Hallo minna.... ni fic crossover pertamaku... One piece vs fairy tail !!! *gubbrrakk*
Kupilih karena sense gambarnya eiichiro oda beda-beda tipislah ma Hiro Mashima... keren gitu deh~ ^^
Nikmatin aja fic gaje nyang satoe nih ! but, semi yaoi gapapa ya ?
one piece vs fairy tail
By : Argentumsilverchan
Keramaian yang amat mendominasi lapangan basket. Sekelompok anak-anak, dengan seragam SMA yang sudah tak berwujud seragam.
"Sialan !, " seruan si rambut cepak terdengar, nyaris mengalahkan riuh sporter. Dalam gerakan slow, siapapun dapat memandang sisi tampan dan keren dari pemuda berambut gelap itu. Hanya satu hal yang mungkin akan membuat sporter -tak terkecuali fansgirl yang yang lumayan membludak- illfeel. Yah, tentu, seorang gadis (satu-satunya) dari tim lawan mampu membuatnya kewalahan dengan gaya coolnya yang mematikan. Hanya tinggal menunggu detik sampai akhir pertandingan, tapi bagai kilat gadis itu tak sedikitpun memberi kesempatan bagi si rambut gelap itu itu menyentuh tubuh bola. Semua pemain terkecuali dua orang itu serasa tak ada harganya, hanya pada dua sosok itu mata tertuju.
"Luffy ! apa yang kau lakukan, dasar bodoh !, " seru seorang pemuda dari tim si rambut hitam.
Si rambut hitam itu -namanya Luffy- menggeram dalam, menyorotkan tatap ancaman pada si gadis. Sekali lagi, dalam gerak slow, gadis itu membalas. Seulas senyum ejekan dalam tatapan kaku. Bulir keringat melayang diantara mata mereka. dua cm... satu cm.
"Ah !, " seru Luffy ketika dalam satu gerakan kilat si gadis berbalik, dan dengan kelentingan luar biasa ia dapat berkelit dari tubuh lentur sang pemuda yang terus menempelnya. Satu langkah, satu lompatan.
Bless !
Gerakan kaki sempurna ! Menyisakan gerutu panjang dari mulut pemuda tadi.
Hanya selang sedetik, peluit panjang terdengar, dan riuh sporter mulai menggaung kembali. Skor telak 37-4.
"SCARLETTT !!!, " teriak para sporter, meneriaki nama si gadis.
Kuping Luffy serasa terbakar. Seorang gadis telah mengalahkanya !
"Percuma, Sanji yang terkenal jagoan sepak bola nomor satu pun pernah kalah dari gadis itu. Zorro juga kalah kendo dalam pertandingan akhir tahun lalu. Basket, Futsal, volly, kurang apa lagi ! nama kita jatuh di hadapan gadis itu ! " teriak hidung panjang yang tengah menyeka wajahnya yang tersapu peluh.
"Kelas sebelah mengerikan !, " komentar si rambut kuning, Sanji namanya, "Tapi, gadis itu cantik sekali~~~" Luffy tak menjawab apa-apa. Dia bersandar perlahan, lalu membuka satu persatu kancing bajunya, membiarkan sejuk menguasai tubuhnya.
"Perhitungan apa lagi yang harus kita buat ?, " tanya si hidung panjang lagi.
"Ah, kalian berisik !" balas Luffy cuek. Semua mata mengarah padanya.
Si rambut toska angkat suara, "Ada apa kapten ?, " tanyanya.
"Aku capek. Perhitungan yang bagaimanapun takkan mempan pada anak-anak kelas sebelah yang menyebut diri mereka 'fairy tail' itu !, " kata Luffy, lalu meraih tasnya dan mendorong topi jerami kesayanganya -kata mereka seperti topi pramuka anak perempuan-
"Aku mau pulang, Kakak, " katanya.
"Mau cerita kekalahanmu pada kak Ace, Luffy ?, " tanya si rambut toska, Zorro namanya.
"Mungkin kakak punya solusinya, " jawab Luffy, kali ini ada nada pasrah dalam suaranya, membuat teman-temanya mengangkat alis.
"Parah, " komentar Ussop, si hidung panjang tadi, ketika Luffy sudah memunggungi mereka dan berjalan keluar ruangan dengan langkahnya yang gontai.
.......
Waktu seperti berlari. Luffy merebahkan tubuh lelahnya.
"Wah, kenapa ini adikku tercinta ?, " tanya sang kakak, pemuda luar biasa tampan dengan rambut cepak hitamnya.
"Gadis kelas sebelah !, " kata Luffy spontan, dengan nada rajuk memanja.
"Sekarang kalah apa lagi ? Kemarin skor telak 4-0 untuk sepakbola, kemarin lagi... "
"Kakak jangan mengejekku ! Pokoknya aku benci anak-anak itu ! Benci !, " Hanya itu yang dikatakan Luffy sebelum menelungkupkan wajahnya di bantal.
"Kakak bantu kamu deh... " bisik sang kakak, Ace.
"Bantu apa ?, " Luffy bangkit seketika, dengan wajah yang lebih bersinar, seolah kalimat yang akan diucapkan sang kakak seratus persen bebas meleset.
"Tapi... tidak gratis... "
Gubrak ! Pemerasan !
"Ha ?, "
"Tidak gratis... " ulang Ace tanpa memperdulikan wajah depresi Adiknya.
"Kakak mau apa ?, " tanya Luffy cemas.
"Kalau Luffy carikan teman kencan untuk kakak, kakak beri tau caranya menaklukan anak kelas sebelah ! Bukan hanya gadis itu, tapi beserta komplotanya !, " jawab Ace.
"Cuma itu ?, "
"Kau mau Kakak menguras dompetmu ?, "
"Gyaaa.... Noooo... " Luffy melonjak,mendekap domper hitamnya yang berlambang bajak laut.
"Deal ?, " Ace menyodorkan tanganya.
"Tapi tetap tidak adil kak ! selama ini Luffy kan jarang punya teman perempuan !, " elak Luffy.
"Bohong, buktinya fansgirlmu banyak !, " tuding Ace.
"Fansgirl dan teman cewek itu beda kak !, " Luffy membalas.
"So ?, "
"Aaahhh... bantulah adikmu tercinta ini kak... " manja Luffy.
"Harusnya kau yang bantu kakak dong ! kalau kau belum kenyang dipermalukan oleh seorang gadis ya sudah, "
"Gyaaa... lengkaplah penderitaanku... " Luffy roboh pelan di lantai.
"Setuju atau tidak, terserah Luffy... Kakak tunggu di ruang makan ya, dah.... " Ace menjulurkan lidahnya, lalu beranjak. Meninggalkan Luffy dengan face depresinya.
"Pemerasan !, " jerit Luffy, histeris, "kalau aku dekat salah seorang gadis saja, bisa dipastikan aku dikeroyok fansgirlku yang lain ! Bodoh ! kak Ace jahat, jahat, jahat, jahat... " kali ini mulut Luffy merapal umpatan.
"Yah... maafkanlah kakak laknatmu ini, adikku manis... hahaha... "
.......
"Ha ?, " bibir bawah Ussop turun beberapa cm, syok mendengar syarat kakak Luffy.
"Kau tau kan, kau tau kan seberapa ganasnya gadis-gadis di sekolah ini?, " tanya Luffy, panik semi GR. Gadis-gadis itu a.k.a Luffy`s fansgirls, hehehe.
"Jangan percaya deh kata-kata kakak Luffy, kalau kita pertaruhkan nyawa masuk ke komunitas para gadis hanya untuk memcarikanya teman kencan, tidak ada jaminan bahwa gagasan kak Ace seratus persen manjur, " celatuk Zorro, tanpa mengalihkan pandanganya dari PSP nya.
"Tapi, apa kalian masih betah dipermalukan oleh anak (gadis) kelas sebelah itu ha ?, " ujar Sanji berapi-api, "Untuk itulah, kawan-kawan, biarkan aku yang menjalankan tugas ini, akan kuturuti permintaan kakak Luffy !, "
Gubrakk !
"Kau akan mengacau !, "
"Tidak sudi ! "
"Enak saja !, "
Kalimat bertubi-tubi lain dialamatkan pada Sanji yang terpuruk di pojokan dengan beberapa benjol di kepala kuningnya. Siapapun tau otak kotornya yang sama laknat dengan permintaan kakak Luffy.
"Eh, tapi sepertinya, apapun yang terjadi, kita harus memenuhi permintaan kak Ace, kalau tidak, harga dirimu yang akan turun Luff, " kata Ussop tiba-tiba.
"Eh ? Maksud ?, "
"Tuh !, " tunjuk Ussop. A
da pemandangan ganjil. Belasan fansgirl Luffy mengerubuti seseorang. Ketika Luffy menyipitkan matanya untuk memastikan pengelihatanya.
A N A K K E L A S S E B E L A H (lagi)
"Gyaaaaa..... " Luffy syok, langsung depresi.
"Wah, pemuda kelas sebelah itu cool juga, " komentar Zorro.
"Wah, sainganku ! " lanjut Sanji, iri melihatnya.
"Luffy yang bergaya so cool ternyata depresi juga ya melihat fansgirlnya terpikat pemuda lain, dari rival geng kita lagi !, " kata Ussop menimpali.
"biar kuhajar si sok tebar pesona itu !, " krettkk... meledaklah emosi sang pangeran (gagal), si keren yang bersense lembut, Sanji.
"Aaaahhh... kemana citra kita sebagai geng terbaik se sekolah kalau begini caranya ha ?, " seru Luffy.
"Dasar bodoh, masalah sepele saja dibikin ribut ! " komentar Zorro dingin, kembali meneguk sprite kalenganya.
"Aku mau mendinginkan kepalaku dulu, " Luffy bangkit. Raut kesal jelas tercetak di wajahnya yang tampan terkesan imut, "Anti kelas sebelah yang sudah mempermalukan kita! " katanya kemudian.
"Aku juga !, " timpal Sanji, tak lupa melempar seringai kesal pada pemuda berambut gelap dari kelas sebelah yang dikelilingi dengan para gadis, "Anti geng 'fairy tail', "
"Asal jangan masukkan kepala kalian ke lemari es saja tidak masalah, " kata Zorro dengan tampang khasnya.
.......
"Ah, " seru Luffy dan pemuda itu bersamaan, ketika tangan mereka sama-sama menyentuh sekaleng cola yang hanya tersisa satu di lemari pendingin.. Dalam waktu yang sama pula, mereka mengangkat wajah.
"Maaf, untukmu saja, " kata pemuda itu duluan setelah saling berpandangan sepersekian detik.
"Terimakasih, " kata Luffy, sedikit salah tingkah karena ada anak yang berwajah keras, tapi baik juga.
"Oh, aku belum pernah melihatmu. Anak baru ya ?, " tanya Luffy, menutup pelan pintu lemari pendingin.
"Tidak, beberapa hari aku tidak masuk karena skors. Oh, ya aku dari kelas X IPA 1, kau ?, "
"Brruuubbhh... " Luffy nyaris memuntahkan seluruh cairan yang nyaris ditelanya. Minuman berkarbonasi itu memuncrat sampai membasahi seragamnya.
"Ke... kelas sebelah ? " tanyanya.
"Iya, "
"Fairy tail ?, "
"... Iya ," kali ini pemuda itu mengerutkan kening, mulai takut-takut dengan pertanyaan aneh Luffy.
"A.. "
"Ah !, " potong pemuda itu cepat, "Tidak apa-apa, santai saja, " ditariknya tangan Luffy. Mereka duduk berdua.
"Oh, ya, siapa namamu ?, " pemuda itu mengulurkan tanganya dengan wajah ceria, menyisakan raut takjub pada kedua mata Luffy. Wajah ceria dengan senyum lepas tanpa beban... begitu... ehm... mirip ?
"Eh, Luff... Luffy... " disambutnya uluran tangan itu, "Monkey D. Luffy, " Bola mata mereka berpandangan sebentar.
"Aku Natsu, tapi teman-teman memanggilku Salamander, " katanya.
"Nama yang keren, " puji Luffy, tersenyum. Hanya sedetik setelah itu, entah bagaimana mereka seakrab ini. Kemiripan tercetak jelas pada gurat wajah dan senyuman manis kedua pemuda ini.
"Jadi, kalian kalah dari tim kami pada pertandingan basket kemarin siang ya ?, " tanya Natsu.
"Yah... kuakui, kalian hebat, apalagi kapten kalian, " komentar Luffy, dengan ekspresi jauh (sekali) berbeda dengan yang tadi. Tidak ada umpatan dan kalimat kasar lagi. Wajah lucu kekanakanya tergurat jelas.
"Kapten kami itu tidak hebat, dia rival beratku malah, namanya Gray, kau tau ?, "
Gerakan Luffy terhenti sebentar, "Gray ? Bukan gadis itu ya ?, " tanya Luffy kemudian.
"Gadis ? Erza maksudmu ?, " Natsu balik bertanya.
"Iya, yang kemarin mati-matian mempermalukan kami semua, " "Hahahaha, " tawa Natsu meledak.
"Kenapa tertawa ?, " kali ini ada nada protes pada kalimat Luffy.
"Maaf, tapi begitulah seorang Erza Scarlet, dia memang menyukai kompetisi. Dia tak pernah peduli bagaimana perasaan lawan jika kalah atau semacamnya. Gadis keras yang tergila-gila pada keadilan dan sportifitas. Kami memanggilnya 'Titania Erza', " Natsu tersenyum, "Jangan dendam pada kami, kita semua bisa berteman baik, asal kalian jangan berpikir buruk tentang grup kami. Kami ini grup paling kacau, "
"Aku senang sekali Salameder, maaf kami sering berpikir buruk tentang kalian. Entah bagaimana, kepalaku sedikit dingin sekarang, " Luffy menunduk sedikit, wajah tampanya terlihat manis dalam ekspresi seperti itu.
"Tentu saja, Luffy. Oh, ya, markas geng kami ada di dekat dermaga, di kafe 'fairy tail', mampirlah kapan-kapan, kukenalkan pada teman-teman yang lain, "
"Ah ?, " agak terkejut dengan tawaran itu, Luffy berkata, "Yah... kapan-kapan ya... "
Kling... ada ingatan melintas pelan di benak Luffy. Hmmm... apa ya... bukankah Luffy berkata anti anak kelas sebelah ?
"Ada apa Luffy ?, " tanya Natsu yang menagkap perubahan ekspresi pada wajah kawan barunya itu.
"Eh ? Ehmm... tidak, " jawab Luffy cepat, "Kafe itu dekat dengan bengkel kapal Franky ?, " sambungnya kemudian.
"Franky ? Cyborg itu ya ? Yah, kami lumayan kenal dia sih soalnya kafe kami tidak terlalu jauh juga dari bengkelnya, hehehe... "
"Franky juga teman baik kami sih... " kata Luffy pelan, meneguk cola nya lagi.
"Oh, ya, Luffy, aku suka topi di kepalamu. Kau memakainya setiap saat ya ?, " tanya Natsu tiba-tiba. Pertanyaan yang mengejutkan Luffy, membuatnya melepas topi itu spontan.
"Ah, ini kenang-kenangan dari seseorang, " katanya kemudian. Mata Luffy memandangi topi itu. Ada banyak kenangan terpantul pada mata jernihnya.
"Tapi itu kan cerita lama, hahaha, " tawanya.
"Siapa ? Sahabatmu ya ?, "
"Ya sih, dia sahabatku, kakakku, idolaku, dan orang yang kusayangi... namanya Shanks, rambutnya kemerahan, mirip kamu, " Luffy tersenyum. Keceriaan yang tersirat begitu kentara pada kedua pupil matanya.
Mata Natsu meredup sesaat. Sekilas, Luffy menangkap ekspresi itu.
"Ada apa Salamander ?," tanyanya.
"Tak apa. Kau beruntung ya, Luffy. Kau tau, aku tak pernah merasakan hal seperti itu. satu-satnya kenang-kenangan yang tersisa dari orang yang kusayangi hanyalah 'nama', " kata Natsu, mengusa rambut kemerahanya. Yah, aura redup pada mata teduhnya membuat Luffy terpaku untuk sepersekian detik. Mata yang menonjolkan wajah tampanya, nyaris sama dengan Luffy.
"Oh... apa maksudmu ?, " Luffy merendahkan suaranya. Nada bicara yang terkesan hati-hati, tapi nyata menyiratkan empati.
"Itulah kenapa anak-anak di luar 'fairy tail' memanggilku salamander. Aku dibesarkan oleh 'Salamander'. Sampai akhirnya, aku lepas darinya dan tinggal bersama teman-temanku bersama kakek Makarov, "
"tapi kau masih punya teman-temanmu kan ? Kurasa itu cukup, Salamander, " Ujar Luffy, mengajak Natsu tersenyum bersamanya.
Riuh di kantin itu sedikit mereda. Empati yang menumbuhkan persahabatan diantara keduanya. Kemiripan yang kentara diantara mereka, sekalipun hanya sesaat, membuat ada rasa memahami. Beberapa menit berlalu setelah itu.
"Terimakasih ya, Luff ... "
.......
Langkah Luffy ringan memasuki laboratorium IPA, tersenyum menyapa gadis-gadis yang tengah menekuni mikroskop dan neraca di salah satu sudut ruangan, kemudian menuju bangku favoritnya : Sudut paling belakang yang selalu luput dari pandangan guru. Tipe anak malas !
"Lihat, pengkhianat pulang, " Zorro meninggikan suaranya, menghentikan gerakan Luffy detik itu.
"Lihat, siapa leader yang habis mengingkari kata-katanya sendiri, " sambung Sanji sinis.
"Dasar, bukan Luffy yang selama ini kukenal !, " kali ini suara Ussop yang menimpali.
"Aku juga jadi saksi, " pemuda berambut hitam yang mengangkat satu kakinya keatas meja ikut angkat suara. Brook namanya.
"Apaan sih kalian ini, " protes Luffy ketika empat pasang mata menyapu wajahnya dengan tatapan sinis yang belum pernah Ia dapatkan sebelumnya.
"Coba ulangi kata-katamu waktu di beranda tadi ?, " Sanji mengangkat wajah, mengeluarkan suara dengan nada menuntut pada Luffy yang masih diam dalam bingung.
"Eh ? kata-kataku yang mana ?, " tanya Luffy masih sulit untuk mencerna maksud teman-temanya.
"Kau ingat tentang 'anti fairy tail' tidak ?, " ujar Zorro.
"Tentang kekalahan di lapangan kemarin dan hari-hari yang lalu ?, " timpal Ussop.
"Apa yang... "
"Kau malah mengingkari kata-katamu, " sambung Brook tak memberi kesempatan pada Luffy untuk bersuara.
"Fa... fairy tail kau bilang ? jadi ini soal aku yang duduk berdua di kantin dengan Salamander ?, " Luffy menyela, "Kalian pikir aku mengingkari kata-kataku ? Kalian pikir aku... "
"Ya, kami berpikir begitu, " potong Ussop.
Luffy mengatupkan bibirnya untuk beberapa detik. Wajah manis Natsu terlintas detik itu, wajah yang tak sedikitpun menyiratkan alasan untuk Luffy membencinya maupun memusuhinya.
"Ah... " Luffy membuka mulutnya. Ada kalimat yang ditelanya barusan. Kalimat yang Ia paksa untuk tidak terucap dari mulutnya. Lau Ia melanjutkan, "Apa kau bercanda ? Tentu tidak, aku kan yang bilang sendiri padamu, kita anti anak kelas sebelah, mana mungkin aku mengingkari kata-kataku, hahaha... "
Bukan tawa tulus, juga bukan tawa paksa.
"Baguslah kalau begitu. Kami hanya ingin tau, apa kau benar-benar Luffy yang selama ini kami kenal atau tidak, " ujar Brook.
"Kalau begitu coba kau ulangi lagi, " kata Sanji.
"Anti anak-anak kelas sebelah yang sudah memepermalukan kita, " ucap Luffy, memenuhi apa yang Sanji minta. Kalimat itu terasa aneh bagi Luffy sekarang.
"Coba katakan dalam konteks yang lebih sempit, " pinta Zorro.
"AKU BENCI FAIRY TAIL, AKU BENCI SALAMANDER. Puas ? kalau tidak keberatan, aku akan keluar sekarang, " Luffy berbalik setelah itu. Tapi,
Ups, Luffy menabrak sesuatu di hadapanya. 'Sesuatu' .
"Sa... Salamander ???, " Pekik Luffy kaget ketika 'sesuatu' itu adalah si rambut merah yang beberapa menit lalu duduk berdua denganya di kantin. Kini ekspresi Luffy sudak tak dapat disembunyikan dengan cara apapun. Natsu sudah ada di belakangnya sejak tadi. Wajah Luffy merah padam antara malu dan merasa bersalah.
"Ah, maaf, Luffy, kurasa kau meninggalkan topimu di kantin tadi, " kalimat bernada datar terucap begitu saja dari mulut Natsu. Tanganya terulur, menyerahkan topi jerami kesayangan Luffy. Sekarang Luffy salah tingkah berhadapan dengan pemuda di hadapanya itu.
"Sa... Salamander... "
"Tak apa, aku mengerti. Aku pergi sekarang, maaf ya, Luff, " Natsu berbalik. Wajah datar tanpa emosinya berlalu begitu saja dari hadapan Luffy.
"Sa... Salamander, aku.... "
Natsu melangkah pelan keluar ruangan tanpa sedetikpun memandang Luffy. Luffy tak bisa menangkap ekspresi Natsu sedikitpun. Ada rasa bersalah terselip. Dia tak lagi menemukan senyum persahabatan di wajah Natsu.
Luffy memandangnya terus melalui jendela. Ah, apa yang telah Ia lakukan. Kini mulailah ada rasa kebingungan yang bahkan Luffy pun sulit untuk menggambarkanya. Rasa bingung, tapi... aneh.
.......
"Kalian harus membantu kami... " pinta Sanji memelas pada empat orang gadis di hadapanya.
"Maaf, tapi tugas kimia itu adalah tugas kalian, kami tidak bisa membantu apa-apa, " jawab salah seorang, gadis manis berambut kebiruan.
"Oh, Vivi cantik... tega sekali kau... " Sanji terduduk lesu.
"Kalau kalian tidak membantu kami, nilai kami akan kosong (lagi). Apa kalian suka melihat kami tinggal kelas ha ? Ini kan hanya tugas kimia, dengan otak pintar kalian kan bukan masalah !, " dukung Ussop.
"Bukanya suka melihat kalian tinggal kelas, tapi kami kan juga banyak tugas !, " protes gadis itu lagi, yang bernama Vivi.
"Ingat kan, kalian sudah terlalu sering meminta bantuan kami !, " timpal seorang gadis berambut gelap, bernama Robin.
"Nami... bantu kami.... " Sanji beralih ke seorang gadis berambut kemerahan yang tengah disibukkan dengan blackberry nya.
"Maaf, jurusanku bukan Sains... " jawabnya ringan.
"Conis... "
"Jurusanku juga bukan sains... Maaf ya teman-teman, " potong seorang gadis bernama Conis tadi.
"kalian tega.... " jerit histeris Ussop dan Zorro bersamaan, "tenggat waktunya kan sebentar lagi~~~ "
"Ngomong-ngomong, " kata Nami, "Sepertinya ada yang kurang, "
"Benar, aku tidak mendengar jeritan Luffy, kemana dia ?, " sambung Vivi.
"Ehhh ???, "
Kedelapan remaja itu berhenti dan spontan menoleh karena menyadari salah satu pionir genk malas ini menghilang. Terkejutlah mereka, dalam jarak sekitar dua puluh meter di belakang mereka, pemuda bertopi jerami itu berjalan gontai dengan pandangan tak menentu.
"Kau sakit, Luffy, " tanya Vivi halus. Tak ada jawaban.
"Luffy ? Kau sakit ?, " sambung Nami. Masih tak ada jawaban dari sang pemilik nama.
"LU.... FFYYYY !!!!, " Teriakan tanpa ampun dari keedelapan temanya sukses menerjang telinga luffy dan membuatnya terlonjak setengah mati.
"Kalian gila ! Jantungku nyaris berhenti !, " protesnya kesal. Tapi ada juga raut kaget pada wajahnya karena baru menyadari bahwa dirinya tertinggal lumayan jauh.
"Kau sakit ?," Vivi mengulangi.
"Tidak, " jawabnya.
"Ada tugas kimia lagi ya ?, " tanya Vivi lagi. Nampak samar semburat semu kemerahan pada kedua pipi mulusnya ketika langkahnya mulai sejajar dengan Luffy.
"Tidak juga, " jawab Luffy lesu dan mulai bergeser dari samping Vivi karena menyadari perubahan wajah temanya itu.
"Ehm... " Vivi berkata malu-malu, "... kalau ada tugas kimia lagi, aku tidak keberatan membantumu, " katanya dengan suara rendah, supaya tidak terdengar kawan-kawan yang lain.
"kau ingin aku mati ya, " ketus Luffy kemudian.
"Apa soal fansgirlmu ya ? hihihi... itu kan tidak masalah, aku kasihan kalau kau mendapat hukuman menjadi kuli laboratorium lagi, " ujar Vivi.
"Kalau kau mau mengerjakanya untukku.... "
"Tentu, " potong Vivi tiba-tiba. Kalimat yang meluncur dari bibirnya dengan cepat, membuatnya salah tingkah. Rona merah itu semakin kentara di wajahnya.
"Sungguh ?, " langkah Luffy terhenti. Neraka bernama 'tugas kimia' membuat pikiranya tentang natsu teralih dalam sekejap.
"Kalau kau tak keberatan, " jawab Vivi, "Tapi jangan katakan pada siapa-siapa, "
"Oke, tunggu, biar kuambil bukuku, " Tangan Luffy bergerak cepat, menurunkan tas punggungnya.
"Mana ya, " tanyanya cemas saat menyadari bahwa buku tebal itu tak ada di dalam tas hitamnya.
"Woi, sanji, kau tau buku kimia ku tidak ?, " serunya pada sanji yang berada beberapa meter di depanya.
"Mana kutahu ! Siapa yang tertarik pada buku lusuh seperti bukumu itu ha !, " jawab Sanji cuek.
"Aduh, sepertinya tertinggal di laboratorium, Vi, " Luffy mengerutkan keningnya, cemas.
"Hmm... setelah ini aku ada kursus. Bagaimana kalau kau ambil ke sekolah, nanti bawalah ke rumahku, atau aku yang mengambilnya ke rumahmu?, "
"Ide bagus juga. Biar aku saja yang ke tempatmu, anggap saja ongkos membantuku menyelesaikan tugas, hehehe... " tawa Luffy.
"Baiklah. Maaf ya Luffy aku tidak bisa mengantarmu, " Sekilas, Luffy bisa melihat wajah bersalah sekaligus rona senang di wajah Vivi.
Apa dia fans ku juga ya ? pikir Luffy.
"Oke, sampai ketemu nanti, daaahhh... " Luffy mengangkat tasnya dan membawanya berlari. angin menghempaskan rambut hitamnya, membuat topi jerami kesayanganya terlepas dan tergantung di lehernya. Luffy tersenyum lebar.
"Selamat tinggal hukuman menjadi kuli laboratorium...... "
.......
Sekolah bagaikan kota mati ketika Luffy mulai melangkah memasukinya dengan nafas terengah. Tanpa peduli nafasnya yang nyaris habis, Ia kembali melesat, memasuki gerbang besar, belok kiri dan.
"Awww... " jerit Luffy dan pemuda itu bersamaan ketika tubuh mereka bertabrakan keras. Tubuh pemuda itu terhempas dan terpelanting di bawah tangga, sedangkan Luffy sendiri terpelanting kearah yang berlawanan. Mungkin Ia akan terjatuh agak jauh, kalau saja punggungnya tidak membentur tiang penyangga yang sukses membuatnya meringis kesakitan.
"Kau kemanakan matamu !, " hardik pemuda itu keras.
"Maaf, " ucap Luffy spontan. ia mengangkat wajahnya setelah itu. Eh ? di... dia kan anak kelas sebelah yang merebut hati para fansgirlnya itu ?
Pemuda itu -tampan dan berambut gelap mirip Luffy- mengulurkan tanganya. Sebuah tindakan yang mengejutkan. Apa semua anak kelas sebelah seperti ini ? Belum kenal tapi selalu bersikap baik ?
Luffy menyambut uluran tangan itu. Pemuda bermata hitam pekat itu membantunya bangkit.
"Terimakasih, " Luffy mendorong topi jeraminya ke belakang agar Ia bisa melihat dengan jelas sosok pemuda tadi. Seorang pemuda yang beberapa cm lebih tinggi darinya, dengan wajah keras tapi manis, mirip denganya.
"Bukanya sekolah sudah bubar dari tadi. Kau sedang apa ?, " tanya Luffy.
"Bukuku tertinggal di laboratorium. Sekarang laboratorium sudah ditutup, aku terburu-buru mencari kuncinya di bagian tata usaha, " jawabnya.
"bukuku juga tertinggal di laboratorium, aku baru akan kesana, " ujar Luffy. Mereka saling berpandangan. Hmmm....
.......
"Jadi kau baru dihukum jadi kuli laboratorium ?, " tanya Luffy. Pemuda itu tertawa kecil mendengar pertanyaan Luffy.
"sering, " jawabnya ringan.
"Aku juga, " Ada keakraban tersirat disana.
"eh, tolong bawakan bukuku sebentar, biar kukunci pintunya, " pinta pemuda yang bahkan Luffy belum tau namanya itu.
"Tentu, " Luffy menerima setumpuk buku kimia tebal yang selalu mebuat matanya sakit itu.
"Aku mau tanya sesuatu padamu, " Pemuda itu menghentikan gerak tanganya yang tengah memutar kunci, "Apa... kau yang bernama Monkey D. Luffy ?, "
Luffy tertegun sesaat, "tentu saja, semua orang mengenali topi jeramiku, lagipula aku kan menjadi lawan timmu dalam pertandingan basket kemarin " jawabnya.
"Oh, " Ada suara yang tertahan pada akhir kalimat yang diucapkan pemuda itu. Tanganya mencabut kunci, dan Ia meminta kembali bukunya yang dipegang Luffy. Hanya sedetik setelah itu, waktu berjalan monoton. Tak ada lagi suara yang mengalir dari bibir masing-masing.
"Lu... Luffy... " Pemuda itu bersuara, menghentikan langkah Luffy yang ada di beberapa anak tangga di depanya.
"Ada apa ?, " sahut Luffy. ia diam sebentar, membiarkan pemuda itu sejajar denganya.
"Ada apa sebenarnya antara kau dengan Natsu ?, " tanya pemuda itu. Luffy memandangnya sejenak.
"Memang ada apa ? Aku dan salamander tidak ada apa-apa, " ujar Luffy. Ada rasa penasaran tersisip di hatinya ketika pemuda itu menyebut nama Natsu.
"Aku juga tidak tau. Tapi Natsu berkata sesuatu tentang anak IPA 2 bernama Luffy. Ia juga berkata ingin memberikan ini... " tangan pemuda itu bergerak ke saku celana abu-abu nya, mengeluarkan sesuatu, "... tapi entah kenapa tidak jadi. Wajahnya nampak aneh, "
Luffy menerima benda itu. Sebuah amplop polos bergambar aneh. gambar yang sangat sulit ditafsirkan, tapi semua orang tau, itulah lambang resmi 'fairy tail'. dan ada sebuah nama tertera di amplop itu. 'Monkey D. Luffy'
"Apa ini ?, " tanyanya.
"Undangan. Menjelang valentine, anak-anak guild fairy tail akan membuat pesta di kafe. Kami boleh mengundang siapapun. Kurasa Natsu ingin mengundangmu ke pesta itu, Luffy, " katanya.
Luffy memandangi amplop itu.
"Ah... bagaimana ya... kurasa Salamander takkan mau bertemu denganku sekarang, " Luffy berkata lemah.
"Kalau kau tidak mau datang tak apa. Biar nanti kukatakan pada Natsu, " pemuda itu berkata datar, lalu melangkah mendahului Luffy yang masih berdiri kaku dia tangga.
"Tunggu, namamu Gray kan ?, " seru Luffy. Pemuda itu menoleh.
"Ya, namaku Gray, " jawabnya.
"Tolong... " Luffy diam sebentar. lalu melanjutkan, "sampaikan maafku untuk Salamander, "
"Baiklah, " hanya itu percakapan terakhir yang terjadi sebelum akhirnya mereka berpisah.
.......
"Maaf merepotkanmu, Vivi, " Luffy tersenyum kecil, menyerahkan buku-buku kimianya. Gadis itu balas tersenyum, membuat kecantikanya menonjol.
"Tidak masalah, asal kau mau merahasiakan ini dari yang lain, " ujar Vivi ceria, "Oh, masuklah dulu Luffy, kita kan jarang mengobrol seperti ini... ya kan... "
"Maaf, tapi sekarang tidak bisa, Vivi, aku mau ke tempat Franky setelah ini, " Luffy menolak halus.
"baiklah, ampai ketemu besok ya, " Senyum Vivi mengingatkan Luffy akan sesuatu yang belakangan ini juga membuat Luffy stress.
"Oh, ya, ngomong-ngomong, valentine kau tidak ada acara kan ?, " tanya Luffy. Pertanyaan yang mendadak membuat Vivi blushing.
"Ti... tidak... "
"Kakakku sedang tidak laku tuh, apa kau mau menemaninya sepanjang malam valentine, "
Doenkk....
"Ka.. kakakmu... ?, " Vivi terkejut.
Luffy tertawa tanpa dosa, "kebetulan, aku berjanji pada kakak untuk mencarikanya teman kencan selama valentine, kau kan temanku, kau mau membantuku untuk yang satu ini kan ?... hehehe... "
"Janji ? Kau mau memanfaatkan aku ya ?, " Vivi protes, "Ap.. apa yang ada di pikiranmu, Luffy ?, "
"Eh ?, "
"Kau tega sekali !, "
"Vi... Vivi... jangan marah... aku kan tidak memaksa... "
Vivi menyandarkan punggungnya ke kusen pintu dengan wajah kecewa. ada perasaan yang bercampur di benaknya tentu.
"eh... ehmm... " Otak Luffy berputar cepat, mecoba menenangkan temanya itu, "se... sebagai permintaan maafku sekaligus terimakasih atas kebaikanmu membebaskanku dari tugas kimia, bagaimana kalau kau yang menjadi... te... tman kencanku selama valentine ?,"
Luffy terkejut sendiri menyadari kata yang diucapkanya barusan. Sekarang raut wajah Vivi berubah total. Mereka saling berpandangan bingung.
"E... eh... kalau begitu, tunggu aku jam empat hari Minggu ya, daaaa.... " Luffy berbalik dengan cepat. Kedua pipinya merona karena tegang. Ia bahkan tak menyadari apa yang ia ucapkan. Ia percepat langkahnya ke arah pantai setelah itu.
.......
"Sanji benar, aku tidak pernah dekat dengan seorangpun gadis, jadi aku tak bisa memahami mereka, " keluhnya cemas, "Bagaimana mungkin aku bisa salah berbicara seperti itu... aku ini benar-benar bodoh !, "
"Eh, kau kenapa Luffy ?, " seseorang bertanya. Saat Luffy memalingkan wajah, seorang pria tersenyum padanya.
"kau kenapa ?, " ulang pria berambut biru itu, lalu ikut duduk beralaskan pasir disamping Luffy.
"A... aku terlanjur janji akan kencan dengan Vivi valentine nanti, " cerita Luffy, "padahal aku sama sekali tak ada niat, tadi aku hanya menenangkanya tadi... aku jadi bingung, Franky, "
Pria kekar itu merangkul Luffy pelan, "Seperti kata sanji, kau memang tak pernah dekat dengan seorang gadispun, hahaha... " tawanya. Pria yang menjadi tukang kayu nomor satu disini itu mengajak Luffy tersenyum ceria.
"Apa yang harus kulakukan, padahal kak Ace juga memintaku mencarikanya teman kencan, itu kan gila, kakak sendiri tau aku tidak akrab dengan para gadis, "
"Bagaimana dengan gadis-gadis yang selalu membantumu mengerjakan tugas kimia itu ?, " tanya Franky terkikik geli, mengingat kelakuan Luffy yang selalu memalak contekan dari mereka.
"Aku menyerahkan semuanya pada Sanji yang sok pede itu, aku tak pernah meminta langsung, " Luffy cemberut, memajukan bibirnya beberapa cm.
"Kalau begitu, cobalah belajar dari si Sanji itu, " kata-kata Franky membuat Luffy menjulurkan lidahnya.
"Tidak mau~ "
.......
Angin membelai rambut gelapnya, ombak menyapu kedua kakinya yang telanjang tanpa alas kaki. Luffy selalu merasa nyaman dengan laut.
"Rencana valentine mau kemana Luff ?, " tanya Franky.
"Entahlah, mungkin ke pesta. Aku diundang teman, " jawab Luffy cuek. Matanya menatap buih yang terdampar di pasir.
"Pesta ? Fairy tail ya ?, "
Luffy mengangkat wajahnya yang berada diatas lutut ketika Franky menyebut nama fairy tail.
"Bagaimana kau bisa tau ?, " tanyanya antusias.
"Fairy tail itu guild besar, isinya orang-orang kacau dan bermasalah semua, kusarankan jangan terlibat dengan mereka. Kudengan beberapa anggotanya anak yang bersekolah di sekolahmu, "
"Jadi, fairy tail itu organisasi besar ?, " tanya Luffy heran.
"Tentu saja, terakhir kali aksi gila mereka adalah, beberapa bocah fairy tail ingin pergi ke 'Gharna', sebuah pulau terkutuk di seberang. Mereka memaksa beberapa jasa penyewa kapal di kota Harjion untuk mengantarkanya ke tempat laknat itu. Entah apa yang terjadi setelah itu, tapi salah seorang dari mereka terluka parah setelah terlibat masalah dengan 'Deliola', "
Luffy terpana, takjub sekaligus heran dengan cerita Franky.
"Siapa saja mereka ?, " tanyanya tertarik.
"Ketua mereka yang sinting, salamander Natsu, seekor kucing biru dan seorang gadis berambut pirang, lalu menyusul, seorang pemuda bernama Gray, dan menyusul lagi seorang gadis kejam bernama Erza, " jelas Franky.
"Jangan munafik, bukanya kau yang mengordinasi orang-orang di Harjion !, " hardikan seseorang membuat Luffy dan Franky berpaling. Dua orang pemuda, dua orang gadis serta seekor kucing lucu berbulu biru berdiri angkuh diatas pasir.
"Sa... Salamander ?, " seru Luffy. Pemuda yang berada paling depan -Natsu- memandang Luffy, tapi hanya sedetik. Detik berikutnya Ia mengalihkan pandanganya ke Franky. Sebuah ekspresi enggan yang mengejutkan Luffy.
"Kami ada misi ke pulau seberang sekarang, tapi kapal kami rusak, " Kata Natsu, "Kami butuh kau, "
"Baiklah, kurasa bukan masalah, pekerjaanku yang lain juga sudah selesai, " jawab Franky sembari bangkit dari duduknya.
"Pergilah ke dekat markas kami. Kau icarakan biaya dan yang lainya pada Kakek, kalau kakek tidak ada, disana ada Mira, " Natsu berkata datar, kemudian membalik badanya.
"Salamander !, " panggil Luffy ketika menyadari Natsu akan melangkah pergi.
Natsu menoleh sedikit. Ekspresi kosongnya terlihat.
"Apa kau... apa kau marah padaku ?, " tanya Luffy cepat.
"Mustahil aku marah pada orang yang membenciku, " jawabnya datar. Gray memandang Luffy dan berkata tanpa suara. Luffy membaca bibirnya, 'Maaf, ' itu yang Ia ucapkan.
"Aku minta maaf, " ucap Luffy lirih.
"Apa yang sebenarnya ingin kau katakan, Luff ?, " kali ini Luffy sedikit lega karena Natsu membalikkan badannya. Mereka berhadapan sekarang. Uhh, kenapa aku jadi kikuk seperti ini ya, batin Luffy cemas.
"Aku hanya ingin bilang kalau aku akan memenuhi undangan pesta valentine itu. Kenapa kau tidak jadi memeberikan undangan itu padaku ? tadinya aku agak kecewa juga, "
Luffy terkejut dengan apa yang Ia ucapkan barusan. Rupanya Natsu juga terkejut. Ekspresi lucu pada wajah keduanya nampak. Mereka berpandangan dalam diam untuk beberapa detik.
"Aku dan teman perempuanku tidak ada acara minggu malam, jadi, kurasa tak ada salahnya, "
"Bagaimana kalau genkmu marah ? Bukanya mereka sangat memebenci fairy tail ?, "
"Itulah. Akan kurubah pandangan mereka pada kalian, "
"hahahha... " mendadak tawa Franky meledak, "Begitu namanya teman sejati ! Baguslah kalau kalian mau damai, " Franky merangkul keduanya dengan lenganya yang kekar.
"Tapi kau jangan telat ya Luffy, kenalkan juga kami pada pacarmu !, " canda Natsu.
"Tenang saja deh !, " tawa keduanya lepas setelah itu. Angin menghembuskan rambut cepak mereka. Kemiripan diantara mereka kembali tercetak jelas sekarang.
"Baik, teman-teman, sekarang kita berangkat, nanti kakek marah, " gadis berambut pirang yang bersama Natsu berujar.
"Oh ya, kami harus pergi sekarang Luffy, sampai ketemu di pesta ya, " Natsu melambaikan tanganya pada Luffy sebelum akhirnya melangkah pergi diikuti beberapa temanya di belakangnya, termasuk Gray.
"Wah, " kata Luffy setelah Natsu cukup jauh, "Tak kusangka Ia semudah itu memaafkan aku, "
"Tentu, " kata seseorang di belakang Luffy.
"E... Erza ?, " serunya kaget saat melihat gadis cantik berambut panjang yang mengalahkanya dalam pertandingan basket kemarin.
"Dia memang seperti itu Luff, " kata gadis bernama Erza itu, "Oh, ya, katanya anak-anak kelas kalian marah pada genk kami, "
"Ya sih, kemarin pun aku emosi padamu, " jawab Luffy. Gadis itu tersenyum lembut. Wajah tirusnya nampak manis dalam background debur ombak.
"Natsu terkunci di dalam loker di ruang ganti kemarin, Ia mendengar percakapan kalian, " cerita Erza.
"Terkunci ? Di loker terkutuk itu ? Wah, memang dia seceroboh itu ya?, " Luffy kaget, tapi geli juga, mengingat ia juga pernah terkunci disana selama hampir sepanjang jam olah raga.
Erza tertawa, "Sebenarnya kami yang menyekapnya di sana karena dia akan mengacau... ah, sudahlah, aku jadi geli... hahaha... "
Luffy tersenyum. Ada rasa takjub pada gadis itu yang juga Ia rasakan saat pertama bertemu Natsu. Sense lembut yang tersirat nyata di wajahnya yang keras. Wjah cantik yang sangat khas.
"Kalian ini sama saja dengan anak-anak di kelasku, hehehe... "
"Oh ya Luff, memangnya Natsu kenapa sih ? ada masalah apa denganmu ?" tanya Erza. Mereka berdua kemudian melangkah beriringan ke arah pantai. Ombak yang mengantarkan buih menyapu pelan kaki-kaki mereka, dan angin menghempas rambut mereka. Dalam suasana senyaman ini, Luffy enggan membicarakanya.
"Sebenanya bukan apa-apa, " kata Luffy lirih.
"Oh ya, " kata Erza, "Aku menemukan sesuatu di kamar Natsu, kurasa ini untukmu, " Erza mengangsurkan sebuah surat.
"Apa ini ?, " tanya Luffy heran, lalu menerima surat bersampul putih ivory itu. Tepat saat seorang pemuda berambut kebiruan memanggil nama Erza.
"Erza !, "
"Oh, aku disini Gerald !, " Erza balas berseru pada pemuda itu, "Oke Luffy, itu temanku Gerald sudah datang, aku pergi dulu ya, daaa... "
"Daaaa.... "
Tangan Luffy bergerak membuka surat itu. Sebuah surat singakt yang ditulis tangan dengan tulisan khas anak laki-laki.
Untuk : Monkey D. Luffy
Aku menyukaimu.
Salamander Natsu .
Beberapa detik berlalu. Prosesor Luffy tak bisa memproses kalimat itu dengan cepat.
1 detik.
2 detik.
"APPPHAAAA ???????? !!!!!, "
TBC
hehehe... kalau boleh jujur, belakangan ini aku emang tersugesti para senpai buat bikin pair LuffyVivi... jadi jangan protes ya... thaks buat semua inspirator, and,
Happy Valentine Mina~~~~
