungguh-sungguh ingin memberitahu Sehun.

"Kapan kau benar-benar akan menjauh dari kebiasaan burukmu, Luhan?" Ada sedikit guratan iba yang tenggambar jelas dibalik mata hitam lekat Sehun. Walaupun rasa kesalnya bisa dibilang lebih besar dari rasa iba yang ia rasakan tapi Sehun hanya sanggup menahan kekesalannya dengan kesabaran hati yang entah sudah berbuah seberapa banyak dihidupnya sejak kedatangan Luhan.

Mulut kecilnya Luhan permainkan demi mengejek pertanyaan Sehun. "Kau tau, kalau aku tidak akan bisa lepas dari benda itu." Sebelum akhrinya sikap pembangkang Luhan keluar menantang ketegasan seorang Oh Sehun.

"Kau bisa Luhan! Kau hanya tidak mau.."

Tungkai ramping itu kembali tegap berdiri. Luhan berlalu dari hadapan Sehun dengan acuh hingga membuat Sehun kembali menggeram seperti seekor macan yang tidak menemukan mangsanya. Selalu! Selalu seperti ini jika mereka sudah membicarakan soal kebiasaan buruk Luhan. Luhan menghindar dan akan menjadi percuma walaupun mencegatnya karena hanya akan berakhir sama- amukan Luhan.

.

.

Sehun bukanlah orang yang menjalani kehidupan berleha-leha seperti pria pemalas yang hanya tau cara merampas uang milik orang tuanya. Sehun adalah salah seorang pengusaha sukses dibidang electronic yang sudah memiliki benderanya sendiri dipasar asia maupun dunia. Sehun sangat sibuk, banyak meeting yang harus ia hadiri ataupun pabrik yang harus ia kunjungi setiap harinya- demi menjaga kualitas dari produk-produk yang ia pasarkan.

"Sehun! Luhan mengamuk di rumah sakit."

Namun adakalanya semua itu menjadi tidak berarti jika Luhan sudah membuat keributannya sendiri.

.

.

"Dimana Luhan?"

"Ikuti kami, tuan." Seorang suster mengambil langkah cepat diikuti Sehun yang terus melirik gusar pada setiap arah.

Matanya terasa terbakar panas saat harus melihat Luhan kembali terkulai lemas dengan borgol yang mengikat pergelangan tangannya pada besi dingin kaki ranjang rumah sakit.

"Luhan.." Gumpalan serak itu lolos dari bibir Sehun karena rasa sakit yang timbul. Melihat kekasihmu sekarat hanya karena barang laknat itu bukanlah sesuatu yang mudah.

Mata Luhan hanya sanggup membalas lesu karena tenaganya yang seolah terkuras habis demi mahan rasa panas yang yang membakar tubuhnya. "Sehun.." Bibir kering pucat itu dengan lirihnya menyebutkan nama Sehun penuh iba. "A- akuh mohon.. berikan aku ituh." Merangkak menyedihkan demi bisa menggapai kaki Sehun.

"Bagaimana bisa Luhan menjadi seperti ini?"

"Dia sudah mengamuk bahkan sebelum aku datang.." Yixing yang memang bertugas untuk merawat Luhan memberikan jawaban untuk pertanyaan yang memutari otak Sehun. "Sampai kapan kau akan mempertahankannya? Dia sembuh tapi kemudian kembali seperti ini. Penanganan yang kita lakukan hanya akan menjadi percuma karena Luhan tidak memiliki kesadaran pada dirinya sendiri."

Sehun merunduk- tidak memperdulikan perkataan Yixing, berlutut didepan Luhan yang sudah memeluk erat betisnya. Selembut mungkin Sehun menarik Luhan untuk memeluk wanitanya yang malang. "Lepaskan borgolannya."

"Tapi dia bisa kem-"

"Lepaskan, Zhang!" Yixing tidak bisa lagi membantah perintah Sehun. Dengan segera, Yixing melepaskan borgolan yang menahan pergerakan Luhan.

"Sehun.." Luhan merapat mendekat pada Sehun. Memeluk leher Sehun kuat, seperti ia mencari kehangatan dan juga mencari perlindungan.

Satu kecupan Sehun daratkan pada pelipis berkeringat Luhan. Tanpa ragu, ia membawa Luhan untuk masuk lebih erat dalam pelukkan hangatnya- terduduk dilantai dengan Luhan yang ia bawa diatas pangkuannya.

"Dingin.." Tubuh Luhan menggigil, walaupun sebenarnya yang bersemanyam pada organ dalam tubuhnya adalah panas dan nyeri. 'Sakau' adalah hal umun yang harus pecandu alami jika tidak kunjung mendapatkan penawar haram berenang dialiran darah mereka.

"Kau akan baik-baik saja.. percaya padaku.." Hanya itu yang bisa Sehun ucapkan. Berharap bisikkannya dapat didengar Tuhan dan dia bersedia mengulurkan pertolongan untuk Luhan.

Tidak ada lagi yang Sehun bisa lakukan, dia hanya akan terus seperti ini sampai keadaan Luhan menjadi lebih baik.

.

.

Sehun mengelus lembut rambut Luhan yang terlelap dalam buaian mimpinya setelah mendapat satu suntikan pengurang putus zat dari Yixing. Ia hancur saat lagi, lagi dan lagi harus melihat Luhan dalam keadaan seperti ini. Semua cara sudah ia coba lakukan untuk menjauhkan Luhan dari dunia gelap yang ia bawa sejak lahir- Luhan adalah anak seorang pelacur dan pejudi, ia sudah terbiasa hidup dalam pusaran dosa terkutuk yang kedua orang tuanya salurkan kepada dirinya. Tapi semua itu seakan sia-sia, usahanya hanya akan bertahan beberapa bulan dan setelahnya Luhan akan kembali mencuri kesempatan untuk pergi menemui teman-temannya yang Sehun benci keberadaannya.

Otak pintar Sehun mulai bekerja. Ia tidak bisa terus-menerus membiarkan Luhan selalu kembali terjerumus dalam lembah hitam setan busuk! Apa ia harus menutup semua jalur keluar Luhan? Tidak, itu tidak baik untuk mental Luhan. Ia harus mengalihkan perhatian Luhan sepenuhnya dari barang kematian yang bernama narkoba.

.

.

Rehabilitasi berulang-ulang, itu adalah seperti berpindah satu hotel ke hotel lain bagi Luhan- wajar. Selang satu bulan demi mengatasi sakaunya, Luhan keluar dalam keadaan yang jauh lebih baik. Setidaknya untuk sekarang.

Luhan memasuki kediaman besar Sehun dengan hati yang senang. Ia girang bukan kepalang karena akhirnya bisa terbebas dari penjara ciptaan si keparat Zhang Yixing. Luhan merebahkan pantatnya pada sofa empuk berbulu halus yang terletak apik di kamar miliknya. Terasa sudah lama ia tidak meniduri kamar ini.

"Senang?"

Luhan mengangguki pertanyaan Sehun. Tanpa segan, Luhan menarik Sehun untuk ikut duduk bersamanya. "Aku merindukanmu.."

Tawa renyah mengalun dari bibir tipis Sehun yang terdengar bagai alunan merdu sang musafir bagi Luhan. "Maaf, aku tidak menjemputmu.. aku sibuk." Satu kecupan berbumbu kerindukan Sehun daratkan pada bibir Luhan yang sudah nampak segar. Tapi bukan Luhan, jika ia hanya membiarkan Sehun menciumnya dalam hitungan detik.

Luhan menahan leher Sehun agar terus bertahan pada posisinya. Bibir kecil Luhan tanpa sopan mengulum bergantian bibir prianya yang sudah teramat-amat ia rindukan, bahkan tanpa ragu Luhan berpindah keatas pangkuan Sehun yang tidak Sehun tolak sama sekali. Hanya lelaki tidak normal yang mendimai kekasihnya yang tengah bersemangat menggoda gairahnya untuk bangkit. Ciuman berhasrat itu bergulat cukup lama, tidak ada yang berniat saling melepaskan. Mereka hanya akan mencuri cela untuk mengambil nafas demi pasokan udara pada paru-paru mereka.

Sial! "Jangan sekarang, sayang.." Sehun melepaskan pagutan mereka saat merasakan pantat Luhan bergerak gelisah diatas kejantanannya. Menggoda sang penguasa untuk bangkit dari persembunyiaanya.

"Kenapa?"

"Aku sedang ada pekerjaan."

Oh, si betina merajuk rupanya. Merasa tidak rela jika Sehun pergi meninggalkannya sendirian, Luhan pun semakin gencar untuk menggoda Sehun dengan menciumi leher Sehun. "Aku baru datang dan kau akan pergi?" Tiupan nafas Luhan selihai terpangan angin senja yang menggoda.

Terkutuklah! Karena Luhan sangat pandai untuk menyiksa kejantanan Oh Sehun.

"Aku tidak akan pulang larut.. aku akan menemanimu sampai kau bahkan tidak bisa berjalan."

Tawa penuh aura kepuasaan mengalun dari si betina. Luhan sangat menyukai bagaimana maskulinnya Oh Sehun saat berbicara dengan menahan hasrat tersiksa. "Baiklah.. aku tunggu kau di ranjang."

Dan keparatlah kau jalang! Sehun tidak yakin kalau dia bisa duduk dengan tenang di kursi rapat nanti.

.

.

Kursi kerajaan Sehun berputar kala pintu besar yang mengurung dirinya diketuk. Seorang pria berjas hitam dengan langkah penuh kesopanan menghampiri Sehun yang memang sedang menunggu kedatangannya.

"Kau sudah mendapatkan tempatnya?"

"Ya, tuan.. terletak tidak jauh dari perkantoran kita.."

"Baiklah, kau bisa pergi sekarang." Tangan berjari panjang kokoh itu mengambil lembaran kertas yang asistennya sempat letakan di atas meja. Mata pekat Sehun menelisik semua yang tertulis ataupun tergambar di sana dengan teliti. Senyumannya mengembang, ia berharap dengan memberikan Luhan kesibukan Luhan tidak akan lagi mendatangi tempat-tempat yang menyimpan barang pesakitan itu. Sungguh! Sehun sangat berharap besar pada usahanya kali ini, karena ia pun telah memutuskan hal lain yang akan membawa jauh hubungan mereka kelak.

.

.

Seuntai gaun tidur menyampir pas pada tubuh sintal berisi Luhan. Oh, jangan berpikir kalau tubuh ini pernah dinikmati pria lain hanya karena Luhan anak seorang pelacur, karena pada kenyataannya saat Luhan memberikan dirinya kepada Sehun itu adalah malam pertama bagi Luhan- dia hanya penikmat minuman dan obat-obatan, bukan pelacur menjijikan seperti ibunya. Sehun adalah satu-satunya dan bahkan orang terakhir yang Luhan miliki sejak ia memutuskan untuk kabur dari kediaman orang tuanya- Kabur agar ia tidak dijual pada seorang pengemis nafsu birahi dengan harga semahal satu unit apartement dikawasan elit, dan takdir itulah yang membawanya bertemu Sehun.

Luhan masih jelas mengingat bagaimana ia tanpa malunya meminta izin untuk menginap di rumah Sehun yang memang kebetulan hanya Sehun tinggali seorang diri bersama beberapa pelayannya. Dimulai hanya dari dua hari, bertambah menjadi minggu dan berakhir dengan ia yeng menyerahkan sepenuhnya nyawa miliknya kepada Sehun saat Sehun secara terus terang meminta hatinya untuk bisa Sehun miliki. Dan sejak saat itulah, hidupnya yang seperti ada di kubangan lumpur menjijikkan berubah menjadi seperti berada di atas tumpukkan emas. Sehun tidak hanya memberikan tempat tinggal, tapi semua keperluan bahkan uang berjuta won selalu Sehun kirimkan setiap bulannya. Luhan kini sudah menjadi seorang putri disamping kekuasaan kekal seorang Oh Sehun.

"Kau terlambat lima menit."

Manyunan bibir kecil Luhan adalah hal pertama yang Sehun lihat saat ia baru memasuki kamar Luhan. Berjalan mendekat diiringi tawa geli yang tidak bisa ia tahan ketika wanitanya bahkan terlihat lebih menggemaskan dari anak berusia lima tahun. "Menjadi enam menit sekarang."

Ejekkan manis tersemat dibibir Luhan. Tangan lembutnya membelai mesra penuh godaan belakang rambut Sehun. "Tapi kau tau kalau aku tidak suka menunggu."

"Kurasa semua orang pun tidak suka untuk menunggu, cantik." Satu kecupan Sehun daratkan pada bibir selembut sutera milik Luhan. Senyuman keduanya terukir dengan mata yang saling bertaut tidak ingin teralihkan. "Bagaimana hari ini? Apa membosankan."

"Heemmm, menonton tv dan tidur." Ada putaran mata jengah dari si cantik saat menjelaskan keluhannya.

"Bagaimana jika aku memberikan sesuatu yang bisa membuat rasa bosanmu hilang?"

"Apa itu?" Tatapan Luhan penuh minat tertarik kepada Sehun. Hidupnya memang indah sejak ia menjadi kekasih Sehun tapi menjadi membosankan karena ia tidak bisa sebebas dulu- pulang pagi tanpa amukkan. Jangan bertanya pula kenapa ia tidak mencari seseorang yang bisa menjadi teman pembunuh sepinya saat Sehun tidak ada, karena hey! Dia hidup dikawasan elit. Seorang putri dari negeri dongeng pun akan berpikir ratusan kali untuk berteman dengan putri dari kerajaan lain, jadi bagaimana mungkin mereka mau menjalin pertemanan dengan wanita yang memiliki sikap jalang seperti Luhan? Hanya Baekhyun, wanita pelacur disalah satu bar yang akan membuka tangan lebar tanpa berpikir saat Luhan datang.

"Seperti ini.."

"Oh, ya ampun! Apa yang kau lakukan, Sehun!" Pekikan nyaring diselingi tawa geli lolos ketika Sehun tanpa ampun menggelitik pinggang ramping Luhan.

Membuat Luhan bergerak meronta berlebih demi terlepas dari pelukkan Sehun yang tertawa puas dengan perbuatannya. Dentuman kecil Luhan rasakan pada punggungnya saat Sehun menjatuhkan dirinya di atas ranjang. Masih dengan nafas tersengal dan tawa yang terputus-putus, Luhan menarik Sehun untuk jatuh menindihi dirinya.

Senyuman penuh kebahagian terpancar dari diri Sehun. Hidupnya bisa menjadi lebih indah dari singgasana sang dewi teragung hanya ketika melihat Luhan yang nampak baik seperti sekarang. Satu usapan Sehun lakukan demi penghapus peluh keringat di pelipis Luhan, sebelum matanya kembali jatuh untuk menatap bola mata penghanyut Luhan di bawahnya. "Apa kau tidak lelah?"

"Lelah?"

"Hemmm, keluar dan tak lama masuk kembali untuk rehabilitasi."

"Kita akan membahasnya lagi?" Ada pergerakan kecil dari sang betina untuk bisa berpindah dari bawah kungkungan sanga jantannya, namun Sehun tidak membiarkan Luhan untuk lepas dan menghindar seperti biasanya.

"Kita akan terus membicarakannya sampai kau benar-benar berjanji untuk lepas dari obat sialan itu."

Luhan mengerti kalau Sehun sangat bermusuhan dengan obat-obat yang sebaliknya Luhan anggap sebagai malaikat. Hanya obat-obatan itu yang bisa membuat Luhan terlupa dengan semua luka batinnya dan membuat hatinya tenang. Hidup 22 tahun- sebelum kabur, dengan kedua orang tua yang memiliki kelakuan lebih hina dari binatang itu tidak mudah! Walaupun sekuat apapun mencoba tidak terjerumus tapi keadaan selalu memaksanya untuk ikut bergabung. Beruntung, karena dirinya tidak pernah berakhir mengangkang dibawa binatang pemburu vagina wanita.

"Kau tau kalau itu sulit.."

"Tidak ada yang sulit, Lu.. kau hanya harus bertahan saat godaan itu datang."

Luhan terdiam, hanya kebisuan yang Sehun dapatkan sebagai repons bujukkan yang ia lakukan. "Kau mencintaiku, bukan?"

"Satu hal itu yang tidak perlu kau ragukan.." Hanya jawaban dengan suara bisikkan tapi Sehun cukup bisa mendengarnya dengan baik.

Sehun beranjak dari atas tubuh Luhan, menarik tangan Luhan dengan pelan untuk berpindah duduk di hadapannya. Memeluk si betina dengan rengkuhan hangat penuh perlindungan dan kecupan basah yang menjalari setiap jengkal tengkuknya hingga dapat mengundang bulu-bulu pendek Luhan untuk berdiri demi menghasut rasa gairah agar bangkit.

"Karena itu, lakukan.." Bukan terdengar seperti permintaan tapi bisikkan Sehun lebih mengarah pada perintah. "Jika kau mencintaiku, lakukan itu demi diriku.. kau adalah wanitaku, Luhan. Nyawamu bahkan lebih berharga dari nyawa yang aku miliki, karena itu.. jaga nyawamu untukku."

Luhan secara mengejutkan menoleh menghadap Sehun, menangkup wajah Sehun hanya untuk melihat kalau getaran itu bukan muncul karena sebuah tangisan. Namun.. Luhan melihat satu jejek airmata itu ada di pipi prianya. Pria yang bahkan tidak pernah merasa gentar menghadapi apapun, tapi kini terlihat lemah hanya karena sosok wanita kotor penuh dosa seperti dirinya. Ini sedikit melukai perasaan Luhan. Ia tidak suka jika harus melihat Sehun menangis seperti ini. Menyedihkan bukanlah prinya.

"Bodoh! Untuk apa menangis?"

"Lu.."

"Jika aku mati pun, harusnya kau hanya membuang mayatku di kubangan sampah Sehun!"

"Luhan.."

"Aku bukanlah wanita berharga yang harus kau tangisi seperti ini.. aku hanya pendosa Sehun! Bahkan perut bumi pun akan menolak mayatku! Jadi jangan terlihat menyedihkan hanya karena wanita keparat ini!"

"Luhan!" Sehun mencengkram kuat pergelangan tangan Luhan saat Luhan mulai memukuli dirinya sendiri. Ini adalah hal yang sering terjadi saat Luhan dilanda amarah, dia akan memukul brutal tubuhnya tanpa memperdulikan kalau mungkin perbuatannya bisa melenyapkan nyawanya.

Luhan sangat buruk dalam mengendalikan emosi, karena sebab itulah Sehun sangat berhati-hati dalam mengambil tindakan untuk menangani Luhan. Dia tidak ingin menemukan sayatan pisau disetiap tangan Luhan untuk yang kedua kalinya. Cukup hanya saat itu, saat dia menggered paksa Luhan pulang dari bar dan berakhir dengan amukkan Luhan yang membami buta.

"Tenangkan dirimu!" Sedikit guncangan Sehun lakukan pada tubuh Luhan, jemari panjangnya mencengkram kuat bahu Luhan demi menyadarkan Luhan dari emosi yang menguasainya.

Mata Luhan masih berkilat dengan urat-urat merah yang terukir di pupil matanya. Nafasnya masih panas mendidih namun tidak dengan pergerakan Luhan yang semakin melemah. Dengan sedih Sehun menarik Luhan dalam pelukannya, mengelus telaten punggung Luhan demi menetralkan kembali kesadaran kekasihnya. "Maafkan, aku.."

Luhan terdiam, tidak menolak ataupun memberontak. Tubuh menegangnya berangsur-angsur pulih, kepalan kuat tangannya perlahan terurai hingga menampilkan jari lentik Luhan yang menjadi sedikit bergetar kaku. "Sehun.."

"Ya, ini aku.. Sehun, kekasihmu.." Sehun berbisik lirih. Demi Tuhan! Dia tidak menginginkan situasi seperti ini.

Narkoba sudah mengambil sebagain dari Luhan. Kepercayaan diri Luhan juga control Luhan pada tubuhnya sendiri, dan Sehun tidak mau narkoba sialan itu merampas kejiwaan Luhan atau parahnya nyawa Luhan. Luhan adalah pusat dari kehidupannya dan ia tidak mungkin bisa tanpa Luhan. Katakanlah ia bodoh karena ia mencintai wanita yang mungkin tidak bisa disetarakan dengan wanita yang pernah ada di kehidupannya. Tapi percayalah, Luhan dapat berubah menjadi putri anggun dengan budi pekerti baik jika barang laknat itu sudah benar-benar jauh dari jangkauannya.

.

.

Si cantik Zhang Yizing, docter muda berbakat yang memiliki cekungan di pipinya saat tersenyum itu, memasuki salah satu café terdekat dari rumah sakit tempatnya bekerja. Kaki ramping jengjangnya yang disangga sepatu hak tinggi berwarna merah marun melangkah, demi mencari seseorang yang sudah menunggunya dengan malas di kursi pojok kanan.

"Aku bersyukur karena aku tidak menjadi jamur permanen disini." Ejekkan dari si wanita lainnya yang menatap Yixing cukup sebal, menjadi sambutan kedatangan Yixing.

"Maaf, aku telat.."

"Kau memang telat." Mata bulat owl itu sangat kentara tengah dilanda kebosanan. Bayangkan! Yixing yang mengajaknya bertemu tapi justru dia yang harus menunggu selama satu jam disini. Duduk diam seperti pengangguran kesepian. Astaga! Dia bukanlah wanita yang membutuhkan belaian omong-omong. "Ada apa mengajakku bertemu?" Terlalu malas untuk berbasa-basi, Kyungsoo; salah satu teman seprofesi Yixing, langsung mengajukan pertanyaan pada intinya.

"Pesan minum dulu.."

"Aku sudah habis tiga gelas jus, nona Kim Junmyeon.."

"Ok, jangan sebut nama lelaki pendek itu.. aku sedang kesal padanya."

Kikikan geli dari bibir tebal Kyungsoo mengalun dengan sendirinya. Melihat dari raut wajah Yixing sejak awal mereka bertatap mata pun, Kyungsoo sudah tau kalau ada hal yang mengganggu otak pelupa Yixing. Dirirnya adalah seorang pesikolog ahli, jadi membaca raut wajah orang bukanlah hal yang sulit. Itu semudah mengedipkan mata untuk Kyungsoo."Baiklah.. langsung saja, aku sudah di sini satu jam dan sebentar lagi aku harus pulang.." Tidak ingin terkena lemparan sepatu dari Yixing, Kyungsoo pun segera mengalihkan perbincangan.

"Ada pasien special untukmu.."

"Special? Siapa?" Oh, Kyungsoo mulai tertarik dengan pembahasan Yixing. Terbukti dari matanya yang penuh rasa penasaran menatap Yixing.

"Dia pengguna narkoba dan minuman keras.. keadaannya cukup parah karena dia mengkomsumsi itu sejak empat tahun silam, sejak usianya dua puluh satu tahun.. dia sudah sangat sulit untuk terlepas dari narkoba. Bahkan aku tidak pernah lagi menghitung sudah keberapa kali merawatnya. Walaupun kondisinya tidak separah saat pertama kali Sehun membawanya tapi tetap, dia masih sangat mudah tergoyah."

"Wow.. dan dia masih hidup?"

Yixing mengangguki pertanyaan Kyungsoo.

"Itu adalah sebuah keajaiban." Kyungsoo menyedot jus jeruk ketiga miliknya yang ia pesan, sebelum melempar kembali tatapannya kepada Yixing dengan kalem. "Kalau begitu bawa dia ke tempatku.. aku akan meluruskan jalan pikirannya."

"Dan kau akan mendapati ruanganmu hancur karena amukkan Luhan.. Sehun sudah pernah membawanya kepesikolog tapi hanya berakhir tuntutan pertanggung jawaban.. Luhan selalu minghindar atau marah jika ditanyai tentang narkoba."

"Masa lalunya sepertinya kelam."

"Anak pelancur dan penjudi."

"Itu menarik!" Kyungsoo tersenyum lebar penuh minat. "Jadi apa yang harus aku lakukan?" Mencondongkan badan kedepan dengan menumpukan sikunya diatas meja, dan mendapati Yixing mendorong keningnya menggunakan jari telunjuk.

"Dekati dia, buat dia merasa kau adalah temannya.. dari situ kau bisa meracuni otaknya dengan segala muslihatmu.. Sehun sudah menyiapkan pekerjaan yang bisa mendekatkanmu dengan Luhan."

"Itu mudah.. asal pembayaran lancar."

Yixing hanya menatap malas kepada Kyungsoo. "Kau tidak usah hawatir.. Sehun bukanlah pria miskin."

"Eeeyyy.. yang kau sebut Sehun itu si pengusaha muda, bukan?"

"Ya.."

"Waahhh.. aku tidak menyangka selera Sehun seperti itu.. apa aku harus menjadi gila agar dinikahi Sehun?"

"Dalam keadaan waras pun Sehun tidak akan menikahimu burung hantu.. dia hanya mencintai Luhan."

"Dan sepertinya aku pun harus memeriksa kejiwaan Sehun."

Tawa dari dua wanita cantik berbeda usia itu tererai ditengah-tengah suasana café yang semakin riuh dengan kedatangan orang-orang. Beberapa pria muda tampan bahkan tergoda untuk terus menatapi Kyungsoo ataupun Yixing yang masih larut dalam gurauan mereka tentang Sehun.

Memang, siapa yang akan menyangka kalau pria seperti Sehun jatuh dalam buaian cinta wanita seperti Luhan? Seorang nenek tua pun sepertinya harus diberi tahu ratusan kali agar percaya dengan kenyataan konyol seperti ini. Pengusaha muda berusia 27 tahun dengan wanita pesakitan berusia 24 tahun? Sungguh takdir yang adil Kyungsoo rasa

.

.

Tiupan angin yang menggoyangkan tirai jendela kamar milik Luhan sedikit menggelitik tidur nyaman sang rusa yang bersembunyi dibawah selimut tebalnya. Rasa dingin yang ia tidak sukai terasa menjalar dari kaki hingga ubun-ubun kepalanya. Mata berbulu lentik itu mengerjab pelan sebelum akhirnya terbuka untuk menyongsong hari. Uh, tubuhnya terasa pegal pegi ini.

"Sudah bangun?"

Luhan menoleh dan mengangguk kepada Sehun yang entah sejak kapan sudah duduk dengan setelan rapi di sampingnya. Kekeh pelan Sehun terdengar mengalun seperti nyanyian burung dipagi hari untuk Luhan. Jemarinya Sehun gunakan untuk mencolek sayang ujung hidung mancung Luhan, membuat senyuman tipis tersemat di bibir ranum wanitanya.

"Hari ini ikut pergi bersamaku.."

"Kemana?" Tanpa niat untuk bangun atau hanya sekedar mendudukkan dirinya, Luhan mengajukan pertanyaan.

"Kesuatu tempat.. kau akan menyukainya."

Decihan dengan mimic wajah mengejek adalah jawaban yang Luhan berikan kepada Sehun. Walaupun ia tidak tau Sehun akan membawanya kemana, tapi Luhan tetap menganggukkan kepalanya. Jangankan pergi kesuatu tempat yang masih ada di bumi, pergi ke neraka terbawah pun Luhan tidak akan menolak jika itu bersama Sehun.

.

.

Mobil sedan berwarna merah yang menampung tiga orang didalamnya, berhenti tepat di pundak jalan penuh padat penduduk yang berlalu lalang di trotoar. Restoran dari berbagai jenis makanan, toko aksesoris, baju, kue dan sejenisnya berjejer rapi di kanan, kiri jalan, seolah sengaja diletakan di sana demi menggoda mata setiap orang agar memasuki pintu yang memiliki satu pegawainya masing-masing sebagai penyambut.

Luhan turun dari mobil dengan gaya anggun yang elegan. Kaca mata hitam bertengger pas di hidungnya sebagai pelengkap penampilannya hari ini yang mengenakan, waistline pants pendek berwarna pink, t-shirt putih tanpa lengan dan high heels berwarna hitam. Sungguh, penipuan public untuk semua orang yang mengiranya adalah seorang selebrity.

Dan penakluk sang dewi kayangan pun menampakkan wajah tampannya. Berdiri dengan gagah di samping Luhan hingga mampu membuat wanita yang mengetahui siapa dia, merasa jatuh patah hati dalam kubangan kotoran babi. Menyedihkan! Karena bukan mereka yang Sehun gandeng untuk berjalan bersama.

"Kita mau kemana?" Kaca matanya Luhan lepaskan. Memamerkan mata indahnya yang dipoles rapi oleh sentuhan eyeliner hitam.

"Hanya ikuti aku, Lu.." Semakin mengeratkan genggamannya pada jemari Luhan, dan membawa Luhan memasuki salah satu toko- terlihat seperti butik.

Semua pegawai yang tengah merapikan gaun-gaun, celana ataupun kemeja dan lain-lainnya membungkuk penuh hormat kala melihat Sehun datang. Berbeda dengan Sehun yang membalas bungkukkan mereka dengan senyuman tipis, Luhan justru semakin merapat pada Sehun. Dia tidak takut! Dia bukan phobia pada keramaian, tapi.. Luhan hanya risi jika ada banyak pasang mata yang memperhatikannya. Instingnya selalu mengatakan, kalau mereka tengah menjelek-jelekkan dirinya.

"Lu.."

"Ya?"

Sehun tersenyum maklum saat mendengar Luhan menyahut panggilannya dengan cepat. Luhan tengah dilanda rasa tidak nyaman. Dia sangat mengerti itu. "Kalian boleh pergi.."

Para pegawai itu menuruti apa yang Sehun perintahkan. Hanya dalam waktu kurang dari lima detik, tempat yang menurut Luhan asing itu berubah menjadi sepi.

"Mereka semua adalah pekerja d sini, dan ini adalah butik milikmu.."

"Haahh?" Bibir Luhan terbuka selebar satu ruas jari. Matanya berkedip beberapa kali, dengan otak yang berputar mencari arti dari kata yang Sehun ucapkan. Milikmu? Milikmu? Milikmu?

"Ya, mulai detik ini.. butik ini menjadi tanggung jawabmu.."

"Kau serius?"

"Apa ada kata lain diatas serius? Jika ada aku akan menggunakannya." Sehun sedikit tertawa saat sepertinya Luhan masih merasa tidak yakin dengan ucapannya. "Kyungsoo."

Dan sesosok lain muncul dari pintu sisi kanan Luhan. Menarik perhatian Luhan untuk menelisik siapa wanita yang Sehun panggil Kyungsoo itu?

Uh, akan aku dapatkan kau, Luhan! Kyungsoo bergumam penuh semangat didalam hati. Sepanjang karirnya menjadi pesikolog, baru kali ini ia harus terjun untuk menyamar. Kyungsoo merasa seperti menjadi mata-mata sekarang. Ini menyenangkan! Ini tantangan dan Kyungsoo suka tantangan. Tapi Kyungsoo harap, Sehun membayarnya berkali-kali lipat. Mereka belum membahas ini, dan Kyungsoo berniat menunjukkan deret nominal yang mempunyai angka nol banyak untuk Sehun. Demi Tuhan! Dia harus menggaji pesikolog lain untuk menangani klinik dan pasiennya. Kyungsoo akan mencakar penis Sehun jika Sehun ti-

"Kyungsoo.. ini Luhan."

"Ah! Luhan.. aku Kyungsoo."

Sehun terdiam, lebih parah dengan Luhan yang mengambil langkah mundur begitu Kyungsoo berseru cukup keras- terkejut. Suasana canggung memalukan bisa Kyungsoo rasakan saat sadar dengan tingkahnya sendiri. Pertemuan pertama yang buruk! Kyungsoo akan bersemedi di kamarnya setelah ini. "Maaf.."

"Tidak apa-apa.. Luhan, dia Kyungsoo, dia yang akan menjadi asistenmu disini."

"Tapi aku belum meng'iyakan.."

"Kau bisa pergi dulu.. aku ingin berbicara dengan Luhan."

Ya, Ya, Ya.. sepasang kekasih memang selalu seperti itu. Menyebalkan! "Baik, tuan.." Mengajukan sindiran didalam hati dan memberi jawaban penuh dengan kesopanan. Sungguh acting yang memikat, Kyungsoo! Haruskah aku menjadi artis? Sepertinya menarik. Kyungsoo akan memikirkan itu.

"Aku sengaja membeli butik ini agar kau ada kegiatan jika aku sedang tidak ada di rumah.." Agar kau tidak lagi menemui Baekhyun ataupun narkotika menyebalkan itu!

"Aku tidak yakin.. aku pasti tidak bisa.."

"Kau selalu mengatakan tidak bisa tanpa kau mencobanya lebih dulu, Lu.."

"Tapi bagaiman jika aku memang tidak bisa?"

"Aku percaya padamu.. kau mau mencobanya, kan?" Sehun menatap penuh harap kepada Luhan. Ini adalah jalan yang baru ia pikirkan untuk dilakukan dan Sehun benar-benar berdoa agar cara ini tidak gagal. "Akan ada banyak orang yang membantumu.. lagipula kau sangat paham tentang fashion.." Rayuan yang Sehun lontarkan mulai menggelitik hati Luhan untuk mencobanya.

Sudah ia katakan, bukan? Hidupnya indah sejak mengenal Sehun tapi juga membosankan. Jadi tidak ada salahnya mengisi hari-harinya dengan belajar berbisnis seperti apa yang Sehun tawarkan. Lagipula fashion memanglah bidangnya, ia suka untuk memadu-padankan pakaiannya yang ada di lemari. Tapi.. "Bagaimana jika butik ini bangkrut?"

Sehun tertawa lucu saat disuguhkan expresi hawatir Luhan yang berlebihan. Luhan tidak melupakan siapa dirinya, kan? "Tentu tidak akan berarti apa-apa untukku, tapi jangan karena itu lalu kau mengabaikan butik ini.. buat aku bangga dengan kesuksesanmu sendiri." Sentilan pelan Sehun hadiahkan di hidung mancung Luhan. "Bagaimana? Kau mau? Jika sepakat, kita akan mengadakan pesta peresmian butik ini, sekaligus.."

"Sekaligus?" Luhan mengulang akhir kalimat Sehun yang terhenti diujung lidahnya. Sehun tersenyum penuh arti membuat Luhan semakin mendesaknya untuk melanjutkan ucapannya. "Sekaligus apa?"

"Kau tidak sabaran.." Satu tarikan pada pinggang Luhan membuat tubuh keduanya merapat cukup dekat. Tanpa izin, Sehun menempelkan belah bibir mereka untuk menciptakan ciuman manis berisikan cinta yang ia miliki untuk Luhan. Luhan hanya tersenyum tipis, tangannya Luhan kalungkan di leher Sehun, memainkan belakang rambut Sehun sesuai irama dari pergulatan lidah didalam mulut mereka. Menyesap, membelit dan menjerat seperti seekor ular kelaparan yang tidak ingin kehilangan mangsanya.

Sehun menarik kuat bibir bawah Luhan, sebelum akhirnya melepas tautan mesra mereka dengan benang saliva yang menjadi korban dari panasnya ciuman mereka. Luhan sempat memajukan kepalanya demi mengejar bibir Sehun yang menjauh. Merasa tidak rela karena ia belum puas menikmati bibir panas prianya.

"Kau melupakan tempat, sayang.. jangan tunjukkan keagresifanmu didepan umum, karena itu bisa memancing pria lain untuk tergoda merasakan bibirmu.."

"Kau yang memulai, Sehun.." Luhan menolak untuk disalahkan. Sedikit cemberut, Luhan mengambil dua langkah mundur.

Sehun tertawa dengan geli. Menarik jemari Luhan dan menuntun Luhan kembali masuk dalam dekapannya. "Kau tidak ingin mendengar kelanjutan dari ucapanku?"

"Tidak.."

"Yakin?"

"….."

"Pertungan kita.."

"Apa?" Luhan tidak siap mendengarnya. Ia tidak salah dengan, kan? "Pertunangan? Apa kau tadi mengucapakan pertunangan kita?"

"Kau tidak mau?"

"Kau serius?"

"Kenapa kau menjadi penggila kata serius?"

"Aku hanya memastikan.." Satu pukulan pelan Luhan berikan di bahu Sehun.

"Aku bersungguh-sungguh.. kita akan melaksanakan pertunangan, dan semua orang di Korea akan tau siapa wanita yang Oh Sehun cintai.."

"Itu terdengar menyeramkan.. apa kau bisa menjamin aku tidak akan mati karena wanita yang menyukaimu?"

"Tidak ada wanita yang bisa melawanmu, Lu.. aku pernah merasakan sakitnya cakaran dari kukumu.."

"Jangan mengingatkan itu, itu memalukan.." Luhan menyahut dengan nada pelan. Kejadian itu memang memalukan. Terjadi karena tidak disengaja saat mereka tengah menonton film horror berdua. Sehun mengagetkan dirinya dan langsung Luhan berikan cakaran yang berhasil menggores sedikit wajah tampan Sehun.

Sejak itu, Sehun tidak pernah lagi berani untuk mengejutkan Luhan. Luhan benar-benar mempunyai jiwa rusa liar didalam dirinya jika dikejutkan. Ok, lupakan kejadian ini!

"Jadi.. ayo kita mulai bersama.." Satu cincin mas putih yang dihiasi taburan titik-titik berliant, Sehun keluarkan dari dalam saku coatnya. "Mulailah dari berjanji kau tidak akan kembali tergoda dengan obat-obatan itu." Menyematkannya pada jari manis Luhan. "Kembangkan butik yang aku berikan.. dan setelahnya.. kita akan menikah." Mengakhirinya dengan satu kecupan manis pada punggung tangan Luhan.

"Sehun.."

"Butik hanya sebagai usaha yang aku pilih untuk menjauhkanmu dari obat-obat laknak itu.. buatlah kesibukanmu disini dan lupakan tentang dunia gelapmu.. mulailah dunia putihmu sepenuhnya Luhan.. demi diriku, dan demi masa depan kita."

Perasaan terharu penuh dengan kebahagian yang membuncah, mengantarkan airmata Luhan untuk jatuh mengalir membasahi pipi putihnya. Seulas senyuman senang Luhan tunjukkan dan itu Sehun artikan sebagai tanda baik. Ini adalah pertama kalinya Luhan tidak menghindar ataupun marah saat perbincangan ini kembali mereka bahas. Bagai terasa terbawa mimpi, Sehun bahkan ingin tetap ada diposisi ini.

"Aku berjanji.. akan menjauhi sepenuhnya obat laknat itu."

Dan ketika ucapan yang sejak dulu Sehun harapkan terlontar dari bibir Luhan keluar, Sehun seperti merasakan tiupan angin surga yang dalam sekejap menerbangkan segala perasaan gundanya tentang Luhan. Direngkuhnya Luhan dalam pelukkan kelegaannya. Menciumi berkali-kali pelipis Luhan dengan bisikkan 'Terima kasih' yang tidak berhenti ia perdengarkan di telinga Luhan. Sekarang hanya tinggal bagaimana Luhan menjaga janjinya, tapi Sehun yakin kalau Luhan tidak akan mengingkari ucapannya.

"Aku percaya kepadamu, Lu.. aku sepenuhnya mencintai dirimu.."

.

.

Selang satu minggu sejak hari itu, tepat di malam rabu pukul 7pm KST. Sebuah pesta pertunangan dan peresmian Ziro- nama butik milik Luhan, diadakan. Hottel yang menjadi tempat terselenggaranya pesta besar itu adalah hottel yang keparatnya adalah milik Oh Sehun! Semua tamu undangan yang keseluruhannya adalah rekan bisnis Sehun mulai memasuki Hall, dan apa yang menyambut mata mereka pertama kali adalah design dari interiornya sendiri yang mengusung temma modern namun ditambahi hiasan patung-patung berkhas romawi dibeberapa titik. Disetiap sisi kiri, kanan- tepat dibalik pintu utama, banyak foto dengan berbagai pose mesra Sehun bersama Luhan yang dipajang. Menghasilkan tangis sendu tertahan dari semua wanita lajang yang merasa gagal untuk menjadi pendamping Sehun. Tidak hanya itu, ada banyak LED yang diletakan untuk memutar video yang menampilkan tayangan butik milik Luhan. Mulai dari setiap proses pengerjaan sampai hasil-hasil mengagumkan dari para perancang yang ada dibawah naungan Ziro.

Setiap tamu yang hadir seolah saling berlomba untuk menjadi yang paling sempurna. Mereka menggunakan gaun atau jas pilihan, berpenampilan sebaik mungkin demi menunjukkan betapa tingginya derajat yang mereka miliki. Namun, semahal apapun harga gaun, jas, sepatu dan emas yang melekat ditubuh mereka, mereka tidak akan bisa menandingi silaunya sepasang anak adam, hawa yang berdiri dengan saling bertaut jemari. Tersenyum manis, ketika orang-orang silih berganti datang hanya sekedar menyapa atau hanya ingin melihat wanita pilihan si tampan.

Luhan adalah yang menjadi pusat incaran setiap pasang mata. Tunangan seorang Oh Sehun tentu akan banyak menarik perhatian, dan setelah mereka melihat sendiri bagaimana Luhan, mereka akan berpikir untuk segera mengunjungi doctor bedah pelastik setelah ini.

Si rusa cantik berdiri dengan penampilan mengcopy Sang dewi musim semi. Sebuah mahkota bunga melingkar diatas rambutnya yang tergerai bergelombang, gaun berwarna biru muda menjuntai panjang menutupi kakinya yang berbalut sepatu high heels berwarna putih. Wajahnya yang berpoles riasan tipis membuat dirinya menjadi lebih dari kata sempurna. Bahkan sang dewi musim semi pun akan menangis menyerah jika melihat kecantikkan Luhan saat ini.

Tidak berbanding jauh dari Luhan. Sebutan Dewa musim dingin mungkin patut disematkan untuk Sehun. Setelan putih dengan kemeja senada dan simpulan dasi kupu-kupu hitam menjadi atasan dari sepatu pantofel yang Sehun kenakan. Rambutnya tertata rapi keatas, memamerkan keningnya yang seperti menggoda setiap bibir untuk mengecupnya dengan lembut.

Sungguh! Dua manusia yang benar-benar bisa menjadi cerminan seorang Dewa-Dewi.

Cengkraman erat Sehun rasakan pada lengannya, tentu siapa lagi pelakunya jika bukan Luhan? Apa yang tengah Luhan rasakan kali ini bukan main-main. Perasaan tegang dibarengi gugup yang menderanya sampai ubun-ubun. Ia bakhan merasa bisa jatuh ke lantai jika Sehun melepaskan genggamannya. Luhan tidak menyangka tamu yang Sehun undang sebanyak ini! Benar-benar jumblah yang tidak bisa Luhan perkirakan. Uh, Luhan ingin agar pesta ini cepat berakhir tapi sayangnya pesta ini bahkan belum dimulai.

"Jangan gugup, Lu.." Sehun berbisik yang Luhan respon dengan cubitan tersembunyi di lengannya.

"Mereka terus melihatku, Sehun!" Balas berbisik dengan sedikit geraman disuaranya.

"Mereka melihatmu karena iri, bukan karena mengejek, sayang.. mereka iri dengan kecantikanmu."

Oh Sehun, bodoh! Luhan mengumpat didalam hati. Masih bisa-bisanya dia merayu saat tau kalau Luhan bahkan merasa hampir ingin pingsan. Tenangkan dirimu, Luhan. Ingat ucapan Kyungsoo. Tarik nafas buang nafas, tarik nafas buang nafas.

"Hai, hai.."

Kyungsoo sialan datang! Luhan tersenyum lebar, seketika kupu-kupu terasa keluar berterbangan dari hatinya. Luhan melepaskan diri dari Sehun dan mendekati Kyungsoo. "Aku seperti ingin pingsan, sialan."

Astaga! Panggilan itu lagi. 'Sialan' adalah panggilan dari Luhan untuk Kyungsoo. Tercipta karena rasa kesal Luhan kepada Kyungsoo yang selalu membuntutinya seperti ekor sejak hari mereka bertemu. Tapi Kyungsoo sama sekali tidak membantah- hanya merespon kesal di dalam hati, karena berawal dari panggilan itu dia menjadi bisa lebih dekat dengan Luhan. Kyungsoo bahkan sudah memberitahu beberapa penanganan emosi untuk Luhan. Belum sepenuhnya tapi sedikit lumayan dari pada belum sama sekali.

"Untuk apa pingsan? Ini adalah hari bahagiamu.."

"Mereka menatapiku.. apa mereka berbicara buruk tentangku?" Raut takut penuh dengan kecemasan itu sedikit merusak wajah ayu Luhan.

Kyungsoo tersenyum dan mengelus lembut punggung tangan Luhan yang berkeringat. "Tidak, nona.. mereka semua menatapmu karena kagum kepadamu.."

"Benarkah?"

"Sangat benar!" Ini adalah satu hal lain yang harus diperbaiki. Yaitu kepercayaan diri Luhan kepada dirinya sendiri. Uh, padahal Kyungsoo pun merasa bingung kenapa Luhan begitu tidak percaya diri? Demi semua yang ada diperut bumi! Fisik Luhan itu terlalu sempurna, bahkan jika ada kontes pecandu narkoba tercantik, Kyungsoo bisa menjamin, tanpa dinilai pun, Luhan yang akan menjadi pemenangnya. Kyungsoo kadang menerka, pelacur seperti apakah ibu, Luhan?

"Aku sudah mengatakan itu.. tapi Luhan tidak percaya.." Sehun menyela dengan malas. Luhan sekarang terlihat menjadi lebih mempercayai ucapan Kyungsoo.

"Itu karena kau sudah sering mengucapkannya, Sehun.. pendapatmu jadi tidak terlalu meyakinkan untukku." Jawaban jengkel Luhan berikan kepada Sehun yang terdiam tidak menyangka.

Luhan sudah pandai mengutarakan pendapat rupanya. Perkembangan yang bagus tapi juga menjengkelkan! Dulu hanya Sehun yang Luhan dengar dan ikuti. Apa yang ia ucapkan, mutlak akan Luhan lakukan dan percayai. Sehun mulai berpikir sekarang, mantra apa yang Kyungsoo tiupkan di kepala Luhan?

"Itu keparat Yixing dan si pendek Junmyeon." Bibir Luhan dengan mulus mengeluarkan kalimat itu saat matanya melihat satu pasang kekasih baru memasuki hall pesta. Tidak memperdulikan jika mungkin ada orang lain yang mendengarnya dan berpikiran jelek tentang dirinya.

Hembusan nafas penuh dengan expresi tertekan sangat tergambar jelas diwajah cantik Kyungsoo. Sepertinya ia tidak hanya harus menyembuhkan otak Luhan tapi juga ia perlu memberikan bimbingan bagaimana bersikap baik untuk Luhan. Beruntunglah karena sepertinya tidak ada yang mendengar ucapan Luhan. Jika tidak, mungkin Sehun akan masuk berita utama besok pagi hanya karena tunangannya yang berkata kasar selama di pesta.

.

.

Perayaan pertama yang dilakukan adalah peresmian Ziro. Luhan yang didampingi Sehun berdiri diatas podium, dimana dibelakang mereka sudah terpampang jelas gambar beserta alamat butik milik Luhan. Beberapa kata sambutan atau penjelasan tentang gaya fashion yang Ziro pasarkan, sudah Sehun sampaikan sebagai perwakilan- Luhan menolak tegas untuk melakukan bagian ini. Dan acara peresmian itu diakhiri dengan guntingan pita merah panjang oleh Luhan, sebagai symbol kalau Ziro sudah siap beroprasi besok pagi.

Riuh dari tepukkan tangan para tamu mengantar langkah Luhan dan Sehun yang turun dari atas podium. Semua mata menatap penuh kekaguman akan keserasian mereka, tapi tidak sedikit yang menatap penuh benci akan keromantisan Sehun yang terus menggandeng tangan Luhan.

"Kau tau? Semua baju di butik miliknya bukanlah rancangannya sendiri." Sesosok wanita cantik berambut panjang dengan gaun hanya sebatas pangkal pahanya berbisik penuh dengan tatapan tidak suka terarah kepada Luhan.

"Aku tau.. dia pasti memanfaatkan Sehun agar bisa memiliki butik." Dan bisikan penuh makian itu mendapat respon dari wanita satunya yang mengenakan gaun panjang berwarna hijau dengan tatanan rambut dicepol.

Keduanya saling balas ejekkan yang ditujukan untuk Luhan. Tidak mengetahui kalau dibelakang mereka ada sesosok burung hantu yang memasang teling cukup lebar demi bisa menyaring perkataan dua wanita tersebut.

Kyungsoo maju mendekat, bersikap seolah tidak mendengar apapun. Mendesah malas karena acara gossip itu berlanjut berlarut-larut. Kyungsoo jelas mengenal siapa yang ada di depan mereka. Kim yuna, wanita berambut panjang dan Joy, wanita berambut cepol. Mereka adalah penyanyi di Korea dan Kyungsoo tidak menyangka kalau bibir yang biasa mengalunkan nada indah itu berubah menjadi bibir busuk yang bahkan terlalu kotor hanya sekedar untuk menjilat bangkai anjing.

"Luhan pasti bukan wanita baik-baik! Dia pasti hanya menginginkan harta kekayaan, Sehun." – Joy.

Wanita jalang!

"Kau benar.. bukankah banyak wanita yang lebih cantik dari dia? Lihat aku! Aku lebih cocok untuk berdiri di samping, Sehun." – Yuna.

Dalam mimpi pun Sehun tidak akan sudi!

"Mungkin dia menggoda Sehun dengan melebarkan vaginanya." – Joy.

Tahan kesabaranmu, Kyungsoo!

"Murahan!"

Fatal! "Sehun tidak hanya akan merobek mulut kalian jika mendengar ini.."

Yuna dan Joy sontak menoleh dengan terkejut saat tiba-tiba mendengar suara orang lain yang memasuki gendang pendengaran mereka. Mata keduanya menatap horror kepada Kyungsoo yang seperti akan mencabik wajah mereka berdua. "Sedang apa kau disini?".

"Tapi Sehun juga akan merobek lubang vagina kalian sampai sebilah bambu besarpun bisa memasukinya dengan mudah!" Tidak menjawab pertanyaan Yuna, Kyungsoo justru melanjutkan kalimatnya dengan mimic wajah menakut-nakuti dan geram. "Dan kalau perlu, aku akan memasukkan ribuan serangga untuk menghabisi isi vagina kalian!"

"Astaga! Wanita ini.." Joy berucap dengan sedikit bergidik ngeri. Membayangkan apa yang Kyungsoo ucapkan terjadi kepada dirinya, membuat Joy bergetar ketakutan. "Ayo, kita pergi.." Tanpa berlama-lama, Joy mencoba menarik tangan Yuna yang masih enggan untuk beranjak.

"Jika kau memasukkan serangga kedalam vaginaku, aku akan memasukkan penis anjing kedalam vaginamu.."

"Yak! Penyanyi tidak bermoral!" Kyungsoo bersiap untuk menampar, menjambak ataupun menendang pantat Yuna. Namun perbuatannya tidak sampai terjadi karena Joy langsung menarik paksa Yuna untuk menjauh.

Kyungsoo berkacak pinggang. Jika nanti dia bertemu lagi dengan dua keparat itu, dia akan benar-benar memasukkan kecoa kedalam vagina mereka.

"Ada apa, sialan?"

Astaga.. berhentilah memanggilku itu! "Tidak ada.." Kyungsoo tersenyum semanis mungkin kepada Luhan yang menghampirinya.

"Aku melihatmu berbicara dengan dua wanita itu.. apa yang kalian bicarakan?"

"Tidak ada.. hanya mengobrol biasa. Tapi jika kau membutuhkan seseorang untuk memasukkan serangga kedalam vagina, kau bisa memanggilku.. aku tidak takut pada kecoa."

Kerutan di kening Luhan muncul dengan mata yang terus memperhatikan Kyungsoo yang sudah berjalan menjauh. "Serangga? Vagina?" Otaknya seperti tengah mencari cela untuk dapat memahami arti dari perkataan Kyungsoo. Tapi hasilnya, kosong! Dia tidak dapat mengerti serangga ataupun vagina yang Kyungsoo maksudkan. "Kyung, tunggu aku.." Tidak ingin berlaru-larut pada vagina dan serangga, Luhan pun mengambil langkah untuk menyusul Kyungsoo.

.

.

Puncak dari pesta yang diadakan pun tiba. Yaitu pertunangan sang dewa dan sang dewi. Bukan berdiri diatas podium tapi berdiri tepat ditengah-tangah para tamu yang memutari mereka, seolah tidak ada satupun yang ingin melewatkan moment ini walaupun beberapanya menggigit bibir bawah dengan pandangan tidak ikhlas.

Sehun tersenyum dengan lebarnya, terlihat sangat bahagia. Begitupun dengan Luhan, walaupun hanya segaris kecil senyuman yang ia perlihatkan tapi semua orang pun tau kalau pancaran mata Luhan menunjukkan sebuah kebahagiaan yang teramat besar.

"Kau siap?"

Luhan mengangguk satu kali sebagai jawaban dari pertanyaan Sehun. Tak lama, seorang pelayan pilihan datang membawa satu cincin ber'mas putih bertahta berliant yang langsung Sehun ambil tanpa ragu. Dengan perlahan penuh kelembutan, Sehun memasangkan cincin itu pada jari manis Luhan, membuat senyuman yang semula hanya tersemat kecil menjadi lebar dengan hiasan beningan kaca pada mata rusa Luhan. Pelukkan hangat Sehun dapati dari Luhan dengan segera. Tepukkan riuh gemuruh terdengar mengalun bagai suara pengiring dari kelegaan yang Sehun ataupun Luhan rasakan.

Kyungsoo beserta Yixing ikut tersenyum dengan wajah berseri. Seberapa buruknya Luhan, ia pun tetap seorang wanita yang layak mendapat kebahagiaan. Dan semoga kali ini Luhan benar-benar menjauh dari narkoba! Itu adalah yang terpenting.

"Aku mencintaimu.." Sehun berbisik sebelum melepaskan pelukkan Luhan. Bertatap mata dengan pandangan penuh pemujaan cinta untuk Luhan. "Dia adalah wanita pilihanku.." Dan semuanya terjadi tanpa ada rasa malu.

Sebuah ciuman manis dan hangat yang Sehun daratkan pada bibir Luhan, Luhan sambut dengan begitu gembiranya. Bibir mereka saling memagut dengan lumatan lembut, mengakibatkan hampir semua tamu bersemu dengan hiasan pipi semerah tomat. Tidak akan ada yang bisa mengelak dari pemandangan manis ini. Bahkan malaikat dari surga pun akan turun demi ikut menyaksikan penyatuan cinta yang mempu membuat semua orang paham dengan arti kata 'kalau cinta itu buta'.

.

.

Selepas diselenggarakannya pesta, Sehun merehatkan diri dengan duduk menyandar pada kepala ranjang. Ini sudah pukul satu pagi dini hari, tapi Sehun belum bisa tenggelam dalam buaian mimpinya karena ada beberapa hal di kantor yang harus ia periksa.

"Sehun.."

Yang dipanggil mendongak dari leptop yang ada diatas pangkuannya. "Ya, sayang.." Menjawab dengan selingan senyuman kecil, saat melihat Luhan berdiri sembari memeluk gulingnya ditengah pintu.

"Aku ingin tidur dengamu.."

"Kemarilah.." Sehun meletakkan leptopnya diatas meja nakas, dan menyambut Luhan yang langsung mengambil tempat ditengah-tengah kakinya yang ia luruskan. Pelukkan hangat dari belakang menjadi pelengkap kenyamanan yang Luhan inginkan.

"Ada yang mengganggumu?" Sehun sangat paham dengan kebiasaan Luhan. Jika ia datang ditengah malam itu artinya ada yang ingin Luhan bagi.

Lahan mengangguk sembari memainkan jemari panjang Sehun yang melingkari perutnya. "Apa yang akan terjadi besok?"

"Kau hawatir tidak akan ada orang yang datang ke butikmu?"

"Sedikit.."

Sehun tersenyum tipis. Seperti apa yang ia duga, Luhan tengah dilanda risau. "Tidak perlu hawatir.. semuanya akan berjalan dengan baik."

"Kau yakin?"

"Mempercayaiku lebih baik daripada mempercayai Kyungsoo."

Luhan tertawa renyah. Lebih menggiurkan untuk didengar daripada renyahan biscuit terenak sekalipun. "Kau tetap yang aku percayai, sayang.." Jemari lentiknya Luhan daratkan di dagu Sehun. Menggelitik di sana dengan tawa yang semakin terdengar menyenangkan.

Sehun menyukai jika saat-saat seperti ini terjadi dalam hidupnya. Tawa Luhan, senyuman Luhan, dan wajah cerah Luhan. Ini lebih indah dari pemandangan apapun yang ada di dunia.

"Jangan membuatku gemas, sayang.. atau kau akan kubuat mendesah sampai pagi.." Sehun menarik tangan Luhan dari dagunya. "Sekarang tidurlah.. aku tau kau lelah.."

"Peluk aku.."

"Permintaan yang langsung terkabul, nona."

Masih dengan tawa gelinya, Luhan berpindah berbaring disebelah Sehun yang langsung merengkuhnya dalam pelukkan hangat. Mengelus punggung Luhan dan memberikan kecupan-kecupan pada puncak kepala Luhan sebagai pengiring untuk Luhan bisa merangkai mimpi indahnya.

.

.

Pukul sebelas siang, tiga jam sejak Ziro dibuka. Beberapa orang sudah mulai berdatangan sekedar untuk melihat atau ingin memesan gaun pada Jessica- salah satu perancang Ziro. Luhan, sebagai kepala dari Ziro pun tidak hanya sekedar memerintah atau menerima, tapi ia pun ikut membantu apa yang kiranya bisa ia lakukan. Melayani pembeli, memberikan masukkan tentang mana yang lebih pantas untuk dipilih atau ikut membantu Jessica dalam perancangan gaun.

Hasil yang cukup memuaskan untuk hari pertama. Banyak orang yang memberi respon baik dan Luhan senang karena ini. Kyungsoo yang tidak pernah meninggalkan Luhan pun, ikut tersenyum puas. Bukan karena kesuksesan Ziro tapi karena Luhan yang sudah mulai memiliki pandangan lain tentang kehidupan. Isi kepala Luhan sekarang sudah mulai bercabang, tidak hanya ada Sehun dan Narkoba. Tapi sudah ada hal lain yang Luhan pikirkan dan itu adalah butiknya. Sepertinya cara ini cukup ampuh untuk menangani pecandu narkoba, dan Kyungsoo pun merasa penyamarannya tidak sia-sia. Semakin hari Luhan semakin terbuka kepadanya hingga ia lebih mudah untuk mengisi kepala Luhan.

.

.

"Bagaimana dengan hari pertama?"

"Baik.." Luhan tersenyum lebar, dan menghampiri Sehun yang memasuki kamarnya dalam keadaan masih memakai setelan jas.

"Apa kau merasa lelah?"

"Tidak.. banyak yang membantuku seperti apa yang kau katakan.." Tanpa diminta, Luhan membuka satu persatu kancing kemeja Sehun. "Dan menjadi tunanganmu adalah hal yang menguntungkan.. banyak yang datang karena merasa penasaraan denganku dan itu memberi keuntungan untuk Ziro." Luhan tertawa kecil saat mengingat ada seorang bibi-bibi yang secara terus terang ingin melihatnya hanya karena ia tunangan seorang Oh Sehun, dan sayup-sayup tawa Luhan seolah menggoda sesuatu didiri Sehun.

"Gaun tidurmu cantik malam ini."

Satu alis Luhan terangkat dengan pandangan bingung yang tertuju kepada Sehun. Gerakan tangannya terhenti di kancing ketiga kemeja Sehun saat Sehun mengambil satu langkah mendekat. "Gaunku? Aku memang baru membelinya.. apa terlihat cantik?"

"Heemmm.. tapi lebih cantik jika gaun itu terlepas dari tubuhmu.."

Oh, Luhan mengerti sekarang arah dari ucapan Sehun. Kau sudah menggoda serigala betina untuk bangun, sayang.. "Jika seperti itu, bantu aku melepaskannya." Luhan menatap penuh tantangan kepada Sehun, tangan lembutnya mengelus dada Sehun yang sudah terpampang tepat didepan mata rusanya yang berkilat nakal.

Damn! Memiliki kekasih yang menggoda memang sulit untuk tidak menjamahnya. Sehun menarik tengkuk Luhan dan melumat rakus bibir Luhan bergantian. Tangannya secara terampil merambat memasuki gaun tidur Luhan dari bawah, mencari dua gundukkan kenyal yang selalu berhasil membuatnya mengerang ketagihan. Luhan mulai menggeliat gelisah saat jemari Sehun meremas payudaranya, mengakibatkan denyutan menyenangkan pada pusat gairahnya yang menggila.

Tidak ingin hanya dikuasi, Luhan pun jahil meremas batang kelelakian Sehun, membuat erangan keluar dari bibir Sehun yang langsung mendongak karena rasa nikmat yang menjalar. Tidak menyia-nyiakan keadaan. Luhan mendorong Sehun jatuh keatas ranjangnya dan dalam sekejap, gaun tidur berwarna biru tua dengan belahan dada rendah itu terlepas sepenuhnya dari tubuh Luhan, menyisakan bra tipis dan G-string yang seperti memanggil Sehun untuk merobeknya. "Siapkan penismu sampai pagi, sayang.."

Bangsat! Ini adalah jalangku. "Vaginamu akan menangis setelah ini, Luhan.." Sehun beranjak dari atas ranjang. Mendorong Luhan hingga punggungnya membentur tembok dan melayangkan semua aksinya yang akan membuat Luhan hanyut dalam desahan panas.

.

.

.

.

.

TBC / END? NEXT / STOP?

Lanjut ga hahahaha ayo review kalo mau lanjut lol ini masih ada dua chap lagi buat menuju end hohoho tapi aku liat dulu peminatnya ada ga^^

Kalo mau ke chap dua.. review juseo ^o^