Ibu bilang aku harus segera menikah karena usiaku tak lagi muda. Ibu menyuruhku untuk mencari perempuan yang lebih cantik dariku, karena aku laki-laki, tidak mungkin aku yang lebih cantik dari calon istriku.
Ayahku bilang, istri yang cantik bukanlah suatu keharusan. Yang penting dia bisa masak untukku dan anak-anak kami, menjadi ibu dan istri yang baik untuk masa depanku.
Tapi berbeda dengan Jisoo, sepupuku dari Amerika itu menyuruhku mencari perempuan yang pekerjaannya sebanding denganku agar tidak ada kesenjangan di antara kami. Perempuan bagaimanapun bisa kujadikan istri asal dia berasal dari keluarga kaya, masalah masak kami bisa menyewa pembantu, masalah cantik, hal itu ada dalam diriku yang pasti akan menurun pada anak-anakku kelak.
Sahabatku yang bernama Jihoon menyarankan hal lain, menurutnya semua yang dikriteriakan oleh Jisoo, ayah dan ibu merupakan hal kurang mendasar yang tak penting. Menurut Jihoon, aku harus mencari calon istri yang setia dan dapat melayani suami tanpa berkata tidak. Kurasa itu benar.
Suatu hari di pesta ulang tahunku yang ke-27 tahun, aku mengenalkan seorang laki-laki pada ayah, ibu, Jisoo dan Jihoon. Dia bernama Choi Seungcheol, seorang CEO perusahaan Otomotif terbesar di Korea selatan, dia lebih tinggi dariku walau usia kami sama, dia juga sangat tampan, berbeda denganku yang kata orang lebih cantik dari wanita manapun.
Saat kukenalkan Seungcheol sebagai calon suamiku, ibu dan ayah hanya melotot tak percaya kepadaku. Bahkan Jisoo dan Jihoon memukul kepalaku dengan keras supaya aku sadar, aku merengut mendapati reaksi mereka.
"Tapi ibu bilang calon istri harus lebih cantik dari suami, ayah bilang calon istri harus bisa masak, Jisoo bilang calon istri harus sebanding dengan suami, dan Jihoon! Kau bilang calon istri harus setia! Itu semua ada dalam diriku! Bukankah itu kreteria kalian?! Jadi aku memutuskan untuk mencari seorang suami."
Hening~
TAMAT ^^
