"Nona, kue yang nona inginkan sudah saya bawa. Saya juga sudah membawa milk tea kesukaan nona. Bolehkah saya masuk?"

"Nona? Nona baik-baik saja? Saya sudah membawakan yang nona inginkan. Bolehkah saya masuk?"

"Maaf kalau saya lancang, nona... Saya langsung masuk kekamar no—NONA?"

"NONA? NONA? KYAAA—!"

"ADA APA?!"

"Nona muda menghilang!"

"APA?! INI GAWAT! KEPADA SIAGA SATU, SAYA UMUMKAN—"

"—NONA MENGHILANG!"

.

.

.

For Me, or For You?

By: Sekar Yamada

Naruto © Masashi Kishimoto

A Fanfic Requested(?)

.

.

Chapter 1

.

.

.

Wanita berambut merah itu terus berlari. Berkali-kali tatapannya memeriksa kearah belakangnya, layaknya seorang penjahat yang sedang kabur dari polisi-polisi yang mengejarnya. Kemudian ia sampai ditengah kota yang penuh dengan orang-orang.

'Mungkin aku bisa berbaur disini agar mereka tidak mengetahui keberadaanku,' pikirnya.

Kemudian ia memelankan cara berjalannya. Ia mulai berjalan seperti orang-orang disekelilingnya. Namun disaat ia tak sengaja menengok kearah sebuah jam yang tertampang disebuah gedung, ia baru ingat kalau dirinya belum makan sama sekali. Ia pun langsung mengecek dompet yang ada ditasnya. Ia lihat beberapa uang kertas yang ia pikir bisa membantunya membeli sebuah makanan yang akan sanggup mengisi perutnya. Namun disaat ia akan menaruh kembali dompet yang ia pegang itu, tiba-tiba ada seorang pencuri yang mencuri dompetnya.

"KYAAA! ADA PENCURI!" ucap wanita itu histeris.

Tak lama setelah pencuri itu berlari menjauhinya, ia pun mulai mengejar pencuri itu, namun seorang pria berambut kuning menghentikan langkahnya dan berusaha mengambil dompet yang pencuri itu pegang. Wanita itu sedikit senang karena pria berambut kuning itu bersusah payah membantunya, padahal pria itu membawa sebuah gitar atau bass di pundaknya. Dibantu oleh warga sekitar, pria berambut kuning itu berhasil mengambil dompet sang wanita dan membiarkan warga sekitar mengeksekusi pencuri tersebut.

"Ini dompetnya," ucap pria itu.

"A-arigatou," ucap wanita itu sambil mengambil dompetnya kembali.

"Lain kali jangan sampai lengah ya,"

Sang wanita pun yang merasa dianggap lemah oleh sang pria langsung emosi dan berkata, "AKU TIDAK SEDANG LENGAH, TAHU!"

Sang pria pun kaget dan berkata, "Kalau kau tidak sedang lengah, kau pasti tidak akan kecurian seperti tadi,"

"TAPI AKU TIDAK SEDANG LENGAH, BAKA!" ucap wanita itu geram.

"Hei, beraninya kau memanggilku 'Baka'! Dasar keras kepala!" ucap sang pria yang mulai kesal.

"SIAPA YANG KAU SEBUT KERAS KEPALA HUH, RAMBUT DURIAN!"

"BERISIK KAU, CABAI!"

"A-AP—" ucapan wanita itu terhenti ketika sang pria mendapatkan sebuah telepon.

"Halo? Iya, iya, aku segera kesana. Iya, tenang,"

Pip.

"Sudah ya, aku pergi dulu," ucap sang pria langsung melesat meninggalkan sang wanita.

"AP-APA? Huh, ya sudahlah, semoga aku tidak bertemu dengan dia lagi!"

Kemudian ia langsung mencari tempat untuk makan.

.

.

.

Sudah 1 jam ia berjalan tanpa arah di kota itu. Namun meskipun begitu, kota itu masih tetap ramai—atau mungkin sudah lebih ramai dari pada 1 jam yang lalu. Wanita cantik berambut merah itu mulai kebingungan akan tempat yang akan ditujunya. Dan pada akhirnya, ia bertemu dengan sebuah biro jodoh yang bernama Sekai. Namun tatapannya langsung mengarah ketulisan yang bertulisan 'Dicari karyawan baru! Kalo mau daftar, langsung ke si bos aja eaaa~'. Lalu wanita berambut merah itu speechless melihat kata terakhir dari tulisan tersebut. Namun setelah pikir panjang, wanita tersebut akhirnya berfikir untuk mendaftar disana agar ia bisa mencukupi kehidupannya didunia yang fana itu. Dengan pikirannya yang mantap untuk mendaftar disana, ia langsung membuka pintu dan sesuatu pun terjadi.

Mata wanita berambut merah itu langsung terbuka dengan sempurna. Pria berambut kuning yang tadi ia lihat beberapa jam yang lalu ia temui harus ia temui lagi ditempat itu. Wanita itu pun langsung mengacungkan tangan kanannya—dalam arti menunjuk kearah sang pria itu—dan berkata, "K-KAU LAGI?!"

Sang pria pun langsung berbalik arah dan matanya langsung terbuka sempurna—sama dangan sang wanita itu—dan berkata, "A-apa yang kau lakukan disini?!"

"Bukannya itu yang harusnya kutanyakan padamu?" tanya sang wanita. Mulutnya sudah mengerucut—tanda ia sebal bertemu pria ini.

"Huh? Apa yang aku lakukan disini? Aku disini karena aku dipanggil oleh seorang temanku dan sejak 1 jam yang lalu, ia belum datang-datang," jawab sang pria. Sang wanita pun hanya bisa ber-oh ria.

"Lalu apa yang kau lakukan disini?" tanya sang pria.

"Aku? A-aku melihat pengumuman disitu, jadi aku mencoba untuk kerja disini," jelas sang wanita sambil menunjuk kearah pengumuman yang ditempel dijendela biro jodoh itu.

Drrrt— Drrt— Drrt—

"Tunggu sebentar," ucap sang pria. Sang wanita pun hanya bisa mengangguk.

"Halo, anda dimana? Saya sudah ditempat an—apa? Tiba-tiba tidak bisa kesini? Tapi—oh begitu, baiklah. Iya tidak apa-apa, saya memaklumi hal itu, iya, iya, hn."

Pip.

"Hei, kau tidak apa-apa?" tanya sang wanita.

"Nee, tadi aku baru saja dapat telepon, kalau temanku, pemilik tempat ini, tiba-tiba tidak bisa kesini, ia ada perlu," jelas sang pria.

"E-eh? Serius?" tanya sang wanita.

"Iya, serius," jawab sang pria.

"Lalu... Bagaimana denganku...?" ucap sang wanita pelan.

"Ada apa?" tanya sang pria.

"Begini... A-ah, tapi kamu jangan tertawa, ya?" tanya sang wanita memastikan.

"Iya,"

"Begini... A-aku... ru-rumahku baru saja terbakar, jadi aku sekarang tidak punya tempat tinggal. Yang tersisa hanya yang ada ditas ini saja, karena saat itu saat kubawa-bawa,"

"Oh, begitu..." ucap sang pria. Kemudian sang pria terlihat sedang mengingat sesuatu dan ketika ia sudah ingat, ia langsung berkata, "Oh ya, ditempatku ada kamar kosong, bagaimana kalau kau numpang saja dirumahku?"

"E-eh? Ta-tapi apa tidak—tunggu dulu. Bagaimana dengan orang-orang yang ada dirumahmu?"

"Orang-orang dirumah? Mereka tidak akan keberatan,"

"Dari mana kau tahu?"

"Tentu saja aku tahu. Sudahlah, ayo cepat. Aku lelah,"

"Su-sungguh tidak apa-apa?" tanya sang wanita memastikan.

"Iya, tidak apa-apa. Kesempatan tak akan datang dua kali lho. Ayo cepat,"

"A-arigatou!" ucap sang wanita senang.

"Oh ya, namaku Minato Namikaze. Namamu?"

"Ah, namaku Kushina Shi—ah, maksudku Kushina Uzumaki,"

"Begitu ya. Kalau begitu salam kenal ya, Uzumaki-san," ucap pria yang bernama Minato itu tersenyum.

Dengan wajahnya yang sedikit memerah, wanita berambut merah yang bernama Kushina itu berkata, "Pa-panggil saja aku Kushina."

"Oh, begitukah? Kalau begitu kau juga boleh memanggilku Minato," ucap Minato tersenyum.

"K-kalau begitu, salam kenal ya, Minato,"

"Iya. Ayo cepat, aku lelah sekali,"

"I-iya,"

Kemudian Kushina dan Minato segera berjalan meninggalkan biro jodoh itu.

.

.

.

Tenggorokan Kushina tercekat ketika ia baru memasuki rumah Minato. Tenggorokannya tercekat bukan karena rumahnya yang kecil—justru itu rumah yang bisa dikatakan besar—tapi karena ada seorang wanita yang berbaju seksi sedang duduk santai layaknya sedang berjemur dipantai.

"Tadaima, Tsunade-san," ucap Minato.

Kemudian wanita itu segera duduk dan membuka kacamata yang sedari ia pakai. Entah mengapa, setiap gerakan, dari wanita itu akan duduk sampai membuka kacamata, membuat tenggorokan Kushina tambah tercekat.

"Oooh, kau sudah pulang ternyata! Okaeri, Minato!" ucap wanita itu ramah.

"Ano... Apa yang anda lakukan disitu, Tsunade-san?" tanya Minato.

"Aku? Aku hanya sedang menjemur diri. Sinar mataharinya sangat panas lho!" jawab sang wanita.

"Oh, begitu," ucap Minato.

"Lalu siapa dia?" tanya wanita itu.

"A-aku—"

Ucapan Kushina pun terhenti dan Minato langsung berkata, "Akan kukenalkan nanti saat makan malam,"

"Baiklah kalau kau bilang begitu. Oh ya, langsung antarkan kekamar yang ada disebelahku saja ya, Minato," ucap wanita itu.

"Iya, aku tahu," ucap Minato.

"Minato, kenapa tadi ucapanku—"

"Nanti akan kujelaskan semuanya,"

Kemudian ia dan Minato pun langsung masuk kedalam rumah itu. Tak lama setelah itu, mereka pun langsung mendapati kamar yang sang wanita katakan tadi.

"Ini akan jadi kamarmu untuk sementara. Untuk masalah baju ganti, mungkin nanti wanita yang tadi kau temui itu akan meminjamkannya kepadamu. Sudah ya," ucap Minato.

"Terima kasih!" ucap Kushina senang.

"Ah nanti jam 7 aku akan memanggilmu untuk makan malam,"

"Iya,"

"Sudah ya, dah," ucap Minato yang mulai meninggalkan Kushina.

Kemudian Kushina pun segera masuk kedalam kamar itu.

.

.

.

Akhirnya jam makan malam pun tiba. Minato pun memanggil Kushina dan segera membawanya ke meja makan. Sudah tampak beberapa orang yang sudah duduk disana, termasuk wanita yang tadi ia jumpai.

"Akhirnya kau datang juga, Minato!"

"Maaf aku terlambat," ucap Minato tersenyum.

Kemudian mereka berdua segera duduk di tempat yang mereka sediakan.

"Sebelum makan, akan kuperkenalkan dia. Silahkan, Kushina," ucap Minato.

"Na-namaku Kushina Uzumaki! Sa-salam kenal, semuanya! Ma-maaf aku akan merepotkan kalian!" ucap Kushina gugup.

Semuanya pun terdiam.

'Gawat! Gawat! Gawat! Ini karena aku terlalu bersemangat sehingga mereka jadi diam saja seperti itu!' ucap Kushina dalam hati.

"Ahahaha~! Kau tak perlu gugup begitu!" ucap sang wanita yang tadi ia temui. Kushina pun hanya bisa mengangguk-angguk.

"Namaku Tsunade Senju! Salam kenal ya, Kushina!" ucap wanita yang bernama Tsunade.

"Namaku Tobirama Senju. Aku sepupu dari Tsunade," ucap seorang pria berambut abu-abu yang duduk didepan Kushina.

"Namaku Hashirama Senju. Aku kakak dari Tobirama dan sepupu dari Tsunade," ucap pria yang berambut hitam panjang yang duduk di sebelah Tobirama.

"Namaku Hiruzen Sarutobi," ucap pria berambut coklat yang duduk di sebelah Hashirama.

"Namaku Shizune. Bisa dibilang aku adalah manager mereka. Salam kenal ya, Kushina," ucap seorang wanita berambut hitam sebahu yang duduk disebelah Tsunade.

"Manager...?" ucap Kushina penuh tanda tanya.

"Oi, Minato! Apa kau belum bilang tentang kita kepadanya?" tanya Tsunade ketus.

"Maaf aku lupa, Tsunade-san," jawab Minato.

"Sudahlah, ayo kita makan. Kushina pasti lapar, bukan?" tanya Shizune dengan senyumannya.

"I-iya, benar..." ucap Kushina.

"Kalau begitu, ayo duduk disampingku. Dan ayo kita mulai makan malamnya," ucap Shizune ramah. Tak lama kemudian, Kushina langsung menuruti apa yang dikatakan Shizune dan langsung duduk disamping Shizune. Minato pun melakukan hal yang serupa dengan Kushina. Ia pun langsung duduk disamping Hiruzen.

.

.

.

Kushina pun mulai membuka matanya dengan paksa. Entah mengapa matanya tak mau membuka sempurna, dan membuat Kushina harus kembali tidur. Namun karena sejak kecil ia terbiasa dengan bangun pagi, ia langsung memaksakan dirinya untuk bangun. Ia pun mulai duduk di kasurnya tersebut sambil mengingat-ingat apa yang telah terjadi tadi malam. Ah, ia ingat sesuatu. Tadi malam, ia menemani Tsunade dengan yang lainnya untuk minum-minum. Katanya sih, untuk merayakan kedatangan Kushina kerumah itu, namun sepertinya ia yang paling tidak menikmatinya. Bagaimana ia menikmatinya bila ia ingin tidur malah dicegat oleh Tsunade, dan disaat Shizune menawarkannya untuk minum paling—paling tidak segelas—sake yang sudah dibeli Shizune tadi sudah habis tanpa sisa oleh Tsunade. Benar-benar menyebalkan, pikirnya.

Kushina pun mencoba berdiri didekat kasurnya. Sepertinya kakinya masih belum stabil, sama dengan matanya yang belum bisa untuk fokus melihat sekelilingnya. Setelah menggosok giginya, ia pun langsung ke ruang makan. Sesampainya diruang makan, pandangannya langsung menuju kearah Shizune yang sedang merapihkan beberapa piring yang terlihat baru saja digunakan untuk makan. Merasa dilihat, Shizune langsung menengok kearah Kushina yang sekarang masih menatapnya.

"Ah, Ohayou, Kushina," ucap Shizune ramah.

"Ohayou, Shizune-san..." balas Kushina.

"Kau tidak apa-apa, Kushina? Wajahmu terlihat tidak sehat pagi ini..." ucap Shizune khawatir.

"Hmm? Ah, aku baik-baik saja. Hanya sedikit mengantuk," ucap Kushina meyakinkan Shizune yang masih menatapnya dengan pandangan penuh khawatir kearahnya.

"Benarkah?" tanya Shizune memastikan.

"Ya, Shizune-san. Aku baik-baik saja," jawab Kushina dengan senyumnya. Shizune pun ikut tersenyum dan berkata, "Syukurlah kalau begitu." Shizune pun mulai membereskan piring-piring itu kembali.

"Ngomong-ngomong, Shizune-san...?"

"Ya, Kushina?"

"Dimana yang lainnya?"

"Oh, mereka? Mereka sedang latihan pagi seperti biasa," ucap Shizune tersenyum.

"Latihan pagi...?" tanya Kushina bingung.

"Hah... Minato-kun benar-benar belum memberitahumu, ya? Dasar," desah Shizune. Kushina pun masih menatap Shizune dengan tatapan penuh tanda tanya.

"Sebaiknya kau makan dulu, makanannya kurang enak kalau sudah dingin," ucap Shizune.

"Tapi kau belum—"

"Akan kuberitahu setelah kau makan. Nah, sebaiknya kau duduk disini dan nikmati sarapanmu, ya?" ucap Shizune ramah. Kemudian Kushina pun mengangguk dan duduk di kursi yang telah disediakan.

.

.

.

"Nah, Kushina. Seperti yang telah kuceritakan tadi, dibalik pintu ini mereka sedang berlatih," ucap Shizune ramah. Kushina—yang sudah mengganti pakaiannya—masih sedikit tak percaya. Ternyata, dia menumpang bukan disembarang rumah. Ia sangat terkejut begitu mendengar cerita Shizune. Minato, Tsunade, Hashirama, Tobirama, dan Hiruzen adalah artis terkenal yang tergabung dalam sebuah grup band yang bernama Hokage! Dia pikir, saat tadi malam Shizune mengatakan bahwa ia manager dari mereka, Shizune hanya sedikit bercanda kepadanya karena setelah makan malam tak ada yang memberitahunya dan oleh karena itu ia menganggapnya bercanda. Kini, Kushina sedang berdiri didepan pintu yang menjadi tempat latihan mereka berlima. Beberapa alunan lagu pun terdengar ketelinganya, dan itu membuat Kushina harus percaya dengan apa yang diceritakan Shizune.

"Kushina?" tanya Shizune.

"I-iya, Shizune-san?" ucap Kushina gugup. Ia masih mencerna apa yang terjadi sekarang.

"Ayo kita masuk. Sepertinya kau penasaran," ucap Shizune tersenyum.

"Ma-masuk...?"

"Ya, masuk. Ayo," ajak Shizune sambil meraih tangan Kushina. Kushina pun hanya bisa mengangguk pelan.

Pintu pun perlahan-lahan mulai dibuka oleh Shizune. Pandangan Kushina pun langsung terkesima ketika ia melihat mereka berlima latihan. Tsunade pun langsung menyadari hal itu dan menghentikan latihan mereka.

"Oh, hai Shizune! Oh, Kushina juga ada?" tanya Tsunade melirik kearah Kushina.

"O-ohayou gozaimasu, Tsunade-san," ucap Kushina sambil menundukkan badannya.

"Ohayou. Tidak perlu tegang, Kushina. Santai saja, santai!" ucap Tsunade ceria.

"A-ah, hai."

"Ngomong-ngomong, apa kau ingin ikut kami latihan? Sepertinya itu menarik," ucap Tsunade.

"Ikut latihan...? Aku?" tanya Kushina tak percaya.

"Ya, kau. Disana ada keyboard, jadi kamu bisa ikut latihan dengan kami menggunakan keyboard itu," jawab Tsunade.

"Tapi apa kamu bisa, Kushina? Kalau kau tidak bisa juga tidak apa-apa, jangan paksakan dirimu," ucap Shizune.

"Bagaimana, Kushina?" tanya Tsunade memastikan.

"Baiklah, aku ikut latihan dengan kalian," ucap Kushina tegas.

"Yatta!" ucap Tsunade senang.

"Tapi apa tidak apa-apa, Kushina...?" tanya Shizune.

"Ya, tidak apa-apa, Shizune-san. Aku cukup bisa bermain keyboard," ucap Kushina mantap.

"Sini, sini, Kushina!" ajak Tsunade. Kemudian Shizune dan Kushina pun berjalan kearah Tsunade.

"Keyboardnya bagus, ya," puji Kushina.

"Nah, ini beberapa music sheet dari lagu-lagu kami. Aku akan mengatakan judulnya diawal, jadi kamu tinggal mencarinya saja," ucap Tsunade.

"Hai."

"Kalau begitu... Ayo bangun, semua! Kita mulai latihan lagi!" ucap Tsunade. Shizune pun reflek menjauhi Kushina dan berjalan kearah pintu.

"1... 2... 3!" ucap Tsunade memberi aba-aba.

.

.

.

Kushina pun mengusap keringatnya yang satu persatu turun kepelipisnya. Ia merasa belum pernah bermain musik hingga selelah ini, namun ia menikmatinya.

"Bagaimana, Kushina? Menyenangkan, bukan?" tanya Tsunade dengan senyumnya.

"Ya, kau benar Tsunade-san," jawab Kushina dengan senyumnya.

"Tadi itu hebat sekali, Kushina!" puji Hashirama diikuti oleh anggukan Tobirama dan Hiruzen.

"E-eh, benarkah? Terima kasih," ucap Kushina malu.

"Kau juga sependapat dengan kami kan, Minato?" tanya Hashirama.

Minato pun tersenyum dan berkata, "Ya, tadi itu Kushina hebat sekali."

"Kalau begitu..."

"Ya, Tsunade-san?" tanya Kushina.

"Bagaimana kalau kau menjadi anggota dari kami?" tanya Tsunade serius.

"Eh...?"

.

.

.

To be continue

.

.

Author Note:

Hai, salam kenal! Panggil saja saya Sekar. Saya baru mulai bikin fanfic dengan pari MinaKushi, jadi mohon bantuannya... u.u

Mungkin itu saja yang baru bisa saya sampaikan sekarang. Mind to review? :)