Sebuah cahaya biru berpedar terang menyelimuti tubuh sang pemain bayangan Teiko, kelima pemuda dengan surai yang berbeda warna itu tengah tertegun, menatap sang surai baby-blue itu yang kini diliputi cahaya misterius yang tak diketahui asalnya. Sang kapten nampak paling khawatir dengan apa yang sedang terjadi pada salah satu anggota kiseki no sedai yang paling disukainya.

.

.

.

.

.

*HOCUS FOCUS*

Disclaimer:

Kuroko No Basuke © Fujimaki Tadatosi

Story by Aoi-Umay

Pairing:

Kuroko x GoM

Warning:

Typo, OOC, Humor gagal, fic ini didedikasikan untuk ulang tahun Kuroko Tetsuya. ^^

DLDR, R&R please...

.

.

.

.

.

*Prolog*

Mentari sudah merangkak turun, menyembunyikan diri di ufuk barat dan mengantikan terangnya dengan cahaya rembulan yang indah. Hampir seluruh murid SMP Teiko telah meninggalkan sekolah mereka, namun remang-remang masih terdengar suara yang berasal dari gym yang digunakan club basket untuk latihan.

Ada hal yang membuat Kiseki no Sedai tidak segera meninggalkan sekolah mereka walaupun malam makin memeluk bumi, Kise Ryota sedang berlutut di depan sosok bocah berumur lima tahun dengan surai baby-blue, dengan ekspresi yang datar namun berhias senyum polos seorang bocah.

"Wee~ Kenapa jadi seperti ini? Apa yang sebenarnya terjadi-ssu?"

Dan Kise mendapat hadiah pukulan dikepala blondenya dari Aomine Daiki karena tangisnya yang hampir menulikan telinga mereka semua, dan mendapat tatapan maut dari Akashi Seijuurou dan Midorima Shintarou yang berdiri tak jauh darinya, sedangkan Murasakibara Atsushi nampak lebih tertarik dengan camilannya daripada sosok bocah dihadapannya.

"Sakit-ssu." teriak Kise kolosal yang mengundang kekehan kecil dari bocah yang kini duduk dibangku samping lapangan.

"Kau tak perlu berteriak seperti itu, situasi kita sudah cukup membingungkan, tanpa harus ditambah dengan suara jelekmu itu."

Pemuda blonde itu hanya merengut kesal, terimakasih pada Aomine yang sudah membuat sang model menjadi sebal tak terkira.

"Ini tidak masuk akal, nanodayo." Midorima turut sumbang suara, sedangkan Murasakibara hanya bergumam dengan mulut penuh.

"Perkenalkan namamu bocah!" seru Akashi.

Merasa ditunjuk, bocah bersurai baby-blue itu segera turun dari bangku yang didudukinya dengan susah payah, t-shirt putih dan celana pendek birunya nampak langsung merosot ketika sang bocah mulai berdiri, pakaian yang tiga kali besar tubuhnya membuatnya nampak seperti bocah yang terkubur dalam garmen yang dikenakan.

Manik azurenya mengamati pakaian yang melekat pada tubuhnya, bahu kanannya nampak terekspos sempurna dengan celana yang sudah jatuh di bawah kakinya, jangan tanyakan bagaimana ekspresi para remaja yang berdiri dihadapan sang bocah, kelima remaja itu tertegun dengan pemandangan yang tersaji, sambil menahan nafas dan menahan imajinasi yang mulai bergulir dengan liar.

Dan terimakasih atas kesigapan yang luar biasa dari sang kapten otoriter, Akashi segera melepas tali sepatu milik sang bocah dan mengikatkan tali pada pinggang sang bocah dengan harapan t-shirt putih yang dikenakannya tidak ikut bernasib mengenaskan seperti celana birunya.

Senyum sang bocah terkembang, membuat kelima remaja yang sedari tadi mengawasinya kembali menahan nafas dan menelan ludah.

"Siapa namamu bocah?"

"Kuloko Tetcuya... lima tahun."

*FIN*