Title : Angel's Heart

Author : Couphie

Disclaimer : All characters isn't mine

Rating : T+

Length : 3shoot

Pairing : Yunjae, Yunra, Chunjae, Yoosu

Warning (!) :

OOC, AU, Sho-ai, BL, Typos (maybe)

Summary :

Jaejoong tahu, keputusannya memang sangatlah bodoh. Dan jujur saja, ia sangat terluka. Tapi mau bagaimana lagi? Perasaannya pada Yunho sudah terlalu dalam. Perasaan yang kini seperti bumerang yang siap kembali menghantamnya sekeras mungkin.

Main Cast :

Jung (Kim) Jaejoong (23 tahun)

Jung Yunho (26 tahun)

Park Yoochun (25 tahun)

Kim Junsu (22 tahun)

Shim Changmin (21 tahun)

Go Ahra (25 tahun)

.

Italic = Flashback

.

.

.

Don't like? Don't read please!

I've warned you!

No plagiarism!

.

.

.

ENJOY

.

.

.


Chapter 1 : Bitter Love

.

.

.

"Y-Yun… a-ap-apakah k-kau tidak memutuskan A-Ahra-ssi?"

"Untuk apa. Dia kekasihku."

"T-tapi Yun… K-kau… kau—"

"Aku apa? Huh?"

"A-ani… b-bukan apa-apa…"

.

"Hiks… Yun… tak bisakah kau mencintaiku?"

"Mwo? Kau bilang apa tadi? Cinta? Pada siapa? Kau?"

"Y-Yun… hiks…"

"Mati saja kau!"

.

.

.

.

.


Couphie

Proudly present

Angel's Heart—


.

.

.

Yunjae's Penthouse

Suara berisik dan lumayan nyaring terdengar dari sebuah benda tipis berbentuk kotak dengan warna hitam mengilap yang ada di samping bantal milik seorang namja cantik. Namja yang diketahui bernama Jung (Kim) Jaejoong itu tampak menggapai benda dengan bunyi berisik tadi. Dan ia mengetuk ikon berwarna hijau tanpa melirik sebaris nama yang tertera di layar benda itu—ponselnya.

"Yeoboseyo?" katanya dengan suara serak khas orang yang baru bangun tidur.

"YAAA! Jaejoong! Kenapa kau baru bangun?! Kau pikir ini jam berapa eoh?!"

Jaejoong terkesiap dan refleks menjauhkan ponsel dari telinganya begitu ia mendengar suara menggelegar milik eomma-nya, Kim Heechul.

"Omo… eomma jangan teriak-teriak seperti itu. Eomma ingin aku tuli mendadak, eoh?"

"YAA! Kau masih berani membantah perkataan eomma-mu, eoh?! Sekarang katakan, kenapa kau baru bangun sekarang?! Memangnya kau tidak mengurus suamimu, eoh?"

DEG

Pertanyaan eomma-nya seolah menghempaskannya ke dunia nyata. Kembali mengingatkannya akan kenyataan pahit yang ia jalani selama kurang-lebih 5 bulan lamanya. Membuat keringat dingin menetes perlahan di pelipisnya tanpa ia sadari. Sekarang alasan apa yang harus ia pakai untuk menutupinya?

"Jae?"

Suara eomma-nya di seberang sana menariknya dari lamunannya. Dengan rasa bersalah yang menyelimuti hatinya, ia menjawab pertanyaan eomma-nya yang sebelumnya—dengan kebohongan.

"Yunho sudah berangkat pagi tadi eomma. Dia harus mempersiapkan diri untuk rapat pagi ini."

"Ohh… baiklah. Nah, Jung Jaejoong.. sekarang kau mandilah! Kau sudah jadi seorang istri, tidak baik jam seperti ini hanya tidur dan tidak melakukan apapun."

"Ne eomma. Aku mandi sekarang. Aku tutup ne~ Annyeong eomma! Saranghae~!"

"Ne~ Nado saranghae Jaejoongie~!"

—PIP

Dan sambungan telepon itu terputus. Menyisakan Jaejoong dengan wajah sendunya. Menatap layar ponselnya dengan tatapan penuh penyesalan atas kebohongannya tadi—dan kebohongan yang lainnya.

Ia meletakkan ponselnya di atas meja kecil di samping tempat tidurnya. Lalu meraih remote control berwarna putih dan menekan salah satu tombol. Seketika itu pula, tirai-tirai putih dan panjang yang ada di ruangan itu terbuka, membiarkan sinar matahari masuk dari deretan kaca yang ada di sana. Menyinari sosok Jaejoong yang terdiam di atas tempat tidur berukuran king size itu sendirian sambil memeluk lututnya.

.

.

.

.

.

Jung Jaejoong tampak sibuk di dapur sebuah kafe. Lebih tepatnya itu adalah kafenya sendiri. JJ's Café namanya. Kafe itu sendiri baru beroperasi sekitar 1,5 tahun.

Jaejoong mendesain interior kafenya dengan kolaborasi beberapa gaya. Seperti American style, Italian style dan tambahan di sana-sini. Di bagian luar tampak dindingnya berwarna kuning pastel dengan kaca besar dan papan nama di bagian depan bertuliskan 'JJ's Café' menggunakan font yang unik dan logo berupa secangkir latte dan bayangan seekor kucing. Ada pula beberapa set meja dan kursi di bagian luar depan kafe, lengkap dengan payung lebar.

Sedangkan di bagian dalam cukup luas dan dibagi menjadi 2 ruangan. Dindingnya dilapisi wallpaper yang warnanya juga kuning pastel dengan aksen motif berupa sulur-sulur dan rangkaian not-not balok di beberapa tempat dengan warna cokelat. Sofa dan meja berwarna cokelat pastel ditata dengan konsep yang sesuai. Belum lagi furniture, dekorasi dan unsur lain yang semakin membuat kafe ini terlihat nyaman ditempati.

Jaejoong biasa berangkat ke kafenya ini sekitar pukul 09.00. Hobi dan sekaligus kemampuan spesialnya, yaitu memasak, membuatnya sering membuat resep-resep baru untuk kafenya sendiri. Dan itulah yang membuat kafenya tak sepi pengunjung. Interior keren dan menu yang semuanya enak? Siapa yang tidak mau?

.

.

.

Jaejoong melepas apron-nya dan berjalan menuju kantornya yang berada di samping dapur. Begitu di dalam, ia langsung menuju sofa panjang berwarna cokelat dan menghempaskan tubuhnya di sana. Tangan kanannya memijat pelan pangkal hidungnya. Di wajah cantiknya terlihat rasa lelah yang teramat sangat.

Ia merasa lemah dan tidak berguna saat ini. Betapa dengan mudahnya ia menerima suatu keputusan sepihak dari kedua orang tuanya dan kedua orang tua Yunho dulu. Menyesal? Benarkah ia merasa menyesal dengan pernikahannya dengan Yunho?

Jawabannya : tidak.

Ia tidak menyesal dengan pernikahannya. Hanya saja… penyesalan itu lebih tertuju pada dirinya sendiri. Saat itu ia terlalu terpana akan sosok Yunho tanpa mengenal karakter namja tampan itu yang sebenarnya. Saat itu dia langsung menyetujuinya tanpa meminta waktu berpikir sama sekali. Setidaknya… saat itu ia dapat mencari tau seperti apa profil namja tampan bernama Jung Yunho itu. Seandainya ia memilih opsi lain saat itu… seandainya ia dapat mengulang waktu yang terlewat itu… Mungkin saat ini ia tidak akan merasakan rasa sakit tak berujung ini. Mungkin kehidupannya masih tenang dan damai. Mungkin tidak akan ada kebohongan yang selama 5 bulan ini terlalu banyak ia ucapkan pada keluarganya… pada keluarga Yunho…

Jaejoong tampak baru keluar dari kamarnya. Ia sudah berdandan seperti yang diinginkan eomma-nya—berdandan rapi dan cantik. Walau pada awalnya ia menolaknya, tetapi seperti biasa, perintah seorang Kim Heechul tak terbantahkan.

Dengan gugup ia turun dari kamarnya yang ada di lantai dua. Dan ia mendapati seorang namja tampan di sana. Dengan postur tubuh yang mampu membuat para yeoja menjerit histeris, kulit kecokelatan yang tampak eksotis dan mata tajam yang mampu membuat Jaejoong serasa terhipnotis saat itu. Ah, lihat senyumnya itu. Jaejoong ingin pingsan saat itu juga.

"Ah, itu dia aegi-ku satu-satunya. Jaejoongie chagi, kemarilah." Jaejoong mengalihkan pandangannya ke arah eomma-nya, dan berjalan menuju ruang tamu tak jauh dari tempatnya berdiri.

"Omo… neomu yeppeo… beruntung sekali calon menantuku secantik ini." seorang namja cantik yang terlihat seumuran dengan eomma-nya tampak memandang Jaejoong dengan tatapan berbinar-binar.

"Tentu saja, Kibum. Kecantikannya menurun dariku." kata eomma Jaejoong dengan narsisnya.

"Hei, sudah… Lihat, Jaejoongie kelihatan bingung dengan tingkah kekanakan kalian berdua." tegur appa Jaejoong—Kim Hangeng—menghentikan kedua namja cantik yang terlihat ingin berdebat itu.

"Ah, ne… Jaejoongie, ini adalah teman eomma dan appa. Jung Siwon dan Jung Kibum. Lalu Jung Yunho, aegi mereka."

Jaejoong mengangguk pada eomma-nya lalu menoleh pada ketiga tamu di hadapannya lalu tersenyum manis.

"Annyeong ahjussi… ahjumma… mmm… Yunho-ssi… Naneun Kim Jaejoong imnida."

"Ne, Jaejoongie… panggil appa dan eomma saja, ne? Sebentar lagi kau 'kan akan menikah dengan Yunho."

Nafas Jaejoong mulai terasa berat. Pertanda air matanya akan terjatuh—lagi. Tubuh mungilnya mulai bergetar samar. Dan ia teringat pada Yunho. Dan… dan pada kekasih Yunho… Go Ahra.

Pada akhirnya, Jaejoong mengetahui kenyataan itu beberapa jam setelah pesta pernikahannya dengan Yunho. Kenyataan pahit bahwa Yunho sudah memiliki seorang kekasih. Kenyataan pahit bahwa Yunho tak memiliki setitik pun perasaan untuk Jaejoong. Kenyataan pahit yang terus teringat olehnya hingga saat ini. Saat di mana Yunho membentaknya. Bahkan cenderung menghujatnya. Mengatakannya seorang gay menjijikkan. Memakinya dengan kata-kata yang seolah menghancurkan Jaejoong luar-dalam. Membuat perasaan namja cantik itu hancur berkeping-keping.

Jaejoong tampak kebingungan mencari Yunho. Namja cantik itu masih mengenakan tuksedo putihnya. Pesta pernikahan mereka berdua baru selesai sekitar 1.5 jam yang lalu. Dan tiba-tiba saja Yunho menghilang. Padahal seharusnya seharusnya ia dan Yunho harus pulang bersama keluarga mereka.

Samar ia seperti mendengar suara Yunho tak jauh dari tempatnya. Lalu Jaejoong berbelok ke tikungan di hadapannya.

Dan ia terkesiap.

Di sana, Yunho dengan posisi tubuh menghadap ke arahnya, tengah memeluk erat seorang yeoja yang memakai dress pink selutut. Dan Jaejoong mendengar isakan yeoja itu.

"Yunho… hiks… kenapa kau menikah dengan namja itu? Kau sudah tidak mencintaiku? Hiks… kau akan meninggalkanku begitu saja?"

"Aniyo. Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Aku sangat mencintaimu chagiya." kata Yunho lembut sambil mengelus dan mencium puncak kepala yeoja tu.

Jaejoong merasakan jantungnya berdenyut menyakitkan saat ia mendapati Yunho menatapnya dengan tajam penuh kebencian. Ia segera berbalik dan bersandar pada tembok di sampingnya—menyembunyikan diri dari tatapan Yunho.

Tangan kanannya meremas bagian jasnya, tepat di bagian yang berdenyut tadi. Ia tahu, penekanan tadi ditujukan padanya. Sebuah penolakan telak yang ditujukan padanya.

Airmatanya jatuh begitu saja. Ia menunduk dalam, tangan kirinya menutupi mulutnya sendiri. Dan ia berlari begitu ia mendengar samar suara Yunho yang melembut pada yeoja itu.

'Wae?!' jeritnya dalam hati.

"Y-Yun… a-ap-apakah k-kau tidak memutuskan A-Ahra-ssi?" tanya Jaejoong malam harinya saat mereka sudah sampai di mansion keluarga Jung.

"Untuk apa. Dia kekasihku." ucapan Yunho terdengar tegas, pernyataan tak terbantahkan.

"T-tapi Yun… K-kau… kau—"

"Aku apa? Huh?" Yunho memandang Jaejoong dengan sinis.

'Kau suamiku!' raung Jaejoong dalam hati.

"A-ani… b-bukan apa-apa…" dan kembali ia jadi pengecut. Tak berani membantah seorang Yunho

"…"

"Yun… tak bisakah k-kau mencintaiku?" Jaejoong menunduk, tak berani menatap namja di dapannya.

"Mwo? Kau bilang apa tadi? Cinta? Pada siapa? Kau?" terdengar suara Yunho yang sinis dan penuh kebencian.

"…"

"Kau… gay menjijikkan! Cari saja namja gay lain untuk jadi pasanganmu! Aku masih normal!"

"Y-Yun… hiks…"

"Mati saja kau!"

Padahal orang tua mereka berdua semuanya adalah namja. Pernikahan sesama jenis sudah dianggap biasa. Bahkan ada yang namanya male pregnancy. Tapi terhadapnya… kenapa ia berkata seperti itu? Sebegitu menjijikkannyakah ia di mata Yunho? Sebegitu bencinyakah Yunho padanya?

Jaejoong membekap mulutnya sendiri dengan kedua tangan mungilnya. Tak ingin pegawainya mendengar kalau dia tengah menangis. Sesekali isakan samar yang tertahan lolos dari bibirnya. Air matanya terus mengalir saat memori di kepalanya berputar seperti kaset rusak. Memaksanya mengingat apa yang tak ingin ia ingat.

Saat di mana ia menghadapi malam-malam panjang dengan penantian dan harapan sia-sia. Menanti kepulangan Yunho dengan luka yang terus menganga lebar di hatinya. Dan beberapa kali ia menemukan parfum wanita menguar dari pakaian yang Yunho kenakan saat pulang bekerja. Yunho selalu menganggap Jaejoong bagai makhluk tak kasat mata. Saat kebetulan ia dan Jaejoong sedang berada di rumah, ia tidak pernah mengajak Jaejoong berkomunikasi. Rasanya satu huruf pun begitu tidak rela ia keluarkan untuk Jaejoong. Dan yang paling membuat Jaejoong semakin bertambah terluka ialah saat ia menemukan jejak-jejak mencurigakan di pakaian kerja Yunho. Jejak yang merupakan bukti nyata bahwa suaminya itu telah bercinta dengan orang lain. Dan Jaejoong yakin 100% kalau 'orang lain' itu adalah Go Ahra.

Jaejoong sangat ingin mengakhiri hubungan yang begitu menyakitkan ini. Tapi ia tak ingin mengecewakan orang tuanya. Ia tak sanggup melihat eomma-nya menangis karenanya. Dan satu-satunya yang mampu membuatnya bertahan adalah appa dan eomma-nya.

.

.

.

Suara lonceng kecil yang tergantung pada pintu kaca kafe terdengar saat seorang pengunjung membuka pintu itu. Jaejoong yang saat itu tengah mencoba meracik mochaccino untuk dirinya sendiri, menoleh ke arah pintu dan tersenyum.

"Eoseo oseyo." katanya, sambil menegakkan tubuhnya. "Ada yang ingin anda pesan, tuan?"

Si pengunjung dengan sosok seorang namja tampan itu terpana sesaat. Lalu ia tersenyum.

"Ne. Aku ingin memesan cappuccino dan waffle dengan selai apel."

Jaejoong menulis pesanan namja tadi pada sebuah note kecil, lalu ia menatap namja itu lagi. "Ada lagi, tuan?"

"Mmm… aku ingin menu baru itu." kata namja itu sambil menunjuk sebuah gambar yang ada tepat di atas kepala Jaejoong.

"Mmm… ne. masih ada lagi?"

"Ani. Itu saja."

Jaejoong terlihat melakukan sesuatu pada mesin kasir di hadapannya lalu setelahnya ia menghadap namja tampan tadi dengan secarik kertas kecil di tangannya yang baru keluar dari printer kecil di sana.

"1 cappuccino, 1 waffle dengan selai apel dan 1 special dessert. Semuanya 31.000 won, tuan."

Namja itu mengeluarkan selembar kertas dari dompetnya dan memberikannya pada Jaejoong. Jaejoong menerimanya lalu mengeluarkan kembalian beserta struk untuk namja di depannya. Setelah menyerahkan uang kembalian, Jaejoong dengan cepat menata pesanan namja itu di atas baki/nampan putih dan menyerahkannya.

"Masitge daseyo." kata Jaejoong dengan senyumannya.

Namja cantik itu tidak menyadari rona samar di pipi si namja tampan itu.

.

.

.

Jaejoong menoleh saat seorang pegawai memanggilnya.

"Ne? Wae Taemin-ah?"

"Umm… seorang pegunjung ingin bertemu dengan anda."

"Baiklah. Kau boleh lanjutkan pekerjaanmu lagi."

Jaejoong berjalan keluar dari dapur lalu menuju ke meja yang ditempati seorang namja. Namja yang tadi ia layani.

"Ne, tuan? Anda yang ingin bertemu dengan saya?" tanya Jaejoong dengan nada heran yang ditanggapi dengan senyuman namja itu.

"Ne. Maaf sudah mengganggu waktumu. Silahkan duduk." kata namja itu dengan seenyuman teduhnya.

"Ah.. aniya. Umm… wae? Apakah ada yang salah dengan makanannya?" tanya Jaejoong lagi setelah ia duduk di hadapan namja tadi.

"Aniyo. Tidak usah panik begitu. Aku bukan ingin mengajukan keluhan, Jaejoong-ssi."

Perkataan namja itu membuat Jaejoong lega.

"Lalu? Ada apa?"

"Begini… sebenarnya aku berkunjung kemari atas rekomendasi Changmin, sepupumu. Dia… err… ingin aku berkenalan denganmu Jaejoong-ssi."

Jaejoong tertegun mendengar ucapan namja itu. "Eh… tapi… aku sudah… eumm… aku sudah menikah tuan…"

"Eh… aku sudah tahu… mungkin kita bisa berteman? Tidak bolehkah?" kata namja itu, berusaha menutupi rasa kecewanya.

"Kurasa… tidak apa-apa." kata Jaejoong sambil tersenyum. Senyuman yang membuat pipi namja itu dihiasi rona samar—tanpa disadari Jaejoong.

"Gomawoyo. Kau juga tidak perlu seformal itu padaku."

Jaejoong tertawa pelan. "Ne… baiklah… umm…?"

"Park Yoochun. Yoochun imnida."

"Ne… Yoochun hyung."

.

.

.

Jaejoong sampai di penthouse pada pukul 20.12 waktu Seoul, KST. Entah matanya bermasalah atau ia hanya berhalusinasi karena terlalu lelah, sepertinya ia tadi melihat mobil Yunho di basement saat ia memarkir mobilnya sendiri. Tapi langsung ia tepis pemikiran itu. Mana mungkin Yunho sudah pulang. Bukankah biasanya Yunho pulang larut sekali? Bahkan namja tampan itu pernah pulang pagi atau lebih seringnya, ia tidak pulang.

Setelah menaiki lift dan berjalan tak terlalu jauh, akhirnya ia sampai di depan pintu tempat tinggalnya sekarang itu. Segera ia keluarkan kartu miliknya dan memasukkan sederet password dan pintu pun terbuka.

Aneh sekali.

Lampu-lampu sudah dinyalakan. Padahal biasanya saat Jaejoong pulang, keadaan selalu gelap gulita. Tapi ini…?

'Astaga… apakah perampok?' pikirnya panik.

Jaejoong segera melepas sepatunya dan menggantinya dengan sandal bulu. Dengan keringat bercucuran, ia meraih sebuah tongkat golf berwarna biru yang ada di dekatnya. Lalu ia mengendap-endap mecoba menyergap si 'perampok'.

Samar ia dengar suara dari arah dapur. Langsung saja ia menuju ke sana dan ia mendapati si 'perampok'. Nama perampok itu adalah Yunho.

Jaejoong menurunkan tongkat golfnya. Ia memandang terkejut pada sosok yunho yang sedang memasak mi instan dengan kerepotan. Ini hal yang jarang terjadi. Saat dimana Yunho pulang ke penthouse ini. Dan… namja itu memasak. Eh… mungkin 'mencoba' memasak.

Melihat Yunho yang kesulitan seprti itu membuat Jaejoong ingin membantu. Tapi… sekelebat bayangan tatapan tajam dari Yunho cukup untuk menahan dirinya. Ia hanya mundur, lalu berbalik. Ia takut berbicara dan bertatapan dengan Yunho.

.

.

.

"Menyebalkan sekali… kenapa mendadak restoran sebelah tutup?! Apakah aku memesan ke restoran cepat saji saja? Aishh…" gerutu Yunho di sepanjang jalan. Tampaknya ia baru dari luar mencari makanan. Dan… nasibnya kelihatan tidak terlalu baik.

Begitu ia membuka pintu, aroma harum dan menggiurkan langsung menyergap indra penciumannya. Dengan bertanya-tanya ia berjalan menuju dapur, tempat dimana aroma ini berasal. Dan di atas meja makan itu sudah tersedia beberapa menu. Memang porsi masing-masing menu tidak terlalu banyak. Tetapi jenisnya banyak. Yunho menatapnya dengan pandangan tergoda. Tapi ia langsung menyadari, hanya satu orang selain dirinya disini dan pasti itu buatan Jaejoong.

Tatapan Yunho berubah datar dan ia menatap makanan itu dengan tatapan sinis. Selanjutnya ia mengambil ponsel dari sakunya.

"Lebih baik aku memesan dari restoran cepat saji." gerutunya.

Sementara itu di balik pintu dapur yang terbuka sedikit, Jaejoong tampak tersenyum pahit. Bahkan Yunho menolak masakannya. Ternyata memang benar... namja itu benar-benar membenci Jaejoong.

.

.

.

.

.

To be continued

.

.

.

Couphie's Note :

Annyeonghaseyo~~! *LOL* (^w^) *pasang tampang innocent*

Hehehe… gimanaaa~~? Panjang 'kaaann…? #dilemparkejurang

Kenapa pada pasang tampang asem gitu? (o.O)a

Omo… terpesona ya sama author yang awesome luar biasa ini? Aw… arrasseo… arrasseo… #dibakar

Hahaha… mianhae ne… saya baru bisa kembali. Soalnya sibuk. Ini dia ff Yunjae special project saya. Mencoba genre lain. Yang romance/hurt rasanya lebih gampang daripada nulis ff yang lain. Mungkin akan saya selesaikan selama liburan, karena ini 3shoot. Dan baru chapter 1 yang selesai, hehehe… *LOL* #plakk

Untuk ff HELP! updatenya akan lama. Saya lagi macet ide nih… sebenarnya saya udah minta seseorang untuk collab sama saya dan melanjutkan ff itu. Tapi dianya ga mau… *lirik seseorang*

Dasar peliiiitttt! (TT_ _TT)

Add Facebook saya : Courrey Pichaell (Couphie)

I need your HELP! Sekedar masukan juga boleh kok…. jebal~~! *nangis guling-guling*

Hiks… jangan lupa review ne… saya siap lahir batin menerima protes dari YJS dan JJ fans…

Mianhae membuat eomma tercinta kalian jadi seperti ini… *bow*

Sampai jumpa lagi di chap selanjutnya~~ jangan lupa review~! *uhuk* review yang banyak ne… kali aja saya lagi kerasukan fallen angel dengan wujud jelmaan Jaemma, jadi chap depan lebih panjang lagi~~ :9 #dicekik

Couphie—

.

.

.

.

.

Leave a review, please?