Minna san, konichiwaaaaa!
huwaaa...saya lagi doki-doki karena ini prtama kalinya saya nge post cerita ffn. huwee...hufftt...*mncoba mengambil nafas panjang biar lbh tenang*
Selain lagi berdebar, saya juga seneng karena imajinasi saya tentang 2 animanga kesukaan, isa terealisasi. Yuppp...saya fans berat CCS ama TRC (tentunya, karena ada syaosaku).
Sebenernya, cerita ini rencananya mau saya taruh di crossover, tapi setelah dipikir-pikir, mending buat konsep cerita yang dilihat dari sudut pandang karakter CCS dan dari sudut pandang TRC, jadi ya saya bagi aja crossover ini kedua cerita, CCS side and TRC side. Moga penyakit malas gak menghalangi saya buat menamatkan cerita ini. Dukungan dan review dari kalian semua sangat saya harepin demi melanjutkan cerita ini. Dakara, yoroshiku onegaishimasu!
Gak usah lama-lama perkenalan dirinya. Sekarang, nikmati saja cerita pendek dari chapter pertama ini. DOUZO!
Disclaimer: Para ibu-ibu yang menamakan dirinya CLAMP. Maaf kalo ide karakternya disini, niru konsep anda sekalian. Yahh..namanya juga crossover *digantung*
Refer ~ CCS side
Matahari yang muncul di ufuk timur membangunkan para burung untuk berkicau. Warna kemerahan dari terbitnya matahari sangatlah indah untuk di nikmati sesekali waktu daripada dibiarkan untuk terlewatkan diatas tempat tidur. Di waktu sepagi ini tidak banyak penduduk yang sudah bangun. Namun perempuan berrambut pendek seleher ini tidak bisa memejamkan mata untuk melanjutkan tidurnya kembali karena terganggu akan mimpinya barusan. Waktu masuk sekolah SMP Tomoeda, tempatnya menuntut ilmu, masih lama. Tidak ada gunanya bersiap berangkat sepagi ini. Membangunkan binatang berwarna emas, yang mirip boneka mainan saat diwujud samarannya, juga tidak tega ia lakukan.
Kinomoto Sakura, nama gadis tersebut, mencoba mengingat kembali apa yang terjadi didalam mimpinya. Mungkin saja ada serpihan mimpi penting yang terlupakan.
"Rumah bergaya cina. Yaa…aku yakin.." gumamnya sambil mengingat. "Dibangunan lantai 2 rumah itu ada teras luas yang ujungnya berbentuk lingkaran. Aku berputar mengelilingi rumah itu karena rasanya akrab dengan pemandangannya.." otaknya berputar lebih keras untuk mengingatnya. Kerutan didahi terlihat jelas, menandakan ia sedang berpikir serius. "Lalu saat melintasi ruang makan, aku melihat mereka. Mereka…yaa mereka. Orang yang tidak aku kenal, tapi aku merasa…" kerutan didahi Sakura makin berkerut. Ia bisa cepat tua kalau melakukannya tiap hari. Untungnya ia tidak.
Badannya mengigil mengingat itu semua. Ada sesuatu yang dia lupa tentang "mereka" yang muncul di mimpi. Apakah itu, Sakura lupa. Salah satu kelemahan dari kemampuannya melihat masa depan. Yaa…Sakura memang bisa melihat masa depan melalui mimpinya bahkan sejak ia belum bertemu dengan Keroberos, sang penjaga buku Clow Card yang sekarang sedang berwujud boneka binatang itu tadi.
Tiba-tiba tercetus suatu kesimpulan dari dalam pikirannya untuk menghubungi Li Shaoran, teman seperjuangannya saat menangkap Clow Card dulu sekaligus kekasihnya. Semburat merah langsung keluar saat memikirkan bahwa Shaoran adalah kekasihnya sekarang, hubungan yang lebih dekat daripada teman seperjuangan. Tapi, segera digelengkan kepalanya keras-keras, mengingat hal ini bukan waktunya untuk bercanda.
Tetapi, kenapa wajah Shaoran langsung muncul dalam pikirannya begitu ia mengingat rumah bergaya cina? Apa karena Shaoran berasal dari Hongkong, yang notabene penduduk disana merupakan orang cina. Yahh…mungkin itu jawabannya. Tidak perlu berpikir lebih jauh lagi untuk memikirkan kemungkinan lainnya. "Aku harus meneleponnya! Untuk menceritakan apa yang aku lihat dalam mimpi dan mendeskripsikan tempat tersebut agar Shaoran bisa mencari rumah itu." tekadnya dalam hati.
Segera ia bangkit dari tempat tidur dan meraih ponsel di meja belajarnya. Tubuhnya membeku mengingat hari masihlah terlalu pagi untuk menelepon seseorang. Tidak sopan dan tidak sesuai waktu. "Tapi Shaoran ada di Hongkong. Hongkong lebih cepat satu jam daripada Tomoeda. Kalau sekarang jam 5 pagi, berarti Hongkong sudah jam 6 pagi. Ehh…tidaak. Malah terbalik! Tomoeda yang 1 jam lebih cepat dari Hongkong! Berarti, di tempat Shaoran masih jam 4 pagi. Hoeee! Jam 4 itu terlalu pagi untuk meneleponnya!" pergolakan batin terjadi dalam diri Sakura. Perempuan bertubuh semampai dengan tinggi 158 cm di kelas 2 SMP nya ini terlalu malu atau bingung dengan waktu menelepon sih?
"Atau lebih baik, aku menunggu Kero chan bangun lalu menceritakan ke dia terlebih dahulu?" pikir Sakura sambil melihat bawah tempat Keroberos terlelap. Diliriknya jendela besar yang mengikuti arah atap disebelah kirinya. Dibuka jendela dan dilihatnya keadaan sekitar dari atas. Matahari sudah muncul setengah "badan", warna langit juga mulai terang. Angin dingin membelai pipinya yang hangat karena berasal dari kamar. Tanpa tahu apa yang harus dilakukannya sekarang, Sakura hanya terdiam melamunkan kembali mimpinya.
Sangat pendek sekali chapter pembuka ini, tapi akan segera saya selesaikan. Tentunya, panjang dari chapter selanjutnya bergantung pada review yang kalian berikan. Karena itu, mohon RnR nya~
