WARNING!
IT'S CHENMIN/XIUCHEN! SLIGHT CHANBAEK, HUNHAN, XINGDAE/LAYCHEN! BOYxBOY! HOMOPHOBIC MENJAUH, GAK USAH DEKET DEKET SANA HUSH HUSH!
RATE SUATU SAAT BISA NAIK JIKA AUTHOR SEDANG MOOD :v
ALUR GAJE, CERITA PASARAN, BAHASANYA JUGA ACAK KADUT, NO JUDGE PLEASE :))
SELAMAT MEMBACA
.
.
Minseok berjalan ragu sambil mencari kelas barunya. Sebelumnya, dia tidak tahu dimana kelasnya karena saat MOS para junior hanya di suruh ini itu tanpa mengetahui kelas mereka.
Puk!
"Yak !" Dia menjerit kaget ketika seseorang menepuk pundaknya pelan. "Oh? Apa aku mengejutkanmu, Han Minseok?" Seseorang tersenyum evil.
"Xi Luhan sialan!" Umpatan keluar dari mulut manisnya. "Woah, tidak boleh berkata yang tidak-tidak disini Min, dan kau harus pura-pura tidak mengenalku, reputasi ku jatuh nanti jika para yeoja yang menggilai ku tau kalau aku dekat dengan namja gembul berpipi bakpao sepertimu.."
Luhan menjulurkan lidahnya dan langsung berlari ke kelasnya. "Aish! Nappeun Luhan!" Umpatnya lagi. Tapi Minseok termenung sesaat ketika menyadari ada sesuatu yang salah.
"Minseok pabbo! Kenapa tidak bertanya pada Luhan kelasnya dimana?!"
.
.
"Ini kelasnya, 10-A kan? Kalau butuh apa-apa, hubungi aku saja ya, Seokkie.."
"Hm, gomawo Yeol.." Minseok tersenyum sambil menatap kepergian Chanyeol, tetangga depan rumahnya. Dan untungnya tadi Chanyeol menemukan dia yang mirip orang linglung karena mencari kelas.
Park Chanyeol. Anak 11-A, umurnya sama dengan Minseok, 16 tahun, tapi dia kebetulan masuk sekolah lebih dulu dari anak-anak biasa, jadi dia ada di kelas 11, seharusnya dia sekelas dengan Minseok tahun ini.
Bruk
"Ah mian,"
"Gwaenchana,"
Minseok mengangkat kepalanya ketika orang tadi mengulurkan tangannya. Dia menyambut tangan itu dan berdiri dari posisi jatuhnya.
"Kau tak apa kan?" Tanya-nya. Namja itu berahang tegas, bibirnya melengkung seperti bibir kucing, mata almond nya yang indah membuat Minseok tak bisa mengalihkan pandangan nya.
"Hello?"
"Eh, iya, aku tak apa. Kamsahamnida," Minseok menunduk hormat dan langsung kabur masuk kelas. Dia malu, astaga. Sementara namja tadi hanya menatapnya malas kemudian melanjutkan perjalanannya.
Minseok menaruh tasnya di kursi jajaran kedua dekat pintu masuk, teman duduknya sudah ada. Tasnya saja, orangnya tidak. "Kali ini, siapa yang jadi teman dudukku untuk setahun?" Minseok menengok ke meja sebelahnya. Disana ada identitas.
Kim Jong Dae, 21 September 1992
"Kim Jong Dae?" Minseok mengeja.
"Ya?" Terdengar balasan dari belakang.
"Uh-oh!" Minseok melompat kaget, dia ini gampang sekali di kejutkan.
Uwaah! Mata Minseok berbinar terang melihat seseorang di hadapannya, itu namja yang tadi menabraknya. "Permisi," ujar namja tersebut, Minseok memberi jalan, dan namja tersebut duduk di tempat yang dikhususkan untuk 'Jongdae'.
"Em, kau—"
"Kim Jong Dae," potongnya cepat lalu memasang earphone di telinganya dan tertidur dengan cepat di meja. Minseok duduk di bangkunya sambil menatap Jongdae.
"Aish, tampan." Cibirnya.
"Ya, ya, aku mendengarmu Tuan Han. Terimakasih atas pujiannya,"
"Eh?!" Pipi Minseok memerah dengan cepat. Jongdae mengangkat kepalanya dari meja. Wajahnya sayu, padahal belum satu menit dia menjatuhkan kepalanya tadi.
Jongdae mengusak rambutnya kasar dan menguap. Kemudian dia menyisir rambutnya dengan tangan. "Kau mengagumi ku ya, Han Minseok?" Dia tersenyum miring.
"Tidak. Semua namja memang tampan, Jongdae." Minseok tak mau ketahuan kalau tebakan Jongdae 100% benar. "Tunggu,"
Jongdae menatapnya dan menunggu Minseok berbicara. "Darimana kau tahu namaku? Aku kan belum mengenalkan diri?"
"Pabbo ya, identitas mu tertulis disana."
Rasanya Minseok ingin terdampar di hutan Amazon saja.
.
.
"Minseok? Kau tak pulang?" Jongdae bertanya sambil memasang earphone. Sepertinya itu kebiasaan.
"Aku menunggu Chanyeol."
Jongdae menatap Minseok sinis. Dia sendiri tidak tahu mengapa. "Oh." Kemudian Jongdae berlalu begitu saja.
"Hanya 'Oh'? Kalau begitu tidak usah bertanya saja dasar bodoh !" Teriak Minseok dari kejauhan.
Di sisi lain, Jongdae tersenyum mendengar teriakan Minseok.
"Kim Jong Dae!!!!"
Minseok membulatkan matanya ketika seseorang dari dalam kelas meneriaki Jongdae.
"Yak! Dae-ie! Tunggu aku!" Teriaknya lagi sambil mempercepat larinya agar menyamai langkah Jongdae.
Minseok yang melihat itu reflek menggembungkan pipinya kesal. "Apa itu tadi? 'Dae-ie'? Memangnya siapa dia? Ish, menyebalkan sekali."
"Minseok?" Suara bariton menghentikan ocehan kesalnya. "Ayo pulang," Chanyeol menggamit tangannya dan menggenggamnya.
"Kau kenapa ?" Chanyeol bertanya karena melihat wajah Minseok yang memancarkan kekesalan. "Tidak apa. Ayo pulang, aku yakin eomma ku masak, kau makan di rumah ku ya, Yeol?"
"AKU MAU."
"Yak!" Chanyeol dan Minseok langsung berteriak karena ada seseorang yang tiba-tiba merangkul mereka.
"Tidak mau, Luhan tidak membantu ku tadi, Yeol saja."
"Aish, ayolah Minseok.. masa kau marah sih? Kan kalau kelas bisa cari sendiri, lagipula kelas kita bersebelahan, kau bisa bertanya dulu tadi padaku." Luhan merengek.
"Masakan Eomma Minseok enak loh," Chanyeol menjulurkan lidahnya. "Aku tau!" Bentak Luhan kesal. "Hey kalian menyebalkan!" Minseok menengahi keduanya.
"Kalian boleh makan di rumah ku, jadi berhenti bertengkar! Luhan, suaramu melengking dan itu menyebalkan."
"Suaramu juga,"
"Tidak jadi kuajak!"
"ANDWAE MINSEOK!"
.
.
"Aigoo. Kau habis bertengkar dengan Minseok, ya?" Eomma Minseok, Han Min Ra, bertanya pada Luhan yang sejak tadi wajahnya tertekuk.
"Minseok tidak membolehkan ku makan disini ahjumma."
"Yak! Pada akhirnya kau kuajak juga, kan! Dasar tidak tahu terimakasih!" Potong Minseok sambil mengacungkan garpu ke arah Luhan yang berada di seberangnya.
Plak!
"Auch." Minseok meringis ketika nampan Eomma nya mengenai jidatnya dengan telak. Hey, itu nampan betulan!
"Yang masak kan Eomma, kenapa kau malah melarang Luhan kemari?" Cibir Minra karena kesal dengan kelakuan anaknya. Minseok mengusap jidatnya yang memerah.
"Kenapa eomma malah memarahi ku? Astaga, anak mu itu Luhan apa aku?" Dia memajukan bibirnya.
Chanyeol yang sejak tadi diam karena menikmati masakan Minra, tersedak. "HAHAHA KAU ANAK BUANGAN KALAU BEGITU, SEOKKIE!" Dia tertawa keras setelahnya.
"Yak! Berhenti menggodaku! Aku ingin makan dengan tenang!"
"Pergilah ke surga."
Minseok memutar bola matanya. Appa nya, Han Seok Jun malah ikut menggodanya. Padahal dia baru pulang kerja. "Ah yeobo, sudah pulang rupanya. Sejak kapan? Ayo makan," Minra mengecup keningnya dan membantu melepas dasi.
"Oh ayolah, bermesraan nya lanjut di kamar saja."
Pletak.
Nampan tadi sukses mencium jidat Minseok kedua kalinya. Luhan dan Chanyeol tertawa puas melihatnya.
.
.
"Aku berangkat~" Minseok mengambil tasnya sambil berjalan keluar rumah. Luhan dan Chanyeol sudah menunggu, ya, mereka bertetangga. Rumah Chanyeol tepat di depan rumahnya, sementara rumah Luhan ada di samping kirinya. Jadi tak heran jika mereka sangat dekat.
"Aku yakin Minggu ini belum efektif," Luhan membuka obrolan. "Ya bagus, aku malas belajar." Sahut Minseok. Chanyeol tertawa pelan. MOS sudah berakhir beberapa hari yang lalu.
"Pulang sekolah karaoke yuk?" Chanyeol mengalihkan topik. Minseok menatapnya. "Aku tidak punya u—"
"Aku yang traktir, kalian cukup bayar untuk ongkos pergi kesana saja." Potong Chanyeol cepat dengan senyuman lebar. Luhan membelalakkan matanya. "Woah! Kau serius Yeol? Akhirnya setelah tahun lalu berkutat dengan ujian, tahun ini aku bisa refreshing~" Minseok tertawa mendengar perkataan Luhan.
Mereka terus berbincang dengan berbagai macam topik, sampai mereka tidak sadar kalau mereka sudah ada di lingkungan sekolah.
"Ah, aku mau ke kantin dulu, kalian duluan saja," Luhan menginterupsi dan langsung lari ke kantin. "Aku naik ke lantai atas ya Minseok, hati-hati." Chanyeol melambaikan tangannya.
Kelas 10 ada di lantai 2. Kelas 11 di lantai 3. Dan kelas 12 di lantai 4. Makanya Chanyeol dan Minseok berpisah di dekat tangga.
Puk!
"Pagi Minseok."
Blush
Tanpa diminta, muka Minseok langsung memerah ketika dia menyadari yang menyapanya adalah Jongdae. "P-pagi.." balas Minseok pelan. Jongdae tersenyum tipis melihat reaksi Minseok.
"Jongdae, yak! Kenapa kau selalu meninggalkan ku, sih?!"
Lagi-lagi anak itu. Minseok kesal. Sejak kemarin, anak itu terlihat dekat sekali dengan Jongdae. Anak itu namja, tapi dia terlihat seperti yeoja, karena dia manis, imut juga. Ah! Minseok bisa kalah saing kalau begitu!
"Memangnya kau siapa sampai harus aku tunggu? Aku bukan bodyguard mu Baek.." Jongdae membalas dengan nada jutek. Minseok tersenyum tipis. Dia mendapat clue. Clue jika anak tadi bukan siapa-siapa Jongdae.
Tunggu dulu! Kalau memang anak itu bukan siapa-siapa, kenapa Minseok harus tersenyum dan merasa lega? Astaga Minseok!
"Siapa kau?" Namja imut tadi menatap Minseok. "Em, aku? Han Minseok," jawabnya cepat. "Oh, aku Byun Baekhyun, salam kenal." Namja itu, Baekhyun, menjabat tangan Minseok.
"Jabat jabat nya sudahan," Jongdae mengganggu dan melepas tangan Baekhyun dari Minseok. "Sebaiknya kau tidak dekat-dekat dengan cabe itu," lanjut Jongdae sambil menarik tangan Minseok dan pergi ke kelas.
Baekhyun melongo di tempat. "Apa-apaan itu? Jongdae!!" Teriaknya keras.
.
.
Next?:3
