Setiap orang punya hobi dan kesukaan tersendiri. Banyak di antara mereka yang bergabung menjadi sahabat—bahkan pacar karena didasari kesamaan tersebut. Namun tidak sedikit juga yang menyendiri dan keukeuh tidak ingin ikut arus jaman.

Semuanya berdasar pada kesamaan.

Bagaimana jika berbeda?

Lawan kata dari kesamaan tersebut sudah banyak menjadi alasan di balik pecahnya hubungan. Ya; seperti hitam dan putih, tak akan pernah bersatu. Jika bersatupun akan menghasilkan warna yang ragu-ragu. Jika kesamaan yang menyatukan, maka perbedaan yang memecahkan.

Namun, apa yang akan terjadi kalau kali ini justru perbedaan yang menyatukan?

Begitulah kisah comedy romantic ini, dimulai.


GAMER-KUN TO FUJOSHI-CHAN

Chapter 1: Gamer and Fujoshi

Fairy Tail © Hiro Mashima

Story © Day-chan

AU, DLDR!

xxxxx


Seorang pemuda berambut pink memasuki kelasnya dengan muka teler. Rambutnya sedikit berantakan, mata elangnya yang biasanya tajam itu kini meredup. Ingusnya ke mana-mana, kelihatan banget ke sekolah cuma bermodalkan cuci muka.

"Osu," ucapnya lunglai.

"Ohayou otak api. Begadang lagi?" sapa teman sebangkunya menggeleng-gelengkan kepala.

Natsu menguap—dia menggemingkan ledekan Gray, sekarang dia terlalu mengantuk. "Kemarin clan-ku ada yang merusuh. Biasa, ada bocah."

Pemuda berambut biru kehitaman itu hanya berdecak. Sahabatnya dari SMP ini memang selalu begini, datang ke sekolah hampir terlambat dan tanpa persiapan.

Yup. Natsu Dragneel, seorang gamer.

Seperti tidak ada hari tanpa game. NO GAME NO LIFE! Yang juga berarti hidupnya sangat bergantung pada game. Dulu, Natsu hanya bermain game hanya untuk menyegarkan pikirannya yang sedang suntuk saja. Namun lama kelamaan, Natsu semakin maniak dengan game. Ini didasari karena banyaknya jenis game dan adanya game online.

Sekarang? Jangan ragu. Tanya segala jenis game pada Natsu! Dia akan menjawabnya sesuai dengan review-nya terhadap game tersebut. Yah, tidak semua jenis sih. Dia tidak akan bermain otome game bukan.

Mulai dari game Snake yang di handphone No*******kia 3310, gamehouse, dan banyak lainnya. Akhir-akhir ini yang mulai dia masteri adalah game online. Grand Chase, Elsword, DOTA, PB, CSO, AC dan akan terlalu panjang jika disebut satu-satu.

"Kau nanti jadi main tidak, ice boxer?" tanya Natsu.

"Kau sudah gila? Besok ada tes matematika, kan?" jawab Gray sweatdrop.

Natsu memicingkan matanya. "Ya terus kenapa? Belajar besok pagi juga pasti bisa. Toh cuma tes."

"Aku sudah berkomitmen untuk tidak menjadi malas di SMA ini," ucap Gray menatap lurus Natsu. "Gomen."

"…" Natsu sedikit terpana sesaat. Kemudian dia tersenyum mengejek dan memukul kepala Gray—brofist. "Hahaha! Kau bisa belajar juga ternyata!"

"Apa maksudmu itu, flamehead?!" ucap Gray tersinggung. Dia sudah akan membalas pukulan Natsu sebelum Natsu beranjak berdiri.

"Maaf, aku tidak bernapsu untuk bertengkar sekarang. Aku sangat mengantuk! Katakan pada Makarov-sensei aku pusing dan tidur di UKS ya!"

"Oi, Natsu," Gray tampak tidak percaya apa yang akan dilakukan Natsu. Kabur pada jam pertama? Dan pada pelajaran Makarov-sensei? Oh tidak, Natsu sudah gila.

"Ah," Natsu berjalan mundur kembali ke bangkunya dan menatap Gray. "Kalau kau berubah pikiran, nanti jam lima sore di room Dragneel4869, password-nya 4869. Kutunggu sepuluh menit ya!"

"Tidak akan," Gray menanggapi malas. Gray juga gamer, tapi tidak semaniak Natsu. Dia masih tahu waktu dan kewajibannya sebagai siswa. Diapun juga bertekad kuat untuk tidak bermalas-malasan lagi di SMA yang baru dijalaninya tiga bulan ini.

Sedangkan Natsu? Hmm …

xxxxx

Seorang gadis bersurai blonde berlari tergesa-gesa melewati lorong sekolah. Mata karamelnya tidak berhenti melirik jam yang melingkar di tangannya. Peluh sebesar biji jagung menetes di pelipisnya, tanda dia sudah cukup lama berlari.

"O-Ohayooo!" serunya membuka pintu kelasnya.

"…" Semua anak memandangnya dalam diam. Gadis itu masih tidak mengerti keadaannya sebelum—

"Lucy, kau terlambat."

—suara galak itu memecah keheningan.

Sial, Makarov-sensei sudah masuk kelas duluan! Seru gadis itu—Lucy dalam hati. Tertawa kikuk, Lucy merembetkan kakinya menuju bangkunya sebelum suara galak itu membentaknya, lagi.

"Kau pikir apa yang kau lakukan?! KELUAR!"

"Hiiyaaaaa! Sumimaseeeen!" Lucy jumpalitan keluar kelas dengan langkah yang kaku. Alhasil, dia tersandung di depan pintu dan jatuh di luar kelas dengan tidak elitnya.

Makarov-sensei, pelaku yang membuat Lucy ketakutan seperti itu dengan kejamnya tidak menolong Lucy dan malah menutup pintu kelas dengan keras. Dia memang terkenal kejam bin jahanam! Tidak, tidak, bercanda. Dia hanyalah seorang guru yang perfeksionis dan tidak mengenal ampun bagi yang terlambat di pelajarannya.

"Ittai …" Lucy memegangi lututnya dan mengaduh kesakitan.

"Lucy?"

Lucy menoleh pada sosok berambut biru tersebut. "Aah, Juvia."

Juvia membantu Lucy untuk berdiri. Sesaat kemudian dia melirik ke kelasnya Lucy, lalu menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kau ini, sudah tahu pelajaran pertamamu itu Makarov-sensei. Berani-beraninya terlambat," omel Juvia. "Dan tumben kau terlambat, Lucy. Ada apa?"

Lucy memamerkan senyum nakal. "Aku sudah dapat. Kau tahu, aku mencarinya semalaman hingga hampir tidak tidur!"

Juvia berpikir sesaat sebelum dia melebarkan matanya. "Kau bercanda?! Kau sudah dapat?!"

"Koleksi doujin yang langka~ aku menemukannya di suatu blog yang memang terselip, susah mencarinya! Kyaaa!" Lucy menepuk kedua pipinya sendiri.

"Kyaaa! Juvia juga mau dong, Lucy!" Juvia ikut menggebu-gebu dan menggoyangkan bahu Lucy.

"Baiklah, baiklah! Nanti istirahat siang aku beri tahu ya!" jawab Lucy dengan wink.

"Terima kasih, Lucy!" ucap Juvia. "Aku pergi dulu, kelas olahraga sudah mau dimulai!"

Lucy melambaikan tangannya dengan semangat sampai punggung gadis berambut biru itu menghilang. Rasanya senang memang, mengenal seseorang yang bisa mengerti dirinya seperti ini.

Yup. Lucy Heartfilia, seorang fujoshi.

Fujoshi—didefinisikan sebagai seorang gadis yang menyukai hubungan asmara laki-laki dengan laki-laki. Atau bahasa simpelnya, gadis yang menyukai yaoi. Ada juga seorang laki-laki yang menyukai hal seperti itu juga, disebut fudanshi. Namun hal ini sangat jarang dan yang sering ada adalah fujoshi.

Lucy tidak mengerti pastinya kapan dia mulai menyukai shōnen ai seperti sekarang. Yang jelas, dia sangat suka dengan genre tersebut. Menurutnya, hubungan mereka itu lebih sweet dan protective ketimbang pasangan pada umumnya.

Belum lagi pada komik atau anime yang bergenre seperti itu pastilah karakter laki-lakinya mempunyai wajah yang rupawan—keren dan kece. Lucy sebagai gadis biasa dan normal sudah semestinya deg-degan melihat seperti itu. Belum lagi ketika ada yang memamerkan badan atletisnya, kemudian menunjukkan wajah yang lapar. Lucy seketika pasti fangirl-ingan di tempat, tidak peduli di mana dia berada.

"Ittai!" Lucy melirik ke arah lengannya dan mendapati lengannya berdarah. Sepertinya tergores sesuatu waktu terjatuh tadi.

Hmm. menghabiskan waktu dua jam pelajaran di UKS tidaklah buruk, sepertinya.

xxxxx

CKLEK

"Hm?" Lucy mengamati keadaan ruangan UKS yang kosong melompong. Sepertinya penjaga UKS hari ini tidak masuk—atau terlambat.

Lucy mengangkat bahunya—tanda tidak begitu peduli dengan itu. Dia segera menuju meja tempat di mana kotak P3K berada. Dia sedikit merintih kesakitan waktu obat tetes itu masuk dalam pori-pori lukanya yang sudah bersih dari darah, tapi tetap dilanjutkannya sampai obat itu merata.

Setelah selesai mengobati lukanya, Lucy merasa aneh dengan tirai yang tertutup. Berarti, di sana ada orang? Biasanya, tirai UKS memang tertutup jika memang di tempat tidurnya ada orang yang mendiami.

Siapa …?

Jangan-jangan petugas UKS. Enak saja bekerja sambil tidur? Mau makan gaji buta ya?! Gerutu Lucy dalam hati. Dia berjinjit mendekati tempat tidur tersebut dan membuka tirai dalam satu hentakan keras.

"Eh? …"

Bukannya seorang petugas UKS, yang ada malah teman sekelasnya yang sedang SIP—Sleep in Peace. Tapi, ada yang aneh. Baju seragamnya …

"KYAAAAAA!"

"Hngh?" Natsu terbangun dari kuburnya.

"Natsu kau mesum! Apa yang kau lakukan?!" sembur Lucy menutupi wajahnya.

Natsu masih loading sejenak sebelum dia sadar kalau kancing seragamnya terbuka semua. Dengan santai dia menutupnya kembali. "Yah, tadi AC-nya tidak menyala, jadi aku kepanasan. Lagipula tidak ada orang di sini."

Lucy menggerutu pelan sembari mengambil duduk berselonjor di ranjang sebelah Natsu. Tangannya mengambil laptop dari tas sekolahnya, dan menyalakannya.

Natsu memandang Lucy dalam diam sebelum angkat bicara. "Kau Lucy Heartfilia, kan? Bukannya kau termasuk anak yang lumayan rajin. Ada apa ke sini?"

"Aku … terlambat. Kemudian diusir oleh Makarov-sensei." Jawab Lucy melirik ke arah mata sipit tersebut. "Dan juga aku tidak serajin seperti apa yang di pikiranmu."

Natsu menanggapinya dengan cengiran. "Bad day, eh? Sabar ya. Haha, setidaknya kau lebih rajin dariku."

"Terserah sih," sahut Lucy mengutak-atik laptopnya.

Hening meyelimuti atmosfer UKS ini. Kedua insan yang merasakan tidak begitu peduli, karena merekapun bukan teman yang begitu akrab. Hanya sebatas classmate saja, jadi tidak banyak hal yang bisa dibicarakan.

Merasa bosan, Natsu memandangi Lucy yang tengah bermain laptop. Rasa kantuknya hilang seketika—thanks to Lucy yang sudah berteriak tidak jelas sehingga mengagetkannya. Well bukan salah Lucy sih, jadi Natsu tidak marah terhadapnya.

Natsu yang memperhatikan Lucy jadi semakin penasaran apa yang Lucy lihat. Mukanya berangsur-angsur berubah setiap saat. Mulai dari serius, tersenyum hingga seperti terlihat menahan sesuatu. Bantal UKS yang sekarang dipeluknya itu menjadi tameng mulutnya agar tidak mengeluarkan sesuatu.

"Kau lihat apa?" tanya Natsu mengagetkan Lucy.

"Ah, ada apa sih Natsu? Kau menggangguku," gerutu Lucy. Natsu tidak begitu mendengarkan jawaban Lucy, dia bangun dan mendekati Lucy guna melihat dengan jelas apa isi laptop tersebut.

Sesaat kemudian, muka Natsu menjadi horor.

"Ini … ini kan … homo?" ucap Natsu melihat komik online yang sedang Lucy baca.

Natsu terlihat tidak percaya. Jadi yang sedari tadi membuat mimik Lucy berubah-ubah hanyalah sebuah komik homo? Dia benar-benar tidak mengerti jalan pikiran seorang gadis.

"Kau suka komik homo, Lucy? Kau fujoshi?" ucap Natsu tidak percaya dan setengah mengejek.

Lucy terlihat tidak terima. "Memang kenapa? Masalah buatmu?!" jawab Lucy sewot.

Natsu memiringkan kepalanya dan tersenyum aneh. "Yaaaah, aku tidak begitu mengerti jalan pikiran para gadis. Aneh-aneh saja!"

"Hah? Ini tidak aneh! Kisah mereka begitu indah dan manis!" Lucy mengepalkan kedua tangannya dan matanya tampak berbinar-binar. "Apalagi karakter badass seperti ini, kyaaa! Lihat badan abs-nya! Sekseh," Lucy tidak dapat menghentikan fangirl-ingannya lagi. Sedari tadi dia tutupi dengan bantal dan rupanya tidak terbendung.

Natsu tertawa kecil. "Tapi kau berteriak ketika melihat badanku yang sekseh juga ini," seringai Natsu. "Berarti kau yang mesum, nona."

"Ma-maaf saja, aku tidak tertarik dengan 3D. Aku hanya berteriak karena kau telah melakukan hal aneh di sekolah seperti tadi," Lucy berusaha membela dirinya sendiri walaupun mukanya merah padam.

Natsu tersenyum sinis. "Hmh! Tetap saja kau itu aneh. Dasar fujoshi aneh!"

"Kau!" Perempatan urat mulai muncul di pelipis Lucy. Sesaat Lucy berpikir, kemudian dia melepaskan senyum sinis juga. Dia bangkit dari tempat tidur UKS tersebut dan mengacungkan telunjuknya—persis ke arah Natsu.

"Kalau tidak salah kau gamer kan? Alasan yang kau utarakan di depan kelas saat kau terlambat selalu saja terlalu larut malam bermain game. Apa sih serunya main game setiap hari? Itu hanya pembodohan! Dasar baka-gamer!"

"Hei!" sanggah Natsu tidak terima. "Apa yang kau tahu tentang game?!"

"Kau juga, apa yang kau tahu tentang shōnen ai?!"

"Shōnen ai itu komik/anime homo yang mengerikan! Melihatnya saja aku sudah jijik dan ingin muntah!"

"Shōnen ai itu kisah cinta yang sungguh menawan! Kau terlalu bodoh untuk menyadarinya!" ucap Lucy berkoar-koar. "Lagipula apa itu game? Harusnya hal seperti itu diperuntukkan untuk anak-anak!"

"Siapa bilang untuk anak-anak? Dengan game kau bisa menghasilkan uang! Komik homomu itu apa bisa, heh?"

"Mungkin bisa menghasilkan uang, tapi ingat! Kau juga menghabiskan uangmu di situ kan?! Lebih baik dengan komik online yang bisa dibaca gratis! Kalaupun ada keluarannya di toko, kita bisa membelinya dan itu tidak semahal item di game-mu!"

Belum sampai Natsu membalas pendapat dari Lucy, bel jam pelajaran ketiga berdentang keras. Lucy yang menyadari itu langsung memasukkan laptopnya kembali dalam tas—bersiap untuk masuk ke kelas, pelajaran Makarov-sensei telah selesai.

"Gadis berisik!" umpat Natsu akhirnya.

Lucy yang mendengar itu kembali marah. "Pria mesum!"

"Pirang cerewet!"

"Otak udang!"

"Otaku menyebalkan!"

"Mata sipit!"

"Fujoshi aneh!"

"Gamer bodoh!"

"Petugas UKS unyu!"

Natsu dan Lucy yang tengah saling mengumpat itu menoleh kaget ke sosok wanita yang menjadi guru piket hari ini.

"O-Ohayou Porlyusica-sensei," ucap Lucy kaku.

Porlyusica-sensei hanya tersenyum manis, lalu sedetik kemudian wajahnya menjadi suram—sebelas duabelas dengan Makarov-sensei tadi.

"Membolos pelajaran dan lovey dovey di UKS. Menarik sekali anak-anak jaman sekarang," ucap Porlyusica-sensei dengan senyum neraka.

"Ka-kami tidak lovey dovey!" sanggah Natsu—meskipun keringat dinginnya menetes. Guru ini juga lumayan menakutkan jika marah.

Dengan masih tersenyum, wanita paruh baya tersebut mendorong Natsu dan Lucy keluar UKS. "Terserah! Yang penting jangan pacaran di sini! Sana masuk ke kelas!"

BRAK

Pintu UKS itu pasti jebol jika itu tidak terbuat dari kayu yang kuat.

"Salahmu kan! Bertengkar waktu aku akan pergi menuju kelas," gerutu Lucy menatap tajam pada Natsu.

Natsu mendesah keras menanggapinya. "Terserah! Lagi pula, kenapa juga aku harus dituduh lovey dovey bersamamu? Itu menjijikkan! Bermesraan dengan seorang fujoshi aneh, itu menjijikkan!"

"Hah?!" Lucy mulai tersulut lagi. "Untuk apa juga aku bermesraan dengan gamer bodoh sepertimu? Itu jauh lebih menjijikkan!"

"Aku tidak akan jatuh cinta pada fujoshi/gamer sepertimu!" ucap Natsu dan Lucy bersamaan.

Beberapa saat mereka melakukan aksi melotot, mereka membuang muka secara bersamaan dan berjalan dengan ritme berbeda. Lucy berjalan lebih cepat—dan Natsu yang terlihat santai. Yah, arah direksi mereka memang sama—mereka satu kelas. Namun mereka tidak sudi untuk berjalan bersama-sama.

Perbedaan mereka, yang saling mereka benci.

To be Continued

.

.

.

Next Chapter: Klub


[INFORMASI]

Beberapa poin di fanfic ini terinspirasi dari: Yankee-kun to Megane-chan, manga karangan dari Yoshikawa Mikkisalah satu asisten yang bekerja pada Hiro Mashima.

[A/N]

a… haha … haha … nambah utang fic lagi deh satu /pingsan /mati /hidup tenang di surga

sebenernya ide ini dibuat untuk fandom sebelah, tapi kok rasanya udah kelamaan ngendon di fandom itu ya, yaudahlah ke sini aja~ fanfic NaLu AU ketiga yang aku buat wwwwwwwwww /tebar confetti /oi

OOC ga sih? Ah biarin namanya juga fic AU, wkwkwk /dipentung

banyak fic yang keren di sini ya lama ga RnR di sini Orz habis ini tebar RnR lah lagi bosen lalala :3 ayo ciapa yang pengen fanficnya caya RnR cini angkat keteknya ^w^) /nak

ah, satu lagi. Ada rekomendasi manga romance-humor-school yang bagus gak? Tapi jangan yang shoujo, art-nya yang biasa aja.

Mari akhiri rambling ga jelas ini. Babay!

Hargai kerja keras Author dengan review :)