Petrichorian presents

Tokyo

Gintama and all of it's character is not mine


Tak ada kata cinta di kamusnya. Hatinya merasa ini hanya suatu kewajiban. Dua orang yang sepakat untuk menjalani hubungan dekat memang harus melakukan hal semacam ini. Menyentuh tubuh sama lain, meninggalkan jejak-jejak posesif di tubuh pucat lawannya.

Suatu pagi yang dingin di Tokyo, 21 November 2014.

Diatas ranjang dengan seprai yang mencuat ke segala arah. Disamping tubuh maskulin yang memperlihatkan setiap lekuknya, yang semalam menggeliat penuh peluh di bawahnya, egois namun tetap membuang harga diri jauh-jauh demi partnernya.

Cinta. Perasaan menyakitkan itu.

Hijikata merenungkan pilihannya.

Kepulan nafas penuh nikotin dihembuskan diantara bibirnya. Gintoki tak pernah menyukai lipatan tembakau itu.

"Tapi toh aku tetap hidup denganmu. Tak ada bedanya."

Mereka belajar untuk membuang ego mereka, sedikit-demi sedikit.

Detik jam dinding di ruangan tak pernah terdengar semengerikan itu. Dua hari. Dua hari dan semuanya akan berakhir.

Kenyataan bahwa ia harus menikahi wanita yang baru ia temui dua bulan lalu membuatnya bergidik. Ia takut.

Takut membuat komitmen, takut hidup bersama puluhan tahun dengan ikatan buatan manusia di atas kertas bermaterai.

"Aku mengerti."

Pemuda berambut perak itu tersenyum, tampak tak terganggu dengan kalimat yang baru saja ia katakan.

"Bahagialah dengan dia. Mitsuba wanita yang baik."

Rasanya memuakkan, mendengar jawaban itu.

Sebenarnya, ia terlalu takut untuk hidup tanpa Gintoki. Terlalu takut melawan norma, melawan orang-orang di sekitarnya yang terus-terusan bicara dan memberi nasihat.

Ia membenci dirinya yang pengecut itu.

Pagi itu, diantara decit burung gereja di depan apartemen yang akan ia tinggalkan sebentar lagi, Hijikata Toushirou belajar untuk mencintai.

Tepat disaat hal itu tak bisa lagi ia sentuh.

Selesai.


Ini adalah bagian dari kumpulan drabbles yang akan saya rilis satu per satu :)

Special thanks:

Once again, FJ Medic for constantly reading my fanfiction even though it's freaking hurts to read it. But don't worry, we are some masochist in denial aren't we? Thank you for always being there guys :D

Kritik dan saran sangat diterima :)