Title:「yes we are」

Genre: Romance, Drama, fantasy

Rating: M

Length: Chapter

NO silent reader and Plagiarist please. DO NOT take ideas/plagiarize, dialogues and others from my story. Comments are very welcome~~

NO FLAME,

NO BASH CHARA,

NO PLAGIAT,

NO SILENT READERS.

Disclaimer:

Character of this fanfict is themselve, them family and god,

Plot, strory, and etc is fure in my brain don't be plagiat

Prolog

Seorang pria dengan tinggi 177cm bersurai dark brown terlihat tengah gelisah menunggu bus menuju sekolahnya, seharusnya dia sudah naik bus pertama tadi namun karena dia terlambat bangun akhirnya dia harus merelakan bus pertamanya pergi tanpanya dan harus menunggu selama 15 menit untuk bus selanjutnya.

Namun sayang arlojinya sudah menunjukan pukul 07:45 dan artinya dia harus cepat cepat sampai di sekolah sebelum tepat jam 8 pagi.

"Astaga, aku bisa terlambat" keluhnya sambil terus memperhatikan arlojinya dan jalanan yang belum juga kunjung menampakan tanda-tanda bus berikutnya datang.

Jika dia berlari mungkin bisa saja dia bisa mempersingkat waktu namun sayangnya dia tidak bisa melakukannya dan memilih untuk menunggu bus-nya dalam kegelisahaannya sendiri.

"Ah akhirnya busnya datang" setelah cukup lama dia menunggu akhirnya bus berikutnya datang dan tanpa pikir panjang ia pun naik bus itu, ayolah kawan dia ini siswa teladan di sekolahnya yang terdahulu. dia tidak mau punya rekor buruk, kesiangan saat masuk sekolah salah satunya. Dan dia berharap busnya ini bisa langsung cepat sampai.

Hey bung perlu kau ingat ini bukan kereta express tanpa hambatan.

Bus ini berjalan sangat lambat menurut nya karena arlojinya terus saja berjalan dan itu seperti bertambah cepat membuatnya benar benar ingin mati saja, ini adalah hari pertamanya masuk sekolah baru dan dia sudah telat bangun, ditinggal kan bus pertama dan melewatkan sarapannya
Ah ia baru ingat kalau tadi dia lupa sarapan karena benar benar terburu buru.

"ayolah kumohon"

Dan tidak lama bus itu berhenti, bus itu berhenti bukan karena sudah mencapai tujuan namun bus ini berhenti akibat seseorang yang menghentikannya di tengah jalan, oh shit pria itu benar benar ingin mati rupanya tidak tau kalau dia dalam keadaan genting sekarang ?

Setelah agak lama menunggu orang itu naik akhirnya bus itu berjalan kembali namun itu tidak membuat ia lega karena waktunya hampir habis dan masih lumayan jauh. Akhirnya ia hanya bisa pasrah dengan apa yang terjadi nanti semoga otak cerdasnya bisa membantunya jika dia ditanya macam macam.

"Boleh aku duduk disini ?" Seketika membuyarkan lamunan si pemilik surai dark brown itu dan menoleh ke sumber suara, agak masih sedikit kesal mengingat pria yang tengah menatap nya dengan iris kuning agak terang itu yang membuatnya kacau di pagi hari,

tapi tunggu...

iris matanya berwarna kuning agak terang ? Apa kau serius ? Dia memakai kontak lens ? apa siswa di korea sampai sebegitunya, memakai kontak lens saat bersekolah agar menarik perhatian lawannya ? tapi entah mengapa ada yang aneh dengan warna matanya, apalagi tak lama terdapat kilatan tajam dari sana membuatnya semakin aneh.

Bukannya menjawab pria itu hanya terdiam seolah dia tidak bisa bergeming dari tatapan lawan bicaranya kali ini seperti ada sesuatu yang mengambil alih seluruh tubuhnya
Ada apa ini sebenarnya ?

.

,

.

Keadaan didalam bus lumayan sepi mengingat ini bus terakhir yang datang pada saat sibuk seperti ini jadi penumpang yang lain akan lebih berdesak desakan di bus pertama jika tidak ingin terlambat.
Tapi bagi siswa yang satu ini dia sepertinya tidak mau ambil pusing soal hal semacam itu, yang dia pikirkan adalah seseorang yang duduk di bangku paling belakang itu. Seolah olah menarik semua perhatiannya bagaikan magnet, dan itu sangat mengganggu instingnya.

Pria dengan tinggi sekitar 180-an bersurai hitam kelam itu menghampirinya dengan tatapan yang makin intens terhadap objek pandangannya bahkan dia tidak rela berpaling untuk memandang objek lainnya.

.
.

.

"Maaf apa boleh aku duduk disini ?"

Pria yang di ajak bicara itu pun menoleh kearah sumber suara.

Walau dengan raut wajah biasa saja namun masih menyiratkan sebuah kekesalan, namun jika dilihat dari jarak sedekat ini pria itu memiliki wajah yang lebih muda darinya, matanya yang sipit dan terdapat kantung mata itu membuat matanya seolah semakin menyipit, bibirnya yang entah apa membuat siapa saja ingin mencicipinya, merah semerah cerry. kulit wajahnya yang bersih dan pasti halus itu pun membuatnya secara tidak sadar menginginkan pria itu lebih, pria bersurai hitam kelam itu pun seolah menyerap seluruh perhatian si pria dihadapannya.

Mereka bertatapan lumayan lama sampai akhirnya bus itu berhenti menimbulkan suara decitan dan guncangan kecil yang berhasil menyadarkan mereka dari lamunan mereka.

"Ah maaf aku terburu-buru, permisi" ujarnya sembari berdiri dari duduknya dan melewati pria yang masih tetap setia berdiri ditempatnya.
Beberapa detik kemudian ia tersenyum miring, sepertinya hari ini dia akan berterimakasih pada mobilnya yang mogok itu mungkin mobilnya kali ini tidak akan berakhir di pembuangan rongsokan untuk sementara waktu.

"Hong, i got you"

.

.

Green House, pledis academy

Sementara di ruangan yang berbeda dan gedung sekolah yang berbeda dengan gedung sekolah utama, terdapat kelas khusus.
Kelas dimana seluruh muridnya bukanlah manusia sembarangan.
Gedung sekolah ini berada di belakang gedung utama, sangat tenang dan terdapat kebun hijau yang luas, taman bunga, danau buatan, rumah kaca dan fasilitas lainnya yang sudah di sediakan, tampak hijau dan segar, maka dari itu gedung ini dinamakan Green House. Gedung ini terlihat lebih mewah dibanding gedung utama dengan air mancur di halaman utama, setiap kelas pun hanya di isi oleh beberapa orang saja dikarenakan dengan terbatasnya jumlah murid disana.

Ruangan kelas juga tidak seperti ruangan kelas pada umumnya ini lebih bisa di bilang ruang bersantai serba ada seperti rumah sendiri tepatnya lengkap dengan layar LCD besar, projector, sofa, mini bar, dan tempat billyard. Yang masih bisa diisi sesuai kebutuhan para muridnya.

Melihatnya Bukankah ini terdapat diskriminasi ? Jawabanya adalah tidak, karena pada dasarnya mereka bersekolah hanya untuk menyembunyikan identitas mereka saja mengingat mereka cukup berbeda dengan manusia pada umumnya...

Dan kerahasiaan ini dijaga oleh pihak sekolah..

"hentikan senyuman konyolmu itu, kau terlihat sangat jelek"

"memangnya kenapa ? hak ku kan, mau aku tersenyum, mau aku tertawa, mau aku menangis kenapa kau yang repot ?"

"aish anak bodoh ini" pria itu memijak keningnya melihat kelakuan saudaranya itu

"kau kenapa ?" kini seseorang yang baru saja duduk di antara mereka yang angkat bicara.

"kalian pasti akan terkejut dengan apa yang aku temukan" jawabnya lengkap dengan senyuman konyolnya

"memangnya apa yang kau temukan ?"

"secret"

.

.

"Huh apa apaan ini ? Baru saja masuk sudah di beri tugas tentang sejarah, dan kenapa buku ini sangat tebal ? Lebih baik membaca komik saja kalau begitu" pria bersurai dark brown itu sekarang sedang sibuk mengeluh, pasalnya ia yang baru masuk sekolah hari pertama sudah dijejali dengan berbagai macam tugas yang itu tidak bisa dikatakan mudah apalagi dengan buku refrensi yang bertuliskan hangul tanpa ada sedikit pun serapan bahasa asing, inggris misalkan dan itu membuat pemuda itu memijat keningnya yang terasa berdenyut.

Culture shock yang dialaminya mungkin sudah mulai terasa, dia mulai merasakan perbedaan di tempat barunya ini. Ia cukup pandai berbahasa namun tidak cukup pandai dalam teorinya, ada beberapa hal yang mengganggunya baik dalam bersosialisasi maupun belajar.

Di L.A dia belajar dengan santai tanpa harus memporsir otaknya untuk bekerja terlalu berat, mereka belajar dengan santai namun tepat sasaran, dia juga punya kebebasan nya tersendiri. Tetapi disini berbeda, dia harus belajar susah payah agar hasilnya sesuai keinginan, banyak peraturan yg dia harus patuhi dan terpenting tingkatan sosialisasi satu sama lainnya berbeda.

Jadi wajar kalau dia belum mempunyai teman disini, dia harus lebih menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dan itu harus berprogres dengan cepat.

"Arrgghhtt aku tidak mengerti tentang makna nya, apa tidak ada orang yg bisa aku mintai tolong ?" Sepertinya pemuda itu benar-benar kesulitan, sudah lebih dari 1jam dia berada di perpustakaan demi tugasnya namun hasilnya nihil tidak ada bahan presentasi karena terkendala banyak faktor.

Tumpukan buku berserakan dimana mana, namun tidak ada satu coretan pun di buku catatan pemuda itu, dia masih sibuk mentranslate bahasa korea - inggris dan memahami artinya. Kalau untuk bahasa sehari hari mungkin dia paham tapi kalau untuk bahasa yang mempunyai makna lebih ? dia kurang mengetahuinya.

"Baiklah aku akan coba 30menit lagi, jika tidak berhasil aku menyerah" ujarnya pasti, dia sudah melewatkan jam istirahat. Tanpa asupan nutrisi otaknya tidak akan bekerja dengan semestinya apalagi kalau tiba tiba harus berkerja 99% seperti ini jelas dia akan kewalahan. Untung hari ini ada jam kosong selama 1 jam pelajaran jadi dia masih murid yang teladan kan ? dia tidak membolos untuk jam pelajaran selanjutnya

'TUK'

pemuda itu masih sibuk dengan buku di tangannya, mejanya sudah tidak bisa dikatakan rapi, bahkan baju seragamnya sudah tidak tertata dengan rapi di tempatnya akibat dia selalu bergerak gusar, dan terus terusan mengambil buku buku baru di rak rak yang posisinya lebih tinggi.

Tanpa ia sadari seseorang tengah duduk di hadapannya memperhatikanya dalam diam, tatapannya redup tanpa ada gairah kehidupan disana. Namun matanya tetap terfokus pada pemuda di depannya yang masih berkutat dengan buku buku membosankan menurutnya. Tapi dia sedikit agak jengkel juga karena dia merasa di abaikan gara gara benda laknat itu sampai dia beberapakali berdecih. Apa sampai sepenting itu benda yang laknat yang di baca pemuda itu daripada kehadirannya ?

"Cek, mau sampai kapan kau terus membacanya bolak balik ? Bahkan kau terus mengulangi lembaran yang sama sebanyak 10 kali, kau ini bodoh ?" akhirnya orang itu pun angkat bicara, dan membuat pemuda di depannya menghentikan sejenak aktivitasnya dan segera mengalihkan pandangannya kepada sosok pria tinggi dengan balutan seragam khas sekolah mereka namun terlihat lebih modis dibandingkan siswa lainnya.

"Kenapa ? jangan seperti itu wajahmu syok sekali, aku bukan hantu jadi jangan berpikir macam macam atau kau syok karena aku orang pertama yang berinteraksi dengan mu menggunakan bahasa ibu mu" jelas pria itu yang masih senantiasa memperhatikan pergerakan selanjutnya dari pemuda di hadapannya.

"Cih, kau terlalu berlebihan" ujarnya menyindiri, pria itu sudah tidak memperdulikan kondisi ruangan perpustakaan yang pada dasarnya memang sudah kosong karena para siswanya yang sudah kembali ke kelas mereka masing masing, karena terus diabaikan dia jadi jengkel sendiri dan ah... dia lupa tujuannya.

Tubuh jangkungnya berdiri, kedua tangan kekarnya menyinkirkan tumpukan benda laknat itu hingga berserakan di lantai dan mencondongkan tubuhnya mendekat ke arah pemuda itu dan tanpa di sangka pria itu melakukan tindakan yang semakin membuat pemuda itu syok

"Lain kali aku tidak terima diabaikan, kau mengerti ?" Setelah membungkam mulut pemuda bersurai dark brown itu dengan mulutnya ia kemudian memcondongkan dirinya dan membisikan kata kata mutlak

"See you next time hong, you're mine"

TBC