A BoBoiBoy FanFiction
~*oOo*~
TauYa
BoBoiBoy © Monsta/Animonsta Studios
Ketika semua genre Fanfic menjadi genre hidup mereka
~*oOo*~
Genre 1 : Romance
Lampu jalanan menyinari trotoar di sepanjang jalan besar itu. Puluhan pohon rindang dengan bunga kuning yang tumbuh di sela daunnya mempercantik pinggir jalan itu.
Senyum manis terukir di paras cantik gadis berhijab merah muda berbaju kuning dengan lengan panjang. Ia melirik pemuda di sebelahnya. Menyadari sang gadis tengah menatapnya, iris shappire itu balas menatap sang kekasih.
"Aku ganteng yah? Makanya di liatin mulu?" Sang pemuda bertopi biru tua itu tertawa. Sedangkan gadis di sebelahnya mendengus jengkel.
"Huh, enak aja." Gadis berhijab itu sedikit menggembungkan pipinya. Gemas, pemuda tampan di sebelahnya mencubit pipinya yang merona.
"Haha, jangan marah dong, Yaya." Pemuda itu lalu tersenyum hangat membuat Yaya merona.
"Eh Taufan, kamu ini sebenarnya mau ngajak aku kemana sih? Kok gak nyampe-nyampe?"
Taufan tersenyum lalu kembali memandang ke depan. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana hitamnya. "Sebentar lagi sampai kok. Sabar dikit.."
Yaya kemudian mendengus pelan dan memandang ke depan. Ia merasa Taufan sedikit bertingkah berbeda. Ia lebih pendiam dari yang sebelumnya. Ia biasanya akan melontarkan leluconnya yang membuat Yaya tertawa. Namun kali ini Taufan hanya tersenyum dan sesekali berbincang hangat dengan Yaya.
Apa Gempa menularkan sifatnya itu pada kakaknya ini ya?
"Ah, itu dia." Lamunan Yaya buyar. Pikiran Yaya tadi langsung menguap. "Ayo Yaya."
Kaki jenjang Yaya yang ditutupi rok hitam panjang dan sepatu balet merah muda itu melangkah memasuki sebuah gedung. Atau lebih tepatnya, sebuah cafe.
Cafe itu bernuansa kayu dengan cahaya lampu kuning yang membuatnya terlihat terasa hangat di tengah malam yang dingin seperti ini. Cafe itu juga terdapat panggung yang tingginya hanya 2 jengkal dari lantai kayu cafe dengan berbagai alat musik. Beberapa orang pun memainkan instrumennya sambil bernyanyi di atas panggung tersebut.
Taufan membawa Yaya untuk duduk di salah satu meja dalam cafe tersebut. Tak lama, seorang waitress menghampiri mereka berdua.
"Mau pesan apa?" Waitress itu bertutur kata dengan sopannya.
"Aku pesan satu hot chocolate dan cake coklat." Yaya menjawab sang waitress sambil tersenyum.
"Aku pesan hot chocolate saja."
"Baiklah. Pesanannya akan segera diantar ke meja anda." Waitress itu sedikit menunduk sebelum berbalik pergi ke arah dapur cafe tersebut.
Taufan senyam-senyum, Yaya pun curiga. Pemuda di depannya ini benar-benar bertingkah aneh.
"Hei Taufan."
"Hm?"
"Kau bertingkah aneh dari tadi.."
"Hah?" Taufan memiringkan kepalanya. "Aneh? Aneh bagaimana?"
Yaya mendengus. Pesanan mereka berdua sudah diantar. Taufan mengucap terima kasih pada pelayan yang tadi mengantar pesanannya, lalu menyesap coklat panasnya.
"Ya aneh, lah. Daritadi senyam-senyum. Serem tau.." Yaya mulai memakan kue coklatnya. 'Uh.. coklatnya memang juara! Kapan-kapan kesini lagi deh..'
"Cieee yang merhatiin aku cieee~" Oh, Taufan paling suka wajah memerah Yaya yang menurutnya sangat imut dan manis itu seperti saat ini. "Ah, aku mau ke toilet sebentar."
Yaya hanya mengangguk. Ia terlalu sibuk dengan kenikmatan kue coklat yang menyerang indra perasanya. Taufan beranjak dari kursinya, namun bukan toilet yang ia tuju sebenarnya.
10 menit berlalu, namun Taufan belum kunjung kembali. Kue coklat Yaya sudah habis beberapa menit yang lalu. Kini gadis berhijab merah muda itu telah menyadari sang kekasih telah lama pergi dan belum juga kembali.
'Taufan kemana ya?'
Yaya khawatir. Namun ia memutuskan untuk menunggunya 5 menit lagi.
Sementara itu, seorang pemuda yang memakai jas biru tua keabu-abuan yang casual dengan lengan yang dilipat sampai siku dan kemeja putih naik ke atas panggung. Rambutnya berwarna hitam dengan beberapa helai yang berwarna putih. Paras tampannya itu menyunggingkan senyuman yang membuat beberapa wanita dalam cafe terpana.
"E-ehm! Test.."
Yaya terbelalak kaget. Suara yang berasal dari pengeras suara itu sangat familiar. 'Mungkinkah..' Yaya langsung menatap pemuda di atas panggung tersebut. Iris hazelnya seketika terbelalak.
Pemuda beriris shapphire itu langsung mengambil gitar yang ada di atas panggung tersebut. "Untukmu, yang telah mengambil tempat di hatiku." Senyumnya lagi-lagi mengembang. Beberapa wanita disana mendengus sebal begitu tahu sang pemuda telah memiliki kekasih.
Tangan kokoh itu mulai memetik senar gitar tersebut.
"Girl your heart, girl your face is so different from them others."
"I say, you're the only one that I'll adore."
Suara merdunya mulai terdengar. Membuat siapapun yang mendengarnya kagum.
"'Cause every time you're by my side."
"My blood rushes through my veins."
"And my geeky face, blushed so silly yeah, oh yeah."
Yaya berdiri, kakinya melangkah mendekati panggung.
"And I want to make you mine."
Sang pemuda melirik pada Yaya. Lalu ia tersenyum.
"Oh, baby, I'll take you to the sky."
"Forever you and I, you and I, you and I."
"And we'll be together 'til we die."
"Our love will last forever and forever you'll be mine, you'll be mine."
Yaya membalas senyum sang pemuda.
"Girl your smile and your charm."
"Lingers always on my mind I'll say."
"You're the only one that I've waited for."
"And I want you to be mine."
Seorang pelayan tiba-tiba muncul, menarik Yaya untuk naik ke atas panggung. Yaya terkejut, tapi kakinya terus melangkah mengikuti sang pelayan.
"Oh, baby, I'll take you to the sky."
"Forever you and I, you and I, you and I."
"And we'll be together 'til we die."
"Our love will last forever and forever you'll be mine, you'll be mine."
Yaya kini berdiri canggung di sebelah pemuda yang masih memegang gitar. "Ta-Taufan.."
Pemuda yang ternyata Taufan itu meletakkan gitarnya di samping tempat duduknya. Ia lalu berdiri berhadap-hadapan dengan sang pujaan hati.
"Yaya.."
"Y-ya?"
Tangannya merogoh kantung celananya, mengeluarkan sebuah kotak merah dan langsung membukanya. "Will you marry me?"
"Eh?" Hati Yaya seakan ditumbuhi bunga-bunga yang cantik. Wajahnya merona sambil menyunggingkan senyum. Air mata bahagia sedikit menetes.
Semua pengunjung cafe itu banyak yang meneriaki mereka agar Yaya segera menerimanya. Ada juga yang bersiul bahkan mengabadikannya lewat kamera smartphone mereka.
"Ya, aku mau Taufan.."
Taufan tersenyum lebar. Ia menyematkan cincin perak itu di jari manis tangan kiri Yaya. Yaya yang senang pun langsung memeluk Taufan. Mereka sangatlah terlihat bahagia. Semua pengunjung cafe bersorak bahagia dan bertepuk tangan, setelah menjadi penonton gratis adegan romantis yang baru saja terjadi di depannya ini.
~*oOo*~
Fin Genre 1
~*oOo*~
Ohohoo~ bertemu lagi dengan Author yang hobinya ngutang fanfic muluu~ /plak
Aku mohon maaf sekali lagi. Ntahlah, setelah ngeliat semua fanfic itu, rasanya gak ada minat ataupun ide untuk ngelanjutin. Beberapa ff malah terancam discontinue gara-gara idenya mentok dan rasanya gak mungkin serta harus memindah rating...
Huweeee diri ini masi kecil qaqaaaa~
Dan untuk mba Styraaa~ Aku sudah bayar ficmu kemaren ituuu~ Muehehehe~ Bakal ada yang lainnya kok. Jumlah chapternya juga sesuai jumlah genreee~Oh iya, ini rekor tercepat loh~ Dari jam 9 malem sampe jam 9.30 maleeeemmm~ Aaaaaaa ku bahagiaaaa~
Dan ini ku pake lagunya Petra Sihombing (feat. Ben Sihombing) – Mine. Nyahahah ku langsung kepikiran ni lagu euy~
Oke ku kebanyakan bacot hiks..
~*oOo*~
Salam gak manis-manis amat
IntonPutri Ice Diamond
~*oOo*~
