Just An Eyeshield 21 FanFiction

NOVEMBER by Salmahimahi De Zwanzigsech

Eyeshield 21 by Riichiro Inagaki & Yuusuke Murata

Warning inside: OC, OOC, uabal puol, kurang gawe tenan, fic pengganti Go! Go! Miracle saya =_="

Oh, ya…

Happy Birthday Mamori! 8D*telat satu hari*

_TogaMamo_

.

_Art_

.

DRESH!

Air hujan mengguyur wilayah Tokyo dan sebagaianya, membuat sekelompok manusia yang tadinya melakukan runtinitas sehari-harinya di jalan harus menghentikan kegiatannya sejenak dan berteduh di bahwa pohon yang amat rindang. Air-air yang turun dari endapan awan kini telah bergabung menjadi satu dengan tanah-tanah yang dipijak manusia tadi. Kini bukan tanah lagi namanya, melainkan lumpur. Yap, lumpur itu mengotori warna hitam pekat sepatu milik seorang gadis SMU.

CPAK… CPAK…

Gadis itu berlari, dan lumpur itu mengeluarkan suara ketika sepatu gadis itu beradu di tanah. Lumpur berwarna kecoklatan kini telah menodai pinggir sepatunya yang mengkilat. Sambatan petir dan gelegar kilatan petir membuat bulu kuduknya berdiri dan pori-pori gadis itu melebar. Air hujan yang jatuh dengan derasnya dan mengenai seragam blazer hijau membuat gadis itu menggigil kedinginan. Serta deretan giginya dipamerkan, sampai-sampai terdengar suara ketukan yang sangat hebat. Singkatnya—gadis itu kedinginan.

Kini, kita berbicara kepada gadis yang mempunyai pangkat manajer di salah satu kelompok American Football yang tak dapat diremehkan, Deimon Devil Bats. Tim yang maskotnya adalah seorang setan kecil. Sangat pas dengan nama kelompoknya. Hmm… Dan juga gadis yang doyan dengan makanan ringan bernama 'cream puff'. Pipinya akan memerah dan mengembung jika lidahnya sudah dapat mengoneksi seluruh bagian cream puff yang dia lahap. Tak lupa juga, dia adalah anggota komite disiplin disekolahnya yang bertugaskan untuk mengurusi siswa-siswa bandel yang tak bisa disiplin saat jam pelajaran masih dilaksanakan.

Mamori Anezaki.

.

.

"Ukh! Sialaaann!" teriakan Mamori membahana setiap sudut lapangan SMU Deimon. Ketiaknya mengapit tas berwarna coklat.

"Duh! Kenapa di saat seperti ini malah handphoneku ketinggalan di clubhouse, sih?" gerutu Mamori kesal.

Baiklah, sekarang kita sudah mengerti alasan Mamori Anezaki pergi berlari menuju ke clubhouse. Ternyata ada salah satu benda terpentingnya yang ketinggalan di clubhouse Deimon Devil Bats. Jangan salah sangka dulu jika manager yang satu ini rela hujan-hujanan hanya demi melihat Quarterbacknya yang beradu dengan keyboardnya. Karena sang Quarterback sekarang dahinya sedang ditempeli sesuatu yang dingin alias dikompres. Bahasa singkatnya dia sedang sakit. Hihihi…

BRAK!

Mamori membuka pintu penghubung antara jalan dan dalam ruangan clubhouse Deimon Devil Bats. Dengan suara yang nyari yang keras, membuat suara berisik.

Retina bola mata safirnya menangkap satu bayangan. Bayangan manusia yang tak asing lagi. Manusia itu selalu berlatih dengan lineman-lineman lainnya. Pemain itu adalah salah satu pemain yang sangat dekat dengan manga. Ouu… Tak lupa lagi, bahwa dia adalah manusia yang paling beruntung. Kau tahu kenapa? Yap, karena dia mempunyai dua orang sahabat yang sampai dikira oleh orang-orang sekitar bahwa mereka bertiga adalah seorang saudara. 'Ha-ha bersaudara', itulah julukan yang tak asing lagi untuk mereka. Yap, mereka bertiga dikatakan berikut karena kedekatannya.

Shozo Togano—itulah nama pria yang tadi dideskripsikan. Memakai kacamata dan rambutnya jabrik.

Sementara Togano dapat menyadari keberadaan Mamori yang berdiri tepat di depan hadapannya. Sehingga mimik wajahnya yang tadi tenang menjadi terkejut.

"A—manajer? Kenapa kau disini?" tanya Toganou sambil meletakkan pensilnya yang tadi dibuat mencorat-coret sepucuk kertas.

"Aku mau mengambil handphoneku disini… Kau sendiri sedang apa, Toganou?" tanya Mamori balik sedari mendekat ke tempat Toganou, lalu menyeret kursi yang letaknya dekat darinya.

Lalu Toganou merogoh saku celananya, "Ini yang kau cari?" tanya Toganou sambil menunjukkan handphone dengan casing berwarna merah muda dengan gantungan teddy bear. Binggo, itulah handphone yang Mamori cari-cari.

"U-uwa! Terima kasih, Toganou!" ucap Mamori bersujud sambil mengambil handphonenya, "Eer… Kenapa nggak pulang? Kamu nggak bawa payung?" tanya Mamori khawatir.

"Aku nunggu hujannya berhenti… Dan, aku nggak bawa payung…," jawab Toganou.

"Eungg… Kenapa nggak bareng sama Jumonji dan Kuroki? Bukannya kalian sering pulang bareng?" tanya Mamori bingung.

"Oh, mereka ada kerja kelompok di rumah Sena. Aku 'kan nggak sekelompok sama mereka, karena anggotanya dipilih sesuai nomer absen…," tutur Toganou menggerak-gerakkan kacamatanya.

"Hem… Begitu yaaah….," Mamori meletakkan tangannya di dagunya. Mata safirnya asyik memandang satu coretan milik Toganou.

Toganou sedang menggenggam erat sebuah pensil dan ujungnya beradu dengan selembar kertas. Tangannya dengan lihainya bergerak kesana-kemari membentuk suatu gambar. Mamori makin tertarik pada kegiatan Toganou—menggambar.

"Ano… Toganou?" desis Mamori pelan.

"Hm?" dehem Toganou bingung.

"Maaf kalau permintaan ini ngaco… Tapi ini yang sebenarnya ingin kukatakan dari dulu….," Mamori memotong perkataannya. Membuat hati Toganou berdegup kencang.

'Apakah ini termasuk salah satu scene cerita di manga shoujo kakak, ya? Kalau seorang cowok dan cewek berdua… Berarti ceweknya nembak cowoknya… Loh? Tapi, beneran nggak, yaa?' batin Toganou bingung.

Lalu Mamori melanjutkan perkataannya, "Anoo… Bisa ajarin aku gambar, nggak?"

GUBRAK!

Jika seandainya ini komik, mungkin sekarang Toganou sedang jatuh dari tempat duduknya. Tapi sayangnya, dunia fana tak dapat ditemukan oleh siapapun. Inilah dunia nyata, Toganou hanya cengo mendengar perkataan manajer Deimon Devil Bats tersebut.

"Ooh… Kukira apa…," tutur Toganou sambil mengelus dada datarnya, "Tapi… Kau beneran mau kuajarkan cara menggambar yang benar?" Toganou meyakinkan perkataan 'mustahil' dari Mamori. Mamori langsung mengangguk.

"Iya, Toganou! Tolonglah… Kamu 'kan pintar gambar… Yah? Yah? Yaaahh?" Mamori mengedipkan sebelah matanya sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dadanya. Toganou hanya menghela nafas.

Mungkin inilah hal yang paling nihil dilakukan oleh Mamori Anezaki, manusia bersosok seperti malaikat yang hampir seluruhnya sempurna… Jika tangannya bisa mencoret hal yang benar, gambaran yang benar. Bukan gambaran seperti anak TK. Yap, itulah kekurangan satu-satunya dari malaikat dari surga. Menggambar. Baginya, menggambar itu seperti menelan buah durian. Bakatnya tak mampu membuat coretan yang menarik dipandang mata. Menggambar adalah salah satu kegiatan yang paling sulit dilakukan oleh gadis pemilik rambut sepundak berwarna coklat.

Dan, bisakah seorang adik kelasnya yang lebih mahir dibidang seni melatih seniornya yang sama sekali tak mahir di bidang seni?

.

.

CTAR!

Sambatan petir menggelegar di setiap sudut bumi, awan hitam masih menampakkan dirinya, rintikan derasnya air hujan tak kunjung reda.

Namun, kini Mamori dan Toganou tidak memperhatikan derasnya hujan serta petir yang menggelegar, kini mereka sedang melakukan kegiatan yang sangat mustahil dilakukan oleh Mamori Anezaki.

"Emmm, Anezaki san, pertama-tama, apa yang bisa kau gambar selain….garisan?" tanya Toganou kepada Mamori yang sudah siap dengan pensilnya dan selembar kertas didepannya.

"Eum… Eeeee… Ini..," Mamori mulai mencorat-coret selembar kertas itu dengan gambaran. Setelah beberapa menit, Mamori meletakkan pensilnya disebelah selembar kertas.

"I-ini, Toganou…," Mamori menyerahkan hasil gambarannya kepada Toganou. Tanpa basa-basi, Toganou mengambil kertas gambaran Mamori.

Dan, yang terlihat hanyalah gambar sederhana yang bisa dibuat oleh anak TK.

—bunga.

"Eee… Anezaki, tak usah dipikirkan. Mari kita latihan…," Toganou menyelipkan kertas gambaran Mamori di salah satu tumpukan kertas di sebelah Toganou, Mamori mengangguk dan kembali menggenggam pensilnya.

"Untuk pelajaran pertama, kita menggambar manusia. Yap, seperti yang di komik itu," Toganou menunjukkan halaman komik yang berisikan gambar gadis yang cantik. Mamori langsung keringat dingin.

"Eeee… Haik!" ucap Mamori sedari mengelap keringat dingin.

"Pertama-tama, gambar bulatan kecil untuk kepala!" perintah Toganou sambil membuat bulatan di kertasnya.

"Umm… Seperti ini?" Mamori menunjukkan bulatannya yang—tidak rapi. Oke, ini membuat Toganou nyengir. Menahan tawa.

"Umph—maaf, bisa tolong buat bulatan yang lebih rapi… Seperti ini," Toganou menggambarkan bulatan yang lebih sempurna daripada buatan Mamori. Mamori hanya mengangguk-angguk.

"Pelajaran kedua, berilah garisan untuk mata, hidung, mulut dan telinga," suruh Toganou lagi. Mamori langsung menggambar apa yang disuruh Toganou. Dan setelah selesai, Toganou memandangi gambaran Mamori.

"Bagaimana, Toganou?" tanya Mamori.

"Maksudku bukan menggambar mata, hidung, mulut dan telinga, manajer. Maksudku garisan. Garisan agar mata kiri dan mata kanan seimbang, itulah fungsi gambaran yang kumaksud!" Toganou lalu menghapus mata, hidung, mulut dan telinga yang digambar Mamori. Berganti dengan garisan yang dimaksud Toganou.

"Lalu, gambar postur tubuh wanita," ucap Toganou. Dengan lihai, tangan Toganou menggambar postur tubuh wanita yang sempurna.

"Beginikah?" tanya Mamori sambil menyodorkan kertas gambarannya.

Toganou mendecak stress.

Gimana tidak stress? Lihat saja gambaran Mamori yang super aneh itu? Yang sangat bisa disejajarkan oleh gambaran anak TK. Yaitu—hanya garisan yang membentuk tubuh. Garis panjang ditengah sebagai badan, ditambah garis ke kiri dan ke kanan membentuk tangan dan juga kaki. Bisa membayangkannya?

Akhirnya Toganou benar-benar stress. Lalu kembali menghapus dan memperbaiki gambaran Mamori. Berulang kali, sampai gambar Mamori benar-benar pulih.

.

.

.

"Aku pulang dulu, Toganou! Terima kasih sudah mengajarkanku menggambar!" Mamori melambaikan tangannya. Dan gadis itu perlahan meninggalkan Toganou sendirian.

Drrtt… Drrt…

Tiba-tiba handphone Toganou berdering. Secepatnya, Toganou mengangkat teleponnya.

"Halo?"

"Hei, otaku manga sialan… Sudah melakukan apa yang kusuruh 'kan?"

Yap, itu adalah suara yang sangat familiar di telinga Toganou. Kaptennya—menelepon salah satu anggota timnya.

Youichi Hiruma.

"Aye-aye, sir. Sekarang, aku bisa dapatkan hadiahku?" tanya Toganou.

"Ke ke ke, tentu saja. Dirumahmu sudah kukirimkan. Oke, bye, otaku sialan." lalu Hiruma menutup teleponnya dengan senang hati, Hiruma kini sedang terkekeh keras, tertawa terbahak-bahak.

.

.

"HIAAAAA! HIRUMA SIALAAAAAAAN!" Mamori melempar handphonenya. Untung saja handphone Mamori diberi pelindung, jika tidak, kini mungkin sudah hancur berantakan.

Yap, kini wallpaper Mamori berganti. Gambarannya yang dia simpan dulu dari Hiruma kini sudah terbongkar. Terdapat satu orang cowok dan satu orang cewek sedang berpelukan dan berciuman. Dan, kalian mengerti gambar Mamori seperti apa, 'kan?

Oh, tak lupa dengan tulisan yang berada di pojok kanan atas.

'Ke ke ke… Ancaman baru… Gimana yaa… Reaksi siswa SMU Deimon yang melihat gambaran dari anggota komite disiplin ini? Gambaran yang tidak pantas seperti ini… YAHAAAA!

Ps: Si otaku manga sialan lagi ngurung diri di kamarnya. Gara-gara kewalahan ngajarin manajer Deimon Devil Bats. Katanya akhir-akhir ini gambarnya jadi makin mirip dengan anak TK... Wow... Si otaku manga sialan aja nggak bisa ngajarin kamu... Apa kuhidupin kembali Leonardo Da Vinci? Kekeke... YAHAAAAAAAAAAA!

Semburat merah tergambar dari wajah putih Mamori. Mamori meremas tinjunya sedari menggigit bawah bibirnya. Poninya yang menurun kini telah menutupi mata safirnya yang memandang kesal akan tingkah laku pimpinannya.

"BAKAAAAAAAAAAAAAA!"

.

.

Bersambung…

.

.

A/N: Guajeh tenan! =_=", ini fic buat ultah Mamori… Dan juga pengganti fic HiruMamo saia! Nyehehe… Maaf kalo gajeh gini… Bagi yang mau liat gambaran Mamori, liat di album foto Facebook saya yah!*promosi*. Nantis aya gambarin dah! Terakhir, ada yang mau request yang jadi pasangan Mamo chapter berikut? Riku, Akaba, Shin de el el boleh! Gaou juga boleh!*duak*

Berminat untuk memberi saran atau komentar? Ya ripyu atuh. Niat untuk memberi komentar tak usah dikurung keburu menyesal*plak*