Author: .Athiya064
Title: { CHaptered} Truth or Dare? I'm Normal!
Genre: Yaoi, Romantic, Drama, OOC(Out Of Character, beda banget sama aslinya!)
Rating: Teen, PG-13
Cast:
Zhang Yi Xing (Exo M Lay)
Kim JoonMyeon (Exo K Suho)
Other cast:
EXO 's Other Member
SM's Member
Cari sendiri
Ps: Yeah this is SULAY! SULAY YAOIII! LESTARIKAN SULAY! Hapuskan crack pair tentang Lay dan Suho._.v mianhae belum ngelanjutin Boss! Hehe aku kasih ff baru :D
Desclaimer: All cast belong to their self and god. PLOT IS MINE ATHIYA064! Kesamaan tempat dan nama hanya sebuah rekayasa ataupun kebetulan!
Contact me on:
1. fb: athiya almas
2. wp: athiya064. wordpress. com
Cerita ini hanya untuk yang menyukainya. Kalo gak suka jangan dibaca ya, DON'T BE A PLAGIATOR! TIDAK TERIMA BASH… this is just my imagination. RCL please^^
Happy reading
"AKU SELALU DIAM! TAPI KALAU SUDAH SEPERTI INI NAMANYA KETERLALUAN TAHU!"
Hening..
Suho menutup telinga meski dalam hati menyetujui teriakan itu, Chanyeol berhenti tertawa dan menutup kembali deretan gigi berharganya, Sehun masih nyengir tanpa dosa, Luhan memukul kepala Sehun, Kyungsoo masih memasak ditemani Kai yang mengacaukannya, Chen dan Xiumin belum pulang dari belanja, Baekhyun hanya pergi pura-pura tidak tahu, hanya Kris dan Tao yang masih setia dengan tayangan TV mereka.
"Ups.." gumam Chanyeol. "BUKA ATAU TIDAK?!" teriakan itu terdengar lagi, biasanya suara lembut itu hanya berbicara dengan nada datar dan pelan, tapi kali ini nadanya naik beberapa oktaf. "Tidak! Ayolah hyung, hanya kalian saja yang masih belum jadian. Aku tidak akan membuka pintu kamar sampai kalian jadian!"
"Maknae!" tegur Luhan, ia merasa Sehun sudah keterlaluan. "SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG AKU TIDAK SEPERTI KALIAN! AISH, KURUNG SAJA AKU DAN SUHO DI SINI SELAMA YANG KALIAN MAU AKU TIDAK BAKAL BERPACARAN DENGANNYA!" teriak suara tadi.
"Lay gege ngomong apa sih?" tanya Chanyeol polos, kunci kamar Lay dan Suho masih ada di tangannya.
Krik..
Suasana hening kembali, membiarkan Sehun dan Chanyeol mencerna kata-kata Lay. Salahkan Lay yang baru saja berteriak dua bahasa, saking kesalnya, lelaki dengan julukan 'Pangeran Changsha' itu memaki-maki dalam bahasa Korea yang bercampur Mandarin. Membuat Chanyeol dan Sehun hanya menganggap ucapan itu angin lalu –atau bahasa alien.
"Kalian dimaki-maki tahu.." Kris ikut menanggapi. "Aku tau duizhang, tidak ada orang yang bicara dengan nada seperti itu untuk memuji orang. Contohnya tidak mungkin orang memujimu 'SUDAH BERAPA KALI AKU BILANG KAU TAMPAN HAH? AISH AKU blablabla..' gunakan otakmu lain kali hehe." Kris sudah berniat melempar sandal tidurnya kalau tidak ditahan Tao, ia hanya mengurut kening sebal. Kalau kadar kejahilan Sehun tinggi orang-orang di sekitarnya sudah pasti menjadi korban.
"Sudahlah Hunnie, bebaskan saja mereka. Kau mau besok dijadikan bahan utama nasi goreng Lay huh?" perintah Luhan, ia angkat tangan. Meski Sehun adalah kekasihnya tapi tetap saja tidak ada yang tahu kan bagaimana pola pikir anak-anak? "Sudahlah baby Han, nanti juga kalau lelah Lay gege bakal tidur. Biarkan saja mereka tidur seperti ini malam ini, lagipula besok kan kita bakal berangkat pagi untuk berlibur? Nah sekarang, kita bisa tidur berdua hehe."
Chanyeol menggetok kepala Sehun, ternyata ada udang di balik batu. Alasannya mengurung Lay dengan Suho hanya karena ia ingin untuk tidur berdua dengan Luhan, "Dasar anak-anak." Chanyeol menggeleng-geleng.
.
"Mereka keterlaluan aish.." Lay masih menatap pintu hopeless, ia yakin bakal menetap di kamar itu. "Sudahlah Yi Xing, kau tidur saja. Atau besok kau mungkin bangun dengan kantung mata yang menghitam." Nasihat Suho, agak jengah melihat Lay yang tumben-tumbennya jadi atraktif.
"Mereka anak badung, gay sih gay tapi jangan ajak-ajak orang!" Suho terkekeh, "Jadi kau yakin kau normal?" tanya Suho iseng, Lay buru-buru mendeath glare lelaki itu. "Tentu saja!" jawab Lay yakin.
"Ya, ya, ya. Terserah apa maumu lelaki normal, yang jelas bisakah kau tidur sekarang Yi Xing? Aku bisa tuli mendengar teriakanmu hari ini, aku tadi berharap lepas dari Sehun malam ini dan tidur sekamar denganmu maka aku bakal mendapat ketenangan yang jarang kudapatkan, nyatanya kau malah berteriak-teriak tidak jelas."
"Salahkan mereka saja, untuk apa sih mereka memaksa mengunci kita satu kamar. Mana mungkin kita bakal bersatu, hah!" Suho beranjak turun dari ranjangnya, meninggalkan aktifitasnya bermain ponsel sementara dan mematikan lampu tidur. "Sudah jangan dipikirkan, tidurlah Yi Xing.. selamat malam,"
"Malam, hyung." Ucap Lay lalu tidur dan membelakangi Suho. 'Aku tahu kau normal, tapi tidakkah kau tahu Yi Xing? Tidakkah kau tahu kalau.. aish kau ini bicara apa Suho?!' batin Suho lalu memilih memejamkan matanya.
. . .
"Kau yakin tidak mau bawa koper?" Lay menggeleng menanggapi pertanyaan Suho, sepertinya lelaki itu mulai melupakan hal menyebalkan yang dilakukan anak-anaknya semalam. "Tas MCM-mu tidak bakal muat Yi Xing." Suho menunjuk tas MCM berwarna ungu yang sedang dipegang Lay. "Muat kok, bawaanku tidak banyak hyung."
"Yakin? Tidak mau bergabung denganku? Maksudnya aku memang tidak bawa koper dorong, tapi koper jinjingku berkapasitas lebih banyak." Lay masih tetap menggeleng, "Kita Cuma main ski hyung, bukannya pindah ke luar negeri." Suho hanya mengendikkan bahunya, ia berjalan menuju pintu.
Klek..
"Oh pintunya terbuka, ternyata Sehun sudah membuka kuncinya." Mata Lay langsung berbinar begitu Suho bicara. Mereka duduk mengelilingi meja makan, menatap Kyungsoo yang menyediakan makanan bersama Xiumin. Mereka terpaksa duduk berdua lagi mengingat hanya ada dua kursi kosong di antara Chen dan Kris.
"Kyungsoo-ah, dui bu qi. Kau tahulah apa yang terjadi sehingga aku tidak bisa membantumu menyiapkan sarapan." Kyungsoo hanya tersenyum sembari meletakkan makanan, "Gwaenchana." Mereka makan dalam tenang, suatu hal yang jarang ditemui pada member EXO.
At Sky arena
Salahkan manager EXO yang menjadwalkan mereka bermain Sky di tengah lebatnya salju seperti ini, dan salahkan juga pimpinan SM yang menjadwalkan hari libur mereka di waktu yang tidak tepat. "Karena ini musim dingin dan salju cukup lebat, tentu saja tempat terbaik untuk dituju adalah arena ski bukan? Aku tidak mungkin menjadwalkan kalian untuk berlibur ke pantai, nanti aku bisa dikejar-kejar fans karena menemani kalian berjemur di pantai di tengah-tengah hujan salju." Kata manager mereka kemarin.
Mereka menginap di sebuah hotel yang letaknya sekitar 3km dari pintu arena ski tersebut, jadi mereka harus berjalan kaki dari hotel tersebut. Karena van mereka diparkirkan cukup jauh dari hotel, tapi sepertinya member EXO tidak terlalu memperdulikannya. Mendapat hari libur saja susah minta ampun, bagaimana mungkin mereka akan protes kan?
Lagi-lagi Lay sekamar dengan Suho, dan Lay pikir daripada harus ribut lagi dengan member lain ia menurut saja. Lagipula sekamar dengan Suho itu tidak berat kok, setidaknya ketika nanti ia lelah dan salah menentukan ranjang Suho tidak akan menendangnya seperti Luhan. Atau, setidaknya di pagi hari ia tidak perlu repot-repot mengeluarkan tenaga untuk membangunkan Suho –yang tidak malas seperti Luhan- malah mungkin Suho yang akan membangunkannya.
"Dingin." Keluh Lay pelan, ia sudah memakai kaos tangan dan jaket tebalnya, ia bahkan sudah memakai topi yang melindungi telinganya. "Jangan ikut kalau kau merasa tidak sehat, jangan sampai sakit Yi Xing." Lay hanya tersenyum pada Suho, "Tidak aku hanya mengeluh kok." Ucapnya menenangkan.
Mereka pun keluar kamar dan berniat berangkat bersama-sama, tapi sepertinya ada kesepakatan tak tertulis di antara member EXO lain. Ketika Lay berjalan beriringan dengan Luhan dan Xiumin, baik Sehun maupun Chen buru-buru memisahkan mereka dari Lay. Ketika Suho mengobrol dengan Kyungsoo, buru-buru Kai mengajak Kyungsoo bercanda sehingga lelaki imut itu mengabaikan Suho, mereka juga berusaha menjaga jarak dari Suho-Lay tetapi memberikan ruang lebar bagi kedua orang itu untuk berduaan.
"Dasar pasangan lovey-dovey, aku tidak tahu mengapa kita jadi tersingkir seperti ini." Suho menggeleng-geleng kesal, "Mereka pasti bersekongkol, astaga ini jadi sangat menyebalkan."
Akhirnya mereka sampai di tempat bermain ski itu, setelah meminjam peralatan mereka memasuki area ski yang luas. Tidak banyak orang yang bermain di sana, karena manager sudah memesan tempat itu agar member EXO mendapatkan privasi mereka. Beberapa dari mereka langsung meluncur, tapi ada juga yang baru belajar.
"Aku tidak bisa main ski." Keluh Lay, ia jadi merasa bagai orang yang tersesat di antara pasangan yang bemesraan. Lihat saja Baekhyun-Chanyeol, Chen-Xiumin dan Sehun-Luhan sedang meluncur bersama-sama, Kris sedang mengajari Tao bermain ski begitupula Kai yang juga mengajari Kyungsoo. Sementara Suho? Entah ada di mana orang itu, Lay mengalihkan pandangan ternyata Suho sudah berdiri di sebelah Kyungsoo.
Dan Lay tertawa kecil ketika Kai menampilkan ekspresi 'Kyungsoo-baby-aku-cemburu-tahu!' Lay mendekat mencoba mencari tahu apa yang dilakukan Suho-Kyungsoo. "Wah aku tidak tahu hyung pintar bermain ski, baiklah ajari aku ya hyung!" pinta Kyungsoo dengan suara cerianya.
Suho hanya tersenyum dan mengangguk, ia mengarahkan Kyungsoo agar lelaki itu bisa bermain ski dengan baik. "Lay hyung! Kenapa tidak main?" tanya Kai, mungkin Kai lelah melihat Kyungsoo yang disabotase Suho. "Aku tidak bisa main," jawab Lay jujur, tiba-tiba Kai menjentikkan jarinya. "SEHUN-AH!" teriak Kai.
Sehun menoleh, Kai buru-buru lari dan membisikkan sesuatu di telinga Sehun. Sehun menyeringai, "CHANYEOL HYUNG!" Sehun melambai-lambai, Chanyeol buru-buru menghampiri Sehun. Mereka bertiga tertawa lalu dengan langkah besar buru-buru menghampiri Suho.
"YA! YA! YA! Mau apa kaliaann?" Suho kaget, Kyungsoo juga kaget, Kai-Sehun-Chanyeol masih menyeringai kejam, sementara Lay berdiri awkward. Ketiga orang paling tinggi di EXO-K itu mengangkat tubuh kecil Suho, membuat Suho terus meronta-ronta. Member menganiaya leader, seribu pelukan untuk Suho *eh.
"HYAA!" jerit mereka sambil membawa Suho mendekati Lay, dan setelah itu mereka melepaskan Suho di atas tubuh Lay.
Karena Lay yang masih tidak menyadari tindakan Kai-Chanyeol-Sehun, ia tidak kabur. Dan karena Suho tidak menjaga keseimbangan tubuhnya dengan baik otomatis ia tidak bisa mempertahankan posisinya berdiri, ia tergelincir di atas salju dan jatuh menimpa tubuh Lay –bukan berarti ketiga anak nakal itu tidak berperan dalam insiden jatuhnya Suho ini sih-
Satu detik..
Dua detik..
Di detik ketiga Suho baru sadar kalau ia menimpa tubuh Lay, dan sudut bibir mereka bersentuhan. "O-Omo! Mian Yi Xing!" Suho buru-buru bangkit, tapi tangan Lay menahan tubuh Suho. "Yak hyung! Rasakan ini!" Lay menggulingkan badan Suho sehingga ia yang ada di atas tubuh Suho lalu ia menggelitik tubuh Suho, Suho yang tidak mau kalah akhirnya membalik tubuh Lay lagi. Begitu seterusnya mereka berguling-guling sambil tertawa.
"Akhirnya tidak ada yang mengganggu kita lagi, orang tua itu harusnya bermain bersama orang tua. Bukannya mengganggu 'anak-anak' mereka." Kecam Kai, sedikit cemburu pada Suho. "Kau tega sekali mengatai mereka tua Kkamjong-ah." Chanyeol tertawa. "Kenyataannya seperti itu kan?"
Hari berjalan normal, Suho baru tahu kalau Lay tidak bisa bermain ski akhirnya berinisiatif mengajarinya. 91lines yang sangat akur bukan? Perlahan-lahan Lay mulai bisa meluncur di atas salju dengan Suho. "Kau mau meluncur dari atas? Kita bisa naik lift itu." Suho menunjuk lift yang berbentuk seperti ayunan, Lay mengangguk semangat. "Tapi kalau aku jatuh hyung?"
"Bagaimana bisa kau mengeluh sebelum berusaha? Kalau kau jatuh tinggal jatuh kan? Haha bercanda, tenang kalau kau jatuh aku akan menangkapmu asal jangan jauh-jauh dariku. Mengerti?" Lay mengangguk sambil tersenyum, leader itu memang selalu tahu bagaimana cara mengakrabkan diri dengan orang lain. 'Ngomong-ngomong kenapa aku selalu dekat dengan leader?' Lay bertanya dalam hati, ia ingat gosip Kray(Kris-Lay) yang membuat Tao menangis berhari-hari sehingga ia sendiri ikut pusing. 'Jatuh cinta pada Kris? Yang benar saja!' batinnya kesal.
"CIEEE yang nggak mau jauh-jauhan, deketan aja terus." Chen tertawa, Lay mencibir, Suho memutar bola matanya tanda malas menanggapi. Mereka pun naik lift yang biasa ada untuk mencapai tempat yang lebih tinggi itu, setelah waktunya pas Suho menarik Lay untuk turun meluncur.
Lay sempat menutup matanya sampai akhirnya ia merasakan tangan Suho menggenggam pergelangannya, ia tidak menyangka Suho menguasai ski dan bisa menyeimbangkan posisi meski harus memegangi Lay. "Yi Xing-ah, buka matamu. Ini menyenangkan kok, sungguh! Lain kali aku akan mengajakmu bermain ski lagi." Ucap Suho, Lay membuka matanya. Akhirnya mereka berakhir di bawah, memutuskan menjatuhkan diri mereka di salju yang lembut. "Huaahh dinginnya, tapi menyenangkan!" seru Lay, mereka pun bermain-main lagi.
. . .
"Tidak! Tidak mungkin! Aish, ada di mana?" Lay bergerak-gerak gelisah, ia meraba-raba lehernya, kemudian mencari sesuatu di balik tumpukan baju-bajunya, kemudian ia juga mencari di dalam tasnya. Mereka memang menginap di hotel itu sehari, baru esok harinya pulang kembali. "Tidak mungkin hilang! Tadi pagi masih ada di leherku!"
"Kau cari apa Yi Xing?" tanya Suho, ia meletakkan kopi hangatnya di meja nakas. Malam-malam di tengah hujan salju, meminum kopi adalah hal yang menyenangkan untuk dilakukan. "Kalungku hyung! Hilang, padahal kalung itu sangat berharga!" Lay masih mencari-cari kalung itu. "Kalung? Kalung apa? Dan berharga? Kau dapat dari Kris ya?" Suho bercanda, namun ia tidak menyangka respon yang diberikan Lay berupa tatapan yang sangat tajam.
"Bukan hyung, kalung itu benar-benar berharga. Itu adalah kalung kenang-kenangan dari mantan kekasihku dulu," suara Lay menjadi lirih di bagian akhir kalimatnya. Suho berdeham kecil, ia ingat betapa Lay sangat menyayangi kekasihnya itu. Mungkin hal itu juga salah satu faktor mengapa Lay tidak dekat dengan member EXO dan memandang mereka sebagai orang yang bisa dicintai sebagai kekasih.
Bagaimana Lay dengan berat hati harus menerima kekasihnya itu memutuskannya ketika ia memutuskan debutnya bersama EXO, bagaimana Lay sempat menangis dalam diam ketika kekasihnya masih sangat mencintainya dan menjaga hubungan baik dengan keluarganya di China, bagaimana mereka masih sempat berkirim kabar melalui jejaring sosial. Lay masih belum bisa menerima semua itu hingga saat ini, belum bisa mengenyahkan gadis itu dari hatinya.
"Argh!" Lay menggeram, lelaki itu mengacak rambutnya kesal. Suho memandangnya prihatin, donsaeng yang hanya berbeda beberapa bulan darinya itu terlihat menyedihkan. Apalagi dengan kenyataan bahwa Lay kerap kali melupakan hal-hal yang telah ia lakukan, Suho mendekati Lay. "Aku akan membantumu mencari, apa menurutmu pagi ini kau masih menemukan kalung itu? Maksudku, kau tidak meninggalkannya di dorm kan?" Suho berjongkok di depan Lay yang terduduk sambil menyandarkan dirinya di dinding.
"Tidak hyung, aku yakin.. pagi tadi aku sempat memegang kalung itu, tapi kemudian aku lupa. Dan aku baru sadar ketika habis mandi," kata Lay, kalung seperti itu memang tidak banyak. Lay memesannya sendiri dan mengukir nama mereka di balik kalungnya, ia sengaja membuat kalung itu lebih panjang sehingga bandulnya tidak akan terlihat ketika ia menggunakan V-neck. Memang ia bisa memesan kalung yang sama lagi, tapi tetap saja kenangan mereka tidak akan sama.
'Jadi Yi Xing baru saja mandi? Pantas ia wangi seperti ini, aish apa-apaan kau Joonmyeon!' batin Suho sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. "Atau mungkin jatuh di depan hotel? Atau di area ski?" gumam Suho tapi masih bisa ditangkap oleh Lay.
'Area ski? Benar! Kalung itu pasti ada di sana, aku harus mencarinya karena esok pagi kita kan harus cepat-cepat pulang! Tapi aku tidak mungkin berkata pada Suho hyung, ia pasti melarangku ke sana. Lagipula aku mudah sakit dan di luar sedang turun hujan salju..' Lay menimbang-nimbang dalam hatinya.
"Yi Xing? Kau tidak apa-apa?" Lay menggeleng. "S-Sepertinya aku akan melupakan kalung itu hyung, mungkin kalau kalung itu memang takdirku aku pasti menemukannya. Lebih baik aku bersantai dengan member lain di luar.." kata Lay tidak yakin, sebenarnya ia sedang berbohong dan mencari cara agar bisa kabur dari kamar ini. Ia ingat tadi member lain sedang bermain di lobby, ada yang makan malam dan ada yang menuju game center.
"Oh, ya sudah silahkan. Aku memilih di sini saja tidak apa-apa kan? Aku lelah sekali," Lay tersenyum mendengar jawaban Suho, Suho tidak ikut malah hal yang lebih baik untuknya! Member lain pasti sibuk berpacaran sehingga pasti tidak akan terlalu perduli kalau ia kabur. "Ya hyung, aku keluar ya? Selamat malam.." Suho menyingkir dari hadapan Lay, lalu mengangguk sekilas.
'Ku harap kau tak perlu terluka lagi dan mengorbankan dirimu Yi Xing, lupakan masa lalumu..'
.
"Hyung, eodigayo?" Lay menoleh menatap Kyungsoo yang bertanya, Lay hanya tersenyum sekilas. "Keluar sebentar, ada barangku yang ketinggalan." Dan entah mengapa Kyungsoo hanya mengangguk.
Lay merapatkan hoodie-nya merutuki mengapa ia tidak membawa payung tadi. Dan perjalanan 3km menuju pintu gerbang area ski membutuhkan waktu yang tidak singkat kan? Ia berlari di tengah-tengah hujan salju, setelah kurang lebih dua puluh menit berlari dengan tubuh yang mulai kedinginan ia mencapai pintu gerbang.
"Hosh.. hosh.." ia tersengal-sengal, tenggorokannya terasa kering dan agak sesak akibat berlari. Tapi tubuhnya kedinginan, dan hal bodoh lagi adalah ia tidak memakai kaos tangan sehingga ia harus menyimpan telapak tangannya di dalam saku hoodie. Kepulan asap dingin keluar saat ia bernafas, dan Lay sedikit kecewa melihat tulisan 'CLOSED' di depan gerbang tersebut. Tapi untunglah gerbang tersebut sedang tidak dijaga, jadi ia bisa melompati pagarnya dengan mudah.
Tempat ski tersebut sepi dan Lay baru menyadari bahwa tempat itu luas dan salju mulai menebal lagi, pasti kalungnya sudah terkubur di antara salju-salju tersebut. Lay benar-benar ingin menyerah, tapi ia harus menemukannya. "Baiklah Zhang Yi Xing! Semangat! Kau harus menemukannya sebelum tengah malam atau kau akan mati membeku di sini." Gumamnya pada diri sendiri, ia ingat kalau ia tadi berguling-gulingan dengan Suho di salah satu sisi sebelah timur. Lay buru-buru berlari dan meraba-raba Salju dengan tangan telanjangnya, berharap kalung itu akan sekali ketemu ketika ia merabai salju tersebut.
Cresh!
Telapak tangan telanjangnya tergores batu es yang tajam, rasa perih langsung menyergapnya. Tubuhnya seakan mati rasa, "Kenapa kau cari masalah sih? Ish.." geramnya, membiarkan telapak tangannya meneteskan darah di atas salju yang putih itu. Mungkin ia lupa atau bahkan tidak perduli dengan penyakit hemofilianya, atau mungkin berharap dengan dinginnya salju darahnya bisa ikut membeku.
Suho's pov
'Ini sudah satu jam, kenapa Yi Xing tidak juga kembali? Apa sebegitu asyiknya mereka bermain di luar kamar?' batinku, aku melirik jam yang melingkar manis di pergelangan tanganku. Jam 9 malam KST. Ugh, lagipula aku juga belum makan malam, lebih baik aku keluar dan bergabung bersama mereka saja kan?
Aku menatap lobby, di sana tidak banyak tamu karena mungkin mereka telah menyelesaikan waktu makan malam mereka. Dan di sana hanya ada Kai-Chanyeol-Chen-Baekhyun yang bermain game, Kris-Tao-Kyungsoo yang sedang berbincang di meja makan. Aku menghampiri mereka, "Yang lain di mana?" tanyaku. "Oh hai Suho, kau belum makan kan? Makan saja dulu," aku mengangguk lalau memesan waffle dan lagi-lagi kopi, mungkin aku akan ketagihan kafein setelah ini.
"Luhan ge sakit, Sehun mene..mani. Xiumin ge juga sakit." Jelas Tao terbata-bata, anak ini bahasa Koreanya tidak lancar-lancar juga rupanya. Aku mengangguk mengerti, "Di mana Yi Xing?" tanyaku. Mungkin ia sedang menghabiskan waktu di kamar HunHan? Ah aku rasa itu tidak mungkin, Sehun pasti sudah menendangnya keluar. Kalau di kamar Xiumin? Nah itu yang lebih logis karena Chen juga sedang bermain kan?
"Entahlah, tidak ada di kamar HunHan maupun Xiumin ge. Gege sedang tidak ingin diganggu dan hanya ingin dibiarkan beristirahat, Chen-Chen bahkan sampai tidak berani masuk kamar." Aku mematung, lalu mulai memotong-motong waffle ku dan menyiramkannya dengan topping chocolate.
"A-astaga!" Kyungsoo menjerit, membuatku hampir mengeluarkan waffle ku. "Kau kenapa Soo-ah?" tanyaku. Ia buru-buru meminum orange juicenya. "Lay gege! D-dia tadi berpamitan keluar! Dan ia benar-benar keluar hotel! Ia belum kembali, tidak mungkin ia hujan-hujanan salju kan? Ia bahkan tidak menggunakan topi dan kaos tangan, hanya ada hoodie yang tidak terlalu tebal di tubuhnya!" jerit Kyungsoo panik, aku, Kris, dan Tao hanya mematung mencerna kata-katanya.
"Kenapa tidak kau larang Kyungsoo-ah?" tanya Kris. "Lay gege bilang sebentar, aku kira dia hanya ke parkiran atau mengambil barang di mobil van kita." Kyungsoo panik, baru kemudian otakku berputar. "Ia pasti ke arena ski itu, ia sedang mencari kalung kenang-kenangan dengan mantan kekasihnya. Kau tahu kan ia keras kepala? Ini sudah lebih dari satu jam dan ia belum kembali, aku jadi takut ia akan membeku di sana. Dasar gila, ia mau fans-fansnya akan membunuh kita esok karena ia sakit atau bahkan tak terselamatkan?" racauku tidak jelas.
"Chen! Kai! Chanyeol! Baekhyun!" panggilku, mereka menghampiri kami. "Adakah di antara kalian yang ingin ikut aku mencari Yi Xing di arena ski? Ia kembali ke sana seorang diri mencari kalungnya," Tanyaku, "Mwo? Gege benar-benar mau mencari ke sana? Maksudku, di luar hujan ge.." aku menatap Tao. "Tentu saja, Yi Xing adalah salah satu dari kita dan aku tidak segila itu membiarkannya di sana sendirian. Cepatlah jangan mengulur waktu ia bisa sakit!" geramku.
"Aku ikut!" teriak Kai, Kyungsoo, Baekhyun, Chanyeol, Chen dan Tao bersamaan. "Kyungie baby, jangan ikut! Kau sedang tidak enak badan kan?" titah Kai, namun Kyungsoo menggeleng. "Lay umma kan sahabat baikku, bagaimana bisa aku tidak ikut?"
"Baekki, kau juga jangan ikut. Kau lupa kalau kau tidak pernah tahan dengan cuaca dingin?" Baekhyun masih merajuk. "Berhenti semua! Baik, akan aku putuskan siapa yang boleh ikut dan siapa yang tidak. Kyungsoo dan Baekhyun kalian tetap di hotel, Chanyeol dan Chen kalian boleh ikut. Dan Kai, karena kau baru saja cedera pinggang untuk yang kesekian kalinya lebih baik kau juga tidak ikut. Sisanya aku dan Suho pasti akan ikut, lalu Tao baby.. kau yakin mau ikut?" tanya Kris melembut, Tao mengangguk yakin. Biarpun Tao kekanakan tapi tetap saja kan kalau fisik Tao lebih kuat dari mereka? Bahkan sepertinya lebih kuat dariku dan Chen malah –berkat latihan fisik dan beladirinya- "Baiklah aku, Tao, Suho, Chen dan Chanyeol akan berangkat. Kalian tetap di sini, jangan ganggu manager hyung yang tidur. Biarkan saja ia tidak tahu apa-apa, dan jangan bikin keributan. Aktifkan ponsel kalian, ara?"
"Arrasseo." Jawab Baekhyun, Kyungsoo dan Kai. Meski mereka sedikit tidak rela harus dipaksa tinggal di hotel.
Aku berlari menuju resepsionis yang sebelahnya menjual dan menyewakan barang-barang untuk pengunjung hotel ini. "Permisi, bisa berikan aku lima payung untuk disewa? Dan bisa juga memberikanku lightern dan selimut?" wanita yang menjaga kasir itu memberikan barang-barang yang aku butuhkan dan memasukkan lightern dan selimut dalam sebuah tas kain. Aku mengeluarkan kartu kreditku dan membayarnya, setelah itu aku menyuruh Chen untuk membawa barang tadi dan memberikan payung untuk mereka.
Aku berlari, dan sialnya aku lupa kalau jarak menuju gerbang ski tidaklah pendek. Kulihat empat member lain mengikuti agak jauh di belakangku, tunggu kenapa aku jadi paling semangat sih? Aish kau tidak perlu membahasnya sekarang Suho, ini menyangkut nyawa orang lain.
Aku menatap gerbang area ski yang tutup, di sana ada satu penjaga yang bertugas dengan pakaian berlapis-lapis dan juga api yang dinyalakan di sebuah tabung besar yang di dalamnya terdapat kayu bakar, ia melakukannya untuk menghangatkan diri. "Maaf, tempatnya tutup tuan." Kata orang itu.
"Izinkan aku masuk! Temanku ada di dalam, ia sedang mencari sesuatu. Aku harus membawanya pulang saat ini!" perintahku agak memaksa, orang itu terkekeh. "Tuan, aku tadi sudah memeriksa area dan tempat ini sudah kosong semenjak dua jam yang lalu. Aku bahkan tidak pergi ke mana-mana jadi kupastikan di dalam tidak akan ada orang."
"Tapi aku juga bisa memastikan temanku ada di dalam!" teriakku kesal. "Kumohon tuan, izinkan kami masuk. Kami tidak akan mengacau di dalam kok," Chanyeol mendukungku. "Aku percaya kalian tidak akan masuk, tapi membiarkan kalian masuk sama saja membiarkan kalian membeku di dalam kan? Dan aku bisa dipecat kalau aku melakukannya,"
"Jangan khawatir! Kalau kau dipecat, aku yakin ayahku bisa memberikanmu posisi di dalam perusahaannya. Yang jelas izinkan aku masuk sekarang!" perintahku kalut. "Tapi temanmu tidak mungkin ada di dalam! Aku sudah memeriksanya!" orang itu juga tersulut emosi. "Tuan, aku mohon tenanglah. Maksudku, mungkin saja anda sempat meninggalkan gerbang ini dan teman kami masuk diam-diam. Ia memiliki badan yang kecil dan langkah yang cepat, anda pasti meninggalkan tempat ini kan?" kata Kris. Orang itu menimbang-nimbang.
"Aku memang sempat ke kamar kecil dan ke dapur mengambil makanan, baiklah kalian boleh masuk." Aku tersenyum lega. "Suho hyung akan memberikanmu tanda tangan dan bonus gratis ahjussi!" pekik Chen, "K-Kalian artis?"
"Ahjussi ke mana saja? Makanya jangan menjaga tempat ski terus, kami itu WE ARE ONE! ANNYEONGHASSEYO EXO IMNIDA!" aku menatap jengah pada Kris, Chen, Tao dan Chanyeol yang masih sempat-sempatnya memperkenalkan diri. Aku tidak perduli, aku langsung meloncati pagar yang tidak terlalu tinggi itu setelah menjatuhkan payung yang kupegang lebih dulu.
"Kira-kira dia di mana sih?" tanyaku pelan, sudah semakin dingin saja padahal aku mengenakan pakaian tiga lapis –aku bahkan hampir memakainya untuk tidur- aku mencari mungkin saja ia ada di sekitar sini, ia kan tidak mungkin naik ke tempat tinggi kan? "Suho! Di sini ada jejak darah!" teriak Kris. Aku melihat jejak darah itu, "Oh my, ini tidak mungkin. Darah? Lay gege pasti tidak sedang baik-baik saja kan?" Tao bertanya panik.
"LAY GEGE!" aku menoleh menatap Chen dan Chanyeol, tak jauh dari mereka ada sesosok tubuh yang sedang terbaring, aku buru-buru berlari. "Lay, Lay! Gwaenchanayo? Lay ireona~" aku menggoncang tubuhnya, "Ada yang bawa hansaplast?" tanyaku. Aku melihat tangan Lay yang mengeluarkan darah, tidak mungkin cepat selesai karena penyakit Lay. Dia ini sudah tau memiliki fisik yang tidak stabil dan sakit-sakitan masih saja ngeyel dan bertahan demi kalung yang mungkin harganya tidak seberapa itu.
"Tidak ada ge." Jawab Chen. "Baik, di antara kalian siapa yang memakai baju tipis dan mudah dirobek? Lay butuh itu untuk menghentikan lukanya." Tanyaku lagi. "Punyaku saja ge, karena bajuku tipis." Kata Tao, tapi tangan Kris menahannya. "Jangan, nanti kau kedinginan. Aku saja," Kris merobek kecil bagian kaos di dalam jaket tebalnya dan memberikannya padaku. Aku membalutkan robekan kaos itu di telapak tangan Lay.
"Yi Xing, duduklah sebentar, aku akan menggendongmu." Aku mencoba membangunkan Yi Xing, tiba-tiba mengeluarkan suara seperti desisan orang sakit. "Yi Xing? Syukurlah, kumohon duduklah sebentar." Yi Xing membuka matanya, "Suho hyung.. perih.."
'Apanya yang perih? Baiklah, baiklah tenang Suho.. kau dulu pernah mempelajari ilmu kedokteran kan?' aku menyemangati diriku sendiri. "Hyung, lebih baik kita cepat membawa Lay ge ke hotel. Aku dan Chen hyung akan mencari kalung yang ia cari," Chanyeol menenangkan, kemudian ia melangkah pergi bersama Chen dan meletakkan tas kain tadi di depanku.
Aku berjongkok di hadapan Lay, memposisikan tubuhnya di punggungku. Aku menatap sinis pada dua orang dengan tinggi badan di atas rata-rata di hadapanku –Kris dan Tao. Mereka kan tahu kalau aku dan Yi Xing saja lebih tinggi Yi Xing, bagaimana bisa mereka tidak berinisiatif menggendongnya? Yaampun, tubuh Yi Xing itu ringan! Tapi tetap saja kalau aku yang menggendong Yi Xing itu pasti susah, apalagi dengan keadaan yang seperti ini.
'Dasar member tidak peka, enak saja mereka malah berjalan berduaan di bawah satu payung seperti itu. Mereka pikir romantis? Mereka pikir romantis kalau member mereka yang lain sedang sakit? Lebih baik suatu hari aku akan memberi ultimatum tertulis dilarang bermesraan kepada mereka!' kecamku dalam hati.
"S-Suho hyung.. turunkan aku." Aku jadi kesal dengan permintaan Lay. "Yi Xing-ah, sudah kau diam saja aku akan menggendongmu. Aku tahu aku tak setinggi Tao, Chanyeol apalagi Kris. Tapi Chanyeol dan Chen sedang mencari kalungmu dan TaoRis, jangan pikirkan mereka. Jadi kau diam saja ne? Lagipula kau ini, kau bodoh? Yi Xing ini dingin, bersalju lagi, arena ski lagi. Kau mau cepat mati dan membuat EXO kehilangan dancing machine sepertimu? Oke memang masih ada Kai, Sehun, Lu Han, Xiumin dan Tao tapi tetap saja. Kau sudah bagian dari kami, bagian dari fans, bagian dari Smtown, bahkan mungkin bagian dari hidupku. Jadi kau jangan menyia-nyiakan hidupmu sendiri! Persetan dengan kalung itu, kenapa kau tidak bilang padaku? Kalau tahu begini mungkin tadi aku bisa membantumu mencari kan?" cecarku panjang lebar.
"Mianhae hyung, bicaralah pelan-pelan." Ish, aku tahu ia tidak mengerti bahasa Korea dengan baik tapi tidakkah ia menangkap hal penting dari pembicaraanku? "Jangan lakukan hal gila lagi Yi Xing," ucapku akhirnya dengan bahasa Mandarin yang sederhana. "Shi dae, hyungie." Aku berjalan, lalu mengucapkan terima kasih pada penjaga gerbang. Kami pun terus berjalan setelah melewati gerbang itu, "Hyung itu ada rumah!" aku menoleh, benar di dekat kami ada sebuah rumah.
Aku menggendong Lay dan memasuki rumah –tanpa pintu dan terlihat seperti rumah rusak tak berpenghuni. Ternyata di rumah itu cukup bersih mungkin wisatawan yang ada membersihkannya dan ada tempat bersantainya. Aku membaringkan Lay di situ, "Bagaimana bisa kau berbaring di tengah hamparan salju? Bagaimana jika aku tertidur dan lupa dengan keadaanmu? Kau akan berbaring di sana hingga pagi?"
"A-aku hanya mencarinya, aku menuju tempat lift itu. Ternyata lift nya sudah tidak aktif aku berjalan mendaki, namun sampai di atas aku malah tergelincir dan berbaring di tempat tadi. Kakiku terasa berat digerakkan mungkin kakiku terkilir." Aku jadi iba, aku khawatir namun yang keluar dari bibirku hanya makian dan bentakan.
"Baik, maafkan aku membentakmu. Aku sungguh-sungguh tidak bermaksud aku hanya.. hanya takut tidak bisa menyelamatkanmu, aku takut kehilanganmu.."
Yi Xing/ Lay's pov
"Baik, maafkan aku membentakmu. Aku sungguh-sungguh tidak bermaksud aku hanya.. hanya takut tidak bisa menyelamatkanmu, aku takut kehilanganmu.." aku tersentak, apa maksudnya ini? "Hyung.."
"Ah, sudah jangan pikirkan kata-kataku. Kemarikan kakimu, kau terkilir kan?" ia meletakkan kakiku di atas pangkuannya, kemudian menggulung celanaku dan mulai memijat betisku. "Aww hyung! Pelan-pelan!" jeritku, dia pikir tidak sakit?
"Sabar sedikit Yi Xing, kau ini. Katanya lelaki normal? Bagaimana bisa dengan begini saja sudah menjerit? Tenang dulu, lemaskan kakimu." Aku menuruti, lama-lama rasa sakit itu mulai hilang. Dia ini, kenapa tidak sekalian saja jadi tukang pijat? "Bagaimana? Sudah enakan?" aku mengangguk.
"Hyung berbakat juga, apa hyung tidak mau sekalian saja melakukan pekerjaan sambilan?" tanyaku, ia mendeath-glareku. "Kau kira aku apa? Aku hanya tahu tekhnik-tekhniknya ketika aku SMA dan kuliah, well dulu aku hampir masuk jurusan kedokteran. Tapi ternyata jadwal sibuk membuatku membatalkan niatku," aku mengangguk-angguk. "Pantas hyung pintar,"
"Tapi kemudian percuma saja, semua itu membuatku kehilangan waktu dengan keluargaku. Aku jadi mengingkari janji pada appa untuk melanjutkan usaha beliau, dan malah berdiri sebagai leader di tengah-tengah kalian." Ia hanya tersenyum miris, kemudian melanjutkan memijat kakiku. "Bukannya hyung adalah trainee terlama di SM bersama Jessica noona? Itu berarti hyung disetujui oleh orangtua kan?" ia menggeleng.
"Awalnya aku hanya berniat main-main menjadi trainee, tapi lama-kelamaan aku memutuskan bahwa inilah aku. Inilah jalan di mana aku akan tumbuh, aku tidak akan jadi dokter, direktur, atau bahkan dosen. Tapi aku akan jadi penyanyi sekaligus menari di atas panggung, kemudian jalanku terasa sangat berat. Aku masih sangat muda saat itu, 14 tahun. Aku meninggalkan kehidupan remajaku dan malah masuk ke tempat pelatihan seperti neraka itu, meninggalkan segala fasilitas mewah di rumahku, meninggalkan keluargaku. Aku sempat putus asa, aku benar-benar ingin keluar dari SM. Aku bahkan tidak mengenali bakatku, aku tidak menonjol di menari sepertimu, tidak juga di menyanyi seperti Chen, Kyungsoo, Baekhyun, Luhan. Aku hanya akting, tetapi tubuhku tidak seprofesional Siwon hyung meski wajahku mirip dengannya. Aku merindukan ummaku, rindu bahwa ketika ada waktu luang untuk pulang ke rumah ia akan memelukku dengan kedua lengannya yang hangat."
Aku diam, membiarkan ia melanjutkan ceritanya. "Tujuh tahun Yi Xing, tujuh tahun aku hidup dalam ketidak-pastian karirku. Mungkin kalau aku jadi anak biasa lalu melanjutkan kuliahku dengan baik aku pasti sudah jadi dokter muda sekarang," aku mengelus pundaknya, ternyata ia tidak sekuat image yang ia tunjukkan. Padahal ia orang kaya, ia kaya sungguh! Bahkan mungkin masuk jajaran member paling kaya di EXO, ia pintar tidak pernah tergeser dari 50 besar dari 400 mahasiswa di kampusnya. "Masa lalu tidak untuk disesali hyung, Tuhan menunjukkanmu jalan yang terbaik dengan bergabung dengan EXO. Mungkin kalau kau memaksakan diri menjadi dokter, hasilnya malah tidak akan sebaik bayanganmu kan?" putusku akhirnya.
"Hmm, dan hei kau orang kedua yang kupijat setelah ibuku." Aku tertawa kecil, "Benarkah? Kalau begitu aku seharusnya beruntung. Ngomong-ngomong kenapa salju tidak berhenti? Aku benar-benar mati rasa karena kedinginan," gerutuku. "Kau mau kembali ke hotel sekarang? Ah iya aku lupa, aku bawa selimut!" ia mengeluarkan selimut dari tas kainnya, menyelimuti tubuh kami berdua.
"Tidak hyung, jangan kembali. Maksudku, kau tidak mungkin kuat menggendongku sampai hotel. Dan aku juga tidak kuat berjalan, besok pagi saja kita kembali," ia tersenyum, kemudian ia membuka jaket terluar yang ia kenakan. "Ini pakailah, aku menggunakan kaos dan sweater di balik jaket ini jadi aku pasti tidak akan kedinginan." Aku memakai jaket itu, rasanya lebih nyaman daripada hanya dengan hoodie tipis ini.
"Kemarikan telapak tanganmu yang tidak terluka," aku menurutinya, tiba-tiba ia menggenggam telapak tanganku dengan kedua telapak tangannya. "Hooosshhh~" ia meniupkan angin ke tanganku lalu menggosok-gosokkan telapak tanganku dengan kedua telapak tangannya yang terbungkus kaos tangan. "Jangan sampai kedinginan, terutama telingamu. Kau mau pakai topiku?" aku menggeleng, ia terlalu baik sungguh.. dan ini membuatku merasa tidak wajar. Tiba-tiba aku merasa kedua pipiku memanas dan jantungku berdebar tak karuan, tidak mungkin..
Ia menatapku secara intens, tiba-tiba saja ia memajukan wajahnya. "Hyung.." panggilku pelan. Dan detik berikutnya aku merasa ini benar-benar hal yang tidak terduga! Suho hyung menempelkan bibirnya di bibirku dalam hitungan detik, dan bodohnya aku tidak sempat menolaknya. Aku membiarkan ia mengulum bibirku bukannya menolaknya, membiarkan ia membangkitkan impuls-impuls asing dalam tubuhku. Bahkan aku membiarkannya memasukkan lidahnya ke dalam rongga mulutku, membiarkan diriku sendiri larut dalam ciumannya yang memabukkan.
Membiarkan ia menekan tengkukku untuk memperdalam ciuman kami, membiarkan paru-paruku yang bagai terbakar karena kekurangan stok oksigen. "Mmmhh.." hanya itu suara yang memecah keheningan kami, sampai Suho benar-benar mengakhiri ciumannya. "Yi Xing.." lirihnya sambil menempelkan dahi kami, aku merasakan terpaan nafas hangatnya yang wangi.
"Boleh aku berusaha mendapatkan hatimu?" pintanya, aku bahkan tak yakin dengan jawabanku setelahnya ketika bibir kami benar-benar bersatu lagi akhirnya.
..
"Truth or dare Yi Xing?" aku ingat bagaimana mantan kekasihku menanyakan permainan bodoh itu padaku. "Bisa aku memilih dua-duanya baby?" ia mengangguk. "Apapun untukmu semuanya boleh,"
"Truth, katakan padaku apa mungkin suatu saat nanti kau akan mencintai salah satu dari member-membermu itu? Ini sudah hampir masa debutmu Yi Xing, kau bahkan sudah mulai terkenal di mana-mana," aku tersenyum kemudian mengacak rambutnya. "Entahlah, aku belum memikirkannya hingga saat ini. Dan mengapa kau menanyakan hal seperti itu? Aku masih normal,"
"Kalau begitu dare, kiss me?" aku senang-senang saja, setelah ini tidak akan ada yang berubah. Aku menempelkan bibirku di bibirnya, hanya sekejap saja karena ia buru-buru menarik dirinya menjauh. "Shi dae, bye!"
Lalu beberapa hari kemudian aku bertolak dari China ke Korea, aku di kamar sendiri karena Luhan ge bermain dengan Sehun. Mereka ini, belum debut bahkan sudah mengikatkan diri satu sama lain.
One message received
Aku membuka pesan itu, dan betapa terkejutnya aku setelah membaca. Seakan gravitasi bumi menyedot tubuhku. Kakiku kebas untuk hanya sekedar berpijak, dan untuk pertama kalinya. Aku, Zhang Yi Xing menangis karena cinta..
Yi Xing, kini kau dikenal bukan lagi Yi Xing-ku. Tapi kini kau adalah Lay yang bersinar di atas panggung, kini aku tak perlu lagi menantimu. Kita akhiri saja hubungan kita sampai di sini, aku tidak ingin membatasimu. Aku juga tidak ingin menghalangi karirmu dan membuat penggemarmu menjauhimu karena aku, aku hanya ingin kau bahagia. Berbahagialah Yi Xing, sampai kapanpun cintaku akan menyertaimu. Aku minta maaf, tapi aku mohon kau mengerti. Wo men ai ni..
Dan saat itulah pertama kalinya, Suho hyung menemukanku yang terluka. Lengan hangatnya memelukku, memberikanku kekuatan. "Kau pasti bisa menjalaninya dengan baik Yi Xing." Kata-katanya seakan memberi kekuatan tersendiri.
. . .
TBC!
Lanjut or Delete? Please support me._.v Review jusseyooo~~ :D
