Disclaimer: Big Hero 6 (c) Marvel dan Disney, kayaknya. Tidak ada keuntungan apapun yang diambil selain kepuasan pribadi.

Warning: Canon. Spoiler. Not incest. Tadashi-centric. Untuk event Pilih Yang Mana di United Fandom


Larinya terhenti, entah karena gravitasi atau tangan sang adik yang menahannya.

"Tadashi, jangan!"

Sang adik meneriakkan namanya kuat-kuat. Ketika mereka bertatapan, sorot kekhawatiran terpancar di sana. Adiknya, Hiro Hamada, yang penuh ego itu tengah memohon padanya agar tidak bertindak bodoh dan mengambil risiko. Sekilas otak jeniusnya setuju dengan pemikiran sang adik. Namun Profesor Callaghan, dosen panutannya dan idola sang adik, tengah terperangkap di dalam. Ia dapat membayangkan betapa nestapanya sang adik seandainya sang idola pergi sebelum sempat mengajarnya di universitas.

Maka dari itu, ia merasa harus bertindak.

"Professor Callagahn masih ada di dalam sana." Terang Tadashi. Sorot matanya penuh determinasi.

"Aku tahu! Tapi tetap saja itu bahaya!"

"Seseorang harus membantu." Tegas Tadashi. Dan itu mestilah aku.

"Kalau begitu aku—"

"Jangan, kamu di sini saja." Larang Tadashi. "Berbahaya jika kau pergi. Biar aku saja."

"Ta—"

"Tenanglah, aku akan kembali. Aku tidak akan mungkin melewatkan hari-hari universitas tanpamu." Tadashi menepuk kepala Hiro. "Oke?"

Tadashi berlari ke arah gedung. Lima detik kemudian, gedung itu meledak.

Bagi Hiro semua terasa begitu cepat, namun bagi Tadashi semua terasa begitu lambat. Ia dapat merasakan panasnya api yang berkelvin-kelvin membakar tubuhnya lambat laun hingga mati rasa. Pandangannya yang sejenak penuh dengan warna gradasi merah ke kuning memutih dengan perlahan. Napasnya tercekat, paru-parunya berat. Tadashi rasa, ajalnya sudah dekat.

Inikah akhirnya?

Badannya jatuh perlahan-lahan. Panas yang membakar tubuh tidak lagi ia rasakan. Yang ia pikirkan, apa Hiro baik-baik saja?

Samar-samar ia dapat melihat Hiro dengan tampang bodohnya tengah mematung. Tadashi ingin tertawa dan berteriak, "Mukamu seperti mahasiswa yang kehilangan blueprint proyeknya! Padahal kau belum juga mahasiswa!"

(Rupanya di ambang ajalnya ia masih sempat bergurau. Ia kagum pada dirinya sendiri).

Tadashi mulai menutup matanya. Ia merasa perih melihat dibalik api terlalu lama.

"Apa kau beneran mahasiswa nerd? Kenapa menerobos api kayak begitu? Dasar bego! Idiot! Idiot!"

Ia dapat membayangkan Hiro yang mengomelinya panjang lebar, juga Bibi Cass yang memukul kepalanya dengan gulungan koran sambil berlinang air mata.

Tadashi tersenyum.

Kalau ia bangun nanti, ia harus minta maaf pada Hiro.

Fin


A/N: Lalu Tadashi bangun, dan mendapati kedua orangtuanya di hadapannya. Barulah Tadashi sadar, kalau dirinya telah tiada #PLAK

Publish 2 fic sehari hahaha. Ayo ramein fandom ini uwoooo!