Naruto © Masashi Kishimoto, Lilium © Yukio and Kondo (composers) and Kayo Konishi (lyrics arrangement).

Rate M mainly for Gore.

Warning : Mual-mual, muntah-muntah, mimpi buruk, senam jantung, dll bukan tanggung jawab saya. Bagi yang kurang suka dengan adegan sadis, silahkan tutup jendela ini.

Enjoy the story.

000

The Girl's Butcher

By : Naw d Blume

000

Woooosh… angin berembus sedikit kencang, melarikan berpuluh daun yang kering ke udara bebas.

Aku berjalan perlahan melalui jalanan tikus yang sepi dan tak terawat. Tiada suara yang terdengar kecuali hembus angin. Suara derak langkahku di atas daun-daun kering dan ranting-ranting yang mengotori setapak pun sama sekali tak terdengar. Hening. Hanya aku. Hanya aku yang selalu melewati jalanan ini. Tiada orang selain aku. Padahal aku ingin ada yang datang. Karena aku ingin kembali. Aku benci meminta pertolongan, namun untuk kali ini saja…

"Seseorang, bawa aku kembali…"

Siapapun, tolong…

000

Hinata berlari dengan air mata berlinang menuju kediaman Hyuuga. Make-up yang mulanya indah terhias di wajahnya kini telah rusak. Maskara dan eyeliner menyisakan garis hitam di kedua pipinya yang putih pucat. Bekas lipstick yang dihapus mengotori daerah sekitar bibir. Bedaknya luntur. Wajah yang cantik itu kini terlihat seperti wajah banshee yang jelek dan menakutkan. Rambut yang mulanya tersanggul dan dihiasi dengan bunga-bunga lavender kini tergerai dengan masai –tak tertata, bahkan bersaing dengan rambut milik mak lampir yang sama sekali tidak pernah disisir.

Bruukk…

Hinata jatuh terduduk sambil menundukkan kepalanya setelah menyenggol bahu salah seorang penghuni kediaman Hyuuga. Tangannya yang bergetar menutupi wajahnya. Tampak tetesan air mata dari sela-sela jarinya yang panjang dan kurus –tetesan air mata berwarna kehitaman karena telah tercampur noda maskara dan eyeliner.

"Hinata-sama? Anda baik-baik saja?"

Hinata mendongakkan wajahnya, menatap dengan memelas ke arah sepasang mata khas Hyuuga, "Neji-nii…"

Dan ia pun memeluk erat Neji. Tangisan disertai segukan-segukan kecil mengiringi kata-kata yang mengalir perlahan dan terputus-putus dari bibirnya. Neji mendengarkan tiap-tiap kata yang keluar itu dengan seksama, memberikan perhatian lebih pada sejumlah bagian. Tangannya yang merangkul punggung perempuan berambut indigo itu pun perlahan mengepal erat –menyebabkan buku-buku tangannya memutih.

"…"

000

'Hyuuga's Meat and Chicken'

Papan nama di depan sebuah bangunan berukuran lumayan besar di sebuah pojok pasar menunjukkan kegunaan dari bangunan itu –toko daging. Sejumlah orang tampak mengantri di depan toko itu. Mereka menunggu giliran membeli daging segar yang baru saja dipotong oleh karyawan keluarga Hyuuga.

Keluarga Hyuuga. Nama yang tersohor disertai bau amis yang menyengat. Kekayaan yang mereka miliki tidaklah sedikit –kekayaan berbentuk tanah dan rumah dapat ditemukan di sana sini, menyebabkan orang banyak yang mengenal mereka. Terlebih lagi, keluarga tersebut menguasai sektor peternakan sapi dan ayam. Toko daging milik mereka selalu terkenal sebagai penyedia daging segar berkualitas super. Bahkan restoran-restoran ternama penyedia makanan utama berupa daging selalu membeli dari toko daging Hyuuga. Dipastikan, keuntungan yang didapatkan dari bangunan berukuran lumayan itu cukup banyak. Setidaknya, mampu membuat keluarga Hyuuga memiliki beragam tanah dan rumah di berbagai tempat bernilai tak terbayangkan tersebut.

Bagian depan yang ramai dengan calon pembeli daging kontras dengan bagian belakang yang dijadikan tempat pemotongan daging. Di bagian belakang, tidak ramai suara orang berbincang-bincang. Hanya suara clop clop pisau yang mengiris daging terdengar nyaring. Aroma darah dan daging bercampur jadi satu. Sementara itu, para pekerja bekerja dalam diam –telah paham betul apa yang harus mereka lakukan tanpa perlu adanya perintah.

Hinata berjalan perlahan melewati beberapa pekerja. Matanya menari di sela-sela tubuh para pekerja yang sibuk memotong gelonggongan daging berukuran raksasa. Suara erang sapi dan clop clop daging yang dipotong tak mengganggunya sama sekali. Instead, senyumnya yang santai terukir di wajahnya. Suara-suara itu seolah-olah menjadi musik di telinganya.

Ia berhenti di samping salah seorang pekerja. Beberapa orang menganggukkan kepala mereka ke arah anak pemilik toko daging itu –yang tentu saja dibalas dengan riang oleh Hinata.

"Paman Asuma, selamat pagi."

"Oh, Hinata-sama. Selamat pagi."

"Apakah Paman melihat Neji-nii?"

Paman Asuma tampak berpikir sebentar sebelum menjawab, "Neji-san sepertinya ada di ruang III."

Hinata mengangguk kecil dan mengucapkan terima kasih kepada laki-laki separuh abad itu kemudian melanjutkan langkahnya ke ruang III –ruangan tempat para pekerja menajamkan pisau mereka. Sesekali, ia membalas sapaan para pekerja yang menyapanya.

000

Sasuke, Naruto, dan Sakura duduk bersama di sebuah kedai ramen. Mereka masing-masing memesan semangkuk ramen panas yang masih mengepulkan uap. Sakura dan Naruto saling melempar ludah satu sama lain. Mereka tengah mempermasalahkan tentang bagaimana Ino bisa berpacaran dengan Shikamaru. Mereka menyebut pasangan itu sebagai pasangan kontras. Mengingat betapa berbedanya kedua orang itu –Shikamaru yang pendiam namun pandai dengan Ino yang cerewet namun sedikit 'kurang pandai'.

Sementara keduanya beradu mulut, Sasuke memakan ramennya sedikit demi sedikit. Ia merasa moody hari itu. Semenjak hari sebelumnya, ia merasa kurang bersemangat. Untung bagi kedua temannya, dengan ke-moody-annya itu, mereka berhasil membawa serta dirinya menuju kedai ramen.

"Hei, bisa kalian diam?" ia tiba-tiba saja bertanya.

Naruto dan Sakura berhenti beradu mulut dan membelalakkan mata mereka –menatap Sasuke aneh, "Kau mengatakan sesuatu, Sasuke-kun?"

"Aku mendengarmu berbicara, Teme."

Sasuke berdecih, "Shut up."

Sakura menarik nafas panjang, "Sasuke-kun, kau berbeda sekali hari ini. Apakah ada masalah? Aku dan Naruto," Sakura memberi jeda atas perkataanya dan melirik Naruto yang rakus melahap ramen panasnya dengan jijik, "well… aku mungkin dapat membantu."

"Bukan apa-apa. Tapi, terima kasih." Sasuke merespon pendek kemudian memakan ramennya lagi –tidak terlalu peduli akan tawaran Sakura.

Sakura mendesah. Susah baginya bersahabat dengan dua orang laki-laki yang sangat bertolak belakang –Naruto yang terlalu hyper dan Sasuke yang terlalu passive. Kadang, ia merasa seperti sebuah tali yang menghubungkan dua kutub yang berlawanan.

Ia memukul mundur pemikiran-pemikirannya dan memakan ramennya yang mulai mengembang akibat terlambat dimakan.

000

Neji menatap benda tajam yang berkilau di tangannya dengan perasaan campur aduk. Pisau jagal itu tampak sangat tajam. Namun ia masih ingin memastikan ketajamannya. Dicabutnya sehelai rambut panjang kebanggaannya. Helai rambut itu diputar-putarnya sebentar di antara ibu jari dan telunjuknya, sebelum akhirnya…

Slash…

Rambut itu pun terbelah menjadi dua bagian.

Ya. Pisau itu telah tajam. Benar-benar tajam, bahkan dapat digunakan untuk membelah sehelai rambut yang tipis menjadi dua bagian.

"Neji-nii… kau sedang apa?"

Neji menampakkan sebuah senyuman yang lebar, "Aku baru saja menajamkan pisau ini."

"Untuk apa? Kau akan membantu Paman Asuma menyembelih hewan?"

"Hmmm… bisa dibilang iya. Aku akan memotong beberapa kilogram daging segar nanti."

000

[DELETED SCENES]

[deleted scenes]

[DELETED SCENES]

000

"Hidupku di sini sangat melelahkan."

Angin kembali berembus. Gubuk yang pada mulanya berdiri kokoh di samping sungai kini telah bobrok dan hampir rata dengan tanah. Tiada orang yang datang setelah Neji terakhir kali datang. Sungai yang dulunya mengalir jernih dekat gubuk itu telah hilang. Tak ada lagi bekas keberadaannya. Tentu saja, mengingat puluhan, bahkan mungkin ratusan tahun telah berlalu sejak pertama kali aku di sini. Berapa lama lagi kah aku harus menunggu?

"Hey… maukah kau membawaku kembali?"

000

END

000

Hwaaa… akhirnya kesampaian juga bikin fic gore. Ada yang merasa mual? Hmmm… Maaf, ya… saya tau ini masih kurang 'gore'… /bungkuk-bungkuk/

Maklumilah karena ini fic gore pertama saya –semoga bukan yang terakhir /plakk plakk/

So, review? XD

Edit: Saya menghapus keseluruhan gore dalam fic ini. Mohon maaf atas kekecewaan yang saya sebabkan!